Anda di halaman 1dari 3

1.

Expectation gap yaitu adanya perbedaan antara harapan publik atau pemakai laporan keuangan
dengan auditor mengenai peran dan tanggung jawab auditor yang dicerminkan dalam hasil kerja
auditor. Expectation gap adalah perbedaan antara apa yang masyarakat dan pengguna laporan
keuangan percaya sebagai tanggung jawab akuntan dan auditor dan apa yang akuntan dan auditor
percaya sebagai tanggung jawab.

Ada protagonis lain yang harus diperhitungkan ketika mempertimbangkan efektivitas fungsi audit
dan the audit expectations gap, yaitu:

Politisi. Jika penipuan signifikan terungkap, masyarakat mungkin juga menyalahkan politisi untuk
tidak memastikan audit yang efektif.

Pengatur. Peraturan mengubah hubungan dengan memberlakukan bea atas beberapa dan
memberikan hak kepada orang lain, atau setidaknya menciptakan iklim di mana tugas akan
memaksakan diri dan hak yang diberikan kepada orang lain.

Akademisi. Dapat diargumentasikan bahwa beberapa akademisi mungkin memiliki dampak pada apa
yang publik pikirkan mengenai badan profesional dan auditor.

Expectation gap muncul dapat karena dua hal:

a.Reasonable gap

Reasonable gap yaitu perbedaan yang timbul karena pemahaman publik terhadap apa yang
diinginkan oleh publik kepada auditor untuk dilakukan, dan apa yang seharusnya auditor lakukan
secara pantas.

b.Performance gap

Performance gap yaitu perbedaan yang timbul akibat persepsi terhadap auditor dan hasil kinerja
auditor. Performance gap terdiri atas Deficient standard gap, dimana standar auditing yang ada tidak
mencukupi atau tidak mencakup semua aspek-aspek di dalam auditing. Deficient performance gap,
dimana kinerja auditor tidak sesuai dengan harapan publik.

2. Lack of competence : adalah tidak adanya/ tidak memiliki cukup kecakapan atau ketrampilan yang
dimiliki seseorang dalam bidangnya, sehingga kemampuan yang ada pada diri seseorang tidak akan
mampu untuk menunjukkan dan mengaplikasikan ketrampilannya tersebut di dalam kehidupan
nyata.

Bisa saja orang tersebut berada di bidang yang tidak sesuai dengan kemampuannya, ataupun
memang orang tersebut tidak memiliki cukup pengtahuan/ pngalaman yang bersangkutan.

3. Lack of profession independency:

Yaitu tidak adanya atau kurangnya sikap netral atau tidak memihak kepada salah satu, punya
kekuasaan sendiri, merdeka, tidak dikontrol oleh pihak lain. Dengan artian lain, orang tersebut
berada dalam suatu posisi dan pengaruh sehingga orang tersebut tidak lagi bersifat netral dan
mandiri.

Bisa saja orang tersebut merasakan adanya ancaman, seperti:

- ancaman kepentingan pribadi

- ancaman advokasi

- ancaman kedekatan/keakraban

- ancaman intimidasi

- dll

4. Kualitas audit di Indonesia diukur dengan menggunakan A Framework for Audit Quality yang
diterbitkan oleh International Auditing and Assurance Standards Board(IAASB). A Framework for
Audit Quality (Kerangka Audit IFAC) merupakan suatu Kerangka yang menjelaskan mengenai
elemen-elemen yang terdapat dalam faktor input, proses dan output dalam suatu
audit yang mempengaruhi kualitas audit. Selain elemen-elemen tersebut, dalam
Kerangka ini IASSB juga menjelaskan peranan dari interaksi antara pihak-pihak yang terlibat
dalam rantai pelaporan keungan dan faktor-faktor kontekstual lainnya yang mempengaruhi
suatu audit.

Tujuan dari Kerangka ini meliputi:

- Meningkatkan kesadaran tentang elemen kunci kualitas audit


- Mendorong pemangku kepentingan utama untuk mencari cara untuk meningkatkan kualitas
audit
- Memfasilitasi dialog yang lebih besar antara para pemangku kepentingan utama tentang
topik tersebut

5. Konsep Audit Kualitas / Audit mutu Pengertian Audit Kualitas Sebuah audit kualitas adalah review
di mana sebuah auditor menganalisis dan memverifikasi berbagai catatan dan proses yang berkaitan
dengan itu kualitas program suatu perusahaan. Secara umum, tujuan dari pemeriksaan mutu adalah
untuk menentukan apakah perusahaan sesuai dengan program kualitas atau apakah perlu untuk
melakukan perubahan praktik usaha. Sebuah perusahaan juga dapat melakukan audit mutu untuk
menentukan apakah itu sesuai dengan standar kualitas tertentu, seperti yang ditetapkan oleh
Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO) 9000. Sederhananya, ISO 9000 adalah sertifikasi
bahwa suatu perusahaan mengikuti prosedur usaha formal. Biasanya, audit kualitas adalah audit
eksternal , yang berarti dilakukan oleh auditor independen atau tim auditor yang memiliki keahlian
di daerah tersebut. Sebuah perusahaan juga dapat memilih untuk melakukan audit internal dari
perusahaan kualitas kontrol sistem secara berkala. Anggota tim audit biasanya profesional yang
memiliki pengetahuan yang luas tentang standar auditing , prosedur, dan prinsip-prinsip. Selain itu,
auditor harus memiliki pengalaman dengan memeriksa, mengevaluasi, dan pelaporan tentang
apakah setiap aspek dari sistem mutu kurang atau memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai