Anda di halaman 1dari 14

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA

PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN


RUMAH SAKIT X DEMAK TAHUN 2013

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

RIRIN DYAH AYU APRILIA


K 100080057

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2015
1
 
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA
PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN
RUMAH SAKIT X DEMAK TAHUN 2013

EVALUATION USE OF ANTIBIOTICS ARI NON PNEUMONIA


PATIENTS CHILDREN IN INSTALLATION OUTPATIENT
IN X HOSPITAL DEMAK AT 2013

Ririn Dyah Ayu Aprilia, Tanti Azizah Sujono


Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. Ahmad Yani, Tomol Pos 1, Pabelan Kartasura Surakarta 57102 Telp. (0271) 717417

ABSTRAK

Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu
bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga kantong paru seperti sinus/rongga di
sekitar hidung, rongga telinga tengah dan pleura. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi
rasionalitas penggunaan antibiotik yang meliputi tepat obat, tepat dosis, tepat pasien dan tepat
indikasi pada pasien ISPA non-pneumonia anak di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak
pada Tahun 2013. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien anak yang terdiagnosis Infeksi
Saluran Pernafasan Akut non-pneumonia dengan jenis terklasifikasi (tonsilitis dan faringitis),
pasien anak rawat jalan, identitas pasien, jenis antibiotik, dosis, rute, frekuensi, durasi, dan
mendapatkan antibiotik. Jumlah kasus sebanyak 100 pasien dengan metode purposive sampling.
Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, yang meliputi karakteristik pasien, diagnosis
dokter, dan terapi yang diberikan. Dari 100 kasus diperoleh hasil 25% sesuai dengan pedoman
pengobatan dan 75% tidak sesuai dengan pedoman pengobatan berdasarkan acuan standar WHO
2001 dan setelah dikaji kerasionalannya berdasarkan kriteria 4T diperoleh hasil ketepatan indikasi
sebesar 100%, ketepatan obat sebesar 25%, ketepatan dosis sebesar 25%, dan ketepatan pasien
sebesar 100%.

Kata Kunci : Infeksi Saluran Pernafasan Akut, non-pneumonia, Pasien Anak, Rawat Jalan, Rumah
Sakit

ABSTRACT

Acute Respiratory Infection (ARI) is an acute infectious disease that attacks the respiratory
from the nose to the lungs as sinuse/cavity around the nose, and pleural cavity of the middle ear.
The purpose of this study was to evaluate the rationality use of antibiotics that includes right drug,
right dose, right patient and right indication in patients with ARI non-pneumonia in children
Outpatient Installation X Hospital Demak in 2013. Criteria of inclusion in this study is pediatric
patients diagnosed of Acute Respiratory Infections (ARI) non-pneumonia with type classified
(tonsillitis and pharyngitis), outpatient, pediatric patients, patient identity, given antibiotics,
dosage, method of use, frequency and duration, get antibiotics. Total of cases 100 patients with
purposive sampling method. The analysis is a descriptive analysis, which includes the
characteristics of the patient, the doctor's diagnosis, and treatment given. Of the 100 cases the
results of 25% was obtained in accordance with the guidelines of treatment and 75% did not
correspond to the reference standard treatment guidelines based on the WHO 2001 and after
assessed according to the criteria 4T obtained results accuracy indicated a 100%, precision
medicine by 25%, the accuracy of the dose by 25% , and accuracy of patients 100%.

Keywords: Acute Respiratory Infections, Child Patient, Hospital, non-pneumonia,Outpatient

