MODUL Pengkajian Kebutuhan Pascabencana PDF
MODUL Pengkajian Kebutuhan Pascabencana PDF
KEBUTUHAN PASCABENCANA
(JITUPASNA)
BPBA 2019
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah,dan inayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Modul
Pengkajian Kebutuhan Bencana (Jitu Pasna) tepat pada waktunya.
Penyusunan modul ini ditujukan untuk standarisasi materi pembelajaran dalam
pengkajian kebutuhan paska bencana sehingga lebih terpola dalam sosialisasi
terhadap tehnis yang biasa disingkat Jitupasna.
Rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai bagian dari penyelenggaraan
penanggulangan bencana memerlukan proses penilaian atas kerusakan dan
kerugian serta kebutuhan yang bersifat komprehensif baik aspek fisik maupun
aspek kemanusiaan. Kesemuanya dilakukan dengan prinsip dasar membangun
yang lebih baik (build back better) dan pengurangan risiko bencana (disaster risk
reduction) dan diujudkan dalam bentuk Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi
pascabencana.
Rangkaian proses penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan dilakukan
melalui Pengkajian Kebutuhan Pascabencana atau Post Disaster Need Assessment
(PDNA) yang akan mengkaji akibat bencana, dampak bencana dan kebutuhan
pemulihan pascabencana. Pengkajian Kebutuhan Pascabencana merupakan
instrumen pemerintah dan para pemangku kepentingan dalam menyusun
kebijakan, program dan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi yang berlandaskan
pada informasi yang akurat dari para pihak yang terdampak bencana, dalam
bentuk dokumen rencana aksi.
Pedoman Pengkajian Kebutuhan Pascabencana ini adalah gabungan kajian dari
metode yang selama ini dikenal sebagai Damage and Loss Assesment (DaLA) dengan
metode Human Recovery Need Assesment (HRNA). Isi pedoman mencakup latar
belakang, tujuan, landasan hukum, pengertian, konsep dasar, ruang lingkup dan
kebijakan serta langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh Badan Penangulangan
Bencana Daerah (BPBD) dan atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB)
serta pemangku kepentingan penyelenggaraan penanggulangan bencana untuk
melakukan rangkaian kegiatan atau aktivitas dari proses penilaian kerusakan
dan kerugian sampai dengan penyusuan kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi
pascabencana melalui pendekatan partisipatif yang secara metodologis dapat
dipertanggungjawabkan.
Akhirnya penyusunan sangat mengharapkan semoga dari MODUL sederhana
ini dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para
H. T. AHMAD DADEK, SH
Nip. 19681129 199403 1 004
A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana
mendefinisikan bahwa bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kehilangan harta
benda, berdampak pada psikologis, serta kerusakan lingkungan yang disebabkan
oleh faktor alam dan/atau non alam maupun oleh ulah manusia yang mengancam
dan mengganggu kehidupan serta penghidupan manusia. Bencana timbul
akibat adanya bahaya pada komunitas rentan, dimana masyarakat tidak dapat
mengatasi keadaan bahaya tersebut. Manajemen bencana dibutuhkan sebagai
upaya untuk menghindarkan serta mengurangi kemungkinan munculnya bahaya
pada masyarakat.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana yang tertulis dalam UU No. 24/2007
disebutkan sebagai serangkaian upaya yang dilakukan dalam tahapan pra bencana,
saat terjadi bencana, serta pasca bencana.Secara umum upaya - upaya tersebut
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, serta pemulihan (Rehabilitas dan
Rekonstruksi).
Pemulihan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengembalikan kondisi masyarakat serta lingkungan yang terdampak bencana
menjadi seperti semula dan bahkan lebih baik.Upaya yang dilakukan berupa
rekonstruksi atau pembangunan kembali maupun rehabilitasi atau perbaikan dan
pemulihan semua aspek yang terdampak bencana.
Sebagai bagian dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, Rehabilitasi
dan rekonstruksi membutuhkan proses penilaian atas kerusakan dan kerugian
serta kebutuhan yang bersifat komprehensif baik aspek fisik maupun kemanusiaan.
Keseluruhan kegiatan dilakukan dengan berkonsep pada membangun kembali
yang lebih baik (Build Back Better) serta Pengurangan Risiko Bencana (Disaster Risk
Reduction) yang diwujudkan pembentukan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Pasca Bencana.
Proses penilaian kerusakan, kerugian, dan kebutuhan dilakukan melalui
Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana (Post Disaster Need Assesment/PDNA)
yang didalamnya mengkaji akibat bencana, dampak bencana, dan kebutuhan
pemulihan pasca bencana. PDNA merupakan instrumen yang akan dipakai oleh
Pemerintah untuk menyusun kebijakan, program dan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi berdasarkan pada informasi akurat dari pihak terdampak bencana,
berupa dokumen Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
B. Tujuan
1. Memberikan panduan bagi pemerintah dalam melaksanakan pengkajian
akibat, dampak dan kebutuhan pasca bencana.
2. Memberikan informasi yang berdasarkan bukti yang akurat dalam
penyusunan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana
C. Landasan Hukum
1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang
penanggulangan Bencana
2. Peraturan Pemerintah Republic Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2008
Tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008
Tentang Peran Serta Lembaga Internasional Dan Lembaga Asing Non
Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana
5. Peraturan BNPB Nomor 05 Tahun 2017 Tentang Penyusunan Rencana
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana.
6. Peraturan BNPB Nomor 06 Tahun 2017 Tentang penyelenggaraan
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana.
A. Konsep Dasar
PengkajianKONSEP
Kebutuhan Pascabencana/Post Disaster Need Assesment
BAB I DASAR, PRINSIP DAN RUANG LINGKUP
(PDNA) adalah serangkaian kegiatan pengkajian dan penilaian akibat,
analisis dampak, dan perkiraan kebutuhan yang dibutuhkan dalam
A. Konsep Dasar
penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi.
Prosesnya
Pengkajianmeliputi
Kebutuhanidentifikasi dan perhitungan
Pascabencana/Post kerusakan
Disaster Need Assesment dan
(PDNA)
kerugian fisik sertakegiatan
adalah serangkaian non fisik padadan
pengkajian aspek pembangunan
penilaian akibat, analisismanusia,
dampak,
dan perkiraan
Perumahan atau kebutuhan
pemukiman,yang dibutuhkan ekonomi,
infrastruktur, dalam penyusunan rencana
Sosial dan lintas
rehabilitasi dan rekonstruksi.
sektor.
Prosesnya meliputi identifikasi dan perhitungan kerusakan dan kerugian
Komponen pada
fisik serta non PDNA
fisik padameliputi
aspek pembangunan manusia, Perumahan atau
1. pengkajian
pemukiman, akibat bencana,
infrastruktur, ekonomi, Sosial dan lintas sektor.
2. Komponen
Pengkajian pada PDNA meliputi
dampak bencana, dan
1. pengkajian akibat bencana,
3. pengkajiankebutuhan pascabencana.
2. Pengkajian dampak bencana, dan
Ketiga komponen ini memiliki keterhubungan dalam proses
3. pengkajian kebutuhan pascabencana.
penyusunan rencana
Ketiga komponen iniaksi rehabilitasi
memiliki dan dalam
keterhubungan rekonstruksi maupunrencana
proses penyusunan dalam
upaya pemulihan
rehabilitasi pascabencana.
dan rekonstruksi maupun dalam upaya pemulihan pascabencana.
Komponen-komponen dalam
Komponen-komponen dalam PDNA diatas memiliki
PDNA diatas kesaling-terhubungan
memiliki kesaling-
dalam rangkamemandu proses penyusunan rencana rehabilitasi dan
terhubungan dalam rangkamemandu proses penyusunan rencana aksi
rekonstruksi maupun untuk melakukan upaya pemulihan pascabencana.
rehabilitasi
Hubungan antardan komponen-komponen
rekonstruksi maupun untukmelakukan
dalam PDNA upaya
tampak pada diagram
pemulihan
dibawah ini:pascabencana. Hubungan antar komponen-komponen
dalamPDNA tampak pada diagram dibawah ini:
PENGKAJIANKEBUTUHAN
PEMULIHAN
1. Pembangunan
PENYUSUNAN RENCANA
PENYUSUNAN REHABILITASI
RENCANA AKSI 2. Penggantian
DAN REKONSTRUKSI
REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI 3. Peyediaan Bantuan
Akses
4. Pemulihan Fungsi
5. PenguranganResiko
8
Hilang atau terganggunya fungsi
kemasyarakatan dan pemerintahan akibat suatu
bencana. Misalnya, rusaknya suatu gedung
Gangguan
pemerintahan mengakibatkan terhentinya fungsi-
Fungsi Hilang
fungsi atau
administrasi terganggunya
umum, fungsi
penyediaan
kemasyarakatan
keamanan, dan pemerintahan
ketertiban hukum danakibat suatu
pelayanan-
bencana. Misalnya,
pelayanan rusaknya
dasar. Demikian jugasuatu gedung
bila proses-
Gangguan
pemerintahan
proses mengakibatkan
kemasyarakatan dasar terhentinya
terganggu, fungsi-
seperti
Fungsi fungsi musyawarah,
administrasi pengambilan
umum, penyediaan
proses keputusan
keamanan, ketertiban
masyarakat, hukum dan masyarakat,
proses perlindungan pelayanan-
pelayanan dasar.
proses-proses socialDemikian
dan budaya. juga bila proses-
proses kemasyarakatan dasar terganggu, seperti
proses musyawarah, pengambilan keputusan
2. Pengkajian Dampak Bencana
masyarakat, proses perlindungan masyarakat,
Pengkajian dampak bencana merupakan
proses-proses socialpengkajian
dan budaya.yang bersifat jangka
menengah dan jangka panjang. Komponen ini bertugas sebagai pemandu
2. Pengkajian
2. agar
Pengkajian Dampakorientasi
Dampak
PDNA memiliki Bencana strategis dalam jangka menengah hingga
Bencana
Pengkajian dampak bencana merupakan pengkajian yang bersifat jangka
Pengkajian
jangka dampak bencana
panjang.Kegiatan yangmerupakan
dilakukan pengkajian yang bersifat
meliputi pengkajian jangka-
ekonomi
menengah dan jangka panjang. Komponen ini bertugas sebagai pemandu
menengah
fiskal, dan
Sosial,
agar PDNA jangka
memiliki panjang.
