LAPORAN INDIVIDU KKN BENAR-1leo
LAPORAN INDIVIDU KKN BENAR-1leo
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuliah kerja nyata didasarkan pada falsafah pendidikan yang didasarkan
pada undang-undang dasar 1945 dan undang-undang nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara.
Tri Darma perguruan tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian dan
pengabdian pada masyarakat merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
di pisahkan. Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan suatu kegiatan yang sudah di
programkan oleh suatu kembaga perguruan tinggi.
Dengan demikian Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan implementasi
dari salah satu amanat tri darma perguruan tinggi yaitu pengebdian pada
masyarakat serta implementasi dari ilmu pengetahuan yang didapat selama berada
di meja kuliah. Karena dimana kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) memiliki
manfaat dan tujuan yang sangat besar bagi kelangsungan kehidupan masyarakat,
sehingga program Kuliah Kerja Nyata (KKN) akan mendapatkan pengetahuan
serta pengalaman langsung yang di dapat oleh mahasiswa selama mengikuti
proses Kuliah Kerja Nyata (KKN) tersebut.
Mahasiswa di tengah-tengah masyarakat bisa menjadi agent of change and
social control yang berpotensi dalam pembinaan masyarakat dalam kehidupan
yang nyata. Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Raden Fatah Palembang sebagai
salah satu pengemban misi intelektual yang mempunyai kewajiban dan tanggung
jawab mengembangkan komitmen keIslaman. KKN adalah bagian dari kegiatan
pokok manifestasi Tri Dharma Perguruan Tinggi yang merupakan sarana
pembinaan bagi mahasiswa dalam mengembangkan teori yang didapat dibangku
perkuliahan kepada prakteknya dilapangan. Adapun realisasi dari KKN adalah
1
mahasiswa sebagai penyampai dan masyarakat sebagai penerima dalam
mensukseskan program kerja terencana kegiatan KKN.
Pelaksanaan pembinaan bagi mahasiswa sebagai penyampai disesuaikan
pada keilmuan di Fakultas Tarbiyah secara proporsional. Sesuai dengan keilmuan
Fakultas Tarbiyah dan penelitian yang telah dilakukan, ada hal menarik yang akan
diteliti oleh peneliti yaitu berhubungan dengan permasalahan pendidikan di MTS
Darul Istiqomah , yang bertemakan Pengelolaan Sarana dan Prasarana di MTS
Darul Istiqomah Desa Tanjung Tiga. Tema ini didasari kenyataan bahwa
pengelolaan sarana dan prasarana yang ada di MTS tersebut kurang berjalan
dengan baik. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem manajemen yang baik
dalam mengelola sarana dan prasarana yang ada di MTS tersebut agar sarana dan
prasarana tersebut selalu dalam keadaan baik pada saat dibutuhkan atau
digunakan.
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, maka diperlukan
penyelenggaraan pendidikan yang baik dan profesional, usaha ini tidak terlepas
dari dari peranan komponen dalam dunia pendidikan, terutama guru sebagai
pengajar dan pendidik. Selain komponen tenaga pendidik, ada juga komponen
sarana dan prasarana yang juga berperan dalam kelancaran kegiatan belajar
mengajar, karena tanpa adanya sarana dan prasana yang memadai maka kegiatan
belajar mengajar tidak akan bisa berjalan dengan baik dan lancar. Oleh karena itu,
maka dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitiannya adalah bagaimana
pengelolaan sarana dan prasaran yang ada di MTS Darul Istiqomah Desa Tanjung
Tiga.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengelolaan sarana dan prasaran di MTS Darul Istiqomah ?
2. Faktor apa saja yang memengaruhi pengelolaan sarana dan prasaran di MTS
Darul Istiqomah?
2
C. Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengelolaan sarana dan prasaran di MTS Darul Istiqomah.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pengelolaan sarana dan
prasaran di MTS Darul Istiqomah.
D. Manfaat
Diharapkan dengan laporan kegiatan ini bisa mengembangkan dan
berusahan untuk memenuhi sarana dan prasarana di MTS Darul Istiqomah Desa
Tanjung Tiga Kecamatan Belida Darat.
