Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1

PEMBELAJARAN TERPADU
“Karakteristik dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran Terpadu”
Dosen Pengampu Mata Kuliah :
Drs. I Gusti Agung Oka Negara, S.Pd. M.Kes.

Oleh :

Nama : Anak Agung Ayu Laksmi Dewi


NIM : 1811031130
Absen : 16
Kelas / Semester :J/5

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
DENPASAR
2020
1. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Sebagai suatu proses pembelajaran yang mengefektifkan pengalaman belajar
peserta didik, berikut ini dipaparkan karakteristik dari pembelajaran terpadu.
Berdasarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1996:3)
menjelaskan karakteristik pembelajaran terpadu adalah sebagai berikut:

1. Holistik
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam
pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus
dan tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran terpadu
memungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena dari segala aspek
sisi. Hal ini akan membuat peserta didik menjadi lebih arif dan bijak di dalam
menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan peserta didik.
Contoh: dalam pelaksanaan kelas-kelas kecil, fokus pembelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan
siswa yaitu dimulai dari mengenal diri sendiri, keluarga, dan sekolah.

2. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek sehingga
memungkinkan terbentuknya jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang
disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang
dipelajari. Rujukan yang nyata dari segala konsep yang diperoleh dan
keterkaitannya dengan konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan
konsep yang dipelajari, selanjutnya hal ini akan mengakibatkan pembelajaran
yang fungsional. Peserta didik mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk
memecahkan masalah-masalah yang muncul di dalam kehidupannya.
Contoh: Siswa kelas 1 SD belajar tema “Diriku”, guru dapat mengajak siswa
menyanyikan lagu “Dua Mata Saya”, setelah ia mampu menyebutkan anggota
tubuhnya, guru dapat bertanya pada siswa berapa banyak mata, hidung, mulut,
telinga, kaki, jari yang dimiliki. Lalu guru dapat melakukan tanya jawab dengan
siswa bagaimana cara merawat tubuh agak bersih dan sehat. Secara tidak langsung
siswa akan belajar IPA, matematika, dan SBdP tanpa mereka diberitahu bahwa
akan mempelajari mata pelajaran tersebut dan pembelajaran menjadi lebih
bermakna bagi siswa.

3. Otentik
Pembelajaran terpadu memungkinkan peserta memahami secara langsung
prinsip dan konsep yang ingin dipelajari melalui kegiatan belajar secara langsung.
Peserta didik memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar
pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi
lebih otentik. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator,
sedangkan peserta didik bertindak sebagai aktor pencari informasi dan
pengetahuan. Guru memberikan bimbingan kearah mana yang dilalui dan
memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.
Contoh: Guru mengajak siswa ke tempat sesuai dengan materi pelajaran yang
dipelajari, misalnya ingin mengenalkan materi macam-macam bentuk tulang
daun, maka guru dapat mengajak siswa ke kebun sekolah dan memetik sehelai
daun pada tanaman yang berbeda untuk diamati. Dengan pengalaman langsung
tersebut, siswa dapat mengetahui dengan jelas serta memahami materi yang
dipelajari.

4. Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan peserta dalam pembelajaran,
baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil
belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan
peserta didik sehingga peserta didik termotivasi untuk terus menerus belajar.
Dengan demikian pembelajaran terpadu bukan semata-mata merancang aktivitas-
aktivitas dari masing-masing mata pelajaran yang saling terkait. Pembelajaran
terpadu dapat saja dikembangkan dari suatu tema yang disepekati bersama dengan
melirik aspek-aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama-sama melalui
pengembangan tema tersebut.
Contoh: Guru dapat mengajak siswa praktikum menanam jagung menggunakan
media kapas selama 1 minggu untuk memahami materi yang akan dibahas yaitu
“Fakor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan”. Siswa
dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk saling berdiskusi. Guru berperan
sebagai fasilitator dalam kegiatan praktikum. Guru hanya memberi petunjuk dan
mengarahkan proses pelaksanaan praktikum. Siswa melaksanakan praktikum
sendiri sesuai dengan arahan dari guru. Siswa mencatat hasil praktikumnya seperti
pertumbuhan panjang batang tanamannya. Kemudian pada minggu berikutnya
siswa dapat mempresentasikan hasil praktikumnya. Guru dapat meluruskan
konsep yang salah, selanjutnya menyimpulkan hasil praktikum bersama siswa.

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Terpadu


Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran terpadu menurut Trianto (2011:58)
adalah:
1. Prinsip Penggalian Tema
Prinsip penggalian tema merupakan prinsip utama (fokus) dalam
pembelajaran terpadu. Artinya, tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada
keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Dengan demikian dalam
penggalian tema tersebut hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan sebagai
berikut:
a. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan
untuk memadukan banyak mata pelajaran.
b. Tema harus bermakna, artinyanya tema yang dipilih untuk dikaji harus
memberikan bekal bagi peserta didik pada pembelajaran selanjutnya.
c. Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis peserta
didik.
d. Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat peserta didik.
e. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik
yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.
f. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku
serta harapan masyarakat (asas relevansi).
g. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar
seperti buku siswa serta media pembelajaran baik konkret atau semi konkret.
2. Prinsip Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu
Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan
dirinya dalam keseluruhan proses. Hal ini berarti guru harus mampu
menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, guru dalam pembelajaran hendaklah dapat berperan sebagai
berikut:
a) Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan
dalam proses pembelajaran, artinya tidak hanya menggunakan metode ceramah
diseluruh materi yang diberikan.
b) Pemberian tanggungjawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap
tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok agar siswa mampu
mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya saat memberikan pendapat.
c) Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam perencanaan.

3. Prinsip Evaluasi.
Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana
suatu pekerjaan dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. Peserta
evaluasi dalam pembelajaran terpadu perlu memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut:
a) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan evaluasi diri (self
evaluation/self assessment) di samping bentuk evaluasi lainnya.
b) Guru perlu mengajak peserta didik untuk mengevaluasi perolehan belajar yang
telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan
dicapai.

4. Prinsip Reaksi
Dampak pengiring (naturant effect) penting bagi perilaku secara sadar
belum tersentuh oleh guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Guru dituntut untuk
mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tujuan-tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara tuntas. Guru harus bereaksi terhadap aksi
peserta didik dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit
melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran terpadu
memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk
memunculkan kepermukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring
(nurturant effect).
Dampak pengiring pembelajaran bagi peserta didik, terletak dalam
kepentingan peserta didik serta merupakan unjuk kerja mencapai kemandirian
penuh peserta didik setelah lulus sekolah, namun proses pembelajaran yang ada di
sekolah, keadaan dan suasana kelas maupun lingkungan masyarakat sekolah
mempunyai kedudukan penting dalam pencapaian hasil belajar peserta didik.
Strategi pengelolaan kelas menjadi bagian pengelolaan pendidikan di sekolah.
Tanpa adanya penciptaan lingkungan belajar yang kondusif, pemanfaatan sarana
secara maksimal, menjaga keterlibatan peserta didik dan penguasaan penyampaian
materi oleh guru, maka pembelajaran tidak dapat terlaksana secara efektif dan
efisien. Hal ini berpengaruh pada dampak instruksional pembelajaran
(instructional effect) dan dampak pengiring pembelajaran (nurturant effect).

Anda mungkin juga menyukai