Budaya Komponen
danstrategis
orientasi Politik, ini bertugas
Pembangunan
dalam jangka sebagai pemandu
manusia
menengah hingga dan
jangka
panjang.Kegiatan
agar PDNA memiliki yang dilakukan
orientasi meliputidalam
strategis pengkajian
jangkaekonomi - fiskal,hingga
menengah Sosial,
lingkungan.
Budaya dan Politik, Pembangunan manusia dan lingkungan.
jangka panjang.Kegiatan
Tabel 1.2.yang dilakukan
Komponen meliputi
Dampak pengkajian ekonomi -
Bencana
fiskal, Sosial,
Komponen Budaya dan Politik, Keterangan
Pembangunan manusia dan
lingkungan. Dampak ekonomi adalah penurunan kapasitas
ekonomi
Tabel masyarakat
1.2. Komponen di tingkat
Dampak Kabupaten /Kota
Bencana
setelah terjadi bencana yang berimplikasi terhadap
Komponen Keterangan
produksi domestik regional bruto.
Dampak ekonomi adalah penurunan kapasitas
Kapasitas ekonomi Masyarakat tersebut mengikuti
ekonomi masyarakat di tingkat Kabupaten /Kota
tingkat imflasi,tingkat konsumsi Masyarakat,
setelah terjadi bencana yang berimplikasi terhadap
Tingkat Kesenjangan pendapatan, Tingkat
Ekonomi produksi domestik regional bruto.
Pengangguran, angka Kemiskinan dan lain-Lain.
Kapasitas ekonomi Masyarakat tersebut mengikuti
dan Fiskal Penurunan terhadap Investasi, Impor serta Exspor
tingkat imflasi,tingkat konsumsi Masyarakat,
juga dapat di identifikasi sebagai dampak bencana
Tingkat Kesenjangan pendapatan, Tingkat
Ekonomi terhadap perekonomian.
Pengangguran, angka Kemiskinan dan lain-Lain.
Dampak fiskal adalah penurunan terhadap kapsitas
dan Fiskal Penurunan terhadap Investasi, Impor serta Exspor
keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
juga dapat di identifikasi sebagai dampak bencana
sebagai dampak bencana dalam jangka pendek
terhadap perekonomian.
hingga menengah. Kapasitas keuangan pemerintah
Dampak fiskal adalah penurunan terhadap kapsitas
meliputi kapasitas pendapatan yang bersumber dari
keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
sebagai dampak bencana dalam jangka pendek
hingga menengah. Kapasitas keuangan pemerintah
meliputi
BENCANAkapasitas
9
(JITU PASNA) pendapatan yang bersumber dari
MODUL PENGKAJIAN KEBUTUHAN 7
pajak, retribusi dan pendapatan bagi hasil atas
kekayaan Negara yang dipisahkan. Penurunan
kapasitas ini berimplikasi pada menurunnya
kemampuan anggaran pemerintah untuk
menjalankan fungsi alokasi, distribusi dan
stabilisasinya.
Dampak budaya adalah perubahan sistem nilai,
etika dan norma dalam masyarakat setelah bencana.
Contoh dampak terhadap budaya adalah
menurunnya kegiatan – kegiatan kebudayaan,
berubahnya standar nilai dalam masyarakat dan
lain- lain.
Dampak budaya berimplikasi pada perubahan
struktur sosial dalam jangka menegah dan panjang.
Perubahan ini mencakup perubahan cara dan
perilaku kehidupan sosial di masyarakat setelah
bencana. Meningkatnya masalah – masalah social
Sosial
setelah bencana dapat menjadi tolak ukur adanya
Budaya dan dampak social akibat bencana. Misalnya
Politik meningkatnya komflik sosial, menigkatnya
kekerasan berbasis Gender, meningkatnya jumlah
pekerja anak dan meningkatnya perceraian.
Dampak politik adalah perubahan struktur kuasa
dan perilaku politik dalam jangka menengah dan
panjang stelah terjadi bencana. Contoh dampak
politik adalah bencana berimplikasi pada
peningkatan konflik berbasis politik karena
perebutan sumber daya setelah bencana atau
menurunnya kepercayaan publik terhadap pemimpin
yang dipilih secara demokratis karena salah kelola
dalam penanganan bencana.
Dampak pembangunan manusia adalah dampak
bencana terhadap kualitas kehidupan manusia
dalam jangka menengah dan jangka panjang yang
Pembangun diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia,
an Manusia Indeks Ketimpangan Gender dan Indeks Kemiskinan
Multidimensional.
10
Kualitas pembangunan manusia diatas dapat
diprediksi dari indikator-indikator jumlah anak
yang bisa bersekolah, jumlah perempuan dan laki-
laki yang bisa bekerja, jumlah keluarga yang
memiliki akses terhadap air bersih serta tingkat
akses terhadap pelayanan dasar seperti pendidikan,
kesehatan, kependudukan dan lain-lain.
Dampak terhadap lingkungan adalah penurunan
kualitas lingkungan yang berpengaruh terhadap
kehidupan manusia dan membutuhkan pemulihan
dalam jangka menengah dan jangka panjang.
Lingkungan
Penurunan ini misalnya penurunan ketersediaan
sumber air bersih, kerusakan hutan dan kerusakan
daerah aliran sungai serta kepunahan spesies-
spesies langka setelah bencana.
11
Tabel 1.3. Komponen Perkiraan Kebutuhan
Tabel 1.3. Komponen Perkiraan Kebutuhan
Komponen Keterangan
Pembangunan Kebutuhan pembangunan bertujuan untuk
memulihkan aset milik pemerintah, masyarakat,
keluarga dan badan usaha setelah terjadi
bencana. Pembangunan kembali ini harus
mengutamakan prinsip pembangunan kembali
yang lebih tahan bencana sehingga pengurangan
risiko bencana wajib menjadi pertimbangan
dalam memperkirakan kebutuhan pascabencana.
Penggantian Kebutuhan penggantian bertujuan untuk
mengganti kerugian ekonomi yang dialami oleh
pemerintah, masyarakat, keluarga dan badan
usaha sebagai akibat dari bencana. Penggantian
juga harus berorientasi pada pemulihan
kapasitas ekonomi dalam jangka panjang
sehingga harus efektif, efisien dan berkelanjutan.
Penyediaan Kebutuhan penyediaan bantuan yang bertujuan
Bantuan untuk membantu memulihkan akses individu,
keluarga dan masyarakat terhadap hak - hak
Akses
dasar seperti pendidikan, kesehatan, pangan,
jaminan sosial, perumahan, budaya, pekerjaan,
kependudukan dan lain-lain. Penyediaan ini
harus dilakukan dalam rangka pemulihan sistem
pelayanan dasar yangada.
Pemulihan Kebutuhan pemulihan fungsi merupakan
kebutuhan yang bertujuan untuk menjalankan
Fungsi kembali fungsi atau proses pemerintahan dan
kemasyarakatan. Fungsi pemerintahan misalnya
memulihkan 12 fungsi pemerintahan desa yang
terganggu akibat bencana atau memulihkan
fungsi PUSKESMAS dalam melayani kebutuhan
kesehatan masyarakat. Pemulihan proses
kemasyarakatan misalnya pemulihan organisasi
RT dan RW, kelompok posyandu, kelompok tani
dan organisasi berbasis masyarakat lainnya.
Pengurangan Kebutuhan pengurangan risiko meliputi
10
Resiko kebutuhan mencegah dan
MODUL PENGKAJIAN KEBUTUHANmelemahkan
BENCANA (JITU PASNA)
ancaman, kebutuhan mengurangi kerentanan
terhadap bencana dan kebutuhan meningkatkan
kemasyarakatan misalnya pemulihan organisasi
RT dan RW, kelompok posyandu, kelompok tani
dan organisasi berbasis masyarakat lainnya.
Pengurangan Kebutuhan pengurangan risiko meliputi
Resiko kebutuhan mencegah dan melemahkan
ancaman, kebutuhan mengurangi kerentanan
terhadap bencana dan kebutuhan meningkatkan
kapasitas masyarakat dan pemerintah dalam
menghadapi kemungkinan bencana di masa
datang. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan
pemulihan awal dan kebutuhan pemulihan
jangka panjang untuk merespon peningkatan
risiko akibatbencana.
B. Prinsip-Prinsip Dasar
PDNA merupakan
B. Prinsip-Prinsip bagian dari tahap penyelenggaraan rehabilitasi dan
Dasar
rekonstruksi pascabencana dan khususnya pada saat penyusunan
PDNA merupakan bagian dari tahap penyelenggaraan rehabilitasi dan
rencana rehabiltasi dan rekonstruksi sebagaimana diatur dalam Peraturan
rekonstruksi
Badan Nasionalpascabencana
PenanggulangandanBencana
khususnya
Nomorpada saat 2017
05 Tahun penyusunan
tentang
Penyusunan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana maka prinsip-
rencana aksi rehabiltasi dan rekonstruksi sebagaimana diatur dalam
prinsip rehabilitasi dan rekonstruksi yang baik juga menjadi panduan dalam
Peraturan Kepala
proses PDNA ini. Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor
17 1. Tahun
Prinsip-Prinsip
2010 Rehabilitasi
tentang dan Rekonstruksi.