3
BAB II
KONDISI OBJEKTIF PENELITIAN
A. Topografi
Desa Tanjung Tiga merupakan salah satu Desa di Kecamatan Belida Darat
Kabupaten Muara Enim di Provinsi Sumatera Selatan. Kecamatan Belida Darat
merupakan Kecamatan hasil pemekaran dari kecamatan Lembak yang baru di
resmikan pada tanggal 8 Oktober 2012 yang lalu. Wajah Desa ini sama dengan
desa-desa lainnya di Sumatera Selatan. Sebagian besar rumah-rumah penduduk
masih bergaya asli Sumatera Selatan, berupa rumah panggung dari kayu, suasana
yang tidak akan di temukan di tanah Jawa. Jalanan menuju desa ini cukupu baik
berupa jalan cor semen. Desa Tanjung tiga merupakan salah satu desa di
Kecamatan Belida Darat dengan Potensi menghasilkan minyak kini dilakukan
oleh operator KSO PEP Formasi Sumatera Energi.
1. Luas dan Batas Wilayah
2
Luas wilayah Desa Tanjung Tiga adalah 415 ha/m . Desa Tanjung
Tiga sebagai wilayah pengabdian KKN yang berada di Kecamatan
Belida Darat Kabupaten Muara Enim yang memiliki batasan-batasan
wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Desa Ibul
b. Sebelah Selatan : Desa Kayuara
c. Sebelah Barat : Desa Sialingan.
d. Sebelah Timur : Desa Suka Nanti
2. Keadaan Geografis
a. Ketinggian dari Permukaan air : 0-18 m
b. Suhu Udara : 26 oC-24oC
3. Orbitasi
a. Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 6 km
b. Jarak dari Pusat kota administratif : 20 km
c. Jarak dari kabupaten kota : 115 km
4
d. Jarak dari provinsi : 120 km
5. Bidang Kependudukan
a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
1) Laki-laki : 545 Jiwa
2) Perempuan : 440 Jiwa
b. Jumlah Kepala Keluarga : 285 KK
c. Kewarganegaraan
1) WNI : 985 Jiwa
2) WNA : - Jiwa
d. Jumlah Penduduk Menurut Agama
1) Islam : 985 orang
2) Non Islam : 0 orang
e. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
L Pere
Tingkat Pendidikan aki-laki mpuan
(orang) (orang)
2
Usia 3-6 tahun yang belum masuk 28
8
2
Usia 3-6 tahun yang sedang TK 28
8
Usia 7-18 tahun yang tidak pernah
- -
sekolah
7
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah 76
7
Usia 18-56 tahunyang tidak pernah
- -
sekolah
Usia 18-56 pernah SD tetapi tidak
- -
taman
5
4
Tamat SD/sederajat 40
7
Usia 12-56 tahun tidak taman SLTP - -
Usia 18-56 tahun tidak taman SLTA - -
1
Tamat SMP/sederajat 14
7
1
Taman SMA/sederajat 19
8
Tamat D-1/sederajat 2 -
Tamat D-2/sederajat - 2
Tamat D-3/sederajat 1 1
1
Tamat S-1/sederajat 18
8
Tamat S-2/sederajat - -
Tamat S-3/sederajat - -
Tamat SLBA A - -
Tamat SLBA B - -
Tamat SLBA C - -
2
Jumlah 226
36
Jumlah Total 462
6
Pensiun PNS/TNI/POLRI
Pengusaha Kecil dan Menengah 2 3
Dukun Kampung Terlatih
Karyawan Perusahaan Swasta 2 3
Karyawan Perusahaan Pemerintahan
1
Lain-lainnya -
8
1
Total 152
70
Jumlah Total 327
7
3) Ronda Kampung : 7 Kelompok
8. Bidang Pembangunan
a. Agama (Sarana Peribadatan)
1) Jumlah Masjid : 1 Buah
2) Jumlah Mushollah : - Buah
3) Jumlah Gereja :-
b. Kesehatan
1) Jumlah Klinik : 1 unit
2) Puskesmas Pembantu : 1 unit
3) Posyandu : 1 unit
4) Rumah Bersalin : 1 unit
5) Balai Kesehatan Ibu dan Anak : 1 unit
c. Sarana Pendidikan
1) TK/PAUD : 1 Unit
2) SD : 1 Unit
3) SMP/MTS : 1 Unit
4) SMA :-
5) Perguruan Tingga :-
d. Sarana Olahraga-Kebudayaan
1) Jumlah sepak bola olahraga : 1 buah
2) Lapangan bola volly : 4 Buah
3) Lapangan Bulu tangkis : 2 Buah
4) Lapangan Tenis Meja : 1 buah
e. Pertanian
1) Padi : 27 ha
2) Sayur-mayur :- ha
8
3) Buah-buahan : 1 ha
f. Peternakan
1) Jumlah jenis usaha peternakan : 3 jenis
g. Kelembagaan Kelurahan
1) Jumlah pengurus LPMK : - orang
2) Jumlah kader pembangunan PKK : 2 orang
3) Jumlah kader penggerak PKK : 2 orang
4) Jumlah kader Posyandu : 2 orang
9
BAB III
TINJAUAN UMUM
1
Suparlan, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Dari Teori Sampai Praktik, (Jakarta ;
Bumi Aksara, 2015), hal : 41.
