Anda di halaman 1dari 7

L. A. Setyoningsih et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 3 No.

1, Juni 2018 13 - 19

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI ARANG AKTIF KULIT SINGKONG


MENGGUNAKAN AKTIVATOR ZnCl2

Luki Aprilliya Setiyoningsih, Dwi Indarti*, Tri Mulyono


Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Jember
*email: indartidwi.fmipa@unej.ac.id,

Received 16 April 2018


Accepted 28 Mei 2018

Abstrak
Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui karakteristik arang hasil sintesis dan mengetahui
pengaruh variasi kerapatan sistem yang digunakan. Arang aktif dibuat melalui beberapa
tahapan yaitu, dehidrasi, karbonisasi dan aktivasi. Penggunaan alat modifikasi pada tahap
karbonisasi akan menghasilkan arang aktif yang berbeda. Proses aktivasi yang digunakan
adalah aktivasi secara kimia dengan merendam arang dalam larutan aktivator ZnCl 2. Masa
arang yang digunakan adalah 1:1 dengan menggunakan perbandingan masa arang : masa
aktivator. Perbandingan masa yang digunakan tersebut menghasilkan kerapatan sistem yang
meningkat yaitu 2, 4, 6, 8, dan 10%. Waktu aktivasi yang digunakan sesuai dengan
penelitian sebelumnya adalah 8 jam. Arang aktif yang diperoleh memiliki karakteristik:
berkadar air 3,67%, berkadar abu 13,5%, dan bermassa jenis 0,31/mL. Arang aktif ini
memiliki daya serap terhadap senyawa iod sebesar 277 mg/g.

Kata kunci: arang aktif, alat modifikasi, aktivasi kimia

Abstract
The objective of the study are to determine the characteristics of charcoal from the
manufacture using a modification tool, and to determine the effect of system density
variation. Activated charcoal is made through several stages namely, dehydration,
carbonization and activation. The use of the modifikation at the carbonization stage will
result in different activated charcoal. The activation proses used in chemical activation by
immersing the charcoal in a ZnCl2 activator solution. The charcoal massa period used is 1:1
with the charcoal massa : the activator period. Comparison of the massa used to produce
increased system density of 2, 4. 6, 8, and 10%. The activation time used in accordance with
the previous study was 8 hours. The active charcoal made using the modified means is
obtained for the optimum 2% effect of system density at 8 hours of activation time. The
active charcoal has characteristics: water content of 3.67%, ash content of 13.5%, and
density of 0.31/mL. This activated charcoal has an adsorption capacity of 277 mg/g of iodine
compound.

Keyword:activated charcoal,modifiers, chemical activation

Pendahuluan selulosa nonreduksi, dan serat kasar. Kulit


Kulit singkong memiliki usur karbon singkong tersebut juga memiliki banyak
cukup banyak yaitu sebesar 59,31% serta gugus fungsi –OH, -NH2, -SH, dan –CN
kemampuan untuk mengadsorpsi ion yang dapat digunakan sebagai ligan untuk
logam karena mengandung protein, mengikat ion logam (Sadewo,

