Anda di halaman 1dari 18

Akuntansi Dasar 2 - Modul

BAB 4 Persediaan – (inventory)


Tujuan Pengajaran:
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Menjelaskan pengertian persediaan
2. Menjelaskan sistem akuntansi dalam persediaan
3. Menjelaskan bagaimana persediaan dinilai
4. Menghitung nilai persediaan akhir sistem periodik dan sistem perpetual dengan
metode FIFO, LIFO dan rata-rata (average)
5. Menjelaskan perhitungan harga pokok penjualan dan laba kotor

PENGERTIAN PERSEDIAAN

Persediaan barang dagangan (merchandise inventory) merupakan barang-barang


yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali dalam kegiatan operasional normal
perusahaan. Persediaan pada perusahaan pabrikan terdiri dari persediaan bahan
baku, persediaan dalam proses dan persediaan barang jadi.

Dasar-dasar Persediaan
- Neraca dalam perusahaan manufaktur dan dagang menggambarkan
persediaan merupakan aktiva lancar yang jumlahnya sangat besar.
- Laporan rugi laba, persediaan merupakan hal yang sangat menentukan
keuntungan atau hasil usaha.
- Pendapatan kotor, (penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan)
diawasi oleh manajemen perusahaan, pemilik maupun pihak-pihak lain.

Karakteristik Persediaan Barang Dagangan


1. Persediaan Barang Dagangan dimiliki oleh perusahaan
2. Dalam bentuk siap untuk dijual

Pengelompokan Persediaan dalam Lingkungan Pabrikan (manufacturing)


1. Persediaan pabrikan mungkin bukan merupakan persediaan yang siap dijual
2. Diklasifikasikan dalam tiga kategori:
a. barang jadi, siap dijual kepada konsumen

BAB 4 Persediaan (inventory) 48


Akuntansi Dasar 2 - Modul

b. sedang dalam proses produksi, beberapa tahap produksi (belum


selesai)
c. bahan baku atau mentah, komponen atau bahan yang siap untuk
digunakan dalam proses produksi

Penentuan Kuantitas Persediaan


Dalam mempersiapkan laporan keuangan perlu ditentukan:
1. Jumlah unit dalam persediaan dengan cara menghitung, menimbang atau
mengukur jumlah barang persediaan secara fisik yang ada di perusahaan.
2. Kepemilikan barang.

Pengelolaan Fisik Persediaan


Prinsip-prinsip pengendalian intern untuk persediaan meliputi:
1. Pemisahan tugas, penghitungan persediaan dilakukan oleh karyawan yang
bukan bertugas mengawasi persediaan.
2. Penyelenggaraan pertanggungjawaban, masing-masing bagian dalam
pengelolaan persediaan wajib menggunakan otorisasi yang otentik.
3. Verifikasi intern yang independen, penghitungan ulang persediaan oleh
petugas yang lain dan dilakukan penandaan terhadap item barang persediaan.
Penandaan hanya dilakukan sekali.
4. Prosedur pendokumentasian, menggunakan penandaan barang dengan
dokumen yang sudah dinomori sebelumnya (prenumbered)

Kepemilikan Persediaan dalam Perjalanan


1. Persediaan barang dalam perjalanan, meliputi pihak yang berhak menerima
persediaan.
2. FOB (Free on Board), shipping point. Kepemilikan barang menjadi milik
pembeli pada saat diserahkan penjual kepada penyelenggara transportasi atau
pihak perusahaan pengirim barang yang independen.
3. FOB (Free on Board) destination point. Kepemilikan barang masih berada
di penjual sampai barang tersebut diterima oleh pembeli.

BAB 4 Persediaan (inventory) 49


Akuntansi Dasar 2 - Modul

GAMBAR 4.1 - Syarat Penjualan

Barang Konsinyasi
Konsinyasi: Pemegang atau penjual barang (consignee) bukan merupakan pemilik barang.
Karakteristiknya:
1. Kepemilikan tetap berada ditangan pemilik barang (consignor) sampai barang tersebut
terjual.
2. Barang konsinyasi merupakan persediaan barang dagangan milik consignor, bukan
persediaan milik consignee.

