Anda di halaman 1dari 4

EPIDEMIOLOGI PNEMONIA

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran napas yang terbanyak di
dapatkan dan sering merupakan penyebab kematian hampir di seluruh dunia. Di Inggris
pneumonia menyebabkan kematian 10 kali lebih banyak dari pada penyakit infeksi lain,
sedangkan di AS merupakan penyebab kematian urutan ke 15. pada pasien yang dirawat di
rumah sakit, 25-50% pada pasien ICU.

Di Amerika Serikat insiden penyakit pneumonia mencapai 12 kasus tiap 1000 orang
dewasa. Kematian untuk pasien rawat jalan kuang dari 1%, tetapi kematian pada pasien
yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi, yaitu 14%. Di negara berkembang sekitar 10-
20% pasien yang memerlukan perawatan di rumah sakit dan angkat kematian diantara
pasien tersebut lebih tinggi, yaitu sekitar 30-40%. Di Indonesia sendiri, terdapat 5-11
kasus pneumonia per 1.000 orang dewasa; 15-45% perlu di rawat dirumah sakit (1-4
kasus), dan 5-10% diobati di ICU. Insidensi paling tinggi pada pasien yang sangat muda
dan usia lanjut dengan ortalitas 5-12%
Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
menunjukkan; prevalensi nasional ISPA: 25,5% (16 provinsi di atas angka nasional),
angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada Bayi: 2.2 %, Balita: 3%, angka kematian
(mortalitas) pada bayi 23,8%, dan Balita 15,5%.
Anamnesa epidemiologi harus mencakup keadaan lingkungan pasien, tempat yang
dikunjungi dan kontak dengan orang atau binatang yang menderita penyakit yang serupa.
Penmonia diharapkan akan sembuh setelah terapi 2-3 minggu. Bila lebih lama perlu
dicurigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh jamur
mikrobakterium atau parasit.
Pneumonia pada dapat terjadi pada orang tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun
pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau
lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh. Frekuensi relative terhadap
mikroorganisme petogen paru bervariasi menurut lingkungan ketika infeksi tersebut
didapat. Misalnya lingkungan masyarakat, panti perawatan, ataupun rumah sakit. Selain
itu factor iklim dan letak geografik mempengaruhi peningkatan frekuensi infeksi penyakit
ini.

FAKTOR RESIKO
Beberapa kelompok yang mempunyai faktor risiko lebih tinggi untuk terkena pneumonia

antara lain :

a. Usia lebih dari 65 tahun

b. Riwayat merokokis

c. Paralisis laringeal

d. Malnutrisi

e. Pasien dengan penyakit paru seperti asma, PPOK dan emfisema

f. Diabetes Mellitus

g. Penyakit pernapsan kronik (COPD, asma kistik fibrosis)

h. Kanker

i. Trakeostomi dan pemakaian endotrakeal tube

j. Tindakan Bedah pada regio abdominal atau toraks

k. Fraktur tulang iga

l. AIDS, pengobatan immunosuppresan dan pasien immunocompromised.

( Buku ilmu penyakit dalam)

EPIDEMIOLOGI TUBERKULOSIS

Tuberkulosis di angap sebagai maslah kesehatan dunia yang penting karena ± 1/3
penduduk dunia terinfeksi terinfeksi oleh bakteri TB. Sebagai besar angka kejadian dari
kasus TB ini (95%) dan angka kematiannya (98%) terjadi di negara-negara yang sedang
berkembang. Karena penduduk yang dapat serta tingginya prevalensi TB di Asia, maka
lebih > 65% dari kasus-kasus TB yang baru kematiannya muncul disana. 75% TB
menyerang usia produktif yakni umur 20-50 tahun. Dari seluruh kasus anak dengan TB,
75% didapatkan di duapuluh dua negara dengan beban TB tinggi (high
burdencountries). Dilaporkan dari berbagai negara presentase semua kasus TB pada
anak berkisar antara 3% sampai >25%.
Mayoritas anak tertular TB dari pasien TB dewasa, sehingga dalapenanggulangan
TB anak, penting untuk mengerti gambaran epidemiologi TB pada dewasa. Infeksi TB
pada anak dan pasien TB anak terjadi akibat kontak dengan orang dewasa sakit TB
aktif. Diagnosis TB pada dewasa mudah ditegakkan dari pemeriksaan sputum yang
positif. Sulitnya konfirmasi diagnosis TB pada anak mengakibatkan penanganan TB
anak terabaikan, sehingga sampai beberapa tahun TB anak tidak termasuk prioritas
kesehatan masyarakat di banyak negara, termasuk Indonesia. Akan tetapi beberapa
tahun terakhir
dengan penelitian yang dilakukan di negara berkembang,
penanggulangan TB anak mendapat cukup perhatian.

Program pengandalian TB Nasional di indonesia dimulai sejak tahun 1969 oleh


Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Panduan taerbaru mengenai pengendalian
TB Nasional yang dikeluarka oleh Depkes RI adalah Strategi Nasional Pengendalian
Tuberkulosisi di Indonesia tahun 2011-2014 (STRANAS TB)

Faktor risiko

Perkembangan TB pada manusia melalui dua proses, yaitu pertama seseorang yang
rentan bila terpajan oleh kasus TB yang infeksius akan menjadi tertular TB (infectious TB),
dan setelah beberapa lama kemudian baru menjadi sakit. Oleh karena itu faktor risiko untuk
infeksi berbeda dengan faktor risiko menjadi sakit TB. Terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya infeksi TB maupun timbulnya penyakit TB pada anak. Faktor-
faktor tersebut dibagi menjadi faktor risiko infeksi dan faktor risiko progresifitas infeksi
menjadi penyakit (risiko penyakit).

Faktor risiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang terpajan dengan orang dewasa
dengan TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat
(higiene dan sanitasi tidak baik), dan tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara, atau panti
perawatan lain), yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif. Sumber infeksi TB pada anak yang
terpenting adalah pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius, terutama dengan BTA positif.
Berarti bayi dari seorang ibu dengan BTA sputum positif memiliki risiko tinggi terinfeksi TB.
Semakin erat bayi tersebut dengan ibunya, semakin besar pula kemungkinan bayi tersebut terpajan
percik renik (droplet nuclei) yang infeksius. Risiko timbulnya transmisi kuman dari orang dewasa ke
anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa tersebut mempunyai BTA sputum positif, infiltrat luas atau
kavitas pada lobus atas, produksi sputum banyak dan encer, batuk produktif dan kuat, serta terdapat
faktor lingkungan yang kurang sehat terutama sirkulasi udara yang tidak baik.

( Cissy B. Kartasasmita )
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Universitas Padjadjaran/RS Hasan Sadikin, Bandung

Anda mungkin juga menyukai