Online ISSN: 2528-0422 13


L. A. Setyoningsih et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 3 No. 1, Juni 2018 13 - 19

2010).Kandungan yang dimiliki kulit Sangodoyin (2013) dengan perbandingan


singkong tersebut dapat digunakan sebagai masa 1:1 yang paling optimal adalah 8 jam.
bahan untuk pembuatan arang aktif. Perbandingan masa yang digunakan
Pembuatan arang aktif dapat dibuat tersebut akan diperoleh arang aktif yang
dengan beberapa tahapan. Tahap pertama memiliki struktur pori terbesar, sehingga
adalah dehidrasi, tahap kedua adalah didapat luas permukaan arang aktif yang
karbonisasi dan tahap ketiga yaitu aktivasi. luas dengan menggunakan perbandngan
Tahap karbonisasi dilakukan dengan masa 1:1. Karakteristik terbaik juga
menggunakan furnace akan menghasilkan didapat juga dengan menggunakan
arang, sehingga pada penelitian kali ini perbandingan masa 1:1 sesuai dengan
akan digunakan alat modifikasi yang penelitian yang telah dilakukan.
dibuat sedemikian rupa. Alat modifikasi Perbandingan masa trsebut akan divariasi
ini akan menghasilkan arang dengan dengan kerapatan sistem yang berbeda.
rendemen yang cukup besar (Warman,
2005). Ukuran arang hasil karbonisasi Metode Penelitian
yang digunakan berkisar 100 mesh. Tahap Alat dan bahan
terakhir adalah tahap aktivaasi. Tahap Alat yang digunakan adalah oven, botol
aktivasi memiliki 2 metode yang bisa semprot plastik, alat pemanas modifikasi,
digunakan, yaitu tahap aktivasi fisika yang beaker glass 150 mL, beaker glass 250
menggunakan bahan aktivator dari gas mL, labu ukur, erlemeyer, ball pipet,
CO2 pada temperature tinggi antara 800 0- termokopel, timbangan, spatula, batang
12000C. Metode kedua adalah aktivasi pengaduk, ayakan 70 dan 100 mesh,
kimia yang merupakan proses perendaman mortal, stamper, corong, cawan porselin,
terlebih dahulu bahan baku pada activating pH universal, buret, statif, neraca analitik,
agent (Hendra, 2008). Aktivasi secara furnace, magnetic stirrer dan desikator.
kimia dippilih karena mudah dlakukan dan Bahan yang digunakan adalah limbah
tidak memerlukan suhu terlalu tinggi kulit singkong industri rumahan Jember,
dibandingkan dengan menggunakan tekhin Jawa Timur. Bahan kimia lainnya seperti
akivasi secara fisika. Proses aktivasi kimia ZnCl2.2H2O (RdH), Akuades, kertas
memerlukan aktivator untuk mengubah saring, larutan Iodine (Merck), Amilum
arang menjadi arang aktif. Aktivator yang (Merck) dan larutan Na2SO3.5H2O (SAP
dapat digunakan adalah NaOH, KOH, CHEMICALS).
NaCl, H2SO4, HNO3, ZnCl2 serta Na2CO3
(Kienle, 1986). Aktivator ZnCl2 Prosedur Penelitian Pembuatan arang
menghasilkan mikropori maksimal aktif
dibandingkan dengan aktivator H3PO4 dan Sebanyak 2 kg limbah kulit singkong
KOH, sehingga ZnCl2 dapat digunakan dibersihkan dan dicuci dengan air
sebagai zat aktivator pada pembuatan mengalir hingga bersih kemudian
arang aktif (Esterlita dan Herlina, 2015). dipotong dan dikeringkan menggunakan
Arang kulit singkong yang akan diaktifasi oven pada suhu 150 0C selama 24 jam.
menggunakan ZnCl2 akan menghasilkan Kulit singkong yang telah bersih dan
arang aktif yang baik pada rasio yang tepat. kering dikarbonisasi menggunakan alat
Pemilihan rasio sesuai dengan penelitian modifikasi pada suhu ± 420 0C selama 90
sebelumnya (Omotosho dan Sangodoying, menit. Alat modifikasi yang ditunjukkan
2013) yaitu 1:1. pada Gambar 1. Terdiri dari silindir baja
Hasil aktivasi arang dengan ZnCl2 pada dengan tutup bagian atas terdapat lubang
perbandingan masa 1:1 menghasilkan kecil, serta penggunaan termokopel pada
kadar air 2,71%, kadar abu 2, 47% serta penentuan suhu karbonisasinya.
densitas 0,415 g/mL. Waktu aktivasi yang Serbuk halus yang digunakan yang
telah dilakukan oleh Omotosho dan berukuran antara 70-100 mesh. Serbuk