1
 
PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau yang sering disebut ISPA merupakan penyebab
utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Setiap tahunnya rata-rata
hampir empat juta orang meninggal disebabkan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA), 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah. Pada bayi, anak-anak,
dan orang lanjut usia rata-rata tingkat mortalitasnya cukup tinggi terutama dinegara-negara
dengan pendapatan perkapita rendah dan menengah (Depkes RI, 2007).
Perencanaan dalam penggunaan antibiotik dan pengontrolan kejadian resistensi
antibiotik dilakukan untuk mencegah kejadian resistensi antibiotik. Untuk mengetahui
distribusi penggunaan antibiotik dan dalam rangka pencegahan kejadian resistensi
antibiotik, diperlukan data-data yang berasal dari hasil studi penggunaan antibiotik selama
beberapa tahun. Pola penggunaan peresepan antibiotik yang tidak tepat dapat berakibat
pada resistensi antibiotik, sehingga perlu dilakukan strategi penggunaan antibiotik untuk
mencegah kejadian resitensi antibiotik tersebut (Janknegt et al, 2000). Dampak dari
pemakaian antibiotik yang tidak tepat dapat berakibat timbulnya resistensi antibiotik,
meningkatkan toksisitas, meningkatnya efek samping antibiotik tersebut, dan biaya
pengobatan yang meningkat (Kakkilaya, 2008). Faktor-faktor yang memudahkan
berkembangnya resistensi klinik adalah penggunaan antimikroba yang irasional,
penggunaan antimikroba yang sering, penggunaan antimikroba baru yang berlebihan,
penggunaan antimikroba dalam jangka waktu yang lama, kemudahan transportasi modern,
perilaku seksual, sanitasi yang buruk, dan kondisi perumahan yang tidak memenuhi syarat
(Setiabudi, 2007).
Cara mengatasi penggunaan antibiotik secara rasional yaitu melakukan monitoring
dan evaluasi penggunaan antibiotik di rumah sakit secara sistemis dilaksanakan secara
teratur di rumah sakit ataupun di pusat-pusat kesehatan masyarakat, dan melakukan
intervensi untuk mengoptimalkan penggunaan antibiotik (Wilianti, 2009). Penggunaan
obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman dan juga tidak ekonomis saat ini telah
menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan misalnya di Rumah Sakit, Puskesmas,
praktek pribadi, maupun masyarakat luas (Depkes, 2000).
Penggunaan obat untuk anak-anak merupakan hal khusus yang berkaitan dengan
perbedaan laju perkembangan organ, sistem di dalam tubuh maupun enzim yang
bertanggung jawab terhadap metabolisme dan ekskresi obat. Sesuai dengan alasan tersebut
maka dosis obat, formulasi, hasil pengobatan dan efek samping obat yang timbul sangat
beragam sepanjang masa anak-anak. Pemakaian obat pada anak-anak belum diteliti secara

2
 
luas, sehingga hanya terdapat sejumlah kecil obat yang telah diberi izin untuk digunakan
pada anak-anak yang memiliki bentuk sediaan yang sesuai (Prest, 2003).
Dari hasil penelitian sejenis Giovanni (2010) Dengan Judul “Rasionalitas
Penggunaan Antibiotika Dalam Penatalaksanaan Konjungtivitis Di Bagian Mata Rumah
Sakit X Semarang Tahun 2010” Diketahui bahwa ketepatan obat sebesar 3,7% dan ketidak
tepatan obat sebesar 96,3%. Ketepatan jenis antibiotika dinilai dari efektivitas, toksisitas,
harga, dan spektrumnya dibandingan antibiotika lainnya. Dari 26 catatan medik yang tidak
tepat jenis antibiotika, seluruhnya tergolong kategori IV A (ada antibiotika lain yang lebih
efektif) dan kategori IV B (ada antibiotika lain yang kurang toksik). Sebanyak 11 catatan
medik masuk kategori IV C (ada antibiotika lain yang lebih murah).
Dilihat dari uraian di atas penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi rasionalitas
penggunaan antibiotik yang meliputi tepat obat, tepat dosis, tepat pasien dan tepat indikasi
pada pasien ISPA non-pneumonia anak di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak
pada Tahun 2013.