2
Kompri, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktik, (Bandung : Alfabeta, 2014), hal : 2-3.
10
Berdasarkan dari defenisi yang telah dipaparkan oleh beberapa ahli
maka dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu proses
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan
dengan melibatkan orang lain untuk mencapai suatu tujuan yang ingin
dicapai. Dalam perencanaan, manajemen perlu melaksanakan analisis SWOT
yaitu strength, weakness, opportunities, threats.3
Secara etimologis (arti kata) prasarana berarti alat tidak langsung
untuk mencapai tujuan. Dalam pendidikan misalnya : lokasi/ tempat,
bangunan sekolah, lapangan olahraga, uang dan sebagainya. Sedang sarana
seperti alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Misalnya : ruang,
buku, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.
Sedang menurut keputusan Menteri P dan K No. 079/ 1975, sarana
pendidikan terdiri dari tiga kelompok besar yaitu :
a. Bangunan dan perabot sekolah.
b. Alat pelajaran yang terdiri, pembukuan dan alat-alat peraga dan
laboratorium.
c. Media pendidikan yang dapat dikelompokkan menjadi audiovisual yang
menggunakan alat penampil dan media yang tidak menggunakan alat
penampil.4
3
Kompri, Manajemen Sekolah: Teori dan Praktik, hal : 2-3
4
Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2011), hal. 51
11
atau keadaannya berlebih. Jika keadaan sarana dan prasarana kurang, maka
hal ini berarti ada kebutuhan tehadap sarana dan prasarana pendidikan.
Kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dapat pula ditentukan
berdasarkan data hasil proyeksi penduduk usia sekolah yang akan masuk
menjadi siswa baru.5
2) Proyeksi Kebutuhan Sarana Dan Prasarana
Selain didasarkan kepada kebutuhan saran dan prasarana
pendidikan sesuai dengan data keadaan pada masa lalu dan masa kini,
perencanaan sarana dan prasarana pendidikan juga dapat dilakukan
berdasarkan data pada masa yang akan datang sebagai hasil proyeksi.
Meskipun demikian adalah tugas perencana pendidikan untuk mengetahui
informasi penting apa saja yan dibutuhkan dalam rangka pembangunan
atau mengonstruksi gedung sekolah dan sarana lainnya. Tugas pertama
perencana dalam hal ini adalah mengumpulkan data untuk menentukan
sarana pendidikan yang ada saat ini berdasarkan jenis dan jenjang
pendidikan, termasuk bagaimana kualitasnya.6
5
Matin dan Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta :
PT RajaGrafindo Persada, 2016), hal.7-8.
6
Matin dan Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, hal : 17-18.
7
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2009), hal.171
12
perencanaan dengan maksud untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar
kegiatan pembelajaran dapat berjalan secaraefektif dan efisien sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.8
Pengadaan perlengkapan pendidikan pada dasarnya upaya
merealisasikan rencana pengadaan perlengkapan yang telah disusun
sebelumnya. Dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan berbasis
sekolah (PMPBS), atau dalam kerangka manajemen berbasis sekolah
(MBS), pengadaan perlengkapan sekolah harus dilakukakn sendiri oleh
sekolah, baik dengan menggunakan dana bantuan pemerintah maupun
dana sekolah sendiri. Kemudian kepala sekolah bersama guru dan, bila
perlu, pengurus komite merencanakan dan melakukan pengadaan sendiri
perlengkapan yang dibutuhkan secara efektif dan efisien.9
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan
keseluruhan kegiatan yang dilakukan dengan cara menghadirkan atau dari
tidak ada menjadi ada sarana dan prasarana pendidikan berdasarkan hasil
perencanaan.10
8
Matin dan Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidika, hal : 21.
9
Ibrahim Bafadal, Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2008), hal. 30
10
Wahyu Sri Ambar Arum, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, (Jakarta :
Multi Karya Mulia, 2007), hal.46
11
Matin dan Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, hal : 22-26.
