Kelompok 2 - MikrobiologiIndustri - TugasKe-3
Kelompok 2 - MikrobiologiIndustri - TugasKe-3
Oleh :
1. Farros Hafizh Atmaja – 2015041011
2. Ni Gusti Sayu Made Putri G. Widhyawati -2015041013
3. Liandrha Oktaviani S – 2015041015
4. Khairunnisa Lubis - 2015041017
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroba yang ditemukan di suatu lingkungan ditemukan dalam populasi campuran, sangat jarang sekali yang
ditemukan sebagai satu spesies tunggal. Penelitian mengenai mikroorganisme biasanya memerlukan teknik untuk
memisahkan populasi campuran pada permulaanya, atau biakan campuran, menjadi spesies-spesies yang berbeda-beda
sebagai biakan murni. Biakan murni terdiri dari suatu populasi sel yang berasal dari satu sel induk. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah pemeliharaan kemurnian isolat selama penyimpanan, agar produk atau metabolisme suatu
mikroba.
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan organisme hidup lainnyasangat memerlukan energi dan
bahan-bahan untuk membangun tubuhnya. Bahan-bahantersebut disebut nutrien.Peran utama nutrien adalah sebagai
sumber energi, bahan pembangun sel, dansebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang
menghasilkan energi).Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon,
sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. Selain itu, secara umum nutrient dalam
media pembenihan harus mengandung seluruhelemen yang penting untuk sintesis biologik organisme baru.
Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum digunakan dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
Media agar ini memungkinkan untuk dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakterisasi morfologi,sampai
penghitungaan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count. Bentuk koloni bakteri dan warna-warninya mudah
sekali dikenali dengan media ini dengan cara mengubah komposisi nutrian atau menambahkan indikator.
Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi diantara mikroorganisme di imbangi oleh tersedianya berbagai media
yang banyak macamnya untuk kultivasinya. Macam media yang tersedia dapat dikelompokan dengan berbagai cara.
Selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasi mikroorganisme, juga perlu disediakan kondisi fisik yang
memungkinkan pertumbuhan optimum.
Mikroorganisme tidak hanya amat bervariasi dalam persyaratan nutrisnya, tetapi juga menunjukkan respons yang
berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam lingkungannya. Untuk keberhasilan kultivasi berbagai tipe bakteri,
dibutuhkan satu kombinasi nutrient serta lingkungan fisik yang sesuai. Perkembangan bakteri dipengaruhi bebrapa
faktor, yaitu : suhu, cahaya, pengeringan(kelembaban), keasamam(ph), pengaruh O2 dari udara, dan mikroorganisme
disekitarnya.
Di alam bebas tidak ada bakteri yang hidup sendiri terlepas dari spesies lainya. Di laboratorium, supaya kita hanya
mendapat satu spesies saja dalam sesuatu biakan campuran menjadi biakan murni memerlukan teknik-teknik untuk
mengisolasi. Populasi campuran menjadi. Biakan murni adalah biakan yang hanya terdiri dari satu populasi jenis
mikroba yang semuanya berasal dari satu induk. Isolasi bakteri artinya memisahkan satu jenis bakteri dari biakan
campuran menjadi biakan murni.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan produksi barang dan jasa dengan menggunakan
mikroorganisme diataranya adalah mikroorganisme, kondisi lingkungan dan media atau kultur yang dipergunakan .
salah satu hal yang menentukan keberhasilan kultur adalah adanya penyiapan kultur yang baik. Untuk itu perlu
dipelajari tentang penyiapan kultur dan mikroorganismenya.
Di Indonesia yang terletak di daerah tropik merupakan sumber biodiversitas yang luas, termasuk mikrobanya, baik
yang merugikan maupun yang berguna bagi pertanian. Mikroba tersebut, di samping beragam jenisnya juga sangat
mudah mengalami perubahan sifat sehingga menjadi strain baru yang berbeda dengan aslinya. Hal ini menambah
cepat tumbuh dan berkembangnya biodiversitas tersebut. Dalam melakasanakan kegiatan ilmiahnya, para pakar
mikrobiologi dan pakar ilmu yang terkait seperti pakar fitopalogi dan entomologi perlu mempunyai koleksi plasma
nutfa mikroba, baik untuk digunakan sehari_hari, untuk jangka menengah, maupun jangka panjang. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pengole
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang terurai di atas, penulis merumuskan masalah yaitu :
1. Apa sajakah sumber-sumber mikroorganisme?
2. Bagaimana isolasi dan kultivasi sel murni?
3. Bagaimana preservasi sel murni
4. Bagaimana karakterisasi kultur murni?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut, penulis memiliki tujuan penelitian yaitu :
1. Mengetahui sumber-sumber mikroorganisme.
2. Mengetahui bagaimana isolasi dan kultivasi sel murni.
3. Mengetahui preservasi sel murni.
4. Mengetahui karakterisasi kultur murni.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian, penulis mendapatkan manfaat yaitu :
1. Menambah ilmu tentang sumber-sumber mikroorganisme.
2. Menambah ilmu bagaimana isolasi dan kultivasi sel murni.
3. Menambah ilmu tentang bagaimana preservasi sel murni.
4. Memanbah wawasan tentang bagaimana karakterisasi kultur murni.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Bakteri
Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini milik prokariota dan domain
yang sangat kecil (mikroskopik), dan memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi. Bakteri biasanya menyebabkan
penyakit pada manusia. Contoh: Salmonella, Eccerecia Coli, Staphylococcus dan Difteri bacilus.\
2. Ragi
Ragi atau Fermen adalah zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya mengandung mikroorganisme yang
memfermentasi dan media kultur untuk mikroorganisme. Medium kultur ini bisa dalam bentuk butiran kecil atau nutrisi
cair. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan dan minuman fermentasi seperti acar,
tempe, tape, roti, dan bir.
