Anda di halaman 1dari 22

ARTIKEL KEISLAMAN:

1. KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


2. SAINS & TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN SALAF (REFERENSI HADITS)
5. ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKAN
HUKUM

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I.,M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Nadira Martiana


NIM : F1C020107
Fakultas&Prodi : Fakultas Teknik & Teknik Mesin
Semester : 1 (Satu)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah saya haturkan kepada ALLAH SWT Karena telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
artikel ini tepat pada waktunya.

Sholawat dan Salam tak lupa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan
sebuah petunjuk yang paling benar yakni syariat agama islam yang sempurna dimana
merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Terimakasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani,


S.Th.I.,M.Sos sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidikan Agama Islam.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
tentang keislaman.

Besar harapan saya tugas ini akan memberikan manfaat bagi pembaca.

Penyusun,

Mataram, 20 Oktober 2020

Nama : Nadira Martiana


NIM : F1C020107

2
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
I. Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 4
II. Sains dan Teknologi dan Al-Qur’an dan Al-Hadits 7
III. Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 11
IV. Pengertian Salaf Menurut Al-Hadits 14
V. Islam: Ajaran Tentang Berbagi serta Keadilan Penegakan Hukum 16
DAFTAR PUSTAKA 21

3
I. Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan
dalam Islam

Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah (bahasa Arab: ‫)هللا‬ dan diyakini


sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha
Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim bagi semesta alam.

Islam menitikberatkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha


Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha
Kuasa. Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-
nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang
berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan
Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering
digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).

Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu


tindakan kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji
keagungan-Nya dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran
Islam, Tuhan muncul di mana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun. Al-
Quran menjelaskan, "Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat
melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui."
(Al-'An'am 6:103).

Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga
Tuhan yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat
nadi manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika
mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang
lurus, “jalan yang diridhai-Nya.

Islam mengajarkan bahwa Tuhan dalam konsep Islam merupakan Tuhan sama
yang disembah oleh kelompok agama Abrahamik lainnya
seperti Kristen dan Yahudi.Namun, hal ini tidak diterima secara universal oleh
kalangan kedua agama tersebut.

Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap
yang menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh
manusia. Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di

4
dalam Al-Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu  Allah, dan selain Allah.
Subjektif (hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung,
pohon, binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti
dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:

ً ‫ُون هَّللا ِ أَ ْن‬


ِ ‫دَادا ُي ِحبُّو َن ُه ْم َكحُبِّ هَّللا‬ ِ ‫اس َمنْ َي َّتخ ُِذ مِنْ د‬
ِ ‫َوم َِن ال َّن‬

 Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.

  Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep


tauhid (monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-
ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. Abu
Thalib, ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar
15 tahun sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat
Al-Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di
kalangan masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah,
kemaha besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan
tersebut timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi
Muhammad? Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan
konsep ilahiyah mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep
ketuhanan yang dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka
yakini tentu tidak demikian kejadiannya.

Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan


dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

َ ‫مْس َو ْال َق َم َر لَ َيقُولُنَّ هَّللا ُ َفأ َ َّنى ي ُْؤ َف ُك‬


‫ون‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬
َ ‫ض َو َس َّخ َر ال َّش‬ ِ ‫َولَئِنْ َسأ َ ْل َت ُه ْم َمنْ َخلَقَ ال َّس َم َوا‬

Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah. 

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu


berarti orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan

5
bertuhan kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas
dasar itu inti konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan
ajaran Allah yaitu Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan
sekedar Pencipta, melainkan juga pengatur alam semesta.

Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana


dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai
jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika
Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah
disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai
Uswah hasanah.

6
II. Sains dan Teknologi dan Al-Qur’an dan Al-Hadits

Kata sains dan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan satu
sama lain. Sains, menurut Baiquni, adalah himpunan pengetahuan manusia tentang
alam yang diperoleh sebagai konsensus para pakar, melalui penyimpulan secara
rasional mengenai hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data pengukuran yang
diperoleh dari observasi pada gejala-gejala alam. Sedangkan teknologi adalah
himpunan pengetahuan manusia tentang proses-proses pemanfaatan alam yang
diperoleh dari penerapan sains, dalam kerangka kegiatan yang produktif ekonomis
(Baiquni, 1995: 58-60). Al-Qur’an, sebagai kalam Allah, diturunkan bukan untuk tujuan-
tujuan yang bersifat praktis. Oleh sebab itu, secara obyektif, al-Qur’an bukanlah
ensiklopedi sains dan teknologi apalagi al-Qur’an tidak menyatakan hal itu secara
gamblang.

Akan tetapi, dalam kapasitasnya sebagai huda li al-nas, al-Qur’an memberikan


informasi stimulan mengenai fenomena alam dalam porsi yang cukup banyak, sekitar
tujuh ratus lima puluh ayat (Ghulsyani, 1993: 78). Bahkan, pesan (wahyu) paling awal
yang diterima Nabi SAW mengandung indikasi pentingnya proses investigasi
(penyelidikan). Informasi alQur’an tentang fenomena alam ini, menurut Ghulsyani,
dimaksudkan untuk menarik perhatian manusia kepada Pencipta alam Yang Maha
Mulia dan Maha Bijaksana dengan mempertanyakan dan merenungkan wujud-wujud
alam serta mendorong manusia agar berjuang mendekat kepada-Nya (Ghulsyani,
1993). Dalam visi al-Qur’an, fenomena alam adalah tanda-tanda kekuasaan Allah.
Oleh sebab itu, pemahaman terhadap alam itu akan membawa manusia lebih dekat
kepada Tuhannya.

Pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi dapat ditelusuri dari


pandangan al-Qur’an tentang ilmu. Al-Qur’an telah meletakkan posisi ilmu pada
tingkatan yang hampir sama dengan iman seperti tercermin dalam surat al-Mujadalah
ayat 11: “… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara
kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

Ayat-ayat al-Qur’an yang memerintahkan manusia mencari ilmu atau menjadi


ilmuwan begitu banyak. Al-Qur’an menggunakan berbagai istilah yang berkaitan
dengan hal ini. Misalnya, mengajak melihat, memperhatikan, dan mengamati kejadian-
kejadian (Fathir: 27; al-Hajj: 5; Luqman: 20; alGhasyiyah: 17-20; Yunus: 101; al-

7
Anbiya’: 30), membaca (al- ‘Alaq: 1-5) supaya mengetahui suatu kejadian (al-An’am:
97; Yunus: 5), supaya mendapat jalan (al-Nahl: 15), menjadi yang berpikir atau yang
menalar berbagai fenomena (al-Nahl: 11; Yunus: 101; al-Ra’d: 4; al-Baqarah: 164; al-
Rum: 24; al-Jatsiyah: 5, 13), menjadi ulu al-albab (Ali ‘Imran: 7; 190-191; al-Zumar:
18), dan mengambil pelajaran (Yunus: 3).

Sedangkan pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi, dapat diketahui


dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw.: “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan. Dia menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar
(manusia) dengan perantaraan kalam (tulis baca). Dia Mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya.” (QS al-‘Alaq: 1-5) Kata iqra’,

Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan


munculnya berbagai penemuan rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah
terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih
canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang lebih maju lagi. Dasar
filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam al-
Qur‟an yang merupakan kitab suci agama Islam yang banyak mengupas keterangan-
keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Firman Allah :

َ ‫ُوس لَّ ُك ْم لِ ُتحْ صِ َن ُكم م ِّۢن َبأْسِ ُك ْم ۖ َف َه ْل أَن ُت ْم ٰ َش ِكر‬


‫ُون‬ َ ‫َو َعلَّمْ ٰ َن ُه‬
ٍ ‫ص ْن َع َة لَب‬

“Dan telah Kami ajarkan kepada Daud membuat baju besi untuk kamu, guna
memelihara kamu dalam peperanganmu; Maka hendaklah kamu bersyukur (kepada
Allah)” (QS al-Anbiya‟, 21: 80)

Dari keterangan itu jelas sekali bahwa manusia dituntut untuk berbuat sesuatu
dengan sarana pengembangan teknologi dan untuk penguasaannya diperlukan ilmu
pengetahuan. Perlu di pahami pula bahwa pengetahuan ilmiah (science) tidak
mengenal kata ”kekal”, dalam arti apa yang dianggap salah pada masa silam ternyata
dapat diakui kebenaranya dimasa moderen. Pengetahuan ilmiah mempunyai
kebenaran relatif, artinya kebenaran datang silih berganti, hal ini berbeda dengan al-
Qur‟an yang mempunyai kebenaran mutlak. Memang di dalam al-Qur‟an mengandung
sekian banyak ayatayat yang memaparkan tentang sains dan teknologi (Kebenaran

8
Ilmiah). Allah telah membakukan beberapa fakta alam di dalam alQur‟an dan
SunnahNya, diskripsi tentang sejumlah fenomena alam dan hukum-hukum alam dapat
dijadikan sebagai argumentasi yang melampaui batas logika manusia. Atau menurut
istilah yang dikenal mengenai keajaiban al-Qur‟an (mukjizat al-Qur‟an).

Keutamaan orang-orang yang berilmu dan beriman sekaligus, diungkapkan


Allah dalam ayat-ayat berikut : ْ

‫…وا َرحْ َم… َة َر ِّبهِۦ ۗ قُ… ْل َه… ْل َي ْس… َت ِوى‬ ۟ …‫…ر َة َو َيرْ ُج‬ ٌ ‫أَمَّنْ ه َُو ٰ َقن‬
َ …‫ِت َءا َنٓا َء ٱلَّي ِْل َسا ِج ًدا َو َقٓا ِئمًا َيحْ… َذ ُر ٱ ْل َءا ِخ‬
‫ب‬ ۟ ُ‫ُون ۗ إِ َّن َما َي َت َذ َّك ُر أ ُ ۟ول‬
ِ ‫وا ٱأْل َ ْل ٰ َب‬ َ ‫ُون َوٱلَّذ‬
َ ‫ِين اَل َيعْ لَم‬ َ ‫ِين َيعْ لَم‬َ ‫ٱلَّذ‬

…Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-


orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran. (QS. AzZumar (39) : 9)