Online ISSN: 2528-0422 14


L. A. Setyoningsih et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 3 No. 1, Juni 2018 13 - 19

arang kulit singkong direndam dalam


larutan aktivator ZnCl2 dengan Kadar air
menggunakan variasi masa aktivator Kadar air dari arang aktif kulit singkong
1,2,3,4,5 g yang dilarutkan masing-masing dapat ditentukan dengan pengeringan
menggunakan aquades hingga 100 mL menggunakan oven. Prosedur perhitungan
dengan waktu aktivasi 8 jam sesuai dengan kadar air arang aktif kulit singkong
penelitian sebelumnya. Filtrat dipisahkan menggunakan standar SNI No. 06-3730-
dengan residu menggunakan kertas saring. 1995 sesuai persamaan 2.
Netralisasi residu menggunakan aquadest
hingga pH arang aktif berada pada kisaran s - p (g)
Kadar air (%) = x 100% (2)
6,5-7. Arang aktif yang dihasilkan s (g)
kemudian dikeringkan menggunakan oven
pada suhu 105 0C selama 24 jam dan dengan berat awal sampel (s) dan berat
dihasilkan serbuk arang aktif yang siap akhir sampel yang telah dikeringkan (p).
dikarakteristik.
Kadar abu
Arang aktif sebanyak ± 0,1 gram
ditimbang dalam cawan porselin yang
sebelumnya telah diketahui masanya dan
dikeringkan hingga didapat angka konstan.
Perhitungan kadar abu total karbon aktif
menggunakan standar SNI No. 06-3730-
1995 sesuai persamaan 3.
berat abu (g)
Gambar 1. Desain Alat Moodifikasi Kadar abu (%) = x100%. .(3)
berat contoh (g)
Keterangan:
A : Penutup Lubang Densitas
B : Beban Penutup Arang aktif kulit singkong yang telah
C : Tutup Silinder Baja dibuat, ditentukan densitasnya. Cara
D : Pegangan Pembuka pengujiannya yaitu dengan menimbang
E : Silinder Baja dan mengukur volume dalam keadaan
F : Termokopel kering tanpa udara. Berat jenis atau
kerapatan dapat dihitung menggunakan
Karakteristik arang aktif standar SNI No. 06-3730-1995 sesuai
Uji iod persamaan 3.
Uji iod dilakukan untuk mengetahui
luas permukaan aktif dari arang aktif berat arang aktif (g)
Densitas (g/mL) = Volume (mL)
.. (4)
berdasarkan daya serap terhadap iodin
dalam larutan. Daya serap terhadap iodium
(Iserap) ditentukan sesuai persamaan 1. Hasil dan Pembahasan
Pengaruh kerapatan sistem terhadap
(b  a) kadar air arang aktif
{H- }  BE I  N
Ni
𝐼𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 = (1) Proses aktivasi pada pembuatan arang
𝑊
aktif bertujuan untuk membuka atau
memperluas pori dari arang yang
Dengan volume filtrat (H), volume titran tertutup.Perbandingan rasio antara masa
(b), normalitas Na2S2O3 (a), normalitas I2 arang: masa aktivator tersebut memiliki
(Ni), normalitas Na2S2O3 (0,1 mgrek/mL ) kerapatan sistem yang meningkat secara
(N) dan BE I= 126,9 mg/mgrek berturut-turut 2, 4, 6, 8 dan 10% yang pada
proses aktivasi akan mempengaruhi hasil

Online ISSN: 2528-0422 15


L. A. Setyoningsih et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 3 No. 1, Juni 2018 13 - 19

karakterisasi padawaktu aktivasi yang berturut-turut adalah 3,67%; 2,09%;