3. Jamur
Jamur di sini dimaksudkan adalah jamur dengan kategori jamur. Jamur ini biasanya tidak menyebabkan penyakit, tetapi
menyebabkan kerusakan makanan. Misalnya, jamur yang ditemukan pada permukaan daging, daging dapat dibuang
bagian tanpa harus membuang semua daging.
4. Parasit
Parasit adalah hewan mikroskopis yang dapat mengurangi produktivitas hewan inang. Parasit dapat menginfeksi manusia
dan hewan, seperti menyerang kulit manusia. Parasitoid adalah parasit dari organisme lain yang menggunakan jaringan
untuk kebutuhan gizi mereka sampai orang-orang yang menunggang meninggal karena kehilangan jaringan atau nutrisi
yang dibutuhkan. Parasitoid juga dikenal sebagai necrotroph.
5. Virus
Virus adalah parasit mikroskopik yang menginfeksi sel-sel dalam organisme biologis. Virus adalah parasit obligat, itu
karena virus hanya dapat bereproduksi dengan menyerang material dan memanfaatkan sel-sel hidup karena mereka tidak
memiliki mesin selular untuk bereproduksi sendiri. Biasanya sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak
kombinasi keduanya) yang dikelilingi oleh beberapa bentuk bahan pelindung yang terdiri dari protein, lipid, glikoprotein,
atau kombinasi dari ketiganya.
1. Kotoran hewan
Dalam kotoran hewan seperti sapi, kuda dan lainnya mengandung berbagai jenis mikroorganisme yang dapat
dimanfaatkan dalam pengolahan air limbah. Kotoran hewan yang masih baru disaring, filtratnya diambil dan
mikroorganisme dalam filtrat dapat dikembangkan untuk pengolahan air limbah secara biologi aerob maupun anaerob
2. Septic Tank
Dalam septic tank mengandung berbagai jenis mikroorganisme baik yang bersifat anaerob maupun aerob, mikroorganisme
dalam septic tank dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air limbah secara biologi aerob maupun anaerob. Septic tank
dipompa dan disaring, filtrat yang didapat dikembangkan untuk menghasilkan mikroorganisme baik yang aerob maupun
anaerob.
4. Air Limbah
Air limbah organic pada umumnya dapat emngandung mikroorganisma mikroorganisme yang terkandung dalam air
limbah ini dapat dikembangkan dan diaplikasikan pada pengolahan air limbahnya sendiri.
5. Mikroorganisme Murni
Beberapa industri telah memproduksi berbagai jenis mikroorganisme yang dapat diaplikasikan pada pengolahan air limbah
sehingga tidak perlu lagi mengembangkan mikroorganisme dari sumber lainnya
1. Escherichia Coli
Bakteri Escherichia coli hidup di organ dalam (jeroan) hewan seperti sapi, kambing, dan domba. Bakteri ini biasanya
terdapat pada daging yang kurang matang, susu murni yang tidak dimasak/ pasteurisasi, serta air yang terkontaminasi.
Baca juga: Musim Hujan, Waspada Flu dan Infeksi Bakteri Mematikan Gejala infeksi E.coli antara lain diare, sakit perut,
dan muntah-muntah yang bisa terjadi sampai 10 hari lamanya.
6. Salmonella
Salmonella adalah kelompok bakteri yang biasa terdapat pada daging mentah, telur, dan terkadang pada sayur dan buah
yang tidak dicuci.
7. Norovirus
Norovirus adalah jenis virus yang menyebabkan gastroenteritis, penyakit yang disebabkan oleh inflamasi pada perut dan
saluran kencing. Penyakit ini kerap disebut flu perut..
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi
bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber
energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara
umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik
oranisme baru (Jawetz, 2001).
Saat ini media agar merupakan media yang sangat umum digunakan dalam penelitian-penelitian mikrobiologi. Media
agar ini memungkinkan untuk dilakukannya isolasi bakteri dari suatu sampel, karakterisasi morfologi, sampai
penghitungaan bakteri yang dikenal dengan nama total plate count. Bentuk koloni bakteri dan warna-warninya mudah
sekali dikenali dengan media ini dengan cara mengubah komposisi nutrien atau menambahkan indikator (Achmad, 2007).
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrien) yang berguna untuk membiakkan
mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis
dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus
memenuhi syarat-syarat, antara lain : harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus
mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh,
tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum
digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik (Sutedjo, 1990).
Suatu medium yang mengandung substansi kompleks seperti ekstrak daging sapi, ekstrak khamir, tripton, dan
darah disebut sebagai medium buatan atau medium kompleks (artificial or complex medium). Sebagai lawannya, kita acu
medium yang rumus kimia masing-masing ramuannya dapat dituliskan sebagai medium sintesis (synthtetical medium)
atau medium yang ditentukan (difined medium). Medium sintesis mungkin sangat rumit dan sangat berbeda sesuai dengan
organisme tertentu yang hendak ditumbuhkan. Untuk sebagian besar, medium sintesis hanya digunakan untuk
menumbuhkan mikroorganisme di laboratorium penelitian (Volk & Wheeler, 1993).
Agar-agar, gelatin atau gel silika merupakan bahan untuk membuat medium menjadi padat. Namun, yang paling
umum digunakan adalah agar-agar. Meskipun bahan utama agar-agar adalah gelatin, yaitu suatu kompleks karbohidrat
yang diekstraksi dari alga marin genus gelidium, namun sebagian mikroorganisme tidak dapat menggunakannya sebagai
makanan sehingga agar-agar dapat berlaku hanya sebagai pemadat (Hadioetomo, 1993).
Untuk perhitungan mikroorganisme mungkin yang paling sering digunakan adalah prosedur penumbuhan dalam
agar. Secara sederhana suatu contoh suspensi sel atau bahan pangan homogenat diinokulasi ke dalam atau ke atas media
nutrien agar dan setelah diinkubasi, jumlah koloni yang terbentuk dihitung. Karena satu koloni menunjukkan jumlah sel
dalam larutan asalnya (Buckle, 1985).