METODOLOGI PENELITIAN
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian non-eksperimental atau
observasional yaitu penelitian berdasarkan data-data yang sudah ada tanpa melakukan
perlakuan terhadap subyek uji dengan rancangan analisa secara deskriptif non-analitik
yaitu untuk memperoleh gambaran penggunaan antibiotik pada pasien Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia anak.
2. Definisi Operasional Penelitian
a. Evaluasi pengobatan yaitu analisa pemakaian antibiotik yang disesuaikan dengan
ketepatan indikasi, ketepatan obat, ketepatan pasien dan ketepatan dosis yang diberikan
kepada pasien.
b. Tepat indikasi yaitu kesesuaian pemberian antibiotik dengan indikasi yang dilihat dari
diagnosis utama yang tercantum dalam kartu rekam medis pasien.
c. Tepat obat yaitu pemilihan obat sesuai drug of choice standar terapi antibiotik panduan
dari WHO tahun 2001.
d. Tepat pasien yaitu pemberian obat yang sesuai kondisi fisiologi anak dan tidak ada
kontraindikasi.
e. Tepat dosis yaitu pemberian obat dengan besarnya dosis, rute, frekuensi dan lama
pemberian.

3
 
f. Antibiotik yaitu antibiotik yang digunakan dalam pengobatan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia dengan jenis terklasifikasi (tonsilitis dan
faringitis) pada anak di Rumah Sakit X Demak.
g. Peresepan di Rumah Sakit X Demak yaitu permintan tertulis dari dokter dan tenaga
paramedis lain untuk pasien kepada apotek setelah pasien tersebut diperiksa.
Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia anak yaitu pasien
yang didiagnosis menderita ISPA non-pneumonia di Rumah Sakit Rumah Sakit X Demak
dengan usia mulai dari 2 sampai dengan 12 tahun (Prest, 2003).
3. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Pharmacetical Care Untuk Penyakit
Saluran Pernafasan Akut dari Departemen Kesehatan RI tahun 2005, serta buku-buku
standar terapi antibiotik panduan dari WHO tahun 2001 yaitu Model Prescribing
Information Drug Use in Bacterial Infection untuk analisa ketepatan dosis, frekuensi, dan
durasi, serta literatur yang relevan.
b. Bahan
Bahan penelitian yang digunakan yaitu buku status pasien anak rawat jalan dan
lembar catatan medis (medical record) yang berisi data karakteristik pasien (jenis kelamin,
umur anak 2-12 tahun (Prest, 2003), berat badan, penyakit lain), dan profil penggunaan
antibiotika (antibiotik yang digunakan). Untuk diagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) non-pneumonia di Rumah Sakit X Demak Tahun 2013.
4. Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) non-pneumonia yang memenuhi kriteria inklusi di Instalasi Rawat Jalan Rumah
Sakit X Demak selama tahun 2013.
Kriteria inklusi :
a. Pasien anak yang terdiagnosis Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia
dengan jenis terklasifikasi (tonsilitis dan faringitis).
b. Pasien anak rawat jalan.
c. Data yang terdapat pada kartu rekam medis meliputi :
1) Identitas pasien (jenis kelamin, berat badan, umur pada anak 2-12 tahun (Prest,
2003)).
2) Jenis antibiotik yang diberikan, dosis, cara pemakaian, frekuensi, dan lama
pemberian.

4
 
3) Data dari bulan Januari sampai April 2013
d. Mendapatkan antibiotik.
5. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit X Demak.
6. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit X Demak. Adapun langkah-langkah
penelitian sebagai berikut :
a. Tahap pertama, mengurus surat izin atau surat pengantar dari Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sebagai syarat untuk melaksanakan
penelitian.
b. Tahap kedua, ke diklat Rumah Sakit X Demak guna mendapat izin atau persetujuan
untuk melakukan penelitian.
c. Tahap ketiga, penelusuran data :
1) Proses penelusuran data dimulai dari observasi catatan rekam medik Rumah Sakit
X Demak berdasarkan laporan catatan rekam medik di instalasi rawat jalan
dilakukan pengelompokan pasien anak dengan diagnosis Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia.
2) Pencatatan data meliputi nomor rekam medis, jenis jaminan, jenis kelamin, berat
badan, umur, jenis obat, dosis, cara pakai, frekuensi, lama pemberian, diagnosis,
penyakit lain.
d. Tahap keempat, pengolahan data pasien dan penggunaan antibiotik pada pasien anak
rawat jalan penderita Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di
Rumah Sakit X Demak.
7. Analisis Data
Analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis
deskriptif, yang meliputi karakteristik pasien (nama, umur, berat badan, jenis kelamin),
diagnosis dokter, dan terapi yang diberikan (jenis antibiotik yang diberikan, dosis, cara
pemakaian, frekuensi dan lama pemberian), dikaji kerasionalannya berdasarkan kriteria 4T
yakni :
a. Tepat indikasi : melihat kesesuaian pemberian antibiotik kepada pasien dengan
diagnosis yang diderita selama menjalani rawat jalan.