digunakan dalam penelitian kali ini adalah 1,78%; 1,39%; dan 0,68%. Penurunan
8 jam sesuai dengan penelitian secara umum yang diperoleh dari nilai
sebelumnya. kadar air yang dilihat dari setiap
Data karakteristik kadar air dapat dilihat peningkatan kerapatan sistem membuat
pada Gambar 2 (a), hasil kadar air dari kiri arang aktif menjadi lebih baik
ke kanan menunjukkan meningkatnya dibandingkan dengan arang tanpa aktivasi
kerapatan sistem terhadap kadar air. Hasil dengan nilai kadar air yang lebih rendah.
kadar air yang diperoleh arang tanpa Nilai kadar air terbaik diperoleh pada
aktivasi dengan arang yang telah diaktivasi kerapatan sitem 10%, namun jika
menggunakan ZnCl2 memiliki nilai kadar dibandingkan dengan nilai karakteristik
air cenderung lebih tinggi dibandingkan yang lainnya nilai kadar air terbaik pada
dengan arang hasil aktivasi yaitu 3,50%. kerapatan sistem 2%. Hal tersebut dilihat
Tingginya nilai kadar air yang didapat dari karakteristik satu dengan yang lain
untuk arang tanpa aktivasi menunjukkan yang optimun adalah niali kadar air pada
bahwa sifat dari arang tersebut meningkat, kerapatan sistem 2%, serta nilai kadar air
yaitu sifat higroskopis dalam penyerapan tersebut masih sesuai dengan SNI dari
air dari udara. Nilai kadar air yang arang aktif.
diperoleh dari waktu aktivasi 8 jam secara

16 14
13.5 13.2 13.1 0.4 0.34
14 12.6 12.7 0.33 0.32 0.32
0.4 0.31
0.29
Kadar Abu (%)

12
Densitas (g/mL)

0.3
10 0.3
8 0.2
6 0.2
4 0.1
2 0.1
0 0.0
1:0 2% 4% 6% 8% 10% 1:0 2% 4% 6% 8% 10%
Kerapatan Sistem (%) Kerapatan Sistem

4 3.5 3.67
300 277
Daya Serap Iod (mg/g)

3.5 253
240
250
Kadar Air (%)

3 216
2.5 2.09 200 164
2 1.78
1.39 150
1.5 88
100
1 0.68
0.5 50
0 0
1:0 2% 4% 6% 8% 10% 1:0 2% 4% 6% 8% 10%
Kerapatan Sistem Kerapatan Sistem (%)

Gambar 2. Data Karakteristik Arang Aktif (a.) Kadar Air, (b.) Daya Serap Iod, (c.) Kadar Abu, (d.)
Densitas.

Pengaruh Kerapatan Sistem Terhadap abu rata-rata untuk arang tanpa aktivasi
Kadar Abu Arang Aktif yaitu sebesar 12,5 %. Peningkatan
Peningkatan nilai kadar abu terlihat dari kerapatan sistem tidak mempengaruhi nilai
perbandingan arang tanpa aktivasi dengan kadar abu secara signifikan dari data yang
arang aktivasi(Gambar 2 (c)). Nilai kadar dihasilkan pada penelitian kali. Nilai kadar