۟ ‫ٱنش… ُز‬
‫وا‬ ُ ‫ُوا َي ْف َس… ِح ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم ۖ َوإِ َذا قِي… َل‬۟ ‫ِس َفٱ ْف َس…ح‬ َ ‫ٰ َٓيأ َ ُّي َها ٱلَّذ‬
۟ ‫ِين َءا َم ُن ٓو ۟ا إِ َذا قِي… َل لَ ُك ْم َت َف َّس…ح‬
ِ ‫ُوا فِى ْٱل َم ٰ َجل‬
َ ُ‫ت ۚ َوٱهَّلل ُ ِب َما َتعْ َمل‬
‫ون َخ ِبي ٌر‬ ۟ ‫ِين أُو ُت‬
ٍ ‫وا ْٱلع ِْل َم دَ َر ٰ َج‬ ۟ ‫ِين َءا َم ُن‬
َ ‫وا مِن ُك ْم َوٱلَّذ‬ ۟ ‫ش ُز‬
َ ‫وا َيرْ َف ِع ٱهَّلل ُ ٱلَّذ‬ ُ ‫َفٱن‬

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah


dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Mujadilah (58) : 11)

Maksud dari ayat tersebut adalah Allah SWT akan mengangkat derajat
(martabat) orang-orang yang melaksanakan perintahNya dan RasulNya dan orang-
orang yang berilmu pengetahuan. Selanjutnya ayat ini mendorong kita mengadakan
kegiatan di bidang ilmu pengetahuan, dengan cara mengunjungi dan menghadiri
majelis ilmu. Pada ayat tersebut terkandung juga motivasi yang amat kuat agar orang
giat menuntut ilmu pengetahuan, yaitu dengan memberikan kedudukan yang tinggi
dalam pandangan Allah SWT.

Al-Qur‟an jelas mendukung bahkan memerintahkan dengan tegas kepada


manusia agar selalu mengembangkan pola pikirnya untuk berinovasi terhadap alam
yang sudah disediakan oleh Allah Yang Maha Pencipta sebagai obyeknya, sehingga
menghasilkan sains dan teknologi yang tepat guna bagi kesejahteraan hidup manusia
di dunia, sebagai bekal beribadah kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan di

9
akhirat kelak. Menurut al-Qur‟an, sains hanyalah alat untuk mencapai tujuan akhir.
Pemahaman seseorang terhadap alam harus mampu membawa kesadarannya
kepada Allah Yang Maha Sempurna dan Maha Tak Terbatas. Sebagai produk budaya,
sains dan teknologi tidak terlepas dari subyektivitas sang penemu atau sang
pengembang. Dengan kata lain sains dan teknologi tidak bebas nilai, bahkan sarat
dengan nilai.

Oleh karena itu perkembangan sains dan teknologi tentu akan memberikan
dampak yang positif sekaligus yang negatif, tergantung bagaimana cara dan apa
tujuan manusia dalam menciptakan dan mengembangkannya. Manusia yang diberi
amanah oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi ini harus pandai-pandai
memanfaatkan kemajuan sains dan teknologi agar tidak terjebak justeru manusialah
yang akan diperbudak oleh kemajuan sains dan teknologi. Bagi umat Muslim,
sungguhpun belum mampu menciptakan epistemologi alternative sebagai tandingan
orang Barat, dalam kapasitas kemampuan masingmasing umat harus kembali kepada
al-Qur‟an seraya mencermati pesan-pesan ilahiyah yang terkandung dalam fenomena
alam semesta.

10
III. GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) menjelaskan kurun beliau


dan kurun para sahabatnya ialah sebaik-baik kurun secara mutlak. Tidak ada kurun
yang lebih baik daripada kurun mereka. Barang siapa mengatakan selain itu, maka ia
termasuk zindîq (orang sesat).

Dalam hadis ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata: "Seorang lelaki bertanya


kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Siapakah sebaik-baik manusia?’
Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘(Yaitu) kurun, yang aku hidup saat ini,
kemudian kurun berikutnya, kemudian kurun berikutnya’."

Inilah beberapa generasi terbaik yang beliau sebutkan dalam hadits tersebut :

1. Sahabat

Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan beliau.
Menurut Imam Ahmad, siapa saja diantara orang beriman yang bertemu dan melihat
Rasulullah, baik sebulan, sepekan, sehari atau bahkan cuma sesaat maka ia dikatakan
sebagai sahabat. Derajatnya masing-masing ditentukan dengan seberapa lama ia
menyertai Rasulullah.

Para sahabat merupakan orang-orang yang mewariskan ilmu dari Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam. Diantara sahabat yang terbaik adalah para Khulafaur
Rasyidin, kemudian 10 orang sahabat yang namanya disebutkan oleh Rasulullah yang
mendapatkan jaminan surga.

2. Tabi’in

Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau
setelah beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta melihat
para sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari
para sahabat Rasulullah.

Salah seorang terbaik dari generasi Tabi’in adalah Uwais Al Qarn, yang pernah
mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi sahabat, tetapi
tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah disebutkan secara
langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi tapi terkenal di
langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali, untuk mencari
Uwais dan meminta untuk di doakan, karena ia merupakan orang yang memiliki doa
yang diijabah oleh Allah.

Adapun diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi’in lainnya yakni


Umar bin Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al Husein, Muhammad bin
Al Hanafiyah, Hasan Al Bashri dan yang lainnya.

3. Tabi’ut Tabi’in

11
Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau
setelah mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan
generasi tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan
ilmu dari para tabi’in.

Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah Imam Malik bin
Anas, Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad dan yang
lainnya.

Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai umat
muslim yang datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-kitab
yang telah mereka tuliskan.

Abu Burdah meriwayatkan dari ayahnya, bahwasanya ia berkata: Kami


mengerjakan salat Maghrib bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selepas
salat, kami berkata: "Bagaimana kalau kita duduk menunggu untuk mengerjakan ‘Isyâ
bersama beliau?"

Maka kami pun sepakat duduk menunggu. Lalu beliau keluar menemui kami,
beliau berkata: "Apakah kalian masih di sini?"

Kami menjawab: "Wahai Rasulullah, kami mengerjakan salat Maghrib


bersamamu, kemudian kami duduk menunggu di sini agar dapat mengerjakan salat
‘Isyâ bersamamu".

"Bagus, sungguh tepat yang kalian lakukan itu!" sahut beliau.

Kemudian beliau menengadahkan wajahnya ke langit, biasanya beliau sering


menengadahkan wajah ke langit. Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ْ َ‫ُون َوأ‬
‫ص…… َح ِابي‬ ُ ‫وع ُد َوأَ َنا أَ َم َن ٌة أِل َصْ َح ِابي َفإِ َذا َذ َهب‬
َ ‫ْت أَ َتى أَصْ َح ِابي َما يُو َعد‬ َ ‫ت ال ُّنجُو ُم أَ َتى ال َّس َما َ…ء َما ُت‬
ِ ‫ال ُّنجُو ُم أَ َم َن ٌة لِل َّس َما ِ…ء َفإِ َذا َذ َه َب‬
ُ َ َ
َ ‫ب أصْ َح ِابي أ َتى أ َّمتِي َما يُو َعد‬
‫ُون‬ ُ ٌ َ
َ ‫أ َم َنة أِل َّمتِي َفإِ َذا َذ َه‬

"Sesungguhnya bintang-bintang itu adalah pengaman bagi langit. Jika bintang-bintang


itu lenyap, maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas langit. Aku adalah
pengaman bagi sahabatku, jika aku telah pergi maka akan datang apa yang telah
dijanjikan atas sahabatku. Dan sahabatku adalah pengaman bagi umatku, jika
sahabatku telah pergi maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas umatku".

Rasulullah bersabda

َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫ِين َيلُ……و َن ُه ْم‬


‫ِين‬ َ ‫ ُث َّم الَّذ‬،‫اس َق……رْ نِي‬ َ ِّ‫ َع ِن ال َّن ِبي‬،ُ‫ض… َي هَّللا ُ َع ْن… ه‬
ِ ‫ َخ ْي… ُر ال َّن‬:‫ص…لَّى هللاُ َعلَ ْي… ِه َو َس…لَّ َم َق……ا َل‬ ِ ‫َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ بن مس……عود َر‬
‫ ومسلم‬،‫ رواه البخاري‬.ُ‫ َو َيمِي ُن ُه َش َها َد َته‬،ُ‫ ُث َّم َي ِجي ُء أَ ْق َوا ٌم َتسْ ِب ُق َش َهادَ ةُ أَ َح ِد ِه ْم َيمِي َنه‬،‫َيلُو َن ُه ْم‬

Dari Abdullah bin Mas’ud, dari Nabi bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah masaku,
lalu orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka.
Selanjutnya datang kaum-kaum yang kesaksian salah seorang mereka mendahului
sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya" (HR al-Bukhari dan Muslim)

Definisi Qarn

12
Qarn di antaranya didefinisikan dengan mi’atu sanah. Yakni seratus tahun atau
satu abad. Dalam bahasa kita disebut kurun. Dapat juga dimaknai masa atau waktu.

Dan hadis di atas menjelaskan tentang kurun manusia yang terbaik yaitu masa
Rasulullah dengan para sahabat beliau. Selanjutnya masa setelah sahabat adalah
masa tabi’in, pengikut para sahabat. Setelah itu adalah masa tabi’ut tabi’in yakni
pengikut tabi’in, dan seterusnya. Begitulah penjelasan Imam an-Nawawi rahimahullah.

Dalam al-Quran kata qarn ini menjadi peringatan kepada setiap hamba dan


bahkan kaum, di mana tatkala mereka banyak melakukan perbuatan dosa akan
dibinasakan atau dihancurkan oleh Allah SWT.

‫ٱلس… َمآ َء َعلَ ۡي ِهم م ِّۡد َر ٗارا َو َج َع ۡل َن……ا ٱأۡل َ ۡن ٰ َه… َر َت ۡ…ج ِري‬
َّ ‫ض َما لَمۡ ُن َم ِّكن لَّ ُكمۡ َوأَ ۡر َس… ۡل َنا‬ ٰ
ِ ‫أَلَمۡ َي َر ۡو ْا َكمۡ أَ ۡهلَ ۡك َنا مِن َق ۡبل ِِهم مِّن َق ۡر ٖن َّم َّك َّنهُمۡ فِي ٱأۡل َ ۡر‬
‫ين‬ َ ‫وب ِهمۡ َوأَن َش ۡأ َنا م ِۢن َب ۡع ِدهِمۡ َق ۡر ًنا َء‬
َ ‫اخ ِر‬ ٰ
ِ ‫مِن َت ۡحت ِِهمۡ َفأ َ ۡهلَ ۡك َنهُم ِب ُذ ُن‬
Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami
binasakan sebelum mereka. Padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan
mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu.
Dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai
mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka
sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (QS al-An’am 6).