Pedoman Umum Penyelenggaraan
a. Merupakan tanggungjawab Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat;
Rehabilitasi dan Rekonstruksi
b. Membangun menjadi lebih Pascabencana
baik (build backmaka
better)prinsip-prinsip
yang terpadu
rehabilitasi dankonsep
dengan rekonstruksi yang baik juga menjadi panduan dalam
c. pengurangan risiko bencana dalam bentuk pengalokasian dana
proses PDNA ini.
minimal 10% daridana rehabilitasi dan rekonstruksi;
1. Prinsip-Prinsip
d. Mendahulukan Rehabilitasi
kepentingandan kelompok
Rekonstruksi.
rentan seperti lansia,
perempuan,tanggungjawab
a. Merupakan anak dan penyandang cacat; Daerah dan Pemerintah
Pemerintah
e. Mengoptimalkan sumberdaya daerah;
f.Pusat;
Mengarah pada pencapaian kemandirian masyarakat, keberlanjutan
program danmenjadi
b. Membangun kegiatanlebih
sertabaik
perwujudan tata better)
(build back kelola pemerintahan
yang terpadu
yang baik;
dengan konsep
g. Mengedepankan keadilan dan kesetaraan gender.
c. Prinsip-prinsip
2. pengurangan dasarrisikodalam
bencana dalamKebutuhan
Penilaian bentuk pengalokasian
Pascabencana dana
a. Pendekatan partisipatif dengan melibatkan para pihak berkepentingan
dalam prosesnya.
b. Pendekatan berbasis bukti, mengutamakan pengamatan terhadap
akibat dan dampak bencana 13serta kebutuhan pemulihan yang berbasis
bukti.
c. Pendekatan pengurangan risiko bencana, menggunakan cara pandang
pengurangan risiko bencana dalam analisisnya sehingga PDNA dapat
mendukung rehabilitasi dan rekonstruksi yang dapat membangun
C. Ruang Lingkup
Mengacu pada Peraturan BNPB No. 06/2017 tentang Penyelenggaraan
Rehabilitasi dan
rehabilitasi danRekonstruksi,
rekonstruksi keruang lingkup
dalam enam PDNA
aspek, yaitumengarahkan
kemanusiaan, upaya
rehabilitasi
perumahan dandan
rekonstruksi
pemukiman, ke dalam enam
infrastruktur, aspek,sosial
ekonomi, yaitu kemanusiaan,
dan lintas
perumahan dan pemukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial dan lintas sektor.
sektor.
Tabel 2.4. Substansi PDNA
Aspek Keterangan
Kemanusiaan Aspek kemanusiaan antara lain terdiri dari sosial
psikologis, pelayanan kesehatan, pelayanan
pendidikan, rekonsiliasi dan resolusi konflik,
keamanan dan ketertiban, partisipasi dan peran serta
lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha
dan masyarakat
Perumahan dan Aspek perumahan dan permukiman, yang terdiri dari
Pemukiman perbaikan lingkungan daerah bencana, pemberian
bantuan perbaikan rumah masyarakat dan
pembangunan kembali sarana sosial masyarakat
Infrastruktur Aspek infrastruktur pembangunan, yang antara lain
Pembangunan terdiri dari perbaikan prasarana dan sarana umum,
pemulihan fungsi pemerintah, pemulihan fungsi
pelayanan publik, pembangunan kembali sarana dan
prasarana, penerapan rancang bangun yang tepat dan
penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan
bencana, Peningkatan fungsi pelayanan publik dan
Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat
Ekonomi Aspek ekonomi, yang antara lain terdiri dari
pemulihan social ekonomi dan budaya, peningkatan
kondisi sosial, ekonomi dan budaya, mendorong
peningkatan ekonomi lokal seperti pertanian,
perdagangan, industri, pariwisata dan perbankan
Sosial Aspek sosial yang antara lain terdiri dari pemulihan
konstruksi sosial dan budaya, pemulihan kearifan dan
tradisi masyarakat, pemulihan hubungan antar
budaya dan keagamaan dan pembangkitan kembali
kehidupan sosial budaya masyarakat
Lintas Sektor Aspek lintas sektor yang antara lain terdiri dari
pemulihan aktivitas/kegiatan yang meliputi tata
pemerintahan dan lingkungan hidup
Tabel 2.5.
12 Pemaduan Substansi Rehabilitasi danMODUL
Rekonstruksi
PENGKAJIANdalam Pengkajian
KEBUTUHAN BENCANA (JITU PASNA)
Akibat Bencana
Pengkajian Akibat
Substansi Kerusakan Kerugian Gangguan Gangguan Peningkat
kehidupan sosial budaya masyarakat
Lintas Sektor Aspek lintas sektor yang antara lain terdiri dari
pemulihan aktivitas/kegiatan yang meliputi tata
pemerintahan dan lingkungan hidup
Tabel 2.5.
Pemaduan Substansi Rehabilitasi dan Rekonstruksi dalam Pengkajian
Akibat Bencana
Pengkajian Akibat
Substansi Kerusakan Kerugian Gangguan Gangguan Peningkat
permukiman permukiman untuk dan
Akses kekerasan an Resiko
Fungsi wabah
Perumahan Kerusakan hunian
Biaya perlindungan
Hilang nya bagi
Meningkat penyakit
Resiko
dan rumah dan sementara
Tambahan rasa aman perempuan
nya ancaman terkena meningkat
permukiman permukiman untuk dan dan anak wabah
kekerasan
Infrastruktur Rusak nya Biaya
hunian Meningkatnya
perlindungan bagiGanggguan penyakitResiko
pembangunan infrastruktur sementara
transportasi jarak untuk perempuan
fungsi karena
meningkat
publik jalan tambahan mendapatkan danpelayanan
anak infrastrukt
15
Infrastruktur dan jembatan
Rusak nya Biaya layanan dasar
Meningkatnya pemerintahan
Ganggguan ur tidak
Resiko
pembangunan infrastruktur transportasi jarak pendidikan
untuk dan proses karena
fungsi aman
publik jalan tambahan mendapatkan
dan pelayanan
interaksi daninfrastrukt
dan jembatan layanan dasar pemerintahan
kesehatan komunikasiur tidak
pendidikan danantar
proses aman
dan interaksi dan
komunitas
Ekonomi Rusak nya Kerugian kesehatan
Hilang nya komunikasi
Tidak Jumlah
area ekonomi karena pekerjaan antar berfungsi nya aset –aset
komunitas
keluarga hilang nya koperasi ekonomi
Ekonomi Rusak nya Kerugian Hilang nya Tidak Jumlah
kesempatan simpan yang
area ekonomi karena pekerjaan berfungsi nya aset –aset
keluarga
berusaha
hilang nya
pinjam
koperasi
atau berisiko
ekonomi
kesempatan lembaga
simpan yangmeningkat
berusaha keuangan
pinjam atau dan
berisiko
mikro
lembaga meningkat
meningkat
keuangan dan nya biaya
mikro produksi
meningkat
Social dan Rusak nya Biaya Tidak ada nya Organisasi nya biaya Resiko
kemanusian fasilitas social penyediaan biaya untuk penyedia produksi akibat
Social dan (pendidikan,
Rusak nya fasilitas
Biaya kembali
Tidak layanan
ada nya Organisasi tempat
Resiko
kemanusian fasilitas
kesehatansocial penyediaan
social biaya untuk
bersekolah penyedia
social tidak akibat
pelayanan
(pendidikan,
dan fasilitas
(pendidikan,kembali
atau untuk layanan
berfungsi tempat yang tidak
kesehatan
peribadatan) social
kesehatan bersekolah
berobat social tidak pelayanan
aman
dan (pendidikan,
dan atau untuk berfungsi yang tidak
peribadatan) kesehatan
peribadatan berobat aman
dan
sementara)
peribadatan
Lintas sektor Rusak nya Biaya Air bersih Kelompok Resiko
sementara)
hutan, tambahan tidak tersedia masyarakat berencana
Lintas sektor Rusak nya Biaya Air bersih Kelompok Resiko
daerah aliran penyediaan berbasis banjir atau
hutan, tambahan tidak tersedia masyarakat berencana
sungai dan air
daerah aliran penyediaan
hutan tidakbanjir
berbasis
kekeringan
atau
mata air
sungai dan air berfungsi
hutan tidak kekeringan
mata air berfungsi
17
14 MODUL PENGKAJIAN KEBUTUHAN BENCANA (JITU PASNA)
kebutuhan rehabilitasi dan kebutuhan rekonstruksi. Dengan demikian
lingkup PDNA dalam pengkajian kebutuhan pemulihan adalah
sebagaiberikut:
18
19
16 MODUL PENGKAJIAN KEBUTUHAN BENCANA (JITU PASNA)
17
Diagram 3.1 Kegiatan dan Prakiraan Waktu Pada Tahap – Tahap Pelaksanaan PDNA
Tahap Pengumpulan
Tahap Pengaktifan Tahap Persiapan Tahap Analisa Data Tahap Pelaporan
Data
Pengaktifan PDNA
Penyusunan Kerangka Acuan Kerja Pembentukan Tim Kerja PDNA
Penyusunan Metode
Pengumpulan Data
Persiapan Tim Pengumpulan Pengumpulan Data
Data Sekunder Dan Primer
Verifikasi Dan Validasi Data Pengaktifan Akibat Bencana
B. Tahap Persiapan
1. Pembentukan Tim Kerja PDNA
Struktur tim kerja ini meliputi :
a. Tim Pengarah
Tim pengarah bertanggung jawab untuk memberikan arahan
strategis dalam perencanaan, pelaksanaan hingga pelaporan Jitu-
Pasna. Untuk Jitu-Pasna yang dipimpin oleh BPBD, tim pengarah
terdiri dari : Kepala BPBD dan/ atau Kepala Pelaksana BPBD, satu
orang kepala SKPD yang paling relevan dan satu orang wakil dari
forum pengurangan resiko bencana atau forum masyarakat sipil yang
relevan. Kepala BPBD menjadi koordinator tim pengarah.