Sistem Akuntansi Persediaan


1. Periodik (periodic inventory system) / Fisik
Sistem persediaan fisik atau periodik adalah sistem dimana harga pokok penjualan dihitung
secara periodik dengan mengandalkan semata-mata pada perhitungan fisik tanpa
menyelenggarakan catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang ada ditangan. Sistem
fisik digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas persediaan barang dan dilakukan pada
akhir periode akuntansi. Cara perhitungan harga pokok penjualan dilakukan seperti
berikut ini:

Persediaan barang dagang pada awal periode                         Rp. xxx


Pembelian                                Rp. xxx
Biaya angkut pembelian          Rp. xxx  +        
                                                             Rp. xxx
  Retur & pot. Pembelian         ( Rp. xxx )
            Pembelian bersih                                                                     Rp. xxx
            Barang tersedia untuk dijual                                                   Rp. xxx
            Persediaan akhir periode                                                        (Rp. xxx)
            Harga pokok penjualan                                                           Rp. xxx

Jadi Harga pokok penjualan =


Pers. Awal + Pembelian + Biaya angkut pembelian – retur & pot. Pembelian – persediaan akhir
Ciri-ciri sistem fisik atau periodik adalah sebagai berikut :

   Pemasukan dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan dalam  suatu
catatan tertentu.
   Pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian bukan persediaan barang.
   Perhitungan persediaan akhir sekaligus digunakan untuk perhitungan harga pokok penjualan
dengan menggunakan jurnal penyesuaian.

Sistem ini cukup sederhana dan mudah diterapkan, tetapi kurang baik untuk pengawasan
persediaan, karena kekurangan persediaan yang hilang tidak dapat dideteksi dan manajemen
tidak memiliki alat untuk mengetahui jumlah persediaan setiap saat.

Pada akhir periode akuntansi dengan menggunakan sistem pencatatan periodik harus melakukan
pengecekan fisik terhadap persediaan (stock opname of inventories) dengan cara mengukur dan
menghitung berapa jumlah barang yang ada di gudang. Sistem pencatatan ini pada akhir periode
dibutuhkan ayat jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Untuk persediaan awal :

Ikhtisar Rugi Laba (income summary) xxx


Persediaan (inventories) xxx
Untuk persediaan akhir :

Persediaan (inventories) xxx


Ikhtisar Rugi Laba (income summary) xxx

2. Perpetual (perpetual inventory system)


Sistem persediaan perpetual adalah suatu sistem yang menyelenggarakan pencatatan
terus-menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar harian.
Perkiraan persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan (kartu
persediaan). Kartu persediaan digunakan untuk mencatat transaksi setiap jenis
persediaan, memuat nama barang, tempat penyimpanan barang, kode barang dan
kolom-kolom yang dipakai untuk mencatat transaksi adalah tanggal, pembelian
(pemasukan), penjualan (pengeluaran) dan sisa atau saldo persediaan
Sistem pencatatan perpetual selalu membuat catatan setiap terjadinya mutasi persediaan
(pembelian, penjualan, ataupun retur).
Sistem perpetual memudahkan dalam penyusunan neraca dan laporan perhitungan laba rugi
karena penentuan persediaan akhir tidak perlu lagi menghitung fisiknya tetapi perhitungan
fisiknya tetap dilakukan untuk tujuan pengawasan terhadap persediaan barang.

