Raka Henawan
Stambuk : C 301 15 298
Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan lanjutan
BAB I
Latar Belakang
1.2. Pengendalian
Pengendalian ini dapat diperoleh dengan kepemilikan hak suara atas entitaslain. Hak suara
biasanya melekat dalam kepemilikan ekuitas suatu entitas walaupun tidak selalu demikian. Jika hak
suara yang dimiliki sedemikian besar, diperoleh hak pengendalian dan pada saat itu telah terjadi
kombinasi bisnis. Kepemilikan ekuitas suatu entitas dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan
pengendalian atas entitas tersebut dan hal itu menunjukkan bahwa telah terjadi kombinasi bisnis.
Entitas yang tidak berbadan hukum merupakan usaha yang didirikan namun belum memiliki
bentuk hukum tetap. Contoh bentuk hukum dalam hal ini meliputi perusahaan perseorangan, CV
Firma, Perseroan Terbatas dan bentuk lainnya. Sepanjang entitas bersangkutan merupakan bisnis
yang riil, kombinasi bisnis dapat dilakukan atas entitas tidak berbadan hukum tersebut.
Akan tetapi, makna mengendalikan lebih dari sekedar memiliki ekuitas entitas lain.
Pengendalian tidak harus selalu diperoleh dengan kepemilikan dan sebaliknya, kepemilikan hak
suara mayoritas tidak selalu memberikan hak pengendalian.
Pengendalian yang diperoleh tanpa adanya kepemilikan dapat terjadi melalui kontrak. Sebagai
contoh, suatu entitas telah terikat kontrak hanya menjual atau memberikan jasa atau memberikan
hak pemakaian aset pada entitas lain yang mengindikasikan adanya pengendalian oleh entitas lain
tersebut. Ini berarti entitas yang mengendalikan. Sebaliknya, jika ada pengendalian tanpa
kepemilikan, itu merupakan indikasi bahwa telah terjadi kombinasi bisnis. Dalam kasus lain, suatu
entitas mungkin memiliki sebagian saham biasa entitas lain dan entitas pengakuisisi tersebut dalam
posisi mengendalikan. Misalkan PT R memiliki 450 saham dari 1000 lembar PT S yang beredar.
Dalam hal ini, PT R memiliki hak suara 45%. Namun PT S kemudian menarik sahamnya dari
peredaran yang tidak dimiliki PT R sebanyak 200 lembar, sehingga saham beredar PT S sekarang
adalah 800 lembar. Akibatnya, hak suara PT R atas PT S menjadi 56.25% (450/800) dan hak suara
ini membuat PT R dalam posisi mengendalikan PT S. Kasus ini menggambarkan telah terjadinya
kombinasi bisnis.
Akuisisi saham akan diakui dengan registrasi saham. Biaya registrasi saham pada dasarnya
merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket dengan harga akuisisi. Biaya langsung
yang tidak satu paket dengan transaksi akuisisi diperlakukan sebagai pengurang tambahan modal
disetor. Dalam transaksi akuisisi diatas, misalkan perusahaan mencatat saham dengan biaya Rp. 100
juta per kas, PT. Intiseka akan mencatat ayat jurnal sebagai berikut:
Tambahan modal disetor Rp. 100.000.000
Jadi tambahan modal disetor PT. intiseka berkurang sebesar Rp. 100 juta akibat pencatatan
saham PT. Andaika yang diakuisisi tersebut.
2.4 GoodWill
Goodwill merupakan selisih lebih harga akusisi dengan nilai wajar ekuitas yang diakuisasi
PSAK 22 menyatakan goodwill dialokasikan ke pihak pengendali (perusahaan induk) dan
kepentingan nonpengendali.
Dengan demikian, nilai goodwill adalah selisih lebih dari penjumlahan harga ekuitas yang
diakusisi dan harga wajar pepentingan nonpengendali, dengan total nilai wajar kekayaan entitas
yang diakuisisi:
Harga ekuitas yang diakuisisi xxx
Goodwill xxx
2.5 Diskon Pembelian
Kadang kala, pihak pengakuisisi melakukan pembelian dengan diskon, yaitu suatu
kombinasi bisnis dimana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi dan harga wajar
kepintingan nonpengendalian lebih kecil dari nilai wajar total ekuitas yang diakusisi. Hal
ini mengidentifikasi adanya diskon pembelian yang menjadi keuntungan bagi pihak
pengakuisisi.
