A. DEFENISI
Infark miokard akut merupakan indikasi kejadian oklusi total pembuluh darah
ateri koroner. Keadaan ini memerlukan tindakan revaskularisasi untuk
mengembalikan aliran darah dan reperfusi miokard secepatnya; secara
medikametosa menggunakan agen fibrinolit atau secara mekanis melalui
intervensi koroner perkutan primer. (Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia, 2018)
Infark miokart akut (IMA) adalah kerusakan jaringan miokard akibat iskemia
heebat yang terjadi secara tiba-tiba. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh
ruptur plakyang diikuti dengan proses pembentukan trombus oleh trombosit.
(Dr.M. djamil padang 2013)
Infark miokard akut (IMA) adalah nekrosisi irrevesibel pada otot jantung
akibat iskemia yang berkepanjangan. Terdapat 2 macam ima yaitu IMA yaitu
IMA, angka leukosit yaitu sel darah putih yang berfungsi sebagai suatu sistem
pertahanan tubuh yang mobile sangat berperan dalam menetukan angka
kematian IMA. Angka leukosit tinggi dapat menjadi prediktor dan indikator
prognostik setelah kejadian ikemik dan infark miokard. Dan dengan angka
leukosit yang ,tinggi dapat menyebabkan gagal jantung kongesti yang berkhir
kematian 5 kali lipat dibandingkan angka leukosit normal. (merita aisyah 2015).
Infark miokart akut (IMA) terjadi akibat oklukasi atau sumbatan pada
pembuluh darah koroner yang menyebabkan suplai darah sangat kurang
seehingga terjadi nekrosis miokard yang menybabkan cardiac arrest. Infark
miokard akut adalah menefestasi lanjut dari penyakit jantung koroner yang
terjadi secara akut. Merupakan suatu keadaan dimana jantung mengalami
iskemi ynag berlangsung lebih dari 30-45 menit yang akan menyebabkan
kerusakan sel irreversibel serta nekrosis atau kematian otot jantung. ( Tegusti
muhamad waly 2015 )
Sebuah garis yang ditarik dari tulang iga ketiga sebelah kanan, 2cm dari
sternum, diatas tulang iga kedua seelah kiri, 1cm dan sternum, menunjuk
kedudukan basis jantung, tempat pembuluh darah masuk dan keluar.
Titik disebelah kiri pada Intra Costa 5, 4cm dari garis medial,
menunjukkan kedudukan apeks jantung, yang merupakan ujung tajam ventrikel.
Dengan menarik garis antara dua tanda itu dapat ditentukan kedudukan jantung.
1. Struktur jantung
Ukuran jantung kira-kira sebesar kepalan tangan. Jantung dewasa
beratnya antara 220 sampai 260 gram. Jantung terbagioleh sebuah septum
(sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan. Sesudah lahir tidak ada
hubungan antara kedua belahan ini. Setiap belahan kemudian dibagi lagi
dalam dua ruang, yang atas disebut atrium, dan yang bawa ventrikel. Di
setiap sisi ada hubungan antara atrium dan ventrikel melalui lubang atrio-
ventrikel dan pada setiap lubang tersebut terdapat katup yang kanan
bernama katup (valvula) trikuspidalis dan yang kiri disebut katup mitral atau
katup bikuspidalis. Katup atrio ventrikuler mengizinkan darah mengalir hanya
ke satu arah, yaitu dari atrium ke ventrikel dan menghindarkan darah
mengalir kembali dari ventrikel ke atrium. Katup trikuspidalis terdiri atas 3
kelopak (kuspa), sedangkan katup mitral terdiri atas dua kelopak.
Jantung mempunyai dua atrium dibagian atas dan dua ventrikel dibagian
bawah. Keduanya dipisah secara melintang oleh septum intraventrikuler.
Atrium kanan menerima darah kurang oksigen dari vena tubuh : vena kava
superior mengembalikan darah dari daerah tubuh diatas diafragma, vena
cava inferior mengembalikan darah dari tubuh dibawah diafragma, dan sinus
kororner mengalirkan darah dari jantung. Atrium kiri menerima darah kaya
oksigen dari paru-paru melalui vena pulmonalis. Ventrikel kanan menerima
darah kaya karbodioksida dari atrium kanan dan memompanya melalui arteri
pulmonalis ke dasar kapiler paru untuk oksigenasi. Darah baru yang
teroksigenasi kemudian berjalan melewati vena pulmonalis menuju atrium
kiri. Darah masuk atrium kiri dan melintasi katup mitral (bikuspidalis) menuju
ventrikel kiri. Darah kemudian dipompa keluar dari aorta ke sirkulasi arteri.
a. Katup trikuspid
Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel
kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari
atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspidalis berfungsi
mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan
cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan
namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.
b. Katup pulmonalis
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mangalir dari
dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus
pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis kana dan kiri yang
akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada
pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup yang terbuka bila
ventrikel kana berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan
berelaksasi sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel
kanan menuju arteri pulmonalis.
c. Katup bikuspid
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari
atrium kiri menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid katup
bikuspid menutup pada saat kontraksi kedua ventrikel.
d. Katup aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada
pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri
berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh.
Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel iri
berkontraksi sehingga darah akan mengalir ke seuruh tubuh.
Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi,
sehingga mencegah darah masuk kembali ke dalam ventrikel.