Perbedaan pencatatan transaksi persediaan barang pada metode fisik dan perpetual secara rinci
pada tabel berikut:

Perbedaan Metode Phisik dan Perpetual


TRANSAKSI METODE PHISIK METODE PERPETUAL
Pembelian Pembelian Persediaan barang                          
          Utang Dagang/Kas          Utang dagang/Kas
Pembayaran BiayaBeban Angkut Pembelian Beban Angkut Pembelian
Angkut Pembelian          Kas          Kas
Penjualan Kas/Piutang Dagang Kas/Piutang Dagang
        Penjualan          Penjualan 
(Menurut harga Jual)
Harga Pokok Penjualan
         Persediaan barang dagang
(Menurut harga pokok)
Utang Dagang/Kas Utang dagang/Kas
       Retur Pembelian & PH          Persediaan barang dag
Retur Penjualan &Retur Penjualan & PH Retur Penjualan & PH
Potongan Harga        Kas/Piutang Dagang          Kas/Piutang 
(Menurut Harga jual)
Persediaan barang dagang
          HPP
(Menurut Harga Pokok/perolehan)
Pembayaran utang dalamUtang Dagang Utang Dagang
periode/masa potongan         Potongan Pembelian          Persediaan barang dagang
        Kas         Kas
Penerimaan piutangKas Kas
dalam periode / masaPotongan Penjualan  Potongan Penjualan 
potongan        Piutang Dagang        Piutang Dagang
Pembayaran biayaBeban angkut penjualan Beban angkut penjualan
angkut penjualan         Kas         Kas
Perhitungan HPP  Seperti yang dijelaskan di atas HPP akan dihitung berdasarkan
kartu persediaan barang
Penyesuaian PersediaanIktisar L/R Tidak perlu penyesuaian kecuali
akhir       Persediaan barang dag  jika terdapat koreksi yang perlu
Persediaan barang dag disesuaiakan
      Ikhtisar L/R

PENILAIAN PERSEDIAAN

A. Menurut system periodic terdapat beberapa cara,seperti berikut ini:


1.    Metode Identifikasi Khusus (Speciafic identification method)
Metode harga pokok yang didasarkan atas metode identifikasi khusus adalah suatu metode
penilaian harga yang didasarkan atas nilai perolehan dari barang yang sesungguhnya.
Penggunaan metode ini biasanya dipakai untuk barang yang tidak banyak unitnya
(kuantitasnya) dan harganya pun cukup mahal.
Metode identifikasi khusus lazimnya diaplikasikan untuk persediaan barang dagangan
yang memiliki ciri khusus atau unik dan lazimnya bernilai tinggi, misalnya barang antik,
barang-barang kerajinan yang merupakan hand made, perhiasan, baju atau gaun dengan
rancangan khusus, dan lain lain barang dagangan yang unik dan variatif yang dimiliki
perusahaan dagang. Dalam akuntansi biaya kita kenal metode biaya pesanan (job order
costing) untuk menghitung biaya pokok produk khusus sejenis ini.

Ilustrasi Metode Identifikasi Khusus


Agar lebih paham, langsung ke contoh saja. Berikut adalah data transaksi pada perusahaan
mobil antik yang sangat langka pada bulan Januari 2014:
Tanggal Keterangan
02 Membeli sebuah mobil A dengan nilai Rp 1.000.000.000,00
10 Membeli sebuah mobil B dengan nilai Rp 2.000.000.000,00
15 Membeli sebuah mobil C dengan nilai Rp 3.000.000.000,00
20 Membeli sebuah mobil D dengan nilai Rp 5.000.000.000,00
25 Menjual mobil A (Rp 1.500.000.000,00) dan mobil C (Rp 4.000.000.000,00)

Dari data diatas, yang terjual adalah mobil yang dibeli tanggal 2 dan 15 Januari. Jadi dengan
metode identifikasi khusus tidak terikat kapan persediaan diperoleh seperti metode FIFO dan
LIFO. Oleh karena itu, harga pokok penjualan perusahaan sebesar nilai perolehan mobil yang
terjual sebesar Rp 4.000.000.000,00 (Rp 1.000.000.000,00 + Rp 3.000.000.000,00).