b. Tim Pelaksana
Tim pelaksana secara umum bertanggung jawab untuk:
NO Struktur Isu
1 Latar Belakang 1. Uraian tentang bencana yang terjadi
2. Uraian luasan akibat dampak bencana
3. Upaya-upaya respon kedaruratan yang sudah
dilakukan oleh pemerintah dan pihak lain
2 Tujuan 1. Mendorong upaya pemulihan pascabencana yang
Kegiatan berbasis pada bukti-bukti akibat, dampak dan
kebutuhan pemulihan
2. Memberi masukan komprehensif bagi rencana
aksi atau proposal rehabilitasi dan rekonstruksi
yang akan disusun
3 Keluaran 1. Menyajikan informasi tentang akibat bencana
Kegiatan 2. Menyajikan informasi tentang dampak bencana;
dan
3. Menyajikan informasi tentang kebutuhan
pemulihan pascabencana serta kesenjangannya
4 Metode 1. Jenis Data
2. Teknik pengumpulan data (inventarisasi dan
survey)
3. Pengambilan sampel
4. Cara analisis data
5. pelaporan
5 Peralatan yang 1. Alat transportasi kelapangan
diperlukan 2. Alat komunikasi kelapangan
3. Alat pemandu arah GPS
4. Computer untuk pengolah data
6 Rencana kerja Tabel dengan kolom yang memuat waktu pelaksanaan
lapangan kegiatan, tempat kegiatan dan penanggungjawab
kegiatan serta baris yang memuat jenis kegiatan dalam
seluruh tahap Jitu-Pasna
22
Komponen PDNA Jenis Data Metode Pengumpulan Data Informasi Yang Dihasilkan
Pengkajian Kerusakan Kuantitatif Inventarisasi Jumlah aset milik pemerintah,
Akibat masyarakat, keluarga dan badan usaha
Bencana yang rusak akibat bencana berdasarkan
katagori kerusakan nya
Kerugian Kuantitatif Inventarisasi Jumlah biaya kesepakatan atau
kerugian akibat hilang nya kesempatan
untuk memperoleh
Keuntungan ekonomi karena kerusakan
aset milik pemerintah, masyarakat,
keluarga dan badan usaha sebagai
akibat tidak langsung dari suatu
bencana
Gangguan Kuantitatif Pendataan ke ODP, survey, Jumlah keluarga dan orang yang
akses dan dan wawancara informan kehilangan akses terhadap kebutuhan
kualitatif kunci / diskusi kelompok dasar seperti pangan , air bersih,
terfokus jaminan keluarga, perlindungan
keluarga, pendidikan, kesehatan,
keamanan dan lingkungan dan
kebudayaan berdasarkan tingkat
keparahannya dan jenis penyebab
gangguan akses nya
Gangguan Kuantitatif Pendataan ke ODP, survey, Jumlah organisasi sosial
proses dan dan wawancara informan kemasyarakatan dan organisasi
kualitatif kunci / diskusi kelompok pemerintahan serta jumlah kegiatan
terfokus sosial, budaya, kemasyarakatan dan
pemerintahan yang terganggu akibat
bencana berdasarkan tingkat
keparahannya dan jenis penyebab
gangguan proses nya.
Peningkatan Kuantitatif Pendataan ke ODP, survey, Jenis dan jumlah aset penghidupan (
resiko dan dan wawancara informan manusia,ekonomi, infrastruktur,
kualitatif kunci / diskusi kelompok lingkungan, sosial, budaya dan politik)
Pembangunan Kuantitatif Diskusi Kelompok Terfokus Prediksi para ahli, praktisi, tokoh
Manusia dan masyarakat, pemuka agama dan
Kualitatif pemegang otoritas kebijakan atas
dampak bencana terhadap ekonomi
dan fiskal di masa depan.
Infrastruktur Kuantitatif Diskusi Kelompok Terfokus Prediksi para ahli, praktisi, tokoh
dan dan masyarakat, pemuka agama dan
Lingkungan Kualitatif pemegang otoritas kebijakan atas
dampak bencana terhadap ekonomi
23
28
24
dan fiskal di masa depan.
Pengkajian Pembangunan Kuantitatif Analisis terhadap hasil Aspirasi atas kebijakan dan strategi
Kebutuhan dan inventarisasi, survey dan pembangunan yang menerapkan
Pemulihan Kualitatif wawancara informan prinsip membangun yang lebih aman
kunci/diskusi kelompok karena sudah menggunakan analisis
terfokus resiko bencana yang memadai baik
dalam hal tata ruang maupun rancang
bangun.
Penyediaan Kuantitatif Analisis terhadap hasil Aspirasi atas jenis, jumlah dan cara
Akses dan inventarisasi, survey dan penyediaan kebutuhan dasar yang
Kualitatif wawancara informan sensitif terhadap hak-hak kelompok
kunci/diskusi kelompok rentan serta sesuai dengan standar
terfokus kemanusiaan yang berlaku.
Pemulihan Kuantitatif Analisis terhadap hasil Aspirasi atas jenis, jumlah dan cara
proses & Kualitatif inventarisasi, survey dan pemulihan proses sosial,
wawancara informan kemasyarakatan dan pemerintahan
kunci/diskusi kelompok yang sensitif terhadap hak-hak
terfokus kelompok rentan serta sesuai dengan
Pengurangan Kuantitatif Analisis terhadap hasil Aspirasi atas jenis, jumlah dan cara
risiko dan inventarisasi, survey dan pengurangan resiko bencana.
Kualitatif wawancara informan
kunci/diskusi kelompok
terfokus
25
30
2. Persiapan Tim Pengumpul Data
Untuk menyiapkan penerjunan tim pengumpulan data, tim kerja PDNA
melakukan pelatihan tenaga pengumpul data. Pelatihan dilakukan selama
satu hari dengan materi:
a. Pemahaman umum tentang tugas dan fungsi mereka di lapangan.
b. Penjelasan tentang kriteria narasumber, responden, kriteria informan
kunci dan partisipan yang harus dilibatkan dalam PDNA.
c. Penjelasan tentang data sekunder yang harus dikumpulkan dan
bagaimana mendapatkannya.
d. Penjelasan tentang pengisian formulir pendataan kerusakan dan
kerugian.
e. Penjelasan tentang aspek-aspek yang harus diamati dan pencatatan
hasil pengamatan
f. Penjelasan tentang cara mengajukan pertanyaan melalui kuesioner
dan pengisian pada lembar kuesioner.
g. Penjelasan tentang cara melakukan interview informan kunci dan focus
group discussion (FGD) berikut pencatatan hasil interview dan FGD.
h. Penggunaan alat-alat pendukung terutama alat komunikasi dan
pemandu arah, serta koordinasi-koordinasi dan konsolidasi yang
harus dilakukan di lapangan.
i. Panduan melakukan pendataan, analisa dan hasilnya berbasis digital
dalam format sistem informasi.
j. Bila diputuskan bahwa data diolah secara langsung (real time) di
lapangan, tenaga pengumpul data yang ditunjuk, perlu memperoleh
pelatihan cara-cara memasukan data dan pengolahan data di lapangan
melalui komputer jinjing dan pengiriman data ke pusat pengolahan
data.
3. Pengumpulan Data
a. Data Sekunder, Tim pengumpulan data mengumpulkan data
sekunder berupa data sekunder sebelum bencana dan data
sekunder akibat bencana. Data dasar sebelum bencana adalah
berupa data yang menunjukkan jumlah dan kondisi aset, properti
dan kemanusiaan dan faktor yang berkaitan sebelum bencana. Data
ini digunakan oleh menganalisis kondisi sebelum bencana untuk
dibandingkan dengan setelah bencana, sehingga dapat diketahui
akibat dan dampaknya.
b. Data Lapangan/Primer, Pengumpulan data primer/lapangan terkait
dengan kerusakan dan kerugian dilakukan dengan menggunakan
formulir inventarisasi kerusakan dan kerugian. Sedangkan
pengumpulan data primer/lapangan terkait dengan gangguan terhadap
5. Penilaian Kerugian
Mengidentifikasi komponen kerugian masing-masing sektor dan
memperkirakan nilai kerugian. Setelah nilai kerusakan diperoleh langkah
selanjutnya adalah memperkirakan nilai kerugian, dengan terlebih dahulu
mengidentifikasi komponen-komponen kerugian masing-masing sektor. Nilai
kerugian didasarkan pada asumsi-asumsi, misalnya asumsi mengenai jangka
waktu pemulihan.
a. Analisis Gangguan Akses
Analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut :
b. Pengkajian Dampak Bencana
Berbasis pada pengkajian akibat bencana, tim melakukan penilaian
dampak bencana melalui diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan
para ahli maupun praktisi dengan menggunakan panduan pertanyaan
a. Sektor Pemukiman
Nilai Kerusakan = X1 * X2 * X3 * X4
Dimana :
X1 = Jumlah rumah dalam unit
X2 = Harga Satuan dalam m2
X3 = Type rumah/ Luas bangunan dalam m2
X4 = Tingkat kerusakan dalam % (berdasarkan asumsi kerusakan yang telah
ditetapkan)
b. Sektor Infrastruktur
Nilai Kerusakan = X1 * X2 * X3
Dimana:
X1 = Tingkat kerusakan dalam % (berdasarkan asumsi kerusakan yang telah
ditetapkan)
X2 = Harga Satuan dalam
X3 = Volume kerusakan
c. Sektor Ekonomi
Nilai Kerusakan = X1 * X2 * X3
Dimana:
X1 = Tingkat kerusakan dalam % (berdasarkan asumsi kerusakan yang telah
ditetapkan)
X2 = Harga Satuan dalam
X3 = Volume kerusakan
d. Sektor Sosial
Nilai Kerusakan = X1 * X2 * X3 * X4
Dimana:
X1 = Jumlah bangunan dalam unit
(bangunan pendidikan, kesehatan, keagamaan)
X2 = Harga Satuan dalam m2
X3 = Luas bangunan dalam m2
e. Lintas Sektor
Nilai Kerusakan = X1 * X2 * X3 * X4
Dimana:
X1 = Jumlah bangunan/lahan dalam unit
(bangunan pemerintahan, keamanan dan ketertiban, perbankan dan lingkungan
hidup)
X2 = Harga Satuan
X3 = luas bangunan/luas lahan
X4 = Tingkat kerusakan dalam % (berdasarkan asumsi kerusakan yang telah
ditetapkan)
2. Penilaian Kerugian
Mengidentifikasi komponen kerugian masing-masing sektor dan
memperkirakan nilai kerugian.Setelah nilai kerusakan diperoleh langkah
selanjutnya adalah memperkirakan nilai kerugian, dengan terlebih dahulu
mengidentifikasi komponen-komponen kerugian masing-masing sektor.Nilai
kerugian didasarkan pada asumsi-asumsi, misalnya asumsi mengenai jangka
waktu pemulihan.