13
Untuk membeli buku-buku perpustakaan sekolah dapat ditempuh
dengan beberapa cara yaitu membeli di pabrik, membeli di toko, dan
memesan.
b) Membuat Sendiri
Pembuatan sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana
dan prasarana pendidikan dengan jalan membuat sendiri yang biasanya
silakukan oleh guru, siswa, atau pegawai.
c) Hibah Atau Sumbangan
Penerimaan hibah atau bantuan yaitu merupakan cara pemenuhan
sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan pemberian secara cuma-
cuma dari pihak lain.penerimaan hibah atau bantuan harus dilakukan
dengan membuat berita acara.
d) Menyewa
Menyewa adalah pemenuhan kebutuhan sarana pendidikan
persekolahan dengan jalan pemanfaatan sementara barang milik pihak lain
untuk kepentingan sekolah dengan cara membayar sesuai dengan
perjanjian sewa-menyewa.
e) Meminjam
Meminjam merupakan penggunaan baran secara cuma-cuma untuk
sementara waktu dari pihak lain untuk kepentingan sekolah berdasarkan
perjanjian pinjam-meminjam.
Pengadaan perlengkapan sekolah bisa dilakukan dengan cara
meminjam kepada pihak-pihak tertentu. Pihak-pihak yang dapat dipinjam
adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru, ataupun orang tua
murid.
f) Daur Ulang
Mendaur ulang merupakan kegiatan mengolah barang-barang bekas
yang kegunaannya sudah berkurang dengan cara peleburan atau perakitan
kembali agar barang-barang tersebut berguna kembali dan memiliki nlai
tambah. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara mendaur
ulang merupakan adalah pengadaan sarana dan prasarana melalui aktivitas
14
pemanfaatan barang yang sudah tidak terpakai menjadi barang yang
berguna untuk keoentingan sekolah.
g) Tukar-menukar
Penukaran merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan dengan jalan menukarkan sarana dan prasarana yang
dimiliki dengan sarana dan prasarana tang dibutuhkan organisasi atau
instansi lain.
Untuk memperoleh tambahan perlengkapan sekolah, pengelola
perlengkapan sekolah bisa mengadakan hubungan kerja sama dengan
pengelola perlengkapan sekolah lainnya. Hubungan kerja sama tersebut
berupa saling menukar perlengkapan sekolah
h) Perbaikan Atau Rekonstruksi Kembali
Perbaikan merupakan cara pemenuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan jalan memperbaiki sarana dan prasarana yang telah
mengalami kerusakan, baik dengan perbaikan satu unit maupun dengan
jalan penukaran instrumen yang baik diantara instrumen sarana dan
prasarana yang rusak sehingga instrumen-instrumen yang baik tersebut
dapat disatukan dalam satu unit atau beberapa unit, dan pada akhirnya satu
atau beberapa unit sarana dan prasarana tersebut dapat dioperasikan atau
difungsikan.
15
b) Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan
kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.
c) Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka
bagi penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan
dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia
barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu
berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan;
d) Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai
pengadaan barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi
pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon
penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia
barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada
umumnya;
e) Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama
bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk
memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau
alasan apapun;
f) Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan
maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum
pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-
prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/
jasa.12
12
Peraturan Presiden No 54 Tahun 2010 tentang Pegadaan Barang/ Jasa Pemerintah
16
dan disalurkan. Kedua, pihak penerima yaitu kepada siapa pengiriman
sarana dan prasarana ditujukan.13
17
d) Untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah.
15
Matin dan Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidika, hal : 55-56
16
Matin dan Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, hal : 89
18
bergerak ialah pemeliharaan yang dilakukan terhadap kendaraan bermotor
dsb.17
19
d) Perawatn preventif
20
f) Gudang terbuka adalah gudang yang tidak berdinding dan tidak
beratap, tetapi berlantai dan harus dikeraskan sesuai dengan berat
berang-barang yang akan disimpan.
g) Gudang tertutup adalah gudang berdinding dan beratap yang
konstruksinya disesuaikan dengan fungsi gudang itu.19
19
Matin dan Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, hal : 119-
120
21
a) Sarana dan prasarana dalam keadaan sudah tua atau rusak berat
sehingga tidak dapat diperbaiki atau dipergunakan lagi.
b) Perbaikan sarana dan prasarana akan menelan biaya yang besar
sehingga merupakan pemborosan.
c) Secara teknis dan ekonomis kegunaannya tidak seimbang dengan
besarnya biaya pemeliharaan.
d) Sarana dan prasarana tersebut tidak sesuai lagi dengan kebutuhan
masa kini.
e) Adanya penyusutan barang dari luar kekuasaan pengurus barang.
f) Jumlah barang berlebih sehingga jika disimpan lebih lama akan
bertambah rusak dan tak terpakai lagi.