Metode identifikasi juga berbeda dengan metode rata-rata tertimbang yang memiliki satu harga
untuk semua jenis produknya. Berdasarkan metode identifikasi khusus, persediaan dinilai sesuai
harga perolehan masing-masing. Jadi persediaan akhir perusahaan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Keterangan Nominal
Mobil B Rp 2.000.000.000,00
Mobil D Rp 5.000.000.000,00
Jumlah Rp 7.000.000.000,00

2 Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First In First Out)


Metode First In First Out (FIFO) adalah metode penilaian persediaan yang menganggap
barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar pertama kali pula.

Pada umumnya perusahaan menggunakan metode ini, sebab metode ini perhitungannya
sangat sederhana baik sistem fisik maupun sistem perpetual akan menghasilkan penilaian
persediaan yang sama.
Cara menghitung persediaan akhir adalah sebagai berikut :
Persediaan awal                      xxx
Pembelian                                xxx +
Tersedia untuk dijual              xxx
Penjualan                                 xxx –
Persediaan akhir                      xxx

Kesimpulan :
Persediaan akhir = Persediaan awal + Pembelian – Penjualan

Metode FIFO yang didasarkan atas sistem fisik, nilai persediaan akhir ditentukan dengan cara
saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang terakhir kali masuk, bila saldo
fisik ternyata lebih besar dari jumlah unit terakhir masuk maka sisanya diambilkan dari harga
pokok perunit yang masuk sebelumnya. Sedangkan pada sistem perpetual pencatatan persediaan
dilakukan secara terus menerus dalam kartu persediaan. Pada sistem ini apabila ada transaksi
penjualan maka akan dijurnal dua kali, pertama mencatat harga pokok penjualan dan yang kedua
mencatat harga pokok barang yang dijual, seperti berikut ini :
Kas/ Piutang Dagang              xxx
Penjualan                                 xxx
HPP                                         xxx
Persediaan barang                   xxx
Contoh Soal
Pembelian Jumlah Unit Harga Satuan Total Harga
Perolehan
2 Januari 3.000 Rp 20.000 Rp 60.000.000
15 Januari 5.000 Rp 21.000 Rp 105.000.000
31 Januari 3.000 Rp 22.000 Rp 66.000.000

Penjualan
20 Januari 3.000

FIFO – FISIK (PERIODIK)


Tanggal Faktur Jumlah Unit Harga Satuan
Total Harga
Perolehan
2 Januari 3.000 Rp 20.000 Rp 60.000.000
15 Januari 5.000 Rp 21.000 Rp 105.000.000
31 Januari 3.000 Rp 22.000 Rp 66.000.000
Total barang tersedia 11.000 Rp 231.000.000

Persediaan akhir, dalam unit 8.000 unit


Nilai persediaan akhir =
Rp 21.000 x 5.000 unit
Rp 22.000 x 3.000 unit Rp 171.000.000

Barang tersedia untuk dijual Rp 231.000.000


Dikurangi persediaan akhir (Rp 171.000.000)
Harga Pokok Penjualan Rp 60.000.000

3 Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last In First Out)


Metode Last In First Out (LIFO) adalah metode penilaian persediaan yang terakhir masuk
diasumsikan akan keluar atau dijual pertama kali. Metode ini memiliki konsep yang cukup
sederhana namun sulit dilaksanakan. Pengaruh penggunaan metode LIFO terhadap penentuan
laba bersih usaha, jika harga cenderung naik maka laba perusahaan terlalu kecil atau sebaliknya.
Metode LIFO secara sistem fisik ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga
pokok perunit barang yang masuk pada awal periode bila saldo fisik ternyata lebih besar dari
barang yang masuk pada awal periode maka diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk
berikutnya. Sedangkan dengan sistem perpetual, setiap kali ada transaksi baik pembelian maupun
penjualan dicatat dalam kartu persediaan.

Dalam metode ini, diasumsikan barang yang dibeli terakhir adalah barang yang dijual
pertama, sehingga persediaan yang tersisa di persediaan akhir adalah barang yang paling awal
diperoleh. Hal ini umumnya tidak mencerminkan penyajian yang andal dari arus aktual
persediaan. IAS 2 dan PSAK 14 melarang penggunaan metode LIFO.