Analisa penilaian kerusakan dan kerugian dilakukan dengan menggunakan
formulir penilaian kerusakan dan kerugian yang terdapat dalam lampiran.
Setelah melakukan pengisian formulir penilaian kerusakan dan kerugian penting
untuk memeriksa perhitungan ganda, cakupan sektoral dan rasionalitas nilai
kerusakan dan kerugian.
Dimana :
Y1= jumlah orang per hari
Y2= harga hari
Y3= jumlah unit rumah
Y4= harga upah pekerja (per orang) per hari
b. Sektor infrastruktur
Kerugian pada sektor infrastruktur dapat di hitung terhadap pertambahan
biaya yang di keluarkan untuk pemakaian bahan bakar minyak (BBM) dan
Dimana :
Y1 = hilang nya pendapatan
Y2 = penurunan produksi panen
Y3 = pembersihan puing
Y4 = dan lain lain
d. Sektor sosial
Nilai kerugian dihitung berdasarkan pembersihan puing :
Nilai Kerugian = Y1 * Y2 * Y3 * Y4
Dimana :
Y1 = jumlah orang per hari
Y2 = harga hari
Y3 = jumlah unit rumah
Y4 = harga upah orang per hari
e. Lintas Sektor
Nilai kerugian dihitung berdasarkan biaya pembersihan puing
Nilai Kerugian = Y1 * Y2 * Y3 * Y4
Dimana :
Y1 = jumlah orang per hari
Y2 = harga hari
Y3 = jumlah unit rumah
Y4 = harga upah orang per hari
D. Tahap Pelaporan
Dokumen PDNA disusun dan dipublikasi kepada pihak-pihak yang
terkait dengan penanganan pascabencana, termasuk digunakan untuk
penyusunan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi.
Bab VI Penutup
Bab ini menjelaskan bahwa dokumen rencana aksi merupakan acuan
rehabilitasi dan rekonstruksi yang harus dijabarkan lebih lanjut mengenai teknis
pelaksanaannya untuk mendapatkan hasil pembangunan yang lebih baik
2.1.2 Kependudukan
Pada bab ini menjelaskan tentang jumlah penduduk, laju pertumbuhan
penduduk serta kepadatan penduduk daerah dampak bencana
2.1.4 Pendidikan
Masalah pendidikan merupakan salah satu bidang penting dalam
pembangunan nasional maupun daerah.Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas merupakan modal yang sangat berharga bagi pembangunan,
baik pembangunan manusia itu sendiri maupun pembangunan ekonomi.
SDM yang berkualitas akan membawa dampak pada kemajuan dibidang
teknologi, kesehatan, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat secara
umum. Hal ini dikarenakan penduduk yang memiliki pendidikan yang cukup
akan mempengaruhi kemampuan mereka dalam menghasilkan barang dan
jasa, melakukan inovasi teknologi, merancang dan merekayasa lingkungan
hidup, menjaga keteraturan sosial, mengembangkan perekonomian dan
pada akhirnya bermuara pada peningkatan kualitas hidup manusia secara
keseluruhan. Bab ini juga menjelaskan tentang :
1. Ketersedian sarana pendidikan
2. Angka Partisipasi Sekolah
3. Indek kesejahteraan sosial di bidang pendidikan
2.1.5 Kesehatan
Indikator pelayanan kesehatan masyarakat meliputi : - jumlah tenaga
kesehatan, puskesmas, poskesdes. Ambulance.
2.1.6 Keagamaan
Syariat Islam (agama) merupakan urusan Pemerintah yang berfungsi
sebagai pelayanan umum sesuai dengan amanat undang-undang.
2
2.1.6.2 Pendidikan Dayah
2.1.6.2
2.1.6.2 Pendidikan Dayah
Pendidikan Dayah
2 Tabel 2.3
Tabel 2.3 Jumlah
JumlahDayah,
Dayah,Guru
GurudandanSantri
Santri
3
3
JumlahGuru
Jumlah Guru JumlahSantri
Jumlah Santri
NN Jumlah
Jumlah 50
Kecamatan
Kecamatan
oo Dayah
Dayah Tidak
Tidak Tidak
Tidak
Menetap
Menetap Total Menetap
Total Menetap Total
Total
menetap
menetap Menetap
Menetap
11
22
33
44
55
66
MODUL PENGKAJIAN KEBUTUHAN BENCANA (JITU PASNA) 39
77
88
3
Jumlah
1 2 3 4 5 6 P 7
1. ....................................................................................................................................
ertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa
A Pertanian,
PertanianKehutanan, dan Perikanan
2. .................................................................................................................................... K
ehutanan dan Penebangan Kayu
1. .................................................................................................................................... P
....................................................................................................................................
3.ertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa P
erikanan
Pertanian
B Pertambangan dan Penggalian
2. .................................................................................................................................... K
ehutanan dan Penebangan Kayu
C Industri Pengolahan
3. .................................................................................................................................... P
40 erikanan MODUL PENGKAJIAN KEBUTUHAN BENCANA (JITU PASNA)
B 1. ....................................................................................................................................
Pertambangan dan Penggalian I
ndustri Pengolahan Migas
C 2. ....................................................................................................................................
Industri Pengolahan I
ndustri Pengolahan Non Migas
ehutanan dan Penebangan Kayu
3. .................................................................................................................................... P
erikanan
B Pertambangan dan Penggalian
C Industri Pengolahan
1. .................................................................................................................................... I
ndustri Pengolahan Migas
2. .................................................................................................................................... I
ndustri Pengolahan Non Migas
D Pengadaan Listrik dan Gas
F Konstruksi
1 2 3 4 5 6 7
L Real Estate
M,
Jasa Perusahaan
N
P Jasa Pendidikan
R,S,
Jasa Lainnya
T,U
PENYUSUNAN RENCANA
REHABILITASI
DAN REKONSTRUSI
Gambar 3.1 Kerangka Pengkajian Kebutuhan Pascabencana dan Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Gambar 3.1 Kerangka Pengkajian Kebutuhan Pascabencana dan Rencana AksiRehabilitasi
dan Rekonstruksi
Perkiraan kebutuhan pemulihan dalam Jitu Pasna berorientasi pada pemetaan
Perkiraan
kebutuhan untukkebutuhan pemulihan
pemulihan awal, dalam
rehabilitasi danJitu Pasna berorientasi
rekonstruksi pada
sebagai berikut :
1. Kebutuhan
pemetaan pemulihan
kebutuhan untukawal adalah kebutuhan-kebutuhan
pemulihan awal, rehabilitasi dankemanusiaan
rekonstruksi
pascabencana yang berorientasi pada pembangunan yang berkelanjutan.
sebagai berikut :
2. Kebutuhan rehabilitasi adalah kebutuhan perbaikan dan pemulihan semua
aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai
1. Kebutuhan pemulihan awal adalah kebutuhan-kebutuhan
pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi
kemanusiaan
atau berjalannyapascabencana yang aspek
secara wajar semua berorientasi pada dan
pemerintahan pembangunan
kehidupan
yang berkelanjutan.
masyarakat pada wilayah pascabencana.
2.3. Sedangkan
Kebutuhan kebutuhan rekonstruksi
rehabilitasi adalah adalah kebutuhan
kebutuhan pembangunan
perbaikan kembali
dan pemulihan
semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana,
semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang
baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama
memadai
tumbuh danpada wilayah pascabencana
berkembangnya dengan sasaran
kegiatan perekonomian, sosial utama untuk
dan budaya,
normalisasi
tegaknya hukumatau
danberjalannya
ketertiban, secara wajar semua
dan bangkitnya aspekmasyarakat.
peranserta pemerintahan
Dengan demikian, komponen
dan kehidupan masyarakat pembangunan,
pada wilayahpenggantian, penyediaan akses,
pascabencana.
pemulihan proses dan pengurangan risiko harus dipilah-pilah dalam kerangka
pemulihan awal, rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Berikut ini adalah
57
Dengan demikian, komponen pembangunan, penggantian, penyediaan
akses, pemulihan proses dan pengurangan risiko harus dipilah-pilah dalam
kerangka pemulihan awal, rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana.
tabel komponen
Berikut perkiraan
ini adalah tabelkebutuhan
komponen dalam Jitukebutuhan
perkiraan Pasna. dalam Jitu Pasna.
Komponen Keterangan
Aspek Keterangan
Sosial Aspek sosial antara lain terdiri dari pemulihan konstruksi sosial
dan budaya, pemulihan kearifan dan tradisi masyarakat,
pemulihan hubungan antar budaya dan keagamaan dan
pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat
Lintas Sektor Aspek lintas sektor antara lain terdiri dari pemulihan
aktivitas/kegiatan yang meliputi tata pemerintahan, keamanan
ketertiban, perbankan, pengurangan risiko bencana, monitoring
dan evaluasi, pembangunan non-fisik, serta kelembagaan
rehabilitasi dan rekonstruksi.
Selain itu nilai kerusakan ditambah dengan nilai kerusakan isi rumah, sedangkan
kerugian dihitung berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk membersihkan
puing bangunan/rumah.
Data Kerusakan
Lokasi
Kecamatan
Berat Sedang Ringan Satuan
73
3.2.1.2 Gangguan
3.2.1.2 GangguanAkses,
Akses, Gangguan Fungsi
Gangguan Fungsi
GangguanAkses
Gangguan Akses
Menjelaskan tentang akses masyarakat terdampak bencana dari tempat
tinggalnya (pengungsian)
Menjelaskan tentang aksesuntukmasyarakat
menuju tempat kerja.
terdampak bencana dari tempat
Gangguan Fungsi
tinggalnya (pengungsian) untuk menuju tempat kerja.