g) Sarana dan prasarana dicuri, terbakar, dan atau musnah sebagai
akibat bencana alam.20
20
Matin dan Nurhattati Fuad, Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan, hal : 127-
128
22
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
a. Pembelian
Dalam proses pengadaan sarana dan prasarana di MTS Darul
Istiqomah salah satu cara yang mereka tempuh dengan cara membeli
secara langsung sarana dan prasarana yang mereka butuhkan. Untuk
dana yang diperlukan dalam membeli sarana dan prasarana, bersumber
dari bantuan dari pemerintah, donatur, dan sebagian dari para guru
dan orang tua murid.
b. Membuat sendiri
Cara yang kedua yaitu membuat sendiri, cara ini mereka
lakukan dalam pengadaan sarana dan prasarana seperti pembuatan alat
peraga dan alat penunjang kegiatan olahraga. Salah satu contoh
pengadaan sarana dan prasarana dengan scara membuat sendiri yaitu
mereka membuat sendiri tiang net bola volly dan bulu tangkis yang
terbuat dari bekas kaleng (ember) wadah cat yang diisi dengan semen
dan tiang net. Pembuatan net ini mereka lakukan agar tiang tersebut
mudah dipindahkan kemana saja ketika dibutuhkan.
c. Penyewaan
Selain 2 cara diatas, ada juga cara yang mereka lakukan dalam
pengadaan sarana dan prasarana yang tidak mereka miliki, salah satu
caranya yaitu menyewa. Salah satu contoh bentuk penyewaan yang
23
mereka lakukan yaitu menyewa mobil ketika mereka hendak
mengikuti perlombaan atau kegiatan-kegiatan diluar sekolah.
d. Meminjam
Hampir sama dengan cara diatas, namun cara yang satu ini
dengan cara meminjam baik sarana maupun prasarana yang tidak
mereka miliki. Salah satunya yaitu meminjam masjid yang ada di desa
untuk megadakan kegiatan yang bersifat keagamaan seperti peringatan
Maulid Nabi Muhammad dsb.
e. Daur ulang
Daur ulang adalah proses mengolah barang-barang bekas yang
kegunaanya sudah berkurang dengan cara peleburan atau perakitan
kembali agar barang-barang tersebut berguna kembali dan memiliki
nilai tambah. Untuk cara yang satu ini mereka lakukan dalam
pengadaan sarana dan prasarana pendukung, sepreti mendaur ulang
limbah gelas air minum mineral menjadi hiasan di dalam kelas.
g. Hibah
Dari beberapa cara pengadaan sarana dan prasarana diatas,
mulai dari pembelian sampai rekonstruksi. MTS Darul Istiqomah juga
menerima hibah baik dari wali siswa, masyarakat, maupun dari desa.
24
2. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pemeliharaan sarana dan prasarana yang dilakukan di MTS Darul
Istiqomah yaitu dengan cara membersihkan sarana dan prasarana sebelum dan
sesudah pemakaian, seperti alat tulis yang dikembalikan kembali ke kantor
jika telah selesai di gunakan.
25
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di MTS Darul Istiqomah maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pengelolaan sarana dan prasarana yang ada di MTS Darul Istiqomah belum
berjalan dengan baik, di karenakan sarana dan prasarana kurang memadai
untuk membantu kegiatan pendidikan.
2. Dalam kegiatan pengadaan sarana dan prasarana di MTS Darul Istiqomah
menggunakan beberapa cara yaitu pembelian, membuat sendiri, penyewaan,
meminjam, daur ulang, rekontruksi, hibah.
3. Ruangan Kelas yang bergabung dengann kantor guru dan hanya di sekat oleh
tembok kayu.
4. Tata cara penyimpanan di MTS Darul Istiqomah ini yaitu menggunakan
sistem estafet atau di rolling. Maksud nya adalah menggunakan sarana dan
prasarana sampai tidak layak pakai lagi, setelah tidak layak pakai lagi baru
kemudian menggunakan sarana dan prasarana yang baru.
B. SARAN
1. Diharapkan kepada sekolah untuk menambah sarana dan prasarana untuk
menunjang kegiatan pendidikan agar lebih baik lagi ke depannya.
2. Sekolah harus lebih kreatif dalam mencari sumber dana untuk pengadaan
sarana dan prasarana di MTS Darul Istiqomah.
3. Diharapkan pihak MTS harus lebih inovatif lagi dalam membuat sarana dan
prasarana.
26
DAFTAR PUSTAKA
Suparlan, 2015. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Dari Teori Sampai Praktik,
Jakarta ; Bumi Aksara.
Matin dan Nurhattati Fuad, 2016. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan,
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2009. Profesi Keguruan, Jakarta : Rineka Cipta.
Wahyu Sri Ambar Arum, 2007. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan,
Jakarta : Multi Karya Mulia.
27