Hadis di atas menegaskan bahwa para sahabat nabi adalah orang-orang


terbaik. Bahkan lebih baik dari kaum hawariyyunnya Nabi Isa alaihissalam atau kaum
Nabi Musa ‘alaihissalam.

Karena Rasulullah sebagai khatamun nabiyyin merupakan sayyidul


mursalin yakni penghulu atau pemimpin dari semua rasul-rasul Allah. Demikian pula
kita sebagai umat beliau adalah umat yang terbaik dari umat nabi terdahulu.

Ustaz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan


Ma’had Islami (Yamais), Masjid al-Huda Berbek, Waru, Sidoarjo, dalam 'Ngaji Online"
di laman Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tiimur, Jumat (15/5/2020)
menjelaskan menjadikan Rasulullah sebagai teladan adalah wujud kecintaan kita
kepada beliau merupakan keniscayaan. Karena beliau begitu luar biasanya mencintai
kita tanpa pamrih.

Kebaikan Allah dan Rasulullah kepada kita sebagai umatnya ini sangat luar
biasa. Maka sudah seyogyanya kita balas cinta Allah dan Rasul-Nya dengan segenap
hati kita melebihi cinta kita kepada lainnya.

Cinta kita kepada yang lainnya adalah karena faktor cinta kita kepada Allah dan
Rasul-Nya. Cinta yang tanpa basa-basi dan tanpa berpikir panjang lebar. Itulah yang
harus kita capai dalam kehidupan kita ini. Karena tanpa itu tidak akan pernah kita
mencapai kebahagiaan yang sebenarnya dalam hidup ini.

13
IV. PENGERTIAN SALAF (REFERENSI HADITS)

Menurut bahasa (etimologi), Salaf ( ُ‫لس……لَف‬


َّ َ‫ ) ا‬artinya yang terdahulu (nenek
moyang), yang lebih tua dan lebih utama.Salaf berarti para pendahulu. Jika dikatakan (
‫)سلَفُ الرَّ ج ُِل‬
َ salaf seseorang, maksudnya kedua orang tua yang telah mendahuluinya.

Menurut istilah (terminologi), kata Salaf berarti generasi pertama dan terbaik
dari ummat (Islam) ini, yang terdiri dari para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan para
Imam pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang dimuliakan
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam : ‫اس َقرْ نِيْ ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم‬
ِ ‫خ ْي ُر ال َّن‬.
َ “Sebaik-baik manusia adalah pada masaku
ini (yaitu masa para Sahabat), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’in), kemudian
yang sesudahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).”

Menurut al-Qalsyani: “Salafush Shalih adalah generasi pertama dari ummat ini
yang pemahaman ilmunya sangat dalam, yang mengikuti petunjuk Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan menjaga Sunnahnya. Allah memilih mereka untuk menemani
Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan menegak-kan agama-Nya…”

Syaikh Mahmud Ahmad Khafaji berkata di dalam kitabnya, al-‘Aqiidatul


Islamiyyah bainas Salafiyyah wal Mu’tazilah: “Penetapan istilah Salaf tidak cukup
dengan hanya dibatasi waktu saja, bahkan harus sesuai dengan Al-Qur-an dan As-
Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih (tentang ‘aqidah, manhaj, akhlaq dan
suluk-pent.). Barangsiapa yang pendapatnya sesuai dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah
mengenai ‘aqidah, hukum dan suluknya menurut pemahaman Salaf, maka ia disebut
Salafi meskipun tempatnya jauh dan berbeda masanya. Sebaliknya, barangsiapa
pendapatnya menyalahi Al-Qur-an dan As-Sunnah, maka ia bukan seorang Salafi
meskipun ia hidup pada zaman Sahabat, Ta-bi’in dan Tabi’ut Tabi’in.

Penisbatan kata Salaf atau as-Salafiyyuun bukanlah termasuk perkara bid’ah,


akan tetapi penisbatan ini adalah penisbatan yang syar’i karena menisbatkan diri
kepada generasi pertama dari ummat ini, yaitu para Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut
Tabi’in. Ahlus Sunnah wal Jama’ah dikatakan juga as-Salafiyyuun karena mereka
mengikuti manhaj Salafush Shalih dari Sahabat dan Tabi’ut Tabi’in. Kemudian setiap
orang yang mengikuti jejak mereka serta berjalan berdasarkan manhaj mereka -di
sepanjang masa-, mereka ini disebut Salafi, karena dinisbatkan kepada Salaf. Salaf
bukan kelompok atau golongan seperti yang difahami oleh sebagian orang, tetapi
merupakan manhaj (sistem hidup dalam ber-‘aqidah, beribadah, berhukum, berakhlak
dan yang lainnya) yang wajib diikuti oleh setiap Muslim.

Jadi, pengertian Salaf dinisbatkan kepada orang yang menjaga keselamatan


‘aqidah dan manhaj menurut apa yang dilaksanakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan para Sahabat Radhiyallahu anhum sebelum terjadinya perselisihan dan
perpecahan.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah (wafat th. 728 H) berkata:


“Bukanlah merupakan aib bagi orang yang menampakkan manhaj Salaf dan

14
menisbatkan dirinya kepada Salaf, bahkan wajib menerima yang demikian itu karena
manhaj Salaf tidak lain kecuali kebenaran.”