Kejadian bencana yang menyebabkan kerusakan pada komponen bangunan
rumah terutama pada struktur bangunan: pondasi, kolom, kuda – kuda, sedangkan
Gangguan Fungsi
komponen sekunder lainya juga mengalami kerusakan seperti: lantai, dinding,
dan atapbencana
Kejadian serta isi yang
rumahmenyebabkan
berupa mebelair, barang elektronik
kerusakan dan dapur,
pada komponen kamar
bangunan
tidur dan lainnya. Hal ini terjadi pada perumahan masyarakat yang mengalami
rumah terutama pada struktur bangunan: pondasi, kolom, kuda – kuda,
rusak berat.
sedangkan
Sedangkan komponen
pada rumahsekunder lainya juga
yang mengalami rusakmengalami kerusakan
sedang, kerusakan seperti:
terjadi pada
bukandinding,
lantai, bangunan induk
dan (dapur),
atap serta retak cukupberupa
isi rumah parah pada sebagian
mebelair, dinding,
barang namun
elektronik
secara struktur bangunan masih bagus dan layak untuk dihuni kembali.Untuk
dan dapur, kamar tidur dan lainnya. Hal ini terjadi pada perumahan
rumah dengan kategori ringan hanya sekitar 15% dari bangunan inti saja yang
masyarakat
rusak misalnyayangretak
mengalami
rambut,rusak
plesteranberat.
rontok, pagar yang roboh dan sebagain
kecil isi rumah yang rusak karena terjatuh akibat kejadian bencana.
Sedangkan
Dengan pada
kondisi rumahrumah
rusakyang
beratmengalami
yang sebagainrusak
besarsedang, kerusakan
strukturnya tidak
mampupada
terjadi lagi menahan beban rumah
bukan bangunan maka(dapur),
induk menyebabkan
retak fungsi
cukup rumah
parahsebagai
pada
tempat tinggal sangat terganggu dan tidak dapat berfungsi, serta rumah dapat
sebagian dinding, namun secara struktur bangunan masih bagus dan layak
sewaktu-waktu ambruk dan membahayakan bagi penghuninya. Untuk itu bagi
untuk dihuni kembali.Untuk
yang rumahnya rusak berat tidakrumah dengan kategori
diperbolehkan ringan hanya
dihuni walaupun sekitar
ada sebagian
15%
yangdari bangunan
nampak inti saja
utuh lengkap yang
atap, rusak
lantai misalnya retak rambut, plesteran
dan dindingnya.
rontok, pagar yang roboh dan sebagain kecil isi rumah yang rusak karena
3.2.1.3 Kajian Dampak Bencana
terjatuh akibatpada
Kerusakan kejadian bencana.
sektor permukiman yang terjadi pada komponen bangunan
rumah dan kerusakan isi rumah yang berupa mebelair dan peralatan lainnya
Dengan
akibat kondisi
bencana rumah dampak
memberikan rusak berat yangterhadap
langsung sebagain besar strukturnya
asetbangunan rumah
yang sama
tidak mampusekali hancur
lagi dan tidak
menahan dapat rumah
beban ditempatimaka
kembali serta aset bangunan
menyebabkan fungsi
rumah sebagai tempat tinggal sangat terganggu dan tidak dapat berfungsi,
serta rumah dapat sewaktu-waktu ambruk danKEBUTUHAN
membahayakan bagi
48 MODUL PENGKAJIAN BENCANA (JITU PASNA)
rumah yang masih bisa dipulihkan/diperbaiki.
Untuk korban terdampak yang rumah tinggalnya rusak dan tidak dapat
ditempati ataupun berada di daerah berbahaya selanjutnya mengungsi dari lokasi
tersebut dan tinggal di tempat pengungsian, menumpang pada tempat saudara
ataupun menyewa rumah di luar kawasan yang terkena dampak bencana.
Dampak lainnya yang tidak langsung, diantaranya hambatan produktivitas
akibat aset yang rusak/hilang akibat bencana, seperti potensi pendapatan yang
berkurang, pengeluaran yang bertambah dan lain-lain selama beberapa waktu.
Total
Sektor / Sub Sarana dan Perkiraan Prakiraa
Kerusakan dan
Sektor Prasarana Kerusakan n
Kerugian
Kerugian
INFRASTRUKTUR
1 Transportasi
Jalan Provinsi
Jembatan Provinsi
Jalan Kabupaten
Jalan Lingkungan
Jalan Provinsi
Jembatan Provinsi
Jalan Kabupaten
Jembatan
Kabupaten
Jalan Lingkungan
Jembatan
Perdesaan
Sarana dan
Prasarana Air
Minum
Sumber Daya
2
Air
Sungai Nasional
Bendung 64
Kabupaten
Irigasi Kabupaten
Bg. Pengaman
Pantai
Gangguan Fungsi
Gangguan Fungsi
Gangguan fungsi karena kerusakan aset pada sub sektor transportasi
Gangguan fungsi
mengakibatkan karena fungsi
terganggunya kerusakan aset padauntuk
transportasi sub sektor transportasi
sementara waktu.
Kerusakan aset pada
mengakibatkan sub sektorfungsi
terganggunya SDA transportasi
mengakibatkan terganggunya
untuk fungsi
sementara waktu.
pengairan persawahan
Kerusakan untuk
aset pada sementara
sub waktu.
sektor SDA mengakibatkan terganggunya fungsi
Meningkatnya Resiko
pengairan persawahan untuk sementara waktu.
Kerusakan aset sub sektor transportasi akibat kondisi jalan dan jembatan
yang Meningkatnya
rusak menyebabkan meningkatnya risiko kerusakan kendaraan. Kerusakan
Resiko
pada sub sektor SDA mendorong meningkatnya risiko bencana banjir, kerentanan
Kerusakan aset sub sektor transportasi akibat kondisi jalan dan jembatan
penyakit, serta mengakibatkan penurunan produksi pertanian dan kerentanan
yang rusak menyebabkan meningkatnya risiko kerusakan kendaraan.
ekonomi masyarakat.
Kerusakan pada sub sektor SDA mendorong meningkatnya risiko bencana
3.2.3banjir,
Sektorkerentanan
Ekonomi penyakit,
Produktif serta mengakibatkan penurunan produksi
3.2.3.1 Penilaian
pertanian danKerusakan
kerentanandan Kerugian
ekonomi masyarakat.
Bencana mengakibatkan beberapa sarana dan prasarana ekonomi masyarakat
3.2.3 Sektor Ekonomi Produktif
mengalami kerusakan secara fisik dan berdampak langsung terhadap penghidupan
3.2.3.1 Penilaian
masyarakat setempat.Kerusakan
Penilaiandan Kerugian dilakukan terhadap aset pada
kerusakan
subsektor pertanian, perkebunan, perdagangan,
Bencana mengakibatkan beberapa sarana pariwisata dan koperasi
dan prasarana serta
ekonomi
dampak kerugian yang ditimbulkannya.
masyarakat mengalami kerusakan secara fisik dan berdampak langsung
Tingkat kerusakan diasumsikan untuk rusak berat sebesar ≥ 70%, rusak
terhadap penghidupan masyarakat setempat. Penilaian kerusakan
sedang 30-70% dan rusak ringan sebesar ≤20%.
dilakukan terhadap aset pada subsektor pertanian, perkebunan,
Nilai Kerusakan = tingkat kerusakan x harga satuan x volume kerusakan
perdagangan, pariwisata dan koperasi serta dampak kerugian yang
50 ditimbulkannya. MODUL PENGKAJIAN KEBUTUHAN BENCANA (JITU PASNA)
Total
Perkiraan Prakiraan
Sektor / Sub Sektor Kerusakan dan
Kerusakan Kerugian
Kerugian
EKONOMI PRODUKTIF
A Pertanian
B Peternakan
D Perdagangan
E Pariwisata
F Industri - -
-
Berdasarkan tabel diatas, pada sektor ekonomi produktif sub sektor perdagangan
Berdasarkan tabel diatas, pada sektor ekonomi produktif sub sektor
banyak mengalami kerusakan dan kerugian, diikuti oleh sub sektor pariwisata,
perdagangan banyak mengalami kerusakan dan kerugian, diikuti oleh sub
perindustrian, pertanian dan peternakan, sedangkan untuk kerugian Sektor
sektor pariwisata, perindustrian, pertanian dan peternakan, sedangkan
Kelautan dan Perikanan merupakan sektor yang paling tinggi mengalami kerugian.
untuk kerugian Sektor Kelautan dan Perikanan merupakan sektor yang
Tabel 3.7. Kerusakan dan kerugian sektor ekonomi produktif
paling tinggi mengalami kerugian.
Sektor / Sub Perkiraan Prakiraan Total Kerusakan
Sektor Kerusakan Kerugian dan Kerugian
EKONOMI
PRODUKTIF
A Pertanian
B Peternakan
C Perikanan
66
D Perdagangan
E Industri
MODUL PENGKAJIAN
3.2.3.2 KEBUTUHAN
Gangguan BENCANA
Akses, (JITU PASNA)Fungsi
Gangguan dan Meningkatnya Risiko 51
Gangguan Akses
3.2.3.2 Gangguan Akses, Gangguan Fungsi dan Meningkatnya Risiko
Gangguan Akses
Gangguan akses dalam bidang ekonomi berupa terganggunya akses individu
dan masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan dasar karena transaksi jual beli
barang dan jasa terhenti. Biasanya masyarakat dapat dengan mudah memenuhi
kebutuhan dasar sebelum bencana, tetapi sesudah terjadi bencana sulit diperoleh
dan akses terhadap mata pencaharian menjadi terganggu.
Gangguan Fungsi
Gangguan fungsi dalam bidang ekonomi berupa terganggunya fungsi
kelembagaan organisasi kelompok ekonomi yang ada di masyarakat seperti
kelompok tani dan organisasi simpan pinjam (koperasi, credit union).