Perhitungan secara penumbuhan dalam cawan petri dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu :
dalam metode penuangan, 1,0 ml contoh dipindahkan ke dasar cawan dan dituangkan diatasnya 15-20 ml media agar yang
telah didinginkan sampai 45o – 50oC dan dicampur serata mungkin. Setelah inkubasi, koloni baik yang tumbuh di dalam
agar atau dipermukaannya dihitung. Prosedur ini termasuk yang paling peka, sampai sejumlah 20 sel/ml dapat dihitung.
Metode ini tidak dapat diterapkan dalam studi lapangan karena dibutuhkan alat-alat untuk mencairkan dan mendinginkan
media agar. Berikutnya metode penyebaran pada permukaan cawan dilakukan dengan menggunakan 0,1 ml larutan contoh
disebaratakan di permukaan media agar yang tersedia dengan tongkat gelas yang melengkung (bent glass rod) yang telah
disterilkan. Setelah inkubasi, koloni yang tumbuh di permukaan dari media dihitung. Karena penggunaan volume larutan
yang sedikit yaitu 0,1 ml, maka kepekaannya sekitar 300 sel/ml. Oleh karena media agar dalam cawan telah disiapkan
lebih dahulu, maka metode ini dapat diterapkan dalam studi lapangan. Dan terakhir adalah metode penetesan pada cawan,
media yang dipersiapkan terlebih dahulu dibagi-bagi menjadi 3 atau 4 sektor dan setetes larutan contoh (0,02 ml)
dipindahkan ke masing-masing sektor. Setelah tetesan tersebut dibiarkan kering, cawan petri kemudian diinkubasi. Suatu
pipet penetes yang telah dikalibrasi dipergunakan untuk mengukur dan memindahkan tetesan. Pengenceran contoh diatur
sedemikian rupa sehingga diperoleh antara 5 sampai 20 koloni terbentuk dari setiap tetesan pada permukaan media agar.
Satu keuntungan metode ini adalah bahwa perhitungan dapat dilakukan 3-4 kali ulangan sekaligus dalam satu cawan,
sehingga dapat menghemat bahan-bahan untuk uji mikrobiologi. Contoh bahan yang mengandung sekecil 250 sel setiap
ml masih dapat dihitung dan teknik ini dapat diterapkan dalam percobaan-percobaan lapangan (Buckle, 1985).
Keragaman yang luas dalam hal tipe nutrisi diantara mikroorganisme diimbangi oleh tersedianya berbagai media
yang banyak macamnya untuk kultivasinya. Macam media yang tersedia dapat dikelompokkan dengan berbagai cara.
Selain menyediakan nutrien yang sesuai untuk kultivasi mikroorganisme, juga perlu disediakan kondisi fisik yang
memungkinkan pertumbuhan optimum. Mikroorganisme tidak hanya amat bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi
juga menunjukkan respons yang berbeda-beda terhadap kondisi fisik di dalam lingkungannya. Untuk keberhasilan
kultivasi berbagai tipe bakteri, dibutuhkan satu kombinasi nutrien serta lingkungan fisik yang sesuai. Perkembangbiakkan
bakteri dipengaruhi beberapa faktor, yaitu ;
a. Suhu
b. Cahaya
c. Pengeringan (kelembaban)
d. Keasaman (pH)
e. Pengaruh O2 dari udara
f. Pengaruh tekanan osmotic
g. Pengaruh mikroorganisme disekitarnya
h. Pengaruh zat kimia
Pada mikroorganisme, pertumbuhan individu (sel) dapat berubah langsung menjadi pertumbuhan populasi. Sehingga batas
antara pertumbuhan sel sebagai individu serta satu kesatuan populasi yang kemudian terjadi kadang-kadang karena terlalu
cepat perubahannya, sulit untuk diamati dan dibedakan. Pada pertumbuhan populasi bakteri misalnya, merupakan
penggambaran jumlah sel atau massa sel yang terjadi pada saat tertentu. Kadang-kadang didapatkan bahwa konsentrasi sel
sesuai dengan jumlah sel perunit volume, sedang kerapatan sel adalah jumlah materi perunit volume.Penambahan dan
pertumbuhan jumlah sel mikroorganisme pada umumnya dapat digambarkan dalam bentuk kurva pertumbuhan. Fase
Pertumbuhan Mikroorganisme :
3. Fase Stasioner
Pengurangan sumber nutrien serta faktor –faktor yang terkandung di dalam jasadnya sendiri, maka sampailah puncak
aktivitas pertumbuhan kepada titik yang tidak bisa dilampaui lagi, sehingga selama fase ini, gambaran grafik seakan
mendatar. Populasi jasad hidup di dalam keadaan yang maksimal stasioner yang konstan.
4. Fase Kematian
Fase ini diawali setelah jumlah mikroorganisme yang di hasilkan mencapai jumlah yang konstan, sehingga jumlah akhir
mikroorganisme tetap maksimum pada masa tertentu. Setelah masa dilampaui, maka secara perlahan-lahan jumlah sel
yang mati melebihi jumlah sel yang hidup. Fase ini disebut fase kematian dipercepat. Fase kematian dipercepat mengalami
penurunan jumlah sel, karena jumlah sel mikroorganisme mati. Namun penurunan jumlah sel tidak mencapai nol, sebab
sebagian kecil sel yang mampu beradaptasi dan tetap hidup dalam beberapa saat waktu tertentu. Pada fase ini merupakan
akhir dari suatu kurva dimana jumlah individu secara tajam akan menurun sehingga grafik tampaknya akan kembali ke
titik awal lagi. Gambaran pertumbuhan mikroorganisme seringkali tidak sesuai seperti yang sudah diterangkan kalau
faktor-faktor lingkungan yang menyertainya tidak memenuhi persyaratan.
1. Menyiapkan Ruangan
Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan
atau percobaaan .dalam labotarium pembuataan serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah
kotak kaca (encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalan agar tekena sinar
ultraviolet (Pelczar, 1986).
(3) Pengaruh Ph
Bagi kebanyakan mikroba pH minimum dan maksimum antara 4 sampai 9. Pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh
pH, karena nilai pH sangat menentukan aktifitas enzim. pH berpengaruh terhadap sel dengan memengaruhi
metabolismenya. pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5 . Namun, beberapa
spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam, atau sangat alkalin. Menurut Talaro (2012), berdasarkan pH-nya
mikroba dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Mikroba asidofil adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 2-5.
2. Mikroba neutrofil adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8.
3. Mikroba alkalifil adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 8,4-9,5.
Bila bakteri dikultivasi di dalam suatu medium yang mula-mula disesuaikan pH-nya, misalnya 7, maka pH ini akan
berubah sebagai akibat adanya senyawa-senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergeseran pH
ini dapat sedemikian besar sehingga menghambat pertumbuhan mikroba dalam kultur tersebut. Pergeseran pH dapat
dicegah dengan menggunakan larutan penyangga atau bufer dalam medium. Buffer merupakan senyawa yang dapat
menahan perubahan pH misalnya, KH 2PO4 dan CaCO3 . Beberapa bahan nutrien medium, seperti pepton, juga mempunyai
kapasitas penyangga. Perlu atau tidaknya suatu medium diberi larutan penyangga bergantung kepada penggunaannya dan
dibatasi oleh kapasitas menyangga yang dimiliki senyawa-senyawa yang digunakan (Madigan,2012).
1. Sterilisasi
Menurut Madigan (2012), Sterilisasi yang umum dilakukan dalam bidang mikrobiologi adalah sterilisasi secara
fisik,secara kimia, dan juga secara mekanik penjelasannya sebagai berikut:
a. Sterilisasi secara fisik
Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan menggunakan uap air panas dan tekanan tinggi, misalnya dengan penggunaan
autoklaf pada temperatur 121 0C dan tekanan 1.5 atm selama 15 hingga 20 menit.
b. Sterilisasi secara kimia
Larutan kimia yang banyak digunakan dalam proses sterilisasi adalah larutan CuSO 4, AgNO3, HgCl2, ZnO, dan
alkohol (kadar 50-75 %) karena dapat menyebabkan koagulasi protein mikroba. Selain itu, basa kuat dan asam kuat
juga dapat digunakan karena mampu menghidrolisis mikroba. Sterilisasi pada substrat dapat dilakukan dengan
menggunakan larutan garam seperti NaCl (9%), KCl ( 11%), KNO 3 (10%), KMnO4 (10%), dan HCl (1,1%). Khor dan
senyawa khlorin digunakan sebagai desinfektan, terutama pada tempat penyimpanan air. Larutan formaldehyda
dengan kadar 4 – 20% juga dapat digunakan dalam sterilisasi secara kimia.
c. Sterilisasi secara mekanik
Sterilisasi secara mekanik dilakukan dengan menggunakan filter. Jenis filter yang digunakan tergantung dari tujuan
penyaringan dan bahan yang akan disaring. Sterilisasi secara mekanik umumnya dilakukan pada bahan yang tidak
tahan pada pemanasan ataupun tekanan yang tinggi.
Biakan murni yang dihasilkan, jika disimpan dalam jangka waktu yang lama akan mudah sekali mengalami mutasi. Ini
berarti, biakan murni yang disimpan terlalu lama bukan lagi biakan murni yang semula. Oleh karena itu, ada beberapa
hal yang harus dilakukan untuk mencegah atau setidaknya mengurangi kemungkinan terjadinya mutasi, yaitu:
1. Secara periodik, biakan harus dipindahkan ke medium baru, sebaiknya pemindahan dilakukan pada fase log.
2. Biakan harus disimpan pada suhu rendah dan terhindar dari radiasi.Mikroba diliofilisasikan, yaitu dimasukkan
dalam ampul berisis susu kering bercampur CO 2 kemudian disimpan pada tempat bersuhu rendah.
Pada biakan di medium padat, karakteristik yang ditimbulkan oleh pertumbuhan mikroba adalah dengan terbentuknya
suatu kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap spesies, dan bentuk itu merupakan ciri
khas bagi suatu spesies tertentu. Pengamatan mikroba dapat dilakukan secara individual, satu persatu, maupun secara
kelompok dalam bentuk koloni, dan sifat-sifatnya dapat diketahui melalui koloni yang tumbuh di medium permukaannya.
Satu koloni bakteri yang terpisah dengan koloni lainnya dapat diamati tipe pertumbuhan pada masing-masing media,
diantaranya dilakukan terhadap konsistensi, bentuk koloni, warna koloni dan permukaan koloni.
Koloni yang tumbuh terpisah ditumbuhkan kembali untuk mendapatkan isolat murni. Isolasi murni dilakukan dengan
mengoleskan ose steril pada koloni dalam kultur campuran yang benar-benar terpisah satu sama lain. Olesan tersebut
digores pada media padat agar miring dalam tabung reaksi. Koloni yang tumbuh dalam media ini merupakan isolat murni,
yang hanya berasal dari satu jenis bakteri saja. Koloni yang tumbuh dapat dikarakterisasi berdasarkan tipe
pertumbuhannya pada media agar miring.
Tujuan koleksi dan preservasi meliputi tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Preservasi jangka pendek dilakukan
untuk keperluan rutin penelitian yang disesuaikan dengan kegiatan program atau proyek tertentu. Preservasi jangka
panjang dilakukan dalam kaitannya dengan koleksi dan konservasi plasma nutfah mikroba, sehingga apabila suatu saat
diperlukan, dapat diperoleh kembali atau dalam keadaan tersedia. Dalam kaitannya dengan pemanfaatan koleksi mikroba,
tujuan koleksi dan preservasi mikroba dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu untuk keperluan pribadi atau lembaga non-
komersial dan lembaga atau swasta komersial.