15
V. ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA
KEADILAN PENEGAKAN HUKUM

Berbagi merupakan indikator tingkat ketaqwaan seorang mukmin dan salah


satu perbuatan yang akan mendatangkan cinta Allah SWT sebagaimana firman-Nya.

 ‫ َوهّٰللا ُ ُيحِبُّ ْالمُحْ سِ ِني َْن‬  ۗ ‫اس‬ َ ‫الَّ ِذي َْن ُي ْنفِقُ ْو َن فِى السَّرَّ آ ِء َوالضَّرَّ آ ِء َو ْال ٰكظِ ِمي َْن ْال َغي‬
ِ ‫ْظ َو ْال َعافِي َْن َع ِن ال َّن‬

"(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah
mencintai orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali Imran 3: Ayat 134) 

Berbagi mengindikasikan pengorbanan dan kerelaan untuk memberi. Semakin


banyak memberi, semakin tidak akan merasa kekurangan. Disinilah keindahan berbagi
daripada sekedar menerima. Ketika telah meraih kesuksesan, kadang seseorang lupa
daratan.

Ketika bisnis di puncak kejayaan, manusia pun lupa akan kewajiban dari harta
yang mesti dikeluarkan dan lupa untuk saling berbagi. Ketahuilah harta hanyalah
titipan Ilahi

 ٌ‫ِين آَ َم ُنوا ِم ْن ُك ْم َوأَ ْن َفقُوا لَ ُه ْم أَجْ ٌر َك ِبير‬ َ ‫آَ ِم ُنوا ِباهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َوأَ ْنفِقُوا ِممَّا َج َعلَ ُك ْم مُسْ َت ْخلَف‬
َ ‫ِين فِي ِه َفالَّذ‬

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari
hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang
beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh
pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid: 7) 

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa harta hanyalah titipan Allah karena
Allah Ta’ala firmankah (yang artinya), “Hartamu yang Allah telah menjadikan kamu
menguasainya.” Hakikatnya, harta tersebut adalah milik Allah. Allah Ta’ala yang beri
kekuasaan pada makhluk untuk menguasai dan memanfaatkannya.Al
Qurthubi rahimahullah menjelaskan, “Ayat ini merupakan dalil bahwa pada hakekatnya
harta itu milik Allah. Hamba tidaklah memiliki apa-apa melainkan apa yang Allah ridhoi.
Siapa saja yang menginfakkan harta pada jalan Allah, maka itu sama halnya dengan
seseorang yang mengeluarkan harta orang lain dengan seizinnya. Dari situ, ia akan
mendapatkan pahala yang melimpah dan amat banyak.

Keutamaan Berbagi 

Allah Ta’ala berfirman

ْ ‫يل هَّللا ِ َك َم َث ِل َح َّب ٍة أَ ْن َب َت‬


,ٌ‫ت َسب َْع َس َن ِاب َل فِي ُك ِّل ُس ْن ُبلَ ٍة ِم َئ ُة َح َّب ٍة َوهَّللا ُ ُيضَاعِ فُ ِل َمنْ َي َشا ُء َوهَّللا ُ َواسِ ع‬ ِ ‫ون أَ ْم َوالَ ُه ْم فِي َس ِب‬ َ ‫َم َث ُل الَّذ‬
َ ُ‫ِين ُي ْنفِق‬
‫َعلِي ٌم‬

16
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS.
Al Baqarah: 261)

Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, “Ayat ini sangat


memotivasi hati untuk gemar berinfak. Ayat ini merupakan isyarat bahwa setiap amal
sholih yang dilakukan akan diiming-imingi pahala yang berlimpah bagi pelakunya.
Sebagaimana Allah mengiming-imingi tanaman bagi siapa yang menanamnya di tanah
yang baik (subur). Terdapat dalam hadits bahwa setiap kebaikan akan dilipatgandakan
hingga 700 kali lipat”. Inilah permisalan yang Allah gambarkan yang menunjukkan
berlipat gandanya pahala orang yang berinfak di jalan Allah dengan selalu selalu
mengharap ridho-Nya.

‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa tatkala turun firman


Allah Ta’ala

,‫ َك ِري ٌم‬ ‫أَجْ ٌر‬ ‫ َولَ ُه‬ ‫لَ ُه‬ ‫ َف ُيضَاعِ َف ُه‬ ‫ َح َس ًنا‬ ‫ َقرْ ضًا‬ َ ‫هَّللا‬  ُ‫ ُي ْق ِرض‬ ‫الَّذِي‬ ‫ َذا‬  ْ‫َمن‬

“Barangsiapa memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah
akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh
pahala yang banyak” (QS. Al Hadid: 11);

Abud Dahdaa Al Anshori mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah Allah


menginginkan pinjaman dari kami?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
“Betul, wahai Abud Dahdaa.” Kemudian Abud Dahdaa pun berkata, “Wahai Rasulullah,
tunjukkanlah tanganmu.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyodorkan
tangannya. Abud Dahdaa pun mengatakan, “Aku telah memberi pinjaman pada
Rabbku kebunku ini. Kebun tersebut memiliki 600 pohon kurma.