Meningkatnya Risiko
Gangguan akses berupa sulitnya pemenuhan kebutuhan dasar dan gangguan
fungsi kelembagaan organisasi usaha ekonomi masyarakat, koperasi dan kelompok
tani mengakibatkan meningkatnya risko berupa turunnya daya beli masyarakat
yang berdampak pada melambatnya laju perekonomian, sehingga dapat mendorong
risiko meningkatnya angka kemiskinan.
*Data per
1 Rumah Sakit
SOSIAL
2. Puskesmas
1 Kesehatan
Puskesmas
1 3 Rumah Sakit
Pembantu
(Pustu)
2. Puskesmas
4.
Poskesdes
Puskesmas
2 Pendidikan 3 Pembantu
(Pustu)
1 PAUD & KBM
4. Poskesdes
2 TK / RA 69
3 SD / MI
4 SMP / MTS 69
MODUL PENGKAJIAN KEBUTUHAN
5 SMABENCANA
/ MA(JITU PASNA) 53
6 SMK
Pondok
2 TK / RA
3 SD / MI
4 SMP / MTS
5 SMA / MA
6 SMK
Pondok
7
Pesantren
3 Agama
Meunasah /
1
Mussala
2 Mesjid
Total
*Data per
Data Kerusakan
Sektor/Sub Sektor/Jenis Aset Unit
Berat Sedang Ringan
Lintas Sektor
Provinsi/Kabupaten/Kota
Sub Sektor Pemerintahan
Kantor Dinas
Kantor KUA 70
Kantor Camat
Kantor Kepala Desa
Kantor Dinas
Sub Sektor Keamanan/Ketertiban
Kantor TNI/POLRI
Kantor Perbankan
*Data per
Perkiraan Dana
Sektor / Sub
Kabupaten Kebutuhan Cadangan
Sektor APBD - Sumber
(Renaksi) APBA APBN - KL Pemerintah
Kab. Lain
(DSP/Hibah
RR)
Permukiman
Perumahan
Infrastruktur
Transportasi,
SDA, Air dan
Irigasi
Ekonomi
Pertanian,
Peternakan,
Perdagangan,
KUKM,
Perikanan,
Pariwisata,
Industri
Sosial
Pendanaan (Rp.), TA.
Perkiraan Dana
Sektor / Sub
Kesehatan, Kabupaten Kebutuhan Cadangan
Sektor APBD - Sumber
Pendidikan, (Renaksi) APBA APBN - KL Pemerintah
Agama, Kab. Lain
(DSP/Hibah
Bangunan RR)
Bersejarah,
Kelembagaan
Sosial
Lintas Sektor
72
Jumlah
3.3.1 Kebutuhan
BENCANAPascabencana Sektor Permukiman
MODUL PENGKAJIAN KEBUTUHAN (JITU PASNA)
Kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana sektor
55
permukimanterdiri atas pemenuhan kebutuhan stimulan bantuan
pembangunan/perbaikan rumah rusak berat dan rumah rusak sedang,
sedangkan bagi rumah rusak ringan diserahkan kebijakannya pada
3.3.1 Kebutuhan Pascabencana Sektor Permukiman
Kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana sektor permukimanterdiri
atas pemenuhan kebutuhan stimulan bantuan pembangunan/perbaikan rumah
rusak berat dan rumah rusak sedang, sedangkan bagi rumah rusak ringan
diserahkan kebijakannya pada pemerintah daerah setempat.
Tabel 3.12. Perkiraan Kebutuhan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sektor Ekonomi Produktif
Nilai Kebutuhan
Sektor/
No
Subsektor
(Rp)
EKONOMI PRODUKTIF
Kabupeten
1 Pertanian
2 Peternakan
3 Perdagangan
4 Koperasi
5 Perikanan
6 Pariwisata
7 Lahan Kritis dan Sumber Daya Air
3.3.4 Kebutuhan
3.3.4 KebutuhanPascabencana
Pascabencana Sektor
Sektor Sosial
Sosial
Dampak bencana pada sektor sosial meliputi sub sektor pendidikan, kesehatan,
Dampak bencana pada sektor sosial meliputi sub sektor pendidikan,
agama, dan lembaga sosial.
kesehatan, agama, dan lembaga sosial.
Kesehatan, Pendidikan,
Agama, Bangunan
Bersejarah, Kelembagaan
Sosial
Pembangunan manusia
3
74
Pembangunan
manusia
Total
Prakiraan
Sektor/Sub Sektor Jenis Aset
Kebutuhan (Rp)
Lintas Sektor
Sub Sektor Pemerintahan
1 Kantor Dinas
2 Kantor KUA
3 Kantor Camat
4 Kantor Kepala Desa
5 Rumah Dinas
Sub Sektor
Keamanan/Ketertiban
1 Kantor TNI/POLRI
2 Kantor Perbankan
A Permukiman
MODUL PENGKAJIAN
B KEBUTUHAN BENCANA (JITU PASNA)
Infrastruktur 57
C Ekonomi
Keamanan/Ketertiban
1 Kantor TNI/POLRI
2 Kantor Perbankan
A Permukiman
B Infrastruktur
C Ekonomi
D Sosial
E Lintas Sektor
Jumlah
75
Gambar 4.1. Kerangka kerja Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana
Gambar 4.1. Kerangka kerja Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana
Penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana yang
Penyusunan
dikoordinasikan olehrencana aksi rehabilitasi
PemerintahProvinsi melaluidan rekonstruksi
BPBD pascabencana
Provinsi dengandukungan
Bappeda Provinsi serta SKPA
yang dikoordinasikan lainnya,
oleh SKPD (BPBD dan SKPD
PemerintahProvinsi teknis),
melalui BPBDUniversitas,
Provinsi
dunia usahadenganpendampinganBNPB serta Kementerian/ Lembaga.
dengandukungan Bappeda Provinsi serta SKPA lainnya, SKPD (BPBD dan
SKPD
4.1 teknis),
Kerangka Universitas, dunia usahadenganpendampinganBNPB serta
Kerja
Untuk memastikan
Kementerian/ terjadinya pemulihan pascabencana yang efektif dan
Lembaga.
berkelanjutan, kerangka kerja rencana aksi pascabencana perlu disandarkan
pada
4.1 kerangka
Kerangka kerja global Sendai Framework for Disaster Risk Reduction (SFDRR).
Kerja
Keempat prioritas aksi dalam SFDRR adalah:
Untuk memastikan terjadinya pemulihan pascabencana yang efektif
1. Memahami risiko bencana;
dan berkelanjutan,
2. Memperkuat kerangka
tata kelola risikokerja
bencana rencana aksi pascabencana
dan manajemen perlu
risiko bencana;
3. Investasipada
disandarkan dalamkerangka
pengurangan
kerjarisiko Sendai untuk
globalbencana Framework for Disaster Risk
ketangguhan;
4. Meningkatkan kesiapsiagaan bencana untuk respon yang efektif, dan untuk
Reduction (SFDRR). Keempat prioritas aksi dalam SFDRR adalah:
“membangun kembali dengan lebih baik” dalam pemulihan, rehabilitasi
1.dan rekonstruksi.
Memahami risiko bencana;
Kerangka kerja renaksi diilustrasikan pada Gambar. IV-1. Pelaksanaan
2. Memperkuat tata kelola risiko bencana dan manajemen risiko
rehabilitasi dan rekonstruksi harus dilakukan secara terencana dan
bencana;prinsip membangun kembali dengan lebih baik dan lebih aman
mengedepankan
dan berpusat pada
3. Investasi masyarakat
dalam (people-centered
pengurangan build untuk
risiko bencana back better and safer).
ketangguhan;
Untuk mencapai dua tujuan hakiki pemulihan dalam renaksi, yaitu: terwujudnya
pemulihan kehidupan (life recovery) dan terbangunnya daerah terdampak menjadi
76
MODUL PENGKAJIAN KEBUTUHAN BENCANA (JITU PASNA) 59
wilayah tangguh bencana (resilient),pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi
perlu didasarkan pada tiga pilar berikut:
1. Proses pemulihan tidak boleh terfokus pada aspek fisik semata, namun
harus mencakup pemulihan kehidupan secara menyeluruh.
2. Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi harus diintegrasikan dengan
aspek-aspek pengurangan risiko bencana (disasterriskreduction), untuk
memastikan terbangunnya wilayah yang lebih aman.
3. Pelaksanaan rehabilitasi dan rekontruksi juga harus partisipatoris,
semaksimal mungkin mengedepankan partisipasi masyarakat. Dengan
demikian, masyarakat terdampak tidak hanya pasif atau memandang proses
rehabilitasi dan rekontruksi sebagai pemberian pemerintah, tetapi juga aktif
dan ikut terlibat dalam proses pemulihan kehidupan mereka sendiri.
Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksimerupakan tahapan yang cukup
kritisdalam tahap pemulihan pascabencana. Proses ini diharapkan tidak akan
menghasilkan masalah baru bagi masyarakat serta dapat menjamin kehidupan
masyarakat yang lebih baik. Untuk itu, merujuk pada Peraturan Kepala BNPB No.
15 Tahun 2011 maka prinsip-prinsip rehabilitasi dan rekonstruksi membangun
menjadi lebih baik (build back better) yang terpadu, mendahulukan kepentingan
kelompok rentan seperti lansia, perempuan,anak danpenyandang cacat,
mengoptimalkan sumberdaya daerah, mengarah pada pencapaian kemandirian
masyarakat, keberlanjutan program dankegiatan, serta mengedepankan keadilan
dan kesetaraan gender.
Proses penyusunan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana
didasarkan pada hasil Pengkajian Kebutuhan Pascabencana (Jitu Pasna) yang
dipadukan dengan kebijakan dan kemampuan pembiayaan dari pemerintah,
pemerintah daerah, dunia usaha, dan sumber dana lainnya yang sah.