Keberhasilan pembuatan koleksi plasma nutfah mikroba tergantung pada tiga faktor, yaitu:
a) Penguasaan teknologi,
b) Ketersediaan fasilitas preservasi,
c) Ketersediaan tenaga terampil, tekun, dan rutin
Penentuan teknik penyimpanan atau pengawetan mikroba memerlukan penelitian yang rumit, jangka waktu lama, dan
pemantauan serta dana yang besar. Hal ini berkaitan dengan tujuan utama preservasi, yaitu:
a) mereduksi atau mengurangi laju metabolisme dari mikroorganisme hingga sekecil mungkin dengan tetap
mempertahankan viabilitas (daya hidupnya)
b) Memelihara sebaik mungkin biakan, sehingga diperoleh angka perolehan (recovery) dan kehidupan (survival) yang
tinggi dengan perubahan ciri-ciri yang minimum
Penyimpanan jangka pendek mikroba dilakukan dengan memindahkan secara berkala jangka pendek misalnya sebulan
sekali dari media lama ke media baru. Teknik ini memerlukan waktu dan tenaga yang banyak. Beberapa teknik
penyimpanan sederhana yang efektif untuk penyimpanan isolat jangka pendek atau menengah, dan biasanya tidak sesuai
untuk penyimpanan jangka panjang. Di antara teknik tersebut ialah penyimpanan dalam minyak mineral, parafin cair,
tanah steril, air steril, manik-manik porselin. Lempengan gelatin, dan P2O5 dalam keadaan vakum. Walaupun tidak
digunakan secara luas, teknik tersebut hanya memerlukan peralatan yang sederhana dan mudah diperoleh, sehingga dapat
bermanfaat bagi lembaga yang belum memiliki peralatan canggih.
Metode penyimpanan jangka panjang yang paling efektif dan banyak dilakukan ialah metode liofilisasi atau kering beku
(liophyization atau freeze drying) dan kriopreservasi (cryoservation cryogenic preservation) (Clark, 1976, Ashwol- Smith
dan Farrant, 1980). Kedua teknik tersebut dilaporkan paling berhasil untuk penyimpanan jangka panjang berbagai
mikroba. Kendala utamanya adalah tidak semua laboratorium mempunyai peralatan tersebut.
Tahapan dalam pembuatan koleksi dan preservasi plasma nutfah mikroba pada dasarnya sama, yaitu meliputi koleksi
contoh mikroba, isolasi (pemurnian), dan karakterisasi isolat, preservasi, pemeliharaan dan pembuatan bank data.
2.3.1 Teknik Penyimpanan Dan Pemeliharaan
Kendala tersebut memberi peluang yang lebih besar terjadinya kehilangan isolate dibandingkan dengan teknik lain.
Meskipun demikian, banyak bakteri dan jamur yang dapat bertahan hidup dalam tabung agar miring yang tertutup rapat
hingga sepuluh tahun atau lebih baik di dalam suhu ruang maupun di kulkas.
2.3.1.2 Penyimpanan dalam Akuades Steril
Gambar Aquades
Sumber: tokoalatperaga.co.id
Beberapa jenis bakteri, terutama yang berbentuk batang dan bereaksi Gram negatif seperti Pseudomonas dapat disimpan
cukup lama dalam akuades steril pada suhu ruang atau suhu 10-150c. Tidak semua bakteri dapat disimpan dengan baik
menggunakan cara ini, misalnya pada anggota genus Pseudomonas, Agrobacterium, dan Curtobacterium. Pada kondisi
penyimpanan ini bakteri yang disimpan masih berpeluang tumbuh dengan lambat, sehingga tidak dupat dijamin stabilitas
genetiknya untuk jangka panjang. Penyimpanan dengan cara ini juga memungkinkan terjadinya kontaminasi. Oleh karena
itu, cara ini lebih dianjurkan sebagai alternatif penyimpanan jangka sedang atau sebagai pendamping penyimpanan jangka
panjang.
Salah satu cara sederhana untuk memelihara biakan bakteri, khamir dan jamur adalah dengan cara menyimpan dalam
tabung agar miring dan menutup dengan minyak mineral atau parafin cair. Dasar teknik penyimpanan ini adalah
mempertahankan viabilitas mikroba dengan mencegah pengeringan medium, sehingga waktu peremajaan dapat
diperpanjang hingga beberapa tahun. Beberapa jenis jamur dapat bertahan hidup sampai 20 tahun. Daya tahan hidup
mikroba lebih baik apabila biakan disimpan pada suhu kulkas (4C).
Mikroba yang akan dipelihara ditumbuhkan pada tabung berisi medium agar miring atau medium cair (broth) yang sesuai,
kemudian permukaan biakan ditutup dengan minyak mineral steril setinggi 10-20 mm dari permukaan atas medium.
Teknik ini sederhana, tetapi kurang praktis untuk di transportasi. Disamping itu, keberadaan minyak mineral
mengakibatkan peremajaan menjadi kotor.
Cara penyimpanan dalam minyak mineral menurut Elliot (1975) adalah sebagai berikut:
a) Penyediaan tabung reaksi dengan tutup berdrat atau botol McCartney berisi medium agar miring yang sesuai untuk
mikroba yang akan dipelihara.
b) Penyediaan minyak mineral atau parafin cair steril, autoklaf pada suhu 121°C selama 60 menit
c) Menumbuhkan mikroba yang akan disimpan dalam tabung agar miring selama 24-48 jam dan memeriksa kemurnian
biakan untuk menghindari kontaminasi.
d) Setelah mikroba tumbuh buik, parafin cair steril dimasukkan ke dalam botol secukupnya, sehingga permukaan parafin
atas berada 10-20 mm di atas permukaan medium agar.
e) Botol biakan yang telah diberi parafin cair disimpan pada suhu ruang atau di kulkas.
f) Uji viabilitas mikroba dan pemeliharaan isolat dilakukan secara periodik dan rutin, paling tidak setiap tahun
g) Penumbuhan kembali (recovery) mikroba (bakteri. Khamir) dilakukan dengan cara mengambil secara aseptik sebagian
bakar dari tabung, memindahkan dan mensuspensikan pada medium cair. Minyak mineral mengapung di permukaan
suspensi dan sebagian suspensi digoreskan pada medium agar yang sesuai. Biakan jamur digoreskan langsung pada
medium agar
Teknik ini mempunyai beberapa keuntungan, yaitu biaya murah, penyimpanan pada suhu ruang, dan stabilitas genetik
mikroba dapat dipertahankan. Cara penyimpanan dalam tanah steril adalah sebagai berikut:
a) Diambil tanah yang agak liat dikeringkan dan diayak untuk memisahkan membuang sisa-sisa tanaman.
b) Tanah yang sudah kering dan diayak dimasukkan ke dalam tabung atau botol dengan tutup berdrat ukuran 25 ml
hingga 1 cm dari permukaan tutup
c) Tabung atau botol yang berisi tanah diberi akuades steril hingga kebasahan 50% kapasitas lapang, kemudian
diautoklaf nada suhu 121” tiga kali berturut-turut selama tiga hari masing-masing selama satu jam.
d) Bilamana diperlukan, sterilitas tanah diuji dengan menumbuhkan contoh tanah pada medium agar.
e) Selanjutnya, botol di oven kering pada suhu 105°C selama satu jam dan setelah dingin disimpan di dalam desikator
hingga digunakan.
f) Suspensi mikroba yang akan disimpan (sel, spora atau konidia, miselia) dibuat dalam larutan steril pepton 2% dalam
akuades.
g) Suspensi mikroba (0,1 ml) diambil dengan pipet steril dan dimusukkan ke dalam tiap botol yang telah disiapkan.
h) Botol dikembalikan ke desikator untuk disimpan dalamnya atau setelah kering diambil dan disimpan di ruangan .
i) Mikroba yang disimpan diuji viabilitasnya setiap tahun dengan menumbuhkan pada medium agar.
Penumbuhan kembali bakteri dilakukan dengan cara mengambil secara aseptik sebagian contoh tanah dari botol
penyimpanan, memindahkan ke medium cuir diikuti dengan menggoreskan suspensi medium cair pada medium agar yang
sesuai atau langsung dengan menumbuhkan contoh tanah pada medium agar.
Cara sederhana lain untuk pemeliharaan berbagai jenis mikroba adalah mengeringkan suspensi sel pada manik-manik
Porselin (porcelain heads) atau gelas (glass beads) menggunakan gel silika sebagai pengering. Selapis gel silika diletakkan
di alas botol dengan tutup berdrat, kemudian di atasnya ditutup dengan lapisan kapas atau slag wool dan di atasnya
diletakkan manik-manik porselin atau kaca yang diimpregnasi dan telah dicelupkan dalam suspense mikroba yang akan
disimpan. Kelembaban yang ada pada manik-manik diserap oleh gel silika yang ada di bawahnya. Kelebihan gel silika
juga berfungsi menjaga kekeringan udara di dalam botol.
Prosedur penyimpanan dan pemeliharaan dengan manik-manik porselin adalah sebagai berikut:
a. Gel silika berwarna biru bila kering dan ungu bila lembab) sebanyak 3-4 g dimasukkan ke dalam botol tutup berdrat
ukuran 25 ml.
b. Di atas gel silika dilapisi kapas atau slag wool setebal 1 em agar tidak bergerak tetapi tetap berpori.
c. Di atas lapisan kapas diletakkan 20-50 manik-manik porselin atau gelas yang diimpregnasi
d. Botol dibuka tutupnya dan disterilkan dengan oven kering suhu 160”C selama 1-2 jam. Tutup botol karena d. Berlapis
karet disterilkan dengan autoklaf, suhu 121 C selama 15 menit kemudian di oven kering dengan suhu 100 C selama 1
jam, dan setelah dingin ditutupkan ke botolnya secara aseptik.
e. Mikroba yang akan disimpan dibiakkan 24-48 jam dalam tabung reaksi yang berisi 1 ml medium cair yang sesuai.
f. Manik-manik porselin dituangkan ke dalam tabung reaksi yang berisi biakan mikroba dan kelebihan suspensi bakteri
dibuang.
g. Manik-manik yang basah oleh suspensi bakteri dikembalikan ke dalam botol silika di dalam botol akan berubah warna
menjadi merah jambu, sedangkan sisanya tetap berwarna biru Apabila seluruh gel silika berubah warna menjadi merah
jambu, hendaknya botol tidak digunakan.
h. Botol yang berisi mikroba disimpan pada suhu ruang atau di kulkas.
i. Uji viabilitas bakteri dilakukan secara periodik dan rutin paling tidak setiap tahun.
j. Penumbuhan kembali bakteri dilakukan dengan cara mengambil secara aseptik satu manik-manik botol penyimpanan,
memindahkannya ke medium cair atau dengan menggoreskan suspensi medium cair pada medium agar yang sesuai
dan diinkubasikan pada suhu optimal.
Menurut Leben dan Sleesman (1982) penyimpanan dengan manik manik porselin dapat diganti dengan butiran gel silika.
Teknik penyimpanan ini sederhana, tetapi sangat efektif untuk penyimpanan bakteri. Mula-mula teknik ini dilaporkan oleh
Stamp pada tahun 1947 . Untuk penyimpanan jangka panjang bakteri. Tetapi saat ini sangat sedikit data lentang
keefektifan penyimpanan dan daya tuhan hidup bakteri dalam penyimpanan, sehingga teknik ini perlu diuji lebih lanjut.