4. Dinding jantung
Secara mikroskopis, otot jantung mirip otot serat lurik (skelet), yang
berada dibawah kontrol kesadaran. Namun secara fungsional, otot jantung
meyerupai otot polos karena sifatnya volunter. Serat otot jantung tersusun
secara interkneksi (disebut sinsitium) sehingga dapat berkontraksi dan
berelaksasi secara terkoordinasi. Pola urutan kontraksi dan relaksasi tiap-
tiap serabut otot akan memastikan otot jantung berfungsi dengan satu
kesatuan untuk memompa darah.
a. Perikardium
Jantung dibungkus oleh sebuah membran yang disebut perikardium.
Membran ini terdiri atas tiga lapisan, lapisan fibrosa, perikardium viseral
atau membran serus yang melekat pada jantungdan perikardium parietal
atau lapisan fibrus yang terlipat keluar dari basis jantung dan
membungkus jantung sebagai kantong longgar.
-Lapisan fibrosa
Lapisan fibrosa merupakan lapisan paling luar pembungkus
jantung yang melindungi jantung ketika jantung mengalami
overdistention. Lapisan fibrosa bersifat sangat keras dan
bersentuhan langsung dengan bagian dinding dalam dalam
sternum ringga thoraks, disamping itu lapisan fibrosa ini termasuk
penghubung antar jaringan, khususnya pambuluh darah besar
yang menghubungkan dengan lapisan ini (misalnya vena cava,
aorta, arteri pulmonal dan vena pulmonal.
-Lapisan parietal
Lapisan parietal yaitu bagian dalam dari dinding fibrosa.
-Lapisan visceral
Lapisan visceral adalah lapisan perikardium
yangbersentuhan dengan laisan luar dari oyot jantung
(miokardium) diantara lapisan perikardium parietal dan visceral
terdapat ruang atau space yang berisi pelumas atau cairan
serosa (cairan perikardium). Berfungsi untuk melindungi lapisan
jantung dari gesekan-gesekan yang berlebihan saat jantung
berkontraksi. Banyaknya cairan perikardium ini antara 15-50ml
dan tidak boleh lebih karena akan mempengaruhi fungsi kerja
jantung.
10. Preload
Preload adalah jumlah tegangan otot jantung, atau regangan, yang
terjadi pada akhir diastol, tepat sebelum kontraksi ventrikel. Preload
dipengaruhi oleh aliran balik vena dan kelenturan ventrikel. Ini terkait
dengan volume total darah dalam volume ventrikel: semakin besar
volume maka semakin besar regangan serat otot jantung untuk
mengosongkan volume. Prinsip ini disebut hukung jantung Starling.
Gangguan seperti penyakit jantung dan gagal jantung kongestif
menyebabkan retensi natrium dan air serta meningkatkan preload.
Vasokontriksi jugameningkatkan aliran balik vena dan preload. Peredaran
volume darah yang terlalu sedikit menyebabkan penurunan aliran balik
vena sehingga menurunkan preload. Penurunan preload menurunkan
volume sekuncup demikian juga curah jantung. Penurunan preload dapat
terjadi akibat pendarahan atau kesalahn distribusi volume darah, seperti
yang terjadi pada pambentukan ruang ketiga.
11. Afterload
Afterload adalah gaya yang harus dilawan ventrikel untuk
mengeluarkan volume darahnya. Afterload adalah tekanan dalam sistem
arteri di depan ventrikel. Ventrikel kanan harus menghasilkan tegangan
yang cukup untuk membuka katup pulmonar bertekanan rendah.
Afterload ventrikel kanan diukur sebagai resistensi vaskular pulmonar
(pulmonary vascular resistance. PVR). Vetrikel kiri diukur sebagai
resistensi vaskular sistemik (sistemik vascularresistance,SVR) tekanan
arteri jauh lebih tinggi dibandingkan tekanan pulmonar; dengan demikian,
ventrikel kiri harus bekerja lebih keras dibading ventrikel kanan.
Perubahan pada tonus vaskular memengaruhi afterload dan kerja
ventrikuler. Ketika tekanan darah pulmonar atau arteri meningkat (misal.
Lewat vasokontriksi), PVR dan atau SVR meningkatkan dan kerja
ventrikel meningkat. Ketika beban kerja meningkat maka konsumsi
oksigen miokard juga meningkat. Jantung yang mengalami gangguan
tidak dapat secara efektif memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat.
Sebaliknya, afterload yang sangat rensah menurunkan aliran darah ke
depan menuju sirkulasi sistemik dan arteri koroner.
C. KLASIFIKASI
1. ST Elevasi Miokard Infark
NSTEMI adalah infark miokard akut tanpa elevasi ST yang terjadi dengan
mengembangkan oklusi lengkap arteri coroner kecil atau oklusi parsial arteri
coroner utama yang sebelumnya terkena arterosklerosis. Hal ini
menyebabkan kerusakan ketebalan parsial otot jantung. Jumlah NSTEMI
sekitar 30% dari semua serangan jantung.
Nyeri dada lebih dari 20 menit dengan lokasi khas substernal atau
kadang kala di epigastrium dengan ciri seperti diforesis, perasaan seperti
disiksa, perasaan terbakar, nyeri tumpul, rasa berat atau tertekan menjadi
gejala yang sering ditemukan pada penderita NSTEMI.