Penggunaan LIFO dalam pelaporan keuangan seringkali disebabkan karena faktor pajak.
Dalam keadaan tren harga barang menunjukkan kenaikan, khususnya dalam inflasi, metode
LIFO umumnya menghasilkan harga pokok penjualan yang lebih tinggi dan laba netto yang lebih
rendah dibandingkan metode lainnya, sehingga beban pajak perusahaan juga lebih rendah.

International Accounting Standard Board (IASB) sebagai Dewan Penyusun Standard


Akuntansi Internasional memutuskan untuk menghilangkan metode LIFO karena metode
tersebut secara umum tidak mencerminkan penyajian yang andal dari arus aktual persediaan. Di
beberapa negara, penggunaan metode LIFO diperbolehkan untuk tujuan pajak hanya jika metode
tersebut juga digunakan untuk tujuan akuntansi, tetapi IASB berpendapat pertimbangan pajak
tidak menjadi dasar konseptual yang memadai untuk memilih perlakukan akuntansi yang sesuai,
sehingga tidak dapat diterima untuk memperbolehkan perlakuan akuntansi yang inferior semata-
mata karena peraturan perpajakan di negara-negara tertentu.
4 Metode rata-rata
a.             Rata-rata sederhana
Dalam metode ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah harga per unit setiap
kali pembelian dibagi dengan jumlah atau frekwensi pembeliaannya.
Biaya perunit                                         =        Total harga perunit pembelian
Frekuensi pembelian
Nilai persediaan akhir                     = Persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan              = unit yang dikeluarkan x biaya perunit

b.            Rata-rata tertimbang
Dalam metode ini harga per unit persediaan dihitung dengan cara: jumlah total nilai pembelian
dibagi dengan total unit yang dibeli.

Biaya perunit                    =         Jumlah harga perunit x banyaknya unit


Banyaknya Unit
Nilai persediaan akhir       = persediaan akhir x biaya perunit
Harga pokok penjualan     = unit yang dikeluarkan x biaya perunit

Contoh:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2011 mempunyai data tentang persediaan sebagai
berikut:
Jan. 1   Persediaan       1.000 unit @ Rp. 500/unit
Jan. 10 Pembelian           800 unit @ Rp. 550/unit
Jan. 18 Penjualan            900 unit
Jan. 20 Pembelian           700 unit @ Rp. 600/unit
Jan. 27 Penjualan            500 unit

Tentukan nilai persediaan tanggal 31 Januari 2011 apabila besarnya persediaan akhir adalah
1.100 unit. dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata sederhana, rata-rata tertimbang!
Jawab:

a.            FIFO
                  Jumlah persediaan 1.100 unit terdiri dari:
                  Pembelian tgl  20 Januari 2011 = 700 x Rp. 600              = Rp. 420.000
                  Pembelian tgl  10 Januari 2011 = 400 x Rp. 550              = Rp. 220.000
Jumlah                                  1.100                                Rp. 640.000

b.            LIFO
                  Jumlah persediaan 1.100 unit terdiri dari:
                  Persediaan tgl  1 Januari 2011  = 1.000 x Rp. 500           = Rp. 500.000
                  Pembelian tgl  10 Januari 2011 =    100 x Rp. 550           = Rp.   55.000
Jumlah                                  1.100                              Rp. 555.000

c.             Rata-Rata Sederhana
                  Jumlah persediaan 1.100 unit
                  Harga rata-rata per unit:
                  Rp. 500 + Rp. 550 + Rp. 600                  
                                                                        = Rp. 550
                                                   3
                  Jadi besarnya nilai/harga pokok persediaan akhir sebesar 1.100 unit adalah:
                  1.100 x Rp. 550    =  Rp. 605.000

         d.      Rata-Rata Tertimbang
                  Jumlah persediaan 1.100 unit
                  Harga rata-rata per unit:
                  (1.000 x Rp. 500) + (800 x Rp. 550) + (700 x Rp. 600)  
                                                                                                                                                          