Tahapan teknik penyimpanan dengan lempengan gelatin adalah sebagai berikut:
a) Sepuluh mililiter lilin (paraffin wax) disterilkan dulum cawan petri dan dibiarkan memadat. Sebagai pengganti lilin
dapat juga digunakan kertas lilin atau cairan silicon yang ditempatkan pada alas cawan petri.
b) Biakan bakteri umur 24-48 jam disediakan dan dibuat suspense pekat bakteri (118-109 sel/ml) dalam medium gelatin
nutrient 10% yang mengandung 0.25% asam askorbat.
c) Suspensi bakteri dalam medium gelatin nutrien diteteskan secara aseptik menggunakan pipet Pasteur steril pada
permukaan lilin atau kertas lilin di dalam cawan petri. Setiap petri dapat ditetesi beberapa tetes suspensi.
d) Cawan petri yang telah diberi tetesan suspensi bakteri dimasukkan ke dalam desikator vakum yang berisi P O dan
dievakuasi hingga tetesan menjadi kering dan berupa lempengan gelatin.
e) Lempengan gelatin diambil secara aseptik menggunakan pinset dan dipindahkan ke dalam botol steril dengan tutup
berdrat 5-10 lempengan/botol. Botol-botol yang berisi lempengan gelatin disimpan dalam wadah yang berisi P2O5
pada suhu 4°C.
f) Uji viabilitas bakteri dilakukan secara periodik dan rutin, paling tidak setiap tahun.
g) Penumbuhan kembali bakteri dilakul dengan cara mengambil secara aseptik satu lempengan gelatin dari botol
penyimpanan, memindahkannya ke medium cair, kemudian menggoreskan suspensi medium cair pada medium agar
yang sesuai, serta menginkubasikan pada suhu optimal untuk pertumbuhan mikroba.
Teknik penyimpanan ini mirip teknik penyimpanan dengan lempengan gelatin. Sebagai pengganti lempengan gelatin
digunakan bundaran potongan kertas filter steril. Teknik ini juga sederhana dan mudah, tetapi sangat efektif untuk
penyimpanan bakteri. Namun demikian, data tentang keefektifan penyimpanan dan daya tahan hidup bakteri dalam
penyimpanan masih sedikit, sehingga perlu diteliti lebih lanjut.
Tahapan teknik penyimpanan bakteri menggunakan potongan kertas filter menurut Sty (1983) adalah sebagai berikut:
a) Mikroba yang akan disimpan dibiakkan pada medium yang sesuai.
b) Suspensi pekat bakteri (108-109 sel/ml) dibuat dalam larutan pepton 1"6, susu skim 1%, atau Na-glutamat 1%.
c) Bundaran kertas steril dibuat dengan alat pelubang kertas, dimasukkan ke dalam botol kecil ukuran 10 ml dengan
tutup berdrat, 25-50 bundaran kertas filter/botol. Botol disterilkan dengan oven 105°C selama 1 jam
d) Beberapa tetes suspensi mikroba dimasukkan secara aseptic ke dalam botol yang berisi kertas filter hingga menjadi
jenuh air.
e) Isi botol dikeringvakumkan menggunakan alat vacuum freeze dryer, kemudian ditutup rapat dan disimpan pada suhu
ruang atau di kulkas.
f) Uji viabilitas bakteri dilakukan secara periodik dan rutin, paling tidak setiap tahun.
g) Penumbuhan kembali bakteri dilakukan dengan cara mengambil secara aseptik satu bundaran kertas filter dari botol
penyimpanan, memindahkannya ke medium cair, menggoreskan suspensi medium cair pada medium agar yang sesuai,
serta menginkubasikan pada suhu optimal untuk pertumbuhan mikroba.
Gambar In Vacuo
Sumber: umich.edu
Teknik penyimpanan ini disebut juga teknik Sordelli, karena mula-mula ditemukan oleh Sordelli. Biakan mikroba
disimpan dalam serum kuda yang ditempatkan dalam tabung gelas kecil atau ampul. Tabung ini ditempatkan di dalam
tabung lain yang lebih besar berisi sedikit fosfor pentaoksida (P205) dan disimpan pada suhu ruang atau di kulkas. Teknik
ini sesuai untuk penyimpanan jangka panjang bakteri, khamir, dan jamur. Mikroba tersebut dapat bertahan hidup dengan
baik selama 5-28 tahun, tergantung pada strain mikroba yang disimpan.
Tahap penyimpanan in vacuo dalam senyawa P2O5 menurut Sordelli adalah sebagai berikut:
a) Mikroba yang akan disimpan dibiakkan pada medium agar miring yang sesuai.
b) Suspensi pekat mikroba disediakan dari biakan mikroba menggunakan cairan steril serum kuda dalam tabung steril.
c) Suspensi biakan (0,1-0,5 ml) dimasukkan ke dalam ampul atau botol kecil steril dan ditutup rapat.
d) Ampul atau botol yang berisi suspensi mikroba dimasukkan ke dalam botol yang lebih besar yang sebelumnya telah
diisi P2O5 secukupnya.
e) Bagian luar tabung besar dipersempit dengan pemanasan api las, kemudian dipasang pada pompa vakum. Dievakuasi,
dan ditutup dengan pemanasan api las.
f) Tabung yang berisi mikroba disimpan pada suhu ruang atau di kulkas.
g) Uji viabilitas bakteri dilakukan secara periodik dan rutin, paling tidak setiap tahun.
h) Penumbuhan kembali mikroba dilakukan dengan cara memotong tabung gelas dengan pemotong kaca dan
i) Mengambil tabung kecil yang ada di dalamnya. Tabung dibuka dan isinya disuspensikan dengan menambahkan
akuades steril atau medium cair, kemudian menggo-reskan suspensi medium cair pada medium agar yang sesuai.
Teknik kering beku merupakan teknik yang paling rumit apabila dibandingkan dengan beberapa teknik penyimpanan lain,
karena teknik ini memerlukan keterampilan teknis dan modal dasar yang relative tinggi untuk membeli peralatan
pengering beku (freeze dryer). Namun, apabila peralatan tersedia, maka teknik ini menjadi sederhana dan sangat
memuaskan. Sesungguhnya alat pengering beku tidak selalu merupakan alat yang canggih dan mahal, karena peralatan
yang sederhana dapat dirakit sendiri dengan mengkombinasikan pompa vakum dan kompresor pendingin.