D. ETIOLOGI
1. Faktor Presipitasi
a. Arterosklerosis
Aterosklerosis adalah penyempitan dan penebalan arteri karena
penumpukan plak pada dinding arteri. Penumpukan plak tersebut terjadi
saat lapisan sel pada dinding dalam arteri (endothelium) yang bertugas
menjaga kelancaran aliran darah mengalami kerusakan. Plak
arteroklirosis menyebabkan kolesterol, pemumpukan lemak, kalsium, dan
fibrin (zat dalam darah). Plak dapat membawa aliran darah hingga
menyebabkan penyumbatan, atau membentuk bekuan darah pada
permukaan plak. Hal tersebut menyebabkan peredaran darah dan
oksigen dari arteri ke organ tubuh terhambat.
b. Diabetes miletus
Diabetes miletus adalah penyakit kronis atau yang berlangsung
jangka panjang yang di tandai dengan meningkatnya kadar gula dalam
darah (glukosa) hingga diatas batas normal.resiko terjadinya pada
penderita jantung coroner pada pasien DM sebesar 2-4 lebih tinggi
dibandingkan dengan orang biasa. Hal ini berkaitan dengan adanya
abnormalitas metabolism lipid, obesitas dan hipertensi sistemik,
peningkatan trombogenesis (peningkatan tingkat adhesi plateletn dan
peningkatan trombogenesis)
c. Hipertensi sistemik
Hipertensi sistemik menyebabkan meningkatnya afterload yang
secara tidak lansung akan meningkatkan beban kerja jantung. Kondisi ini
akan memicu hipertrofi ventrikel kiri sebagai kompensasi dari
meningkatnya afterload
d. Gaya hidup
Merokok
Kandungan dari rokok membuat penurunan oksidasi lemak
sehingga dapat menimbulkan arterosklerosis
Alkoholisme
Kandungan dari alcohol merusak system metabolism sehingga
menyebabkan penumpukan lipid dalam vaskuler sehingga
terjadinya arterosklerosis
Pola makan (makanan berlemak)
Pola makan yang salah seperti makanan berlemak dapat
meningkatkan LDL dan menurunkan HDL sehingga dapat
mempengaruhi aliran darah, penumpukan lemak dapat
menghambat aliran darah, hingga suplai oksigen ke tubuh
berkurang
2. Faktor predisposisi
a. Umur
Umur mempengaruhi karna Usia merupakan faktor penentu
penting pada pasien sindrom koroner akut.sindrom koroner akut
menyebabkan 36% kematian pada orang berusia ≥65
tahun.prediktor.didapatkan bahwa terjadinya aterosklerosis dipercepat
dengan bertambahnya usia, dan komposisi plak. Penelitian ini
menjelaskan bahwa dengan penuaan, peningkatan plak, necrotic core,
dan peningkatan kadar kalsium yang secara signifikan menunjukkan efek
yang berhubungan dengan pengembangan aterosklerosis. Komplikasi
gagal jantung, edema paru atau syok meningkat sesuai dengan
usia.pasien SKA usia lanjut disertai dengan gagal jantung dan syok
kardiogenik Kejadian iskemia dan infark berulang juga lebih sering
dijumpai pada usia lanjut, fungsi sistolik ventrikel kiri juga mengalami
penurunan yang bermakna pada pasien SKA usia lanjut. Pengaruh usia
lanjut pada pasien menjadi lebih berat dua kali lipat karena perubahan
fungsi endotel vaskular dan thrombogenesis. Pada orang tua ditandai
dengan peningkatan sirkulasi fibrinogen. Kerusakan fungsi ginjal pada
orangtua juga dapat berkontribusi untuk meningkatkan thrombogenesis
melalui efek rusaknya fungsi endotel dengan konskuensi terganggunya
aktivitas fibrinolitik dan respon vasodilator koroner.14
b. Jenis Kelamin
Wanita usia muda, yang sebagian besar masih dalam efek
proteksi estrogen umumnya terlindungi dari kejadian kardiovaskular.
Namun jika faktor risiko lain mendominasi sehingga terjadi suatu plak
atherosklerosis pada usia muda, adanya estrogen justru dapat
meningkatkan kemungkinan ruptur plak. Estrogen menimbulkan up-
regulation kelompok enzim matrix metalloproteinase (MMP), antara lain
MMP-9. MMP mendegradasi MMP mendegradasi matriks ekstraselular di
dalam dinding arteri. Pada arteri yang relatif sehat, proses up-regulation
ini tidak menimbulkan konsekuensi buruk, namun pada pembuluh darah
dengan lesi atherosklerotik, peningkatan ekspresi MMP-9 di daerah plak
dapat menimbulkan risiko ruptur dan terjadinya SKA. wanita dengan
penyakit arteri koroner memiliki prevalensi faktor resiko lebih tinggi dan
memiliki status Ada bukti bahwa hormon seks berperan dalam
patofisiologi penyakit vaskular. Dimana selama hidup wanita,
vaskularisasinya mengalami fluktuasi yang bermakna dalam pengaruh
hormonal. Sumber dominan estrogen sebelum monopause adalah
estradiol. Setelah monopause, tingkat estrogen lebih rendah terutama
dihasilkan dari konversi androgen menjadi estrone di jaringan adiposa.