5
 
b. Tepat obat : membandingkan antibiotik pada rekam medik dengan antibiotik pada
standar terapi untuk penyakit ISPA dari WHO tahun 2001.

c. Tepat dosis : membandingkan dosis, frekuensi dan durasi antibioik pada rekam medik
dengan dosis, frekuensi dan durasi antibiotik pada standar terapi untuk penyakit ISPA
dari WHO tahun 2001.

d. Tepat pasien : melihat kesesuaian pemberian antibiotik kepada pasien dengan keadaan
dan kondisi klinis pasien.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Dari hasil penelusuran penelitian diambil data sebanyak 100 kasus dari 519 kasus
dengan cara pengambilan acak data rekam medis dari bulan januari sampai bulan desember
pada tahun 2013 dan pasien anak yang terdiagnosa Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
non-pneumonia dengan jenis terklasifikasi (tonsilitis dan faringitis) di Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit X Sunan Kalijaga Demak.
Karakteristik berdasarkan jenis kelamin pasien dengan diagnosis Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak
tahun 2013 diketahui setelah pengambilan acak, pasien laki-laki lebih banyak dengan
jumlah 66% dari pasien perempuan dengan jumlah 34% (Tabel 1).
Pasien dengan diagnosa Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak dikelompokan sesuai umur menurut Sumantri
(2005) secara garis besar ada 5 fase perkembangan dalam hidup manusia yaitu fase
prenatal (sebelum lahir), fase infant (bayi), yaitu fase perkembangan mulai lahir sampai
umur 1-2 tahun diketahui sebanyak 23%, fase childhood (anak-anak) adalah fase
perkembangan mulai umur > 2 tahun sampai 10-12 tahun diketahui sebanyak 77%, fase ini
diklasifikasikan lagi menjadi dua, yaitu early childhood (anak kecil) antara > 2-6 tahun
sebanyak 51%, dan later childhood (anak besar) antara > 6-12 tahun sebanyak 26% (Tabel
1).

6
 
Diagnosis penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013 diklasifikasikan menjadi 2 bagian
yaitu tonsilitis dan faringitis karena data tersebut paling banyak terdapat di data rekam
medis pasien anak ISPA non-pneumonia, dengan pengambilan data acak, jumlah faringitis
sebanyak 64% dan jumlah tonsilitis sebanyak 36% (Tabel 1).
Tabel 1. Persentase pasien Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia berdasarkan jenis
kelamin, umur, diagnosis penyakit di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013.
Karakteristik Pasien Jumlah Persentase (%) (N=100)
Jenis Kelamin
Laki-laki 66 66
Perempuan 34 34

Umur
infant 1-2 tahun 23 23
early childhood > 2-6 tahun 51 51
later childhood > 6-12 tahun 26 26

Diagnosis Penyakit
Faringitis 64 64
Tonsilitis 36 36

Pola Peresepan ISPA Non-Pneumonia


Dalam praktek yang terjadi di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak pada
pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia dijumpai peresepan
dengan tujuan masing-masing seperti anti radang untuk mengurangi peradangan, vitamin
untuk meningkatkan daya tahan tubuh, antibiotika sebagai terapi kausatif. Distribusi obat
yang digunakan pada terapi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi obat yang digunakan pada terapi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-
pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013.
No. Kelas Terapi Nama Obat Frekuensi Persentase (%) (N=100)
1. Antibiotika Sefadroksil 67 67
Sefiksim 8 8
Amoksisillin 10 10
Eritromisin. 15 15