Saat ini berbagai model alat pengering beku dijumpai di pasaran yang harganya terjangkau oleh suatu lembaga penelitian.
Proses kering beku merupakan kombinasi dua teknik penyimpanan jangka panjang yang paling baik, yaitu pembekuan dan
pengeringan Garis besar tahapan proses ini meliputi pembuangan uap air dengan cara sublimasi vakum dari status beku.
Sebelum proses pengeringan, teknik ini menggunakan salah satu cara pembekuan sel.
http:/biogen.litbang.pertanian.go.id/terbitanvipdfagrobio 4 1 24-32.pdf
Pada tahap pembekuan (prefreezing), suspensi sel mikroba dapat dibekukan dengan menambuhkan campuran pendingin
seperti es kering (dry ice) dalam etanol. Alternatif lain adalah pembekuan dengan cara pembekuan sentrifugal, dimana
suspensi sel dibekukan dengan cara pendinginan dan penguapan pada kondisi vakum, sementara pulnya diputar dengan
kecepatan rendah untuk menghindari timbulnya buih. Selanjutnya suspensi beku mikroba di dalam ampul dikeringkan
dalam kondisi vakum. Cara ini menghilangkan kendala yang terjadi pada pengeringan biakan dari kondisi cair Selanjutnya
ampul kering beku dapat disimpan pada suhu ruang di tempat gelap kemampuan bertahan hidup jangka panjang mikroba
dapat ditingkatkan dengan penyimpanan di kulkas.
Hal yang perlu diperhatikan adalah cairan pengawet (preservatif) yang akan digunakan untuk pembuatan suspensi sel
untuk mencegah kerusakan sel hidup pada tahap pembekuan dan pengeringan. Fungsi preservatif adalah menstabilkan
protein, mencegah kerusakan akibat pembekuan, dan melindungi dari kekeringan yang berlebihan. Pemilihan preservative
tergantung pada mikroba yang akan disimpan. Senyawa preservative harus dapat memelihara mikroba dalam kondisi
hidup dan emberi peluang untuk dapat ditumbuhkan kembali dengan baik dari kondisi kering. Salah satu preservative
terbaik dan telah digunakan untuk penyimpanan jangka panjang mikroba adalah mist desiccants (Sly. 1983) yang
merupakan cairan dengan komposisi pepton difco 12 g dan glukosa 30 g dalam 100 ml akuades
Beberapa cairan preservatif lain yang sering digunakan ialah larutan pepton 1%, larutan susu skim 1%, larutan
Naglulumut 1%, dan larutan campuran senyum kuda dengan pepton 10% (Sly. 1983). Uraian yang lebih lengkap
mengenai jenis senyawa pengawet diuraikan secara rinci oleh Greaver (Sly, 1983), Lapage etal, (1970), serta Redway dan
Lapuge (1974)
Gambar Mikroba
Sumber: usaha321.net
a) Tiap isolatbakan paling sedikit dibuat lima duplikat, tetapi semakin banyak viabilitas dapat dilakukan lebih leluasa
b) Pemberian label yang jelas, tidak mudah hilang, untuk memudahkan pelacakan data
c) Pengecekan rutin tidak hanya untuk menguji viabilitas, tetapi juga stabilitas genetik, terutama virulensinya.
d) Pembuatan database dari koleksi isolat mutlak diperlukan
Mikroorganisme sebagai makhluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya sangat memerlukan energi dan
bahan-bahan untuk membangun tubuhnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Peran utama nutrient adalah sebagai
sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan
energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor
elektron, sumber mineral, Faktor pertumbuhan, dan nitrogen. selain itu, secara umum nutrient dalam media pembenihan
harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik organisme baru.Sumber sumber mikroorganisme
antar lain lingkungan ekstrim(tempat bersuhu ekstrim, kadar garam tinggi), kotoran, air limbah, dan bahkan, dalam
makanan.
Isolasi kultur merupakan kegiatan pemisahan suatu kultur mikroba dari campuran biakan mikroba di alam sel
individu terpisah. Sebelum mengisolasi, harus diketahui mikroba apa yang akan diisolasi dan habitatnya menentukan
sampel apa yang akan diambil dari alam dan media apa yang akan digunakan. sampel biasanya segera dipakai atau
disimpan pada suhu dingin (kulkas)
Teknik Isolasi Kultur Murni :
1. Penggoresan (Streak-Plate) & Penyebaran (Spread-Plate)
2. Penuangan (Pour-plate)
3. Kultur yang Diperkaya
4. Pengenceran Berseri (Serial-Dilution)
5. Isolasi !el 6unggal
Kultur murni(axenic) adalah populasi dari sel-sel atau organisme multisel yang tumbuh tampa kehadiran yang lainnya,
dengan kata lain mikroba tersebut hanya berasal dari satu induk. Sehingga yang ada hanya sekumpulan mikroba dengan
spesies yang sama. Kultur murni dapat dimulai dari satu sel atau satu organisme, jadi akan terjadi genetic clones dari yang
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/14/teknik-membuat-biakan-murni/
http://kuliahbiologimurni.blogspot.com/2015/10/kultivasi-mikroorganisme.html
https://www.scribd.com/document/327534857/Makalah-Mikrobiologi-Pengkoleksian-Sel
https://www.kompas.com/sains/read/2020/04/15/080400923/7-bakteri-pada-makanan-yang-paling-banyak-sebabkan-
penyakit?page=all
https://id.wikipedia.org/wiki/Habitat_bakteri
https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn
%3AANd9GcSygqR6omVPKCgFDcE2rPALgSXGCW8WgwEpfg&usqp=CAU
https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/14/pemanfaatan-mikroorganisme-sebagai-indikator-uji/