Variasi ini berimplikasi pada perbedaan penyakit jantung iskemik antara
jenis kelamin yang terjadi setelah monopause. Didukung oleh fakta
bahwa wanita muda dengan defisiensi endogen estrogen memiliki
peningkatan ˃7 kali lipat terjadinya rusaknya arteri koroner. penyakit
arteri koroner adalah perbedaan jenis kelamin dalam struktur pembuluh
darah. Wanita memiliki tipe pembuluh darah yang lebih kecil dan
perbedaan diameter saluran pembuluh darah dengan pria. Hal ini juga
dipengaruhi pada tinggi tekanan darah.
E. PATOFLOW (TERLAMPIR)
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri dada:
Substernal atau prekordial (melintasi seluruh dinding dada), nyeri
dada dapat digambarkan sebagai nyeri meremukan dan berat, dirasakan
menekan, berat, atau meremas, atau dada ketat atau terbakar. Nyeri sering
kali dimulai di tengah dada (substernal). Nyeri dada terjadi secara
mendadak dan terus menerus tidak mereda, biasanya diatas region sternal
bawah dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama. Keparahan
nyeri dapat meningkat secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi.
Nyeri tersebut sangat sakit, seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke
leher, rahang, bahu, atau lengan kiri. Nyeri mulai secara spontan (tidak
terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional), menetap selama bebera
jam atau hari dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin
(NTG).
2. Takikardi
Takikardi adalah keadaan dimana detak jantung melebihi 100 kali
permenit. Takikardi ventrikel sering terjadi pada pasien dengan
kardiomiopati atau bila terdapat parut dalam jantung. Takikardi terjadi saat
gangguan pada sinyal elektrik yang mengatur detak jantung untuk
memompa darah.
3. Dispnea atau sesak napas
Sesak nafas sering dideskripsikan sebagai terengah-engah, kekurangan
udara (air hunger) napas pendek, pernapasan yang berat preokupasi pada
bernapas. Tanda sesak napas yang lebih berat antara lain pernapasan
cuping, penggunaan otot bantu napas, dan retraksi sel iga. Ssesak nafas
dapat terjadi sementara atau dapat menjadi kronis. Orthopnea merupakan
sesak napas yang terjadi ketika seseorang berbaring telentang dan sering
terjadi pada individu dengan gagal jantung. Karena posisi telentang
mendistribusikan cairan tubuh, menyebabkan isi perut menekan diafragma
dan menurunkan efisiensi otok-otok pernapasan. Duduk dalam posisi
membungkuk ke depan atau merebahkan tubuh diatas beberapa bantal
biasanya meringankan orthopnea.
4. Sianosis
Seanosis adalah kondisi dimana perubahan warna kebiruan dari kulit dan
membran mukosa akibat konsentrasi tereduksi yang berlebihan dalam darah
kulit dan membran mukosa. Sianosis terjadinya karena jumlah oksigen
dalam darah sangat rendah, maka warna darah akan berubah dari warna
merah terang menjadi lebih gelap. Hal inilah yang membuat kulit dan bibir
terlihat berubah menjadi kebiruan. Umumnya, warna biru lebih mudah
ditemukan di bibir, gusi dan sekitarnya. Sianosis dapat terjadi pada siapa
saja, termasuk pada bayi baru lahir. Seperti pada ‘bayi biru’ yaitu dengan
kelainan jantung, dimana kadar oksigen yang terbawah dalam pembuluh
darah tidak cukup (hipoksia), sehingga menimbulkan sianosis.
5. Diaforesis (keringat berlebih/ dingin)
Diaforesis atau keringat dingin adalah keringat yang tidak wajar, mungkin
disebabkan oleh syok atau kondisi medik lain.
6. Akral teraba dingin
Akral adalah ujung ekstremitas. Ekstremitas adalah tangan dan kaki.
Ujung tangan dan kaki adalah jari. Maka ujung jari adalah akral. Pada
pemeriksaan akral berguna untuk mengetahui apakah orang itu ada dalam
kondisi syok atau tidak, karena syok adalah suatu kondisi gawat darurat
yang butuh penanganan segara.
7. Anuria
Anuria adalah kondisi ketika ginjal tidak dapat memproduksi urine. Jika
tidak segera diberikan penanganan yang tepat, anuria dapat menyebabkan
kerusakan ginjal permanen yang menyebabkan kondisi lebih serius, hingga
mengancam nyawa.
8. Oliguria
Oliguria adalah suatu keadaan di mana pengeluaran atau output urin < 1
ml/kg/jam pada bayi, < 0,5 ml/kg/jam pada anak, dan kurang dari 400
ml/kg/hari pada orang dewasa. Banyak pasien dalam perawatan di rumah
sakit mengalami penurunan output urin.
9. Fatique
Kelelahan adalah suatu kondisi yang memiliki tanda berkurangnya
kapasitas yang dimiliki seseorang untuk bekerja dan mengurangi efisiensi
prestasi, dan biasanya hal ini disertai dengan perasaan letih dan lemah.