Bagaimanakah balasan untuk orang yang menginvestasikan hartanya di jalan


Allah. Lihatlah Abud Dahdaa radhiyallahu ‘anhu, di saat Allah melimpahkan padanya
nikmat harta yang begitu melimpah, ia pun tidak melupakan Sang Pemberi Nikmat.

Jika seseorang mengerti dan pahami, investasi dan infak di jalan Allah sama
sekali tidaklah mengurangi harta. Cobalah renungkan baik-baik firman Allah Ta’ala,

َ
‫ِين‬ ِ َّ‫َو َما أ ْن َف ْق ُت ْم مِنْ َشيْ ٍء َفه َُو ي ُْخلِفُ ُه َوه َُو َخ ْي ُر الر‬
َ ‫ازق‬

“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-
lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).

Lihatlah bagaimanakah penjelasan yang amat menarik dari Ibnu


Katsir rahimahullah mengenai ayat ini. Beliau mengatakan, “Selama engkau

17
menginfakkan sebagian hartamu pada jalan yang Allah perintahkan dan jalan yang
dibolehkan, maka Allah-lah yang akan memberi ganti pada kalian di dunia, juga akan
memberi ganti berupa pahala dan balasan di akhirat kelak.” 

Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu juga disebutkan,

‫اآلخ ُر اللَّ ُه َّم أَعْ طِ ُممْسِ ًكا َتلَ ًفا‬


َ ‫ َو َيقُو ُل‬، ‫ان َي ْن ِزالَ ِن َف َيقُو ُل أَ َح ُد ُه َما اللَّ ُه َّم أَعْ طِ ُم ْنفِ ًقا َخلَ ًفا‬
ِ ‫َما مِنْ َي ْو ٍم يُصْ ِب ُح ْال ِع َبا ُد فِي ِه إِالَّ َملَ َك‬

“Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun
(datang) dua malaikat kepadanya lalu salah satunya berkata; “Ya Allah berikanlah
pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya”, sedangkan yang satunya lagi
berkata; “Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan
hartanya (bakhil).” (HR. Bukhari no. 1442 dan Muslim no. 1010)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyemangati sahabat Bilal bin


Robbah radhiyallahu ‘anhu untuk berinfak dan beliau katakan jangan khawatir miskin.
Beliau bersabda,

ً‫ش إِ ْقالَال‬ َ ‫أَ ْنف ِْق ِبالَل ! َو الَ َت ْخ‬


ِ ْ‫ش مِنْ ذِيْ ال َعر‬

“Berinfaklah wahai Bilal! Janganlah takut hartamu itu berkurang karena ada Allah yang
memiliki ‘Arsy (Yang Maha Mencukupi).” (HR. Al Bazzar dan Ath Thobroni dalam Al
Kabir. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan sendiri bahwa harta


tidaklah mungkin berkurang dengan sedekah. Beliau bersabda

ٍ ‫ َم‬  ْ‫مِن‬ ‫ص َد َق ٌة‬


,‫ال‬ ْ ‫ص‬
َ  ‫ت‬ َ ‫ َن َق‬ ‫َما‬

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim no. 2558, dari Abu Hurairah)

Dari Asma’ binti Abi Bakr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda


padaku

, ِ‫ َعلَيْك‬ ‫ َفيُوكى‬ ‫ ُتوكِي‬ َ‫ال‬

“Janganlah engkau menyimpan harta (tanpa mensedekahkannya). Jika tidak, maka


Allah akan menahan rizki untukmu.”

Dalam riwayat lain disebutkan

َ ‫ا ْن‬ ‫أَ ْو‬ ، ‫ا ْن َفحِي‬ ‫أَ ِو‬ ‫أنفقي‬


, ِ‫ َعلَيْك‬ ُ‫هللا‬ ‫ َفيُوعي‬ ‫ ُتوعي‬ َ‫ َوال‬ ،  ِ‫ َعلَيْك‬ ُ‫هللا‬ ‫ َفيُحْ صِ ي‬ ‫ ُتحصي‬ َ‫ َوال‬ ، ‫ضحِي‬

“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa


mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki
tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah

18
akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.” (HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim
no. 1029, 88)

Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Janganlah engkau menyimpan-


nyimpan harta tanpa mensedekahkannya (menzakatkannya). Janganlah engkau
enggan bersedekah (membayar zakat) karena takut hartamu berkurang. Jika seperti
ini, Allah akan menahan rizki untukmu sebagaimana Allah menahan rizki untuk para
peminta-minta. Sedekah (zakat) itu dapat mengembangkan harta. Maksudnya adalah
sedekah merupakan sebab semakin berkah dan bertambahnya harta. Barangsiapa
yang memiliki keluasan harta, namun enggan untuk bersedekah (mengeluarkan zakat),
Allah akan menahan rizki darinya. Allah akan menghalangi keberkahan hartanya. Allah
pun akan menahan perkembangan hartanya.”