                                        1000 + 800 + 700
                  = (Rp. 500.000 + Rp. 440.000 + Rp. 420.000) : 2.500  = Rp. 544

                  Jadi besarnya nilai/harga pokok persediaan akhir sebesar 1.100 unit adalah:
                  1.100 x Rp. 544    =  Rp. 598.400
B. Menurut system perpetual terdapat beberapa cara,seperti berikut ini:
1. FIFO (First in First Out), masuk pertama keluar pertama
2. LIFO (Last In First Out), masuk terakhir keluar pertama
3. Metode Rata-rata (average method)

Contoh Soal:

Tanggal Keterangan Kuantitas Harga


2 Jan Persediaan awal 200 unit Rp. 9.000
10 Maret Pembelian 300 unit Rp.10.000
5 April Penjualan 200 unit Rp.15.000
7 Mei Penjualan 100 unit Rp.15.000
21 Sept Pembelian 400 unit Rp.11.000
18 Nov Pembelian 100 unit Rp.12.000
20 Nov Penjualan 200 unit Rp.17.000
10 Des Penjualan 200 unit Rp.18.000

a) hitunglah nilai persediaan akhir (per 31 Desember 2001) sistem periodik


dan sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan rata-rata (average)!
b) Hitunglah harga pokok penjualan dan laba kotor!

Jawaban :

Persediaan Akhir
1. Sistem Periodik

Persediaan awal (2 Jan 2001) 200 unit


Pembelian 800 unit
Barang tersedia untuk dijual 1.000 unit
Penjualan 700 unit
Persediaan akhir (31 Des 2001) 300 unit

Barang tersedia untuk dijual:

Tanggal Keterangan Unit Harga/unit Total Harga


02/01 Persediaan awal 200 9.000 1.800.000
10/03 Pembelian 300 10.000 3.000.000
21/09 Pembelian 400 11.000 4.400.000
18/11 Pembelian 100 12.000 1.200.000
1.000 10.400.000

a) FIFO (masuk pertama keluar pertama)


Persediaan akhir
Tanggal Unit Harga/unit Total harga
(Rp)
21/09 200 Rp. 11.000 2.200.000
18/11 100 Rp. 12.000 1.200.000
Jumlah 300 3.400.000
b) LIFO (masuk terakhir keluar
pertama) Persediaan akhir

Tanggal Unit Harga/unit Total harga


(Rp)
02/01 200 Rp. 9.000 1.800.000
10/03 100 Rp. 10.000 1.000.000
Jumlah 300 2.800.000

c) Rata-rata (average)

Harga rata-rata per unit = Rp. 10.400.000 / 1.000 unit


= Rp. 10.400
Persediaan akhir = 300 unit x Rp. 10.400
= Rp. 3.120.000
2. Sistem Perpetual
a. FIFO (masuk pertama keluar pertama)
Tanggal Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan
unit Harga /unit Total unit Harga Total harga unit Harga Total
harga /unit /unit harga
02/01 - - - - - - 200 9.000 1.800.000
10/03 300 10.000 3.000.000 - - - 200 9.000 1.800.000
- - - - - - 300 10.000 3.000.000
05/04 - - - 200 9.000 1.800.000 300 10.000 3.000.000
07/05 - - - 100 10.000 1.000.000 200 10.000 2.000.000
21/09 400 11.000 4.400.000 - - - 200 10.000 2.000.000
18/11 100 12.000 1.200.000 - - - 200 10.000 2.000.000
- - - - - - 400 11.000 4.400.000
- - - - - - 100 12.000 1.200.000
20/11 - - - 200 10.000 2.000.000 400 11.000 4.400.000
- - - - - - 100 12.000 1.200.000
10/12 - - - 200 11.000 2.200.000 200 11.000 2.200.000
- - - - - 100 12.000 1.200.000
Total 800 - 8.600.000 700 - 7.000.000 300 - 3.400.000

BAB 4 Persediaan (inventory) 54


Akuntansi Dasar 2 - Modul

b. LIFO (masuk terakhir keluar pertama)