2. Analgetik-antipiretik Parasetamol 52 52
Ibuprofen 52 52

3. Antiradang Deksametason 25 25
4. Anti alergi CTM 25 25
Dexteem plus 25 25

5. Ekspetoran OBH 1 1

6. Anti asma dan Salbutamol 76 76


bronkodilator Ambroxol 76 76

7. Vitamin C 10 10
Elkana sirup 10 10

7
 
Alasan antibiotik masih digunakan dalam terapi Infeksi Saluran Pernafasan Akut
(ISPA) adalah untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit infeksi, tetapi pemilihan
antibiotik harus disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Cara dan lama pemberian juga
harus disesuaikan serta memberikan efek samping yang seminimal mungkin (Azwar,
2005).
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari beberapa antibiotika yang digunakan untuk
terapi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia Sefadroksil adalah jenis
antibiotika yang paling banyak digunakan di Instalasi Rawat Jalan Rumah X Demak
sebanyak 67 kasus (67%).
Dalam terapi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia tidak mudah
untuk mengetahui penyebabnya, biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Dari survei
di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak, menunjukkan bahwa kebiasaan pasien
yang tidak langsung berobat ketika telah muncul gejala-gejala, maka pasien baru akan
datang ke tenaga medis setelah dirasa belum sembuh kira-kira 5 hari sampai satu minggu.
Penggunaan obat yang rasional mencakup tepat indikasi, tepat jenis obat, tepat dosis, tepat
pasien dan waspada efek samping. Resep-resep yang ada di Instalasi Rawat Jalan Rumah
Sakit X Demak diteliti kesesuaiannya dengan pedoman acuan standar WHO 2001 karena
Rumah Sakit X Demak belum menpunyai standar pelayanan medis untuk penyakit ISPA.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa ketepatan indikasi untuk kasus Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak
tahun 2013 semua resep tepat indikasi karena semua kasus Infeksi Saluran Pernafasan
Akut (ISPA) non-pneumonia mendapatkan antibiotik.
Tabel 3. Ketepatan indikasi untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013.
No. Tepat indikasi No. Kasus Frekuensi Persentase (%)
1. Tepat 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 100 100
17, 18, 19, 20 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32,
33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48,
49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64,
65, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81,
82, 83, 84, 85, 86, 87, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98,
99, 100

2. Tidak tepat - 0 0

Total kasus 100 100 100

8
 
Tabel 4. Ketepatan obat untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia
berdasarkan acuan standar WHO 2001 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013.
No. Tepat obat No. Kasus Frekuensi Persentase (%)
1. Tepat 02, 07, 12, 19, 25, 26, 27, 28, 30, 42, 45, 49, 51, 55, 63, 64, 25 25
66, 68, 72, 78, 79, 83, 86, 94, 100

2. Tidak tepat 01, 03, 04, 05, 06, 08, 09, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 20 75 75
21, 22, 23, 24, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41,
43, 44, 46, 47, 48, 50, 52, 53, 54, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62,
65, 67, 69, 70, 71, 73, 74, 75, 76, 77, 80, 81, 82, 84, 85, 87,
89, 90, 91, 92, 93, 95, 96, 97, 98, 99