Kelelahan dapat akut dan datang tiba-tiba atau kronis dan bertahan
10. Takipnea
Takipnea adalah frekuensi pernafasan lebih dari 24 kali permenit . proses
ini terjadi karena paru paru dalam keadaan atelectasis atau terjadi emboli
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. STEMI
Nilai pemeriksaan laboratorium untuk mengkonfirmasi diagnosis STEMI
dapat dibagi menjadi 4, yaitu: ECG, serum cardiac biomarker, cardiac
imaging, dan indeks nonspesifik nekrosis jaringan dan inflamasi.
a. Electrocardiograf (ECG)
Nekrosis miokard dilihat dari 12 lead EKG. Selama fase awal
miokard infark akut, EKG pasien yang mengalami oklusi total arteri
koroner menunjukkan elevasi segmen ST. Kemudian gambaran EKG
berupa elevasi segmen ST akan berkembang menjadi gelombang Q.
Sebagian kecil berkembang menjadi gelombang non-Q. Pada STEMI
inferior, ST elevasi dapat dilihat pada lead II, III, dan aVF.
Tabel 1. Lokasi Miokard Infark Berdasarkan Gambar EKG
N
Lokasi Gambaran EKG
o
Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di
1 Anterior
V1-V4/V5
Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di
2 Anteroseptal
V1-V3
Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di
3 Anterolateral
V1-V6 dan I dan Avl
Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di
4 Lateral V5-V6 dan inversi gelombang T/elevasi
ST/gelombang Q di I dan aVL
Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II,
5 Inferolateral
III, aVF, dan V5-V6 (kadang-kadang I dan aVL).
Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II,
6 Inferior
III, dan aVF
Elevasi segmen ST dan/atau gelombang Q di II,
7 Inferoseptal
III, aVF, V1-V3
Gelombang R tinggi di V1-V2 dengan segmen
True
8 ST depresi di V1-V3. Gelombang T tegak di V1-
posterior
V2
9 RV Elevasi segmen ST di precordial lead (V3R-
V4R).
Biasanya ditemukan konjungsi pada infark
Infraction inferior.
Keadaan ini hanya tampak dalam beberapa jam
pertama infark.
- Mioglobin
Mioglobin telah menarik perhatian sebagai marker awal
pada MI. Mioglobin adalah protein heme yang ditemukan pada
otot rangka dan jantung. Berat molekulnya yang rendah
menyebabkan pelepasannya yang cepat. Mioglobin biasanya
meningkat pada 2-4 jam setelah terjadinya infark, puncaknya
adalah pada 6-12 jam, dan kembali ke normal setelah 24-36
jam. Uji cepat mioglobin telah tersedia, tetapi kekurangannya
adalah kurang kardiospesifik. Uji serial setiap 1-2 jam dapat
meningkatkan sensitivitas dan spesifitas. Peningkatan atau
perbedaan 25-40% setelah 1-2 jam adalah penanda kuat dari
AMI. Pada kebanyakan penelitian, mioglobin hanya mencapai
90% sensitifitas untuk AMI. Nilai prediktif negatif mioglobin tidak
cukup tinggi untuk mengeklusi diagnosis AMI. Penelitian original
yang mengevaluasi mioglobin menggunakan definisi origininal
WHO tentang AMI yang distandarkan pada CK-MB. Dengan
adopsi dari standar troponin untuk definisi AMI dari ESC/ACC,
sensitifitas mioglobin untuk AMI menurun.
- Creatine Kinase-MB isoforms
Isoenzim CK-MB terdapat dalam 2 isoform, yaitu CK-MB1
dan CK-MB2. CK-MB2 adalah bentuk jaringan dan awalnya
dilepaskan oleh miokardium setelah MI. Kemudian berubah di
serum menjadi isoform CK-MB1. Hal ini terjadi segera setelah
gejala terjadi. Isoform CK-MB dapat dianalisis menggunakan
elektroforesis tegangan tinggi. Rasio CK-MB2/CK-MB1 juga
dihitung. Normalnya, isoform jaringan CK-MB1 lebih dominan
sehingga rasionya kurang dari 1. Hasil pemeriksaan dikatakan
positif jika CK-MB2 meningkat dan rasionya >1,7. Pelepasan
isoform CK-MB termasuk cepat. CK-MB2 dapat dideteksi di serum
pada 2-4 jam setelah onset dan puncaknya adalah 6-9 jam. Ini
adalah marker awal dari AMI. Dua penelitian besar menyebutkan
bahwa sensitivitasnya adalah 92% pada 6 jam setelah onset
gejala dibandingkan dengan 66% untuk CKMB dan 79% untuk
mioglobin. Kekurangan terbesar dari uji ini adalah relatif sulit
dilakukan oleh laboratorium.
-C-reactive Protein
CRP, marker inflamasi nonspesifik, diperhitungkan terlibat
secara langsung pada coronary plaque atherogenesis. Penelitian
yang dimulai pada awal 1990an menunjukkan bahwa level CRP
yang meningkat menunjukkan adverse cardiac events, baik pada
prevensi primer maupun sekunder. Level CRP berguna untuk
mengevaluasi profil risiko jantung pasien. Data baru
mengindikasikan bahwa CRP berguna sebagai indikator
prognostik pada pasien dengan ACS. Peningkatan level CRP
memprediksi kematian jantung dan AMI.
Hasil normal bervariasi berdasarkan laboratorium dan
metode yang digunakan. Informasi di bawah ini adalah dari ACC
dan the American Heart Association (AHA):
Total CK = 38–174 units/L untuk laki-laki dan 96–140
units/L untuk perempuan.