”Dan di antara orang-orang Arab Badui itu ada yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian, dan memandang apa yang diinfakkannya (di jalan Allah) sebagai jalan
mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai jalan untuk (memperoleh) doa Rasul.
Ketahuilah, sesungguhnya infak itu suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri
(kepada Allah). Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat (surga)-Nya
sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS At Taubah, 9: 99)

Berdasarkan ayat ini, sedekah akan mendekatkan kita kepada Allah, Zat Yang
Maha Pemberi rezeki. Dekat dengan Allah Yang Mahakaya akan menjamin terjaganya
rezeki dan harta yang kita miliki. Artinya, semakin bakhil kita, akan semakin jauh kita
dari rezeki dan nilai hakiki kekayaan yang sebenarnya

Menurut M. Natsir (demokrasi dibawah hukum cet.III, 2002) adalah suatu


penegasan, ada undang-undang yang disebut Sunnatullah yang nyatanyata berlaku
dalam kehidupan manusia pada umumnya. Perikehidupan manusia hanya dapat
berkembang maju dalam berjama’ah (Society). Man is born as a social being. Hidup
perorangan dan hidup bermasyarakat berjalin, yang satu bergantung pada yang lain.
Kita mahluk sosial harus berhadapan dengan berbagai macam persoalan hidup, dari
persoalan rumah tangga, hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara, berantara
negara, berantar agama dan sebagainya, semuanya problematika hidup duniawi yang
bidangnya amat luas. Maka risalah Muhammad Saw, meletakkan beberapa kaidah
yang memberi ketentuan-ketentuan pokok guna memecahkan persoalan-persoalan.
Kestabilan Hidup bermasyarakat memerlukan tegaknya keadilan lanjut M. Natsir. Tiap-
tiap sesuatu yang melukai rasa keadilan terhadap sebagian masyarakat, maka bisa
merusak kestabilan secara keseluruhan. Menegakkan keadilan di tengah-tengah
masyarakat dan bangsa diawali dengan kedaulatan hukum yang ditegakkan. Semua
anggota masyarakat berkedudukan sama di hadapan hukum. Jadi di hadapan hukum
semuanya sama, mulai dari masyarakat yang paling lemah sampai pimpinan tertinggi
dalam Negara. “Dan janganlah rasa benci kamu kepada suatu golongan menyebabkan
kamu tidak berlaku adil. Berlaku adilah, karena itu lebih dekat kepada taqwa. Dan
bertaqwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah amat mengetahui apa yang
kamu kerjakan”(QS.5:8). “Dengarlah dan taatilah sekalipun andaikata yang

19
menjalankan hukum atasmu seseorang budak Habsyi yang kepalanya seperti kismis
selama dijalankannya hukum Allah Swt”. (H.R.Buchori dari Anas)

Tidak mungkin hukum dan keadilan dapat tegak berdiri keadilan dapat tegak
berdiri kokoh apabila konsep persamaan itu diabaikan. Implementasi keadilan hukum
di masyarakat dewasa ini banyak ditemui sandungan yang menyolok atas pandangan
lebih terhadap orang yang punya kedudukan tinggi, yang punya kekayaan melimpah,
sehingga rakyat banyak telah menyimpan imej bertahun-tahun bahwa di negeri ini
keadilan itu dapat dibeli. Lebih jauh kesamaan itu dijabarkan Rachman di bukunya
Political Science and Government dalam Ramly Hutabarat di bukunya Hukum dan
Demokrasi (1999) yaitu, yakni: a. Manusia secara alamiah dilahirkan sama (Natural
Equality) b. Setiap masyarakat memiliki kesamaan hak sipil c. Semua warga negara
memiliki hak yang sama mendapatkan lapangan pekerjaan d. Semua warga Negara
sama kedudukannya dalam politik. QS.4:135.”Wahai orang-orang yang beriman jadilah
kamu orang yang tegak menegakkan keadilan, menjadi saksi kebenaran karena Allah,
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapakmu atau kerabatmu”.

20
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Allah_(Islam)#:~:text=Dalam%20konsep%20Islam%2C
%20Tuhan%20disebut,dan%20Maha%20Kuasa%20(tauhid).

https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03

https://core.ac.uk/download/pdf/297921818.pdf

file:///C:/Users/HELO/Downloads/3976-Article%20Text-11301-1-10-20200802.pdf

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjU97zIkcPsAhXRF3IKHfd7D
esQFjAEegQIBBAC&url=http%3A%2F%2Frepository.uin-malang.ac.id
%2F1783%2F7%2F1783.pdf&usg=AOvVaw26153lFsCOCKT4TNtmTQmH

https://tafsirweb.com/5592-quran-surat-al-anbiya-ayat-80.html

https://tafsirweb.com/10765-quran-surat-al-mujadilah-ayat-11.html

https://tafsirweb.com/8671-quran-surat-az-zumar-ayat-9.html

https://www.rctiplus.com/trending/detail/172772/generasi-terbaik-adalah-masa-nabi-
bagaimana-dengan-masa-kini

https://umma.id/article/share/id/1002/272772

https://almanhaj.or.id/3428-definisi-salaf-definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html

https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwixk4iSpcPsAhWBTX0KHZo2
DvcQFjAAegQIBBAC&url=https%3A%2F%2Fjurnalfai-uikabogor.org%2Findex.php
%2Fmizan%2Farticle%2Fdownload
%2F122%2F38&usg=AOvVaw1AI1TAWArVGoKnqNiDzQAv

http://bmtitqan.org/artikel/detail/34/berbagi.html

21
22

Anda mungkin juga menyukai