Total
100 100 100
kasus

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa ketepatan obat untuk kasus Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia berdasarkan acuan standar WHO 2001 di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013 yang tepat obat sebesar 25% dan yang
tidak tepat obat 75%. Ketepatan obat sebesar 25% disebabkan penggunaan antibiotik
amoksisilin dan eritromisin. Ketidaktepatan obat sebesar 75% disebabkan antibiotik yang
diberikan pada peresepan kebanyakan adalah sefadroksil monohidrat. Pada acuan standar
WHO 2001 tidak terdapat antibiotik sefadroksil monohidrat sedangkan Rumah Sakit X
Demak belum menpunyai standar pelayanan medis untuk penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia.
Sebuah penelitian yang telah dilakukan Kalman (2013) dengan membandingkan
efikasi dan keamanan sefadroksil monohidrat oral (30 mg / kg QD atau 15 mg / kg BID)
dengan penisilin V oral (8, 10, atau 15 mg / kg BID, TID, atau QID) dalam pengobatan
grup A beta-hemolitik streptokokus (GABHS) faringitis dan tonsilitis. Sebanyak 1.646
pasien berusia ≤ 19 tahun telah dievaluasi, 1406 pasien dievaluasi menggunakan kriteria
bakteriologis, dan 1.499 pasien dianggap sepenuhnya dievaluasi untuk keselamatan. Hasil
penelitian menunjukkan tingkat respon lebih baik secara signifikan (P < 0,05) dengan
sefadroksil monohidrat dibandingkan dengan penisilin V untuk menyembuhkan
keseluruhan (91,8% vs 81,3%), obat bakteriologis (92,6% vs 81,4%), dan kekambuhan
bakteriologis (4,2% dibandingkan 10,5%), tingkat kesembuhan klinis serupa secara
statistik (90,5% vs 90,2%). Kriteria analisis bakteriologis mengungkapkan tingkat
kesembuhan bakteriologis 95,8% dibandingkan 88,7% (P < 0,05) dan tingkat kekambuhan
bakteriologis 4,9% dibandingkan 7,1% untuk sefadroksil monohidrat dan penisilin V. Efek
samping yang berhubungan dengan pemberian obat terjadi jarang dan tidak berbeda secara
signifikan antara kelompok perlakuan (P > 0,05). Kepatuhan terhadap sefadroksil
monohidrat setidaknya sebaik dengan penisilin V. Penisilin saat ini obat pilihan dalam
9
 
pengobatan GABHS faringitis dan tonsilitis. Berdasarkan informasi yang digambarkan
dalam penelitian ini, sefadroksil monohidrat merupakan alternatif yang sangat baik
penisilin V dalam pengobatan oral GABHS faringitis dan tonsilitis.
Tabel 5. Ketepatan dosis untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia
berdasarkan acuan standar WHO 2001 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013.
No. Tepat dosis Kesesuaian No. Kasus Frekuensi Persentase (%)
1. Tepat dosis dan 02, 07, 12, 19, 25, 26, 27, 28, 30, 42, 45, 49, 25 25
frekuensi 51, 55, 63, 64, 66, 68, 72, 78, 79, 83, 86, 94,
100

2. Tidak tepat dosis dan 01, 03, 04, 05, 06, 08, 09, 10, 11, 13, 14, 15, 75 75
frekuensi 16, 17, 18, 20 21, 22, 23, 24, 29, 31, 32, 33,
34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 43, 44, 46, 47,
48, 50, 52, 53, 54, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62,
65, 67, 69, 70, 71, 73, 74, 75, 76, 77, 80, 81,
82, 84, 85, 87, 89, 90, 91, 92, 93, 95, 96, 97,
98, 99

Total kasus 100 100 100

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa ketepatan dosis untuk kasus Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia berdasarkan acuan standar WHO 2001 di Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013 yang tepat dosis sebanyak 25% dan yang
tidak tepat dosis sebanyak 75%. Perhitungan durasi tidak diikutsertakan dalam ketepatan
dosis karena keterbatasan data yang diambil. Data rekam medis yang diambil hanya saat
pasien anak ISPA non-pneumonia kontrol pertama kali sehingga perhitungan ketepatan
dosis disesuaikan dengan besaran dosis dan frekuensi.
Tabel 6. Ketepatan pasien untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di
Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013.
No. Tepat pasien No. Kasus Frekuensi Persentase (%)
1. Tepat 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 10, 11, 12, 13, 14, 100 100
15, 16, 17, 18, 19, 20 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28,
29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42,
43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56,
57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 67, 68, 69, 70, 71,
72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85,
86, 87, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99,
100

2. Tidak tepat - 0 0

Total kasus 100 100 100

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa ketepatan pasien untuk kasus Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak
tahun 2013 semua resep tepat pasien karena antibiotik yang diresepkan tidak ada
kontraindikasi pada pasien anak dan sesuai dengan kondisi fisiologi pasien anak.