Sebelum mengakui kentungan dari pembelian dengan diskon, pihak pengakuisisi
menilai kembali apakah telah mengidentifikasi dengan tepat seluruh aset yang diperoleh
dan liabilitas yang diambil - alih, serta mengakui setiap aset atau liabilitas tambahan yang
dapat diidentifikasi dalam pengkajian kembali tersebut. PSAK 22 mensyaratkan pihak
pengakuisisi juga mengkaji kembali prosedur yang digunakan untuk mengukur jumlah
yang diakui pada tanggal akuisisi bagi hal - hal berikut:
a. Aset teridentifakasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil – alih.
b. Kepentingan nonpengendalian pada pihak yang diakuisisi, jika ada.
c. Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara berpahap, kepentingan ekuitas
pihak pengkuisasi yang dimiliki sebelunya pada pihak yang diakuisisi.
d. Imbilan yang dialihkan.
Jika selisih lebih nilai wajar entitas yang diakuisisi tetap ada, pihak pengakuisisi
mengakui keutungan yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada tanggal akusisi.
Keutungan tersebut diatribusikan kepada pihak pengakuisisi.
Distribusi laba atau dividen (kecuali dividen saham) yang diterima dari investee mengurangi
nilai tercatat investasi yang dicacat investor sebagai berikut:
Piutang Dividen xxx
Karena itu, nilai investasi dalam metode ekuitas mengalami perkembangan sesuai dengan
perkembangan entitas investee dengan persamaan sebagai berikut:
Investasi Akhir = Investasi Awal + Pendapatan Investasi - Dividen Investee
PSAK 15 revisi 2009 juga masyarakat penyusuaian terhadap nilai tercatat investasi jika
pendapat perubahan proposi bagian investor atas yang timbul dari pendapatan comprehensive
lainnya bagi investee. Investor akan mencatat:
Investasi dalam ekuitas xxx
Nilai buku investee yang dimiliki (80% x Rp. 6,5 M) Rp. 5.200.000.000
Selisih investasi dengan nilai buku (80% x Rp. 500 jt) 400.000.000
Jika diurai berdasarkan komponennya, maka nilai investasi itu adalah sebagai berikut:
Investasi = kekayaan bersih investee yang dimiliki + selisih investasi.
Informasi mengenai kekayaan investasi dan saldo selisih investasi pada tanggal dimaksud.
Peraga 2-2 menyajikan informasi tentang aset, liabilitas dan goodwill penyebab harga akuisisi
(investasi) berbeda dari nilai buku kekayaan entitas yang diakuisisi. Jika seluruh persediaan PT.
Andaika pada tanggal akuisisi telah terjual selama tahun 2012, hal ini menunjukan bahwa selisih
investasi yang disebabkan oleh overvalue persediaan akan nihil. Hal ini juga berlaku untuk seluruh
aset lainnya seperti piutang yang diterima, bangunan yang akan habis masa pakainya dan tanah
yang mungkin akan terjual. Utang pajak juga harus dilunasi, sementara goodwill akan mengalami
penurunan nilai. PSAK 15 mensyaratkan bagian investor atas laba/rugi investee disesuaikan dengan
perubahan nilai tersebut. Pada tahun 2012, persediaan yang terjual, bangunan yang disusutkan dan
penurunan nilai goodwill kombinasi bisnis akan mengubah selisih harga akuisisi (nilai investasi)
PT. Intiseka yang harus disesuaikan.
Terjualnya persediaan oleh PT. Andaika akan menyebabkan overvalue persediaan harus
dipulihkan. Karena kondisi overvalue menurunkan harga akuisisi (nilai investasi), maka PT.