Online ISSN: 2528-0422 16


L. A. Setyoningsih et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 3 No. 1, Juni 2018 13 - 19

abu yang diperoleh dari waktu aktivasi 8 6% mengalami kenaikan sedangkan dari
jam secara berturut-turut adalah 13,5%; 6% sampai 10% mengalami penurunan.
14,0%; 13,2%; 13,1%; dan 12,7%. Nilai Penurunan nilai densitas tersebut
kadar abu yang tinggi terjadi pada diperkirakan karena kerapatan sistem yang
kerapatan sistem 2% - 4% diperkirakan meningkat, yaitu kerapatan sistem yang
karena aktivator ZnCl2 belum mampu meningkat seiring dengan meningkatkan
melarutkan mineral yang ada di dalam mineral pada arang aktif. Hal ini akan
arang, sehingga mineral-mineral sisa menurunkan nilai densitas. Nilai densitas
aktivasi masih blum hilang. Kerapatan optimum pada waktu aktivasi 8 jam secara
sistem 4% - 10% mengalami penurunan berturut-turut adalah 0,31 g/mL; 0,33
nilai kadar abu, dikarenakan aktivator g/mL; 0,35 g/mL; 0,32 g/mL; dan 0,32
ZnCl2 telah mampu melarutkan mineral- g/mL. Nilai densitas sesuai dengan
mineral dari arang. Mekanisme aktivator karakteristik kadar abu yang diperoleh
ZnCl2 yang merupakan larutan bersifat pada penelitian kali ini. Data nilai kadar
garam asam akan melarutkan mineral pada abu yang cenderung datar pada kerapatan
arang hasil karbonisasi dengan sistem yang meningkat, berbanding lurus
mendegradasi selulosa didalamnya. dengan nilai densitas yang juga datar
Aktivator ZnCl2 menghidrasi dan seiring meningkatnya rasio perbandingan
menghasilkan struktur aromatik sehingga dengan kerapatan sistem yang meningkat
akan membentuk pori dari proses tersebut pula.
(Caturla dkk, 1991). Proses aktivasi Nilai densitas yang dihasilkan pada
menggunakan suhu ruang yang penelitian kali ini sesuai dengan SNI dari
mengakibatkan mekanisme aktivator arang aktif. Nilai densitas pada kerapatan
untuk membentuk pori dimungkinkan sistem 2% menghasilkan nilai yang paling
terhambat, karena aktivator belum mampu optimum jika melihat dari karakteristik
menarik mineral-mineral dalam arang yang lain. Sehingga penentuan optimun
hasil karbonisasi dan bahkan aktivator kerapatan sistem disi yaitu pada kerapatan
akan masuk dan menyumbat pori arang. sistem 2%, serta diinjau dari nilai daya
Nilai kadar abu terbaik dari data yang serap iod yang dhasilkan pada kerapatan
diperoleh yaitu pada kerapatan sistem sistem tersebut yang paling optimum.
10%. Nilai tersebut juga belum sesuai
dengan SNI dari arang aktif, sehingga Pengaruh Kerapatan Sistem Terhadap
didapat nilai optimum untuk kadar abu Daya Serap Iod Arang Aktif
adalah pada kerapatan sistem 2% dilihat Nilai daya serap iod yang terlihat secara
dari setiap karakteristik lainnya. umum pada Gambar 2 (b), mengalami
penurunan seiring meningkatnya
Pengaruh Kerapatan Sistem Terhadap kerapatan sitem dalam larutan dan dapat
Densitas Arang Aktif terlihat pada nilai rata-rata yang
Densitas atau berat jenis merupakan dihasilkan. Hasil yang didapat untuk tiap
karakteristik yang menunjukkan kerapatan sistem secara berturut-turut
perkembangan pori-pori dari arang aktif yaitu pada waktu aktivasi 8 jam 277 mg/g;
yang dapat dilihat dari meningkatnya 240 mg/g; 216 mg/g; 164 mg/g; dan 88
volume dari arang aktif itu sendiri. Arang mg/g. Pengaruh kerapatan sistem terlihat
tanpa aktivasi yang ditunjukkan oleh pada arang tanpa aktivasi yaitu dengan
perbandingan 1:0 pada Gambar 2 (d), perbandingan 1:0 dengan rata-rata nilai
memiliki nilai densitas rata-rata 0,29 daya serap iod adalah 256 mg/g.
g/mL. Densitas mengalami peningkatan Peningkatan nilai daya serap iod terjadi
seiring dengan peningkatan kerapatan antara arang tanpa aktiavsi dengan arang
sistem dalam larutan. Secara umum untuk yang teraktivasi. Peningkatan kerapatan
densitas pada kerapatan sistem 2% hingga sistem mengakibatkan pori-pori arang