10
 
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa kesesuaian pedoman pengobatan untuk kasus
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah
Sakit X Demak 25% sesuai dengan pedoman pengobatan dan 75% tidak sesuai dengan
pedoman pengobatan.
Tabel 7. Kesesuaian pedoman pengobatan untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) non-
pneumonia berdasarkan acuan standar WHO 2001 di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak
tahun 2013.
No. Penggunaan Jenis Obat Frekuensi Persentase (%)
1. Sesuai dengan pedoman pengobatan 25 25
2. Tidak sesuai dengan pedoman pengobatan 75 75
Total kasus 100 100

Dari hasil penelitian tentang pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
non-pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013 dari 100 kasus,
25% sesuai dengan pedoman pengobatan dan 75% tidak sesuai dengan pedoman
pengobatan berdasarkan acuan standar WHO 2001 dan setelah dikaji kerasionalannya
berdasarkan kriteria 4T diperoleh hasil ketepatan indikasi sebesar 100%, ketepatan obat
sebesar 25%, ketepatan dosis sebesar 25%, dan ketepatan pasien sebesar 100%.

PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa penggunaan obat untuk kasus Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
non-pneumonia di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Demak tahun 2013 dari 100 kasus,
25% sesuai dengan pedoman pengobatan dan 75% tidak sesuai dengan pedoman
pengobatan berdasarkan acuan standar WHO 2001 dan setelah dikaji kerasionalannya
berdasarkan kriteria 4T diperoleh hasil ketepatan indikasi sebesar 100%, ketepatan obat
sebesar 25%, ketepatan dosis sebesar 25%, dan ketepatan pasien sebesar 100%.
2. Saran
a. Bagi Rumah Sakit untuk meningkatkan pelayanan disarankan menyediakan standar
pelayanan medis terutama untuk penyakit ISPA.
b. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang evaluasi
antibiotik penyakit ISPA dengan menggunakan metode prospektif yaitu studi
penelitian dimana karakteristik lain dari peserta dipantau dalam jangka waktu tertentu
kemudian saat kejadian peristiwa tersebut dicatat.

11
 
DAFTAR ACUAN
Azwar, B., 2005, Bijak Mengkonsumsi Obat Flu, Penerbit PT. Kawan Pustaka, Depok.

Depkes RI, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Depkes RI, 2005, Pharmacetical Care Untuk Penyakit Saluran Pernafasan,


Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Depkes RI, 2007, Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut Yang
Cenderung Menjadi Epidemi Dan Pandemi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
http://www.who.int/esr/resouseces/puplications/csrpublications/en/index7.html
(diakses Maret 2014)

Giovanni, G. T., 2010, Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Dalam Penatalaksanaan


Konjungtivitis Di Bagian Mata RSUP Dr. Kariadi Semarang Tahun 2010, Skripsi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.

Jankgnet, R., Lashof, A. O., Gould, I.M., Van der Meer, J. W. M., 2000, Antibiotic Use in
Ducth Hospital 1991-1996, Journal of Antimicrobial Chemotherapy 45, 251-256.

Kakkilaya, S., 2008, Rational Medicine: Rational use of antibiotics,


http://www.rationalmedicine.org/antibiotics.htm (diakses 16 maret 2015)

Prest, M., 2003, Penggunaan Obat Pada Anak-Anak Dalam Aslam M., Tan K., C., Dan
Prayitno A., (editor), Farmasi Klinik Menuju pengobatan yang Rasional dan
Penghargaan Pilihan Pasien, Efek Media Komputindo, Jakarta.

Setiabudi, R., 2007, Pengantar Antimikroba., dalam Gunawan, S. G., Setiabudy, R.,
Nafrialdi. Dan Elysabeth., Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

World Health Organization, 2001, WHO Model Prescribing Information Drug Use in
Bacterial Infection, WHO, Geneva, 14-17.

12
 

Anda mungkin juga menyukai