Intiseka harus memulihkan nilai investasi sebesar Rp. 280 juta (80% x Rp. 350 juta) dengan jurnal
sebagai berikut:
Investasi Rp. 280.000.000
Selisih investasi dengan nilai buku akibat bangunan yang undervalue sebesar Rp. 400 juta
(80% x Rp. 350 juta) akan menyebabkan naiknya harga akuisisi. Bangunan merupakan aset tetap
yang dibeli bukan untuk dijual kembali seperti persediaan, melainkan untuk dipakai dalam operasi
normal perusahaan. Nilai bangunan PT. Andaika akan terus menurun selama 10 tahun umur
ekonomisnya. Karena itu, nilai investasi harus diturunkan setiap tahun sebesar Rp. 40 juta (Rp. 400
juta/ 10 tahun) untuk menyesuaikan penurunan nilai bangunan tersebut dengan ayat jurnal berikut:
Pendapatan investasi Rp. 40 juta
Pendapatan investasi PT. Intiseka pada tahun 2012 berdasarkan ayat jurnal penyesuain
(adjustment) di atas adalah:
Laba investee (80% x Rp. 200 juta) Rp. 160.000.000
Berdasarkan pendapatan investasi tersebut, perhitungan nilai investasi pada akhir tahun dapat
disajikan sebagai berikut:
Investasi awal Rp. 5.600.000.000
Kekayaan investasi per 31 Desember 2008 sebesar Rp. 6.6 miliar berasal dari:
Kekayaan 1 januari Rp. 6.500.000.000
Selisih investasi setelah penyesuain atas persediaan, bangunan dan penurunan nilai goodwill
tahun 2012 disajikan dalam peraga 2-3. Selisih investasi itu membesar dari Rp. 400 juta menjadi
Rp. 630 juta setelah amortisasi selisih investasi, karena akun yang diamortisasi lebih besar dari
akun yang overvalue (Rp. 280 juta), yakni persediaan, dibanding amortisasi akun yang undervalue.
PERAGA 2-2
Selisih investasi tersebut suatu saat akan menjadi nol. Aset akan menjadi nol melalui proses
penjualan, penyusutan, amortisasi atau bahkan kerusakan, hilang atau ditarik dari operasi karena
teknologi yang tidak sesuai lagi. Sementara itu, utang akan menjadi nol melalui proses pelunasan
atau pembebasan utang. Apabila aset atau utang yang menjadi faktor penyebab selisih investasi
pada saat akuisisi menjadi nol, investor harus mengoreksi nilai investasinya. Apabila selisih
investasi menjadi nol, maka:
Investasi = Jumlah Kekayaan Investasi yang Dimilki Investor
Misalkan pada tahun 2040 selisih investasi telah seluruhnya diamortisasi. Apabila kekayaan
pemegang saham PT. Andaika sebesar Rp. 10 miliar, maka nilai investasi adalah 80% x Rp. 10
miliar = Rp. 8 miliar.
Apabila pada saat akuisisi tidak terdapat selisih investasi dengan nilai kekayaan yang
diperoleh atau harga investasi pada saat akuisisi sebesar nilai buku kekayaan investee yang
diakuisisi, maka jumlah kekayaan investee yang dimiliki mencerminkan nilai investasi dan tidak
ada amortisasi selisih investasi yang mempengaruhi investasi serta pendapatan investasi.
Misalkan harga perolehan investasi dalam saham PT. Andaika pada tanggal 1 januari 2012
adalah Rp. 5,2 miliar untuk 80% saham. Nilai investasi tersebut sama dengan jumlah kekayaan PT.
Andaika yang dimiliki saat itu, yakni 80% x Rp. 6.5 miliar = Rp. 5,2 miliar. Apabila pada tahun
2012 PT. Andaika laba sebesar Rp. 200 juta dan membagi dividen Rp. 100 juta, kekayaan PT.
Andaika per 31 Desember 2012 adalah sebesar Rp. 6.500.000.000 + Rp. 100.000.000 = Rp.
6.600.000.000. Karena itu, nilai investasi PT. Intiseka menjadi sebesar 80% x Rp. 6,6 miliar = Rp.
5,28 miliar atau meningkat Rp. 80 juta dari tanggal 1 januari 2012.