Online ISSN: 2528-0422 17


L. A. Setyoningsih et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 3 No. 1, Juni 2018 13 - 19

aktif yang terbentuk semakin banyak yang paling optimum. Kadar abu yang
dibanding dengan tanpa aktivasi, sehingga didapat juga menunjukkan bahwa pada
daya serap terhadap iodinnya juga ikut kerapatan sistem 2% lebih rendah
meningkat. Pembentukan pori yang dibandingkan dengan nilai kadar abu pada
dihasilkan diperkirakan terdapat pada kerapatan sistem 4%. Nilai yang didapat
ukuran mesopori sampai macropori, untuk kadar air dan densitas pada
sedangkan penentuan daya serap iod dapat kerapatan sitem 2% berbanding terbalik
terserap pada ukuran pori mikropori dan dengan nilai pada karakteristik
akan menghasilkan nilai daya serap iod sebelumnya. Hal tersebut terjadi karena
yang menurun. Kenaikan kerapatan sistem perlakuan yang diperoleh pada saat proses
memberikan hasil yang kurang bagus pada pembuatan arang aktif, sehingga didapat
parameter daya serap terhadap iod. hasil yang kurang sesuai anatar
Nilai daya serap iod belum sesuai karakteristik satu dengan yang lainnya.
dengan nilai kadar air yang diperoleh pada
penelitian kali ini. Semakin tinggi Kesimpulan
kerapatan sistem pada proses aktivasi, Arang aktif yang dibuat menggunakan alat
akan meningkatkan konsentrasi sistem dan modifikasi didapat hasil untuk pengaruh
menurunkan nilai kadar air serta kerapatan sistem 2% yang paling optimal
meningkatkan nilai daya serap iodnya. pada waktu aktivasi 8 jam Arang aktif
Semakin tinggi kerapatan sistem dari yang diperoleh memiliki karakteristik :
larutan pada proses aktivasi, akan berkadar air 3,67%, berkadar abu 13,5%,
meningkatkan konsentrasinya dan dan bermassa jenis 0,31/mL. Arang aktif
meningkatkan nilai kadar abu serta ini memiliki daya serap terhadap senyawa
menurunkan nilai daya serap iodnya. iod sebesar 277 mmg/g.
Data yang dihasilkan dari penelitian
kali ini dimana tiap kenaikan kerapatan Ucapan Terima Kasih
sistem akan memberikan nilai yang Penulis mengucapkan terimakasih
berbeda untuk tiap karakteristiknya. Data kepada Jun Rachmasari yang telah
untuk nilai daya serap iod yang didapat, membantu memberikan saran dan
kerapatan sitem 2% menghasilkan nilai masukan dalam pelaksaan penelitian di
tertinggi. Kemampuan penyerapan arang Laboratorium Kimia Fisika Jurusan Kimia
aktif yang dilihat dari nilai daya serap yang FMIPA Universitas Jember
didapat menunjukkan bahwa kerapatan
sistem 2% merupakan kerapatan sistem

Daftar Pustaka
Anonim. 1995.Arang Aktif Teknis SNI 06- Hendra, R. 2008. Pembuatan Arang Aktif.
3730-1995. Jakarta: Badan Diktat. Jakarta: FT UI.
Standardisasi Nasional. Kienle, H.V. 1986. Ulman’s Encyclopedia
Caturla, F., M. Molina-Sabio, dan F. of Industrial Chemistry 5th Completely
Rodriguez-Reinoso. 1991. Resived Edition. Weinheim:VCH.
Preparation of Activated Carbon By Omotosho, O.A dan A.Y. Sangodoyin.
Chemical Activation With ZnCl 2. 2013. Production And Utilization Of
Carbon, 29, p. 999-1007. Cassava Peel Activated Carbon In
Esterlita, M. E dan N. Herlina. 2015. TreatmentOf Effluent From Cassava
Pengaruh Penambahan Aktifator Processing Industry. Jurnal Water
ZnCl2, KOH, dan H3PO4 dalam Practice & Technology, 8, p. 215-224.
Pembuatan Karbon Aktif dari Pelepah
Aren (Arenga Pinnata).Jurnal Teknik
Kimia USU, 4, 47-52.

Online ISSN: 2528-0422 18


L. A. Setyoningsih et al. Jurnal Kimia Riset, Volume 3 No. 1, Juni 2018 13 - 19

Sadewo, S. E. 2010. Studi Kemampuan Warman, A. 2005. Analisis Pengaruh


Adsorpsi Biomassa Kulit Singkong Impregnasi Silika (SiO2) Terhadap
(Manihot esculata Crantz) Terhadap Nila Kalor Bakar dan Kuat Tekan
Ion Logam Pb(II), Cd(II), dan Cu(II). Briket Arang Tempurung Kelapa.
Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Tesis. Medan: Universitas Sumatera
Lampung. Utara.

Online ISSN: 2528-0422 19

Anda mungkin juga menyukai