Isoform CKMB = rasio 1,5 atau lebih.
Waktu Nilai
Waktu Awal Waktu
Puncak Rujukan
Marker Peningkatan Kembali
Peningkatan
(jam) Normal
(jam)
CK 4–8 12 – 24 72 – 96 jam
CK-MB 4–8 12 – 24 48 – 72 jam 10-13 units/L
Mioglobi < 110 ng/mL
2–4 4–9 < 24 jam
n
LDH 10 – 12 48 – 72 7 – 10 hari
Troponin < 1,5 ng/mL
4–6 12 – 24 3 – 10 hari
I
Troponin < 0,1 ng/mL
4–6 12 – 48 7 – 10 hari
T
c. Echocardiography
Abnormalitas pergerakan dinding pada two-dimentional
echocardiography hampir selalu ditemukan pada pasien STEMI.
Walaupun STEMI akut tidak dapat dibedakan dari scar miokardial
sebelumnya atau dari iskemia berat akut dengan echocardiography,
prosedur ini masih digunakan karena keamanannya. Ketika tidak
terdapat ECG untuk metode diagnostic STEMI, deteksi awal akanada
atau tidaknya abnormalitas pergerakan dinding dengan
echocardiography dapat digunakan untuk mengambil keputusan,
seperti apakah pasien harus mendapatkan terapi reperfusi. Estimasi
echocardiographic untuk fungsi ventrikel kiri sangat berguna dalam
segi prognosis, deteksi penurunan fungsi ventrikel kiri menunjukkan
indikasi terapi dengan inhibitor RAAS. Echocardiography juga dapat
mengidentifikasi infark pada ventrikel kanan, aneurisma ventrikuler,
efusi pericardial, dan thrombus pada ventrikel kiri. Selain itu, Doppler
echocardiography juga dapat mendeteksi dan kuantifikasi VSD dan
regurgitasi mitral, dua komplikasi STEMI.
e. Angiografi
Tes diagnostik invasif dengan memasukan katerterisasi
jantung yang memungkinkan visualisasi langsung terhadap arteri
koroner besar dan pengukuran langsung terhadap ventrikel kiri.
Jika dinilai secara angiografi, aliran di dalam arteri koroner
yang terlibat (culprit) digambarkan dengan skala kualitatif sederhana
disebut thrombolysis in myocardial infarction (TIMI) grading system:
Grade 0 menunjukkan oklusi total (complete occlusion) pada
arteri yang terkena infark.
Grade 1 menunjukkan penetrasi sebagian materi kontras
melewati titik obstruksi tetapi tanpa perfusi vascular distal.
Grade 2 menunjukkan perfusi pembuluh yang mengalami infark
ke bagian distal tetapi dengan aliran yang melambat
dibandingkan arteri normal.
Grade 3 menunjukkan perfusi penuh pembuluh yang
mengalami infark dengan aliran normal.
2. Non-ST elevasi
a. EKG
H
arus diingat bahwa gambaran EKG normal tidak
menyingkirkan kemungkinan NSTEMI. Terutama iskemik pada daerah
arteri sirkumfleks atau iskemik ventrikel kanan terisolasi dapat luput
dari gambaran EKG 12 lead, namun dapat terdeteksi pada lead V7-
3
V9 dan pada lead V3R dan V4R.
Gambar 1. Inversi Gelombang T
Gambar 2. Depresi segmen ST
2.Biomarker
3. Pemeriksaan Imaging
2. Ruptur miokardial
Otot jantung yang mengalami kerusakan akan menjadi
lemah, sehingga kadang mengalami robekan karena tekanan
dari aksi pompa jantung. 2 bagian jantung yang sering
mengalami robekan selama atau setelah suatu serangan
jantung adalah dinding otot jantung dan otot yang
mengendalikan pembukaan dan penutupan salah salah satu
katup jantung (katup mitralis). Jika ototnya robek, maka katup
tidak dapat berfungsi sehingga secara tiba-tiba terjadi gagal
jantung yang berat.
Otot jantung pada dinding yang membatasi kedua
ventrikel ( septum ) atau otot pada dinding luar jantung juga
bisa mengalami robekan . Robekan septum kadang dapat
diperbaiki melalui pembedahan, tetapi robekan pada dinding
luar hampir selalu menyebabkan kematian.
Otot jantung yang mengalamikerusakan karena
serangan jantung tidak akan berkontraksi dengan baik
meskipun tidak mengalami robekan. Otot yang rusaka ini di
gantikan oleh jaringan parut fibrosa yang kaku dan tidak dapat
berkontaksi. Kadang bagian ini akan menggembung pada saat
seharusnya berkontraksi. Untuk mengurangi luasnya daerah
yang tidak berfungsi ini bisa di berikan ACE-inhibitor.
Otot yang rusak bisa membentuk penonjolan kecil pada
dinding jantung (aneurisma). Adanya aneurisma bisa diketahui
dari gambaran EKG yang tidak normal, dan untuk memperkuat
dugaan ini bisa dilakukan ekokardiogram. Aneurisma tidaka
akan mengalami robekan, tetapi bisa menyebabkan irama
jantung yang tidak teratur dan bisa menyebabkan irama jantung
yang tidak teratur dan bisa menyebabkan berkurangnya
kemampuan memompa jantung.