Pemulihan suatu wilayah pascabencana merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah terdampak bersama-sama dengan pemerintah, masyarakat,
dan dunia usaha. Maka rencana pemulihan yang memuat kegiatan rehabilitasi
dan rekonstruksi wilayah dan kehidupan masyarakat yang terdampak bencana
harus diintegrasikan dengan program dan kegiatan pembangunan yang sudah
ditetapkan oleh pemerintah daerah.
Kerusakan
Sumber
Kebutuhan Pembiayaan
Pemulihan atas 1.APBN
Rekonstruksi
Kerusakan dan 2.APBD
Kerugian 3.Donor
Kerugian 4.Masyarakat
Kebutuhan
Penilaian Risiko Pemulihan Jangka
Pengurangan Risiko
Pascabencana Panjang
Bencana
18
Gambar 4.2: Proses Penilaian Kebutuhan Pascabencana hingga Penyusunan Rencana Aksi.
1. Sektor Permukiman
Pemulihan sektor permukiman, meliputi subsektor perumahan dan prasarana
lingkungan, akan dilakukan pembangunan kembali/perbaikan rumahmelalui
pola pemberdayaan masyarakat dengan pemberian bantuan stimulan kepada
pemilik rumah sesuai dengan tingkat kerusakan rumahnya berdasarkan hasil
verifikasi kriteria kerusakan bangunan rumah berdasarkan ketentuan melalui
Surat Keputusan Bupati/Walikota.
2. Sektor Infrastruktur
Pemulihan sektor infrastruktur publik yang mendukung mobilitas masyarakat
dan perekonomian wilayah meliputi subsektor transportasi darat dan sumber
daya air.
3. Sektor Ekonomi Produktif
Pemulihan sektor ekonomi meliputi subsektor perdagangan, pariwisata,
UKM, industri kecil dan menengah.
4. Sektor Sosial
Pemulihan sektor sosial meliputi pemulihan kehidupan sosial masyarakat
pada sub sektor kesehatan, pendidikan dan agama.
5. Lintas Sektor
Pemulihan lintas sektor meliputi sub sektor pemerintahan, keamanan
ketertiban, perbankan, pengurangan risiko bencana, manajemen pengetahuan,
dan kelembagaan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Total
Perkiraan Perkiraan
Sektor / Sub Sektor Kabupaten Kerusakan Persentase
Kerusakan Kerugian
dan Kerugian
Permukiman
Perumahan
Infrastruktur
Transportasi, SDA,
Air dan Sanitasi
Ekonomi
Pertanian,
Peternakan,
Perdagangan,
Perikanan,
Pariwisata, Industri,
Koperasi&UKM
Sosial
Kesehatan,
Pendidikan, Agama,
Lembaga Sosial
Lintas Sektor
Pemerintahan,
Keamanan/Ketertib
an, Perbankan
JUMLAH
1. Sektor Permukiman
Permasalahan pokok dalam pemulihan perumahan dan permukiman korban
82
bencana adalah :
a. Hilangnya tempat tinggal yang tersebar dan bervariasi termasuk aset-aset
rumah tangga sehingga dapat menyebabkan munculnya bencana lain akibat
kondisi tempat pengungsian, seperti wabah penyakit dan permasalahan
kesehatan.
b. Rumah yang juga digunakan sebagai tempat usaha kecil/mikro, berakibat
pada hilang/rusaknya perlatan produksi.
Untuk itu, ditetapkan strategi pelaksanaan rehabilitasi dan rekosntruksi sektor
perumahan dan permukiman sebagai berikut:
a. Bantuan stimulan untuk rumah rusak berat dan rumah rusak sedang;
b. Pemberian bantuan stimulant berdasarkan hasil verifikasi penerima bantuan
perumahan, status kepemilikan lahan dan bangunan berdasarkan by name
by address yang akan dibentuk dalam kelompok;
c. Bantuan stimulan diperuntukan untuk membangun struktur rumah ramah
2. Sektor Infrastruktur
Strategi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi sektor infrastruktur meliputi:
a. Rehabilitasi dan rekonstruksi sektor infrastruktur dilaksanakan dalam
rangka mendukung terselenggaranya pemulihan perekonomian masyarakat;
b. Pembangunan kembali infrastruktur publik dengan memperhatikan
kebijakan sektor terkait dan rencana tata ruang wilayah kabupaten/Kota;
c. Memulihkan fungsi dan membangun kembali infrastruktur publik, yaitu
transportasi dan sumber daya air sesuai dengan kewenangannya;
d. Rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur mengacu pada standar teknis
terkait.
3. Sektor Ekonomi
Pada sektor ekonomi produktif, sub sektorperdaganganmerupakan yang paling
terdampak, strategi yang ditetapkan meliputi:
a. Mendorong dan mendukung rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana fisik
di bidang ekonomi;
b. Pemberian pendampingan dalam pemulihan usaha, termasuk pelatihan
kewirausahaan;
c. Berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait dalam menyiapkan
kebijakan/skema pemulihan dan pengembangan UMKM, perindustrian,
termasuk pemanfaatan dana APBN atau sumber lain.
d. Koordinasi dengan pihak swasta dalam dukungan pemanfaatan corporate
social responsibility (CSR).
4. Sektor Sosial
Strategi yang ditetapkan untuk mencapai sasaran penyelenggaraan pelayanan
pendidikan, kesehatan dan peribadatan dalam rehabilitasi dan rekonstruksi di
sektor sosial meliputi:
a. Pemulihan layanan pendidikan melalui rehabilitasi sarana dan prasarana
pendidikan milik pemerintah (misalnya fasilitas PAUD, TK, SD, SMP, dan
SMU), pemberian bantuan peralatan sekolah dan inisiasi sekolah siaga
bencana;
5. Lintas Sektor
Strategi untuk mencapai sasaran penyelenggaraan pelayanan lintas sektor
meliputi:
a. Pemulihan kembali fungsi layanan publik dan sarana prasarana
pemerintahan;
b. Fasilitasi kemudahan dalam proses pengurusan surat berharga dan
administrasi kependudukan;
c. Sosialisasi danpelatihan pengurangan risiko bencana dalam rangka
meningkatkan pemahaman dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap
bencana;
d. Penggalian dan pendokumentasian pembelajaran pelaksanaan rehabilitasi
dan rekonstruksi berbasis manajemen pengetahuan (knowledge
management), untuk memastikan bencana yang terjadi menjadi
pembelajaran pada proses penanganan bencana di masa yang akan datang.
4.5 Skema Pendanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Skema pendanaan
4.5 Skema Pendanaan bersumber
Rehabilitasi dari APBD Kabupaten, APBD
dan Rekonstruksi
Skema pendanaan
Provinsi, bersumber dari
APBN, Masyarakat, APBD
Swasta Kabupaten,
(CSR) maupunAPBD Provinsi,
bantuan luar
APBN, Masyarakat, Swasta (CSR) maupun bantuan luar negeri.
negeri.
Tahun
TahunTahun
Tahun Tahun
Tahun Tahun
Tahun
No NoKegiatan
Kegiatan
12 12 Q1 Q1Q2 Q2Q3 Q3Q4 Q4Q1 Q1Q2 Q2Q3 Q3Q4 Q4Q1 Q1Q2 Q2Q3 Q3Q4 Q4
Persiapan
Persiapan
1 1 Penanganan
Penanganan
Darurat
Darurat
2 2 Inventarisasi
Inventarisasi
Kerusakan
Kerusakan
3 3 Pelaksanaan
Pelaksanaan
JituJitu
Pasna
Pasna
4 4 Penyusunan
Penyusunan
Renaksi
Renaksi
5 5 Masa
Masa
Transisi
Transisi
(Pemulihan
(Pemulihan
Dini)
Dini)
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Rehabilitisasi
Rehabilitisasi
dandan
Rekonstruksi
Rekonstruksi
1 1 Sektor
Sektor
Permukiman
Permukiman
2 2 Sektor
Sektor
Infrastruktur
Infrastruktur
3 3 Sektor
Sektor
Ekonomi
Ekonomi
Produktif
Produktif
4 4 Sektor
Sektor
Sosial
Sosial
5 5 Lintas
Lintas
Sektor
Sektor
8888
68 MODUL PENGKAJIAN KEBUTUHAN BENCANA (JITU PASNA)
- Pemerintahan
- Pengarusutamaan
PRB
- Manajemen
Pengetahuan dan
Monev
- Kelembagaan RR
89
MODUL PENGKAJIAN KEBUTUHAN BENCANA (JITU PASNA) 69
PENYELENGGARAAN REHABILITASI DAN
BAB V REKONSTRUKSI PASCABENCANA
Gambar
Gambar 5.1:5.1: Kedudukan
Kedudukan Rencana
Rencana Aksi Rehabilitasi
Rehabilitasi dan Rekonstruksi
dan Rekonstruksi Dalam Dalam
Sistem
Perencanaan
Sistem Pembangunan
Perencanaan (Sumber:
Pembangunan Bappenas
(Sumber: 2013).
Bappenas 2013).
Keterangan:
Keterangan:
Renstra
RenstraKL : Rencana Strategis Kementerian/Lembaga
: Rencana Strategis Kementerian/Lembaga
KL KL : Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
Renja
Renja KL : Rencana
RKA-KL : Rencana Kerja
Kerja Kementerian/Lembaga
dan Anggaran Kementerian/Lembaga
RKA-KL : Rencana
RKA-SKPD : Rencana Kerja
Kerja dan
dan Anggaran
Anggaran Kementerian/Lembaga
Satuan Kerja Perangkat Daerah
RKA-
RAPBN : Rencana Anggaran Pendapatan
: Rencana Kerja dan Anggaran dan Belanja
Satuan KerjaNegara
Perangkat Daerah
SKPD
RAPBD : Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
RAPBN : Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
RAPBD : Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Pendek
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJP
RRRN : Rencana
: Rencana Pembangunan
Rehabilitasi Jangka Pendek
dan Rekonstruksi Nasional
RRRD : Rencana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Daerah
RKP : Rencana Kerja Pemerintah
MODUL PENGKAJIAN KEBUTUHAN BENCANA (JITU PASNA) 71
BADAN
PENANGGULANGAN
BENCANA
ACEH