Pendapatan investasi apabila pada tanggal akuisisi terdapat selisih investasi adalah
sebagai berikut:
Laba investasi x % kepemilikan xxx
- Undervalue (xxx)
- Overvalue xxx
- Aset tidak berwujud (goodwill dll) (xxx)
Total pendapatan investasi xxx
Apabila selisih investasi sudah menjadi nol melalui proses amortisasi dan impairment,
pendapatan investasi hanya bersumber dari laba entitas investee kecuali terjadi kasus lain.
Misalkan pada tahun 2040 setelah semua selisih investasi menjadi nol, PT. Andaika
mengumumkan laba sebesar Rp. 400 juta. Jadi, pendapatan investasi PT. Intiseka adalah
80% x Rp. 400 juta = Rp. 320 juta.
Dalam metode cost, sumber pendapatan investasi adalah laba yang dibagikan oleh
investee (dividen). Penerapan metode cost ini juga dapat dilakukan dengan alas an - alasan tertentu,
yakni:
a. Pengendalian dimaksudkan untuk sementara, karena saham perusahaan anak dibeli
dengan tujuan dijual kembali dalam jangka pendek.
b. Perusahaan anak dibatasi oleh suatu restrika jangka panjang sehingga mempengaruhi
secara signifikan kemampuannya dalam mentransfer dana perusahaan induk.
c. Penggunaan metode akuitas atas investee tidak lagi sesuai dengan alasan – alasan
tertentu.
Misalkan PT. Andaika membagi dividen setelah PT. Intiseka menjadi pemilik saham
perusahaan tersebut sebesar 80%. Apabila PT. Intiseka mencatat investasinya dengan menggunakan
metode cost, pengumuman dividen untuk yang 80% dicatat sebagai pendapatan dengan ayat jurnal
berikut:
Piutang dividen (80% x 100 jt) Rp. 80 jt
Pendapatan investasi Rp. 80 jt
Jadi, pendapatan investasi dalam metode cost merupakan dividen yang diumumkan investee.
Pada umunya, dividen ditetapkan berdasarkan laba yang diperoleh, sementara hak investor
atas dividen maksimum sebesar laba entitas investee. Misalkan pada tahun 2012 PT. Andaika
mengumumkan laba sebesar Rp. 200 juta, sehingga hak PT. Intiseka atas dividen PT. Andaika
maksimum sebesar 80% x Rp. 200 juta = Rp. 160 juta. Apabila PT. Andaika mengumumkan
dividen sebesar Rp. 225 juta atau PT. Intiseka mendapat 80% x Rp. 225 juta = Rp. 180 juta,
penerimaan ini telah melampaui hak PT. Intiseka sebesar Rp. 180 Juta – Rp. 160 Juta = Rp. 20 juta.
Kelebihan hak atas pendapatan ini diperlakukan sebagai pengurang nilai investasi, sehingga
pengumuman dividen investee dicatat oleh PT. Intiseka sebagai berikut:
Piutang dividen Rp. 180 juta
Pendapatan investasi Rp. 160 juta
Investasi dalam saham Rp. 20 juta
Akibat pengumuman dividen ini nilai investasi PT. Intiseka berkurang sebesar Rp. 20 juta
sehingga investasi per 31 desember 2012 menjadi Rp. 5,6 miliar – Rp. 20 juta = Rp. 5.580.000.000.
Apabila PT. Andaika mengumumkan pembagian dividen sebesar Rp. 225 juta sebelum tanggal
laporan keuangan, maka pada tanggal pengumuman dividen PT. Intiseka mencatat pendapatan
sebagai berikut:
Piutang dividen Rp. 180 juta
Pendapatan dari PT. Andaika Rp. 180 Juta
Apabila laba yang diumumkan PT. Andaika ternyata sebesar Rp. 200 juta, maka PT.
Intiseka harus melakukan koreksi atas pendapatan sebesar Rp. 20 juta karena pendapatan
tersebut telah melebihi hak atas laba. Ayat jurnal koreksinya adalah:
Pendapatan dari PT. Andaika Rp. 20 juta
Investasi dalam saham PT. Andaika Rp. 20 juta