Darah yang melalui aneurisma akan mengalir lebih
lambat,karena itu bisa terbentuk bekuan di dalam ruang-ruang
jantung.
3. Gagal Jantung
MI mengurangi kontraktilitas miokardium, gerakan
dinding vertikel, dan komplians. Kerusakan kontraktilitas dan
pengisian dapat menghasilkan gagal jantung. Resiko gagal
jantung lebih besar saat bagian vertikel yang infark luas.
Keparahan gagal jantung bergantung pada letak dan jumlah
kerusakan miokardium. Infark anterior, yang memengaruhi
ventrikel kiri, mengakibatkan kegagalan yang lebih hemat.
Kehilangan 20% hingga 30% massa otot ventrikel kiri dapat
menyebabkan manifestasi gagal jantung bagian kiri, termasuk
dyspnea, keletihan, kelemahan, dan ronki pernapasan
padaauskultasi. MI ventrikel inferior atau kanan dapat
menyebabkan gagal jantung bagian kanan dengan manifentasi
seperti distensi vena leher dan edema perifer. Monitoring
hemodinamik seringkali dimulai bagi pasien dengan tanda gagal
jantung.
4. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik, kerusakan perfusi jaringan akibat
gagal pompa, terjadi saat massa otot miokardium yang
berfungsi berkurang hingga lebih dari 40%. Jantung tidak
memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan
mempertahankan fungsi organ. Curah jantung rendah akibat
syok kardiogenik juga merusak perfusi arteri koroner dan
miokardium, meningkatkan kerusakan jaringan lebih lanjut.
Kematian akibat syok kardiogenik lebih besar dari dari 70%,
meskipun ini dapat diturunkan dengan intervensi cepat dengan
prosedur revaskularisasi.
5. Tromboembolisme
Tromboembolisme akibat dari debris dan gumpalan yang
menumpuk pada bagian sakus anurisma yang dilatasi atau dari
endocardium yang infark.
I. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Farmakologis
Obat-obat anti angina bertujuan untuk meningkatkan
aliran darah, baik dengan menambah suplai oksigen maupun
dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.
Jenis anti angina meliputi hal-hal berikut:
a. Morfin Sulfat
Pada tahun 1803, seorang ahli farmasi Jerman
mengisolasi morfin dari opium. Morfin sulfat, suatu analgetik
narkotik, biasanya digunakan untuk mengobati angina yang
berkaitan dengan infark miokardium akut. Morfin
menghilangkan rasa sakit, memperlebar pembuluh vena dan
mengurangi beban jantung. Dosis standar morfin sulfat
adalah 2-5 mg intravena (IV), diulangi setiap 5-30 menit
sampai nyeri dada hilang. Perawat harus waspada terhadap
depresi pernafasan dan hipotensi yang merupakan reaksi
merugikan yang sering timbul. Pemantauan yang ketat perlu
dijalankan. Bisa diberikan antagonis narkotik naloxon
(narcan) untuk melawan kerja morfin jika reaksi merugikan
yang timbul membahayakan klien. Dosisnya 0,1-0,2 mg
setiap 2-3 menit sesuai indikasi.
Morfin Sulfat Intravena
b. Oksigen
Transport oksigen dari udara ke mitokondria jaringan
membutuhkan fungsi yang adekuat salah satunya dari
sistem kardiovaskular dimana sistem kardiovaskular
menentukan curah jantung dan distribusi aliran darah.
Terapi oksigen dimulai saat terjadi onset nyeri. Oksigen
yang dihirup akan langsung meningkatkan saturasi darah.
Efektivitas terapeutik oksigen ditentukan dengan observasi
kecepatan dan irama pertukaran pernafasan hingga pasien
mampu bernafas dengan mudah. Saturasi oksigen dalam
darah secara bersamaan diukur dengan pulse oksimetri.
SPO2 dapat memberikan gambaran langsung dari total
jumlah oksigen yang dialirkan ke jaringan setiap menit atau
disebut dengan oxygen delivery (McMulan et al, 2013).
Sehingga penggunaan dari hasil SPO2 dapat dijadikan
acuan dalam penentuan jumlah oksigen yang perlu
diberikan kepada pasien. Terapi oksigen dapat diberikan
kepada pasien dengan SPO2 dibawah 90% melalui nasal
kanul sebanyak 1-6 liter/menit maupun SPO2 dibawah 80%
melalui NRM sebanyak 5-10 liter/menit. Pemberian terapi
oksigen diberikan hingga saturasi oksigen (SPO2) kembali
normal yaitu 95-100%.
C. nitrat
Nitrat atau vasodilator koroner yang dikembangkan pada
tahun 1840-an merupakan agen-agen pertama yang
digunakan untuk meredakan angina.
Senyawa nitrat masih merupakan obat utama untuk
menangani angina pectoris. Nitrogliserin diberikan untuk
menurunkan konsumsi oksigen jantung yang akan
mengurangi iskemia dan mengurangi nyeri angina.
Nitrogliserin adalah bahan vasoaktif yang berfungsi
melebarkan, baik vena maupun arteri, sehingga
mempengaruhi sirkulasi perifer. Dengan pelebaran vena,
terjadi pengumpulan darah vena di seluruh tubuh.
Akibatnya, hanya sedikit darah yang akan kembali ke
jantung dan terjadilah penurunan tekanan pengisian
(preload).
Tablet sublingual tersedia dalam dosis berbeda-beda,
tetapi dosis rata-rata yang diresepkan adalah 0,4-0,6 mg
setelah mengalami nyeri dada, diulang setiap 5 menit
sampai 3 dosis. Klien dapat mengalami pusing, ingin
pingsan atau sakit kepala akibat vasodilatasi perifer. Jika
nyeri menetap, klien harus segera memanggil bantuan
medis. Nitrogliserin juga tersedia dalam bentuk topical
(oistment, patch transdermal) dan bentuk intravena.
Nitrogliserin Sublingual
Nitrogliserin Intravena
Nitrogliserin Transdermal/Topikal
d Aspirin
Aspirin Oral
e. Captopril
Captopril merupakan antihipertensi dari golongan ACE
Inhibitor yang bekerja dengan menghambat Angiotensin
Converting Enzym (ACE) yang dalam keadaan normal
bertugas menonaktifkan Angiotensin I menjadi Angiotensin II
(berperan penting dalam regulasi tekanan darah). Captopril
lebih banyak digunakan dibnding ACE Inhibitor lain seperti
lisinopril dan ramipril. Dosis awal Captopril 25 mg oral tiga
kali sehari, untuk dosis lanjutan 50 mg tiga kali sehari.
Penambahan dosis lanjutan harus ditunda setidaknya dua
minggu untuk melihat apakah respon yang memuaskan
terjadi. Banyak pasien yang diteliti mengalami kemajuan
pada 50-100 mg tiga kali sehari. Captopril umumnya harus
digunakan bersamaan dengan diuretik dan digitalis.
Captopril Oral
J. DISCARD PLANNING
1. Beri pendidikan tentang kondisi yang spesifik
2. Berikan instruksi spesifik tentang obat dan efek sampingnya
3. Ajarkan tentang teknik memberi makan dan kebutuhan nutrisi
4. Diet rendah kalori dan mudah dicerna
5. Anjurkan pada klien menghentikan aktifitas selama ada serangan
dan istirahat
6. Kenali gejala gejala yang di timbulkan penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Huether & McCance. 2019. Buku Ajar Patofisiologi volume 2 Edisi Keenam.
Jakarta: Elsevier
Price,a,Sylvia;Wilson,m,Lorraine.2005.patofisiologi.jakarta.EGC
Priscilla LeMone, RN, DSN, FAAN dkk, (2015). Buku ajar keperawatan
medikal bedah-Gangguan eliminasi dan Kardiovaskular. Jakarta:EGC
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama : Tn. Y
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 55 tahun
Agama : Kristen
Pekerjaan : Wirasuwasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Cendrawasih
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. Y
Umur : 51 tahun
Alamat : Jl. Cendrawasi
Hubungan dengan pasien : Istri
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes mellitus, Hipertensi,
dan Gagal jatung
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh tiba-tiba merasa tertekan pada dada kiri.
Nyeri dirasakan bertambah bila melakukan aktivitas (naik tangga)
dan tidak berkurang ketika beristirahat .
c. Alasan masuk Rumah sakit
Klien datang ke IGD dengan keluhan dada tiba-tiba terasa
tertekan padabagian kiri. Nyeri dirasakan bertambah bila
melakukan aktivitas (naik tangga) dan tidak berkurang ketika
beristirahat .
d. Pemeriksaan Fisik
- Kesadaran (kualtitatif) : Composmentis
- Skala koma glasgow (kuantitatif) :
Respon motoric :6
Respon bicara :5
Respon membuka mata : 4
15
- Tekanan darah :150/85 mmHg
- Nadi : 110x/menit
Irama :taki kardi, kuat
- Pernapasan : 25x/menit
Irama : takipnea
Jenis : dada
- Skala nyeri
PQRST
P : Nyeri pada dada kiri tidak berkurang dengan
istirahat
Q : Sifat keluhan nyeri seperti tertekan
R : Lokasi nyeri berada didaerah substernal atau di
atas pericardium, sifatnya intermitten.
Penyebaran dapat meluas di dada dan menjalar
ke lengan kiri
S :Skala nyeri numeric (0-10)
Skala nyeri berkisar antara 5 sampai 10 .
T :sifat mula timbulnya (onset), gejala timbul
mendadak. Lama timbul (durasi) nyeri dada
dikeluhkan lebih Dario 15 menit. Nyeri oleh
infark miokardium dapat timbul pada waktu
istirahat, biasanya lebih parah dan berlangsung
lebih lama. Gejala gejala yang menyertai infark
miokardium meliputi dispnea, diaphoresis,
ansietas, dan pingsan.
e. Pemeriksaan penunjang
1) Hasil laboratorium:
-Hb: 12,3g/dl
-Ureum: 29 mg/dl
-Creatinine: 0,9 mgl/dl
-Kolestrol: 250mg/dl
-LDL: 160 mg/dl
-HDL: 25mg/dl
-Trigliserida: 205mg/dl
2) Hasil pemeriksaan EKG
Ditemukan ST Elevasi pada LEAD I, AVL, V5 & V6. Ictus
cordis teraba di ICS 5.
3) Pemeriksaan Enzim jantung.
Troponin I dan Troponin T meningkat.
A. ANALISA Data
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI DAN