Tanggal Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan


unit Harga /unit Total unit Harga Total harga unit Harga Total
harga /unit /unit harga
02/01 - - - - - - 200 9.000 1.800.000
10/03 300 10.000 3.000.000 - - - 200 9.000 1.800.000
- - - - - - 300 10.000 3.000.000
05/04 - - - 200 10.000 2.000.000 200 9.000 1.800.000
- - - - - - 300 10.000 1.000.000
07/05 - - - 100 10.000 1.000.000 200 9.000 1.800.000
21/09 400 11.000 4.400.000 - - - 200 9.000 1.800.000
- - - - - - 400 11.000 4.400.000
18/11 100 12.000 1.200.000 - - - 200 9.000 1.800.000
- - - - - - 400 11.000 4.400.000
- - - - - - 100 12.000 1.200.000
20/11 - - - 100 11.000 1.100.000 200 9.000 1.800.000
- - - 100 12.000 1.200.000 300 11.000 3.300.000
10/12 - - - 200 11.000 2.200.000 200 9.000 1.800.000
- - - - - 100 11.000 1.100.000
Total 800 - 8.600.000 700 - 7.500.000 300 - 2.900.000

c. Rata-rata (average)

Tanggal Pembelian Harga Pokok Penjualan Persediaan


unit Harga /unit Total unit Harga Total harga unit Harga Total
harga /unit /unit harga
02/01 - - - - - - 200 9.000 1.800.000
10/03 300 10.000 3.000.000 - - - 500 9.600 4.800.000
05/04 - - - 200 9.600 1.920.000 300 9.600 2.880.000
07/05 - - - 100 9.600 1.960.000 200 9.600 1.920.000
21/09 400 11.000 4.400.000 - - - 600 10.530 6.320.000
18/11 100 12.000 1.200.000 - - - 700 10.740 7.520.000
20/11 - - - 200 10.740 2.148.000 500 10.740 5.372.000
10/12 - - - 200 10.740 2..148.000 300 10.740 3.224.000
Total 800 - 8.600.000 700 - 7.176.000 300 - 3.224.000

Harga Pokok Penjualan


1. Sistem Periodik

FIFO LIFO Rata-rata


Persediaan awal 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pembelian 8.600.000 8.600.000 8.600.000
Barang tersedia utk dijual 10.400.000 10.400.000 10.400.000
Persediaan akhir (3.400.000) (2.800.000) (3.120.000)
Harga Pokok penjualan 7.000.000 7.600.000 7.280.000

BAB 4 Persediaan (inventory) 55


Akuntansi Dasar 2 - Modul

2. Sistem Perpetual

FIFO LIFO Rata-rata


Persediaan awal 1.800.000 1.800.000 1.800.000
Pembelian 8.600.000 8.600.000 8.600.000
Barang tersedia utk dijual 10.400.000 10.400.000 10.400.000
Persediaan akhir (3.400.000) (2.900.000) (3.224.000)
Harga Pokok penjualan 7.000.000 7.500.000 7.176.000

Penjualan

Tanggal Unit Harga/unit Total harga


(Rp)
05/04 200 Rp. 15.000 3.000.000
07/05 100 Rp. 15.000 1.500.000
20/11 200 Rp. 17.000 3.400.000
10/12 200 Rp. 18.000 3.600.000
Total 700 - 11.500.000

Laba Kotor
1. Sistem Periodik

FIFO LIFO Rata-rata


Penjualan 11.500.000 11.500.000 11.500.000
Harga Pokok Penjualan (7.000.000) (7.600.000) (7.280.000)

Laba Kotor 4.500.000 3.900.000 4.220.000

2. Sistem Perpetual

FIFO LIFO Rata-rata


Penjualan 11.500.000 11.500.000 11.500.000
Harga Pokok Penjualan (7.000.000) (7.500.000) (7.176.000)

Laba Kotor 4.500.000 4.000.000 4.324.000


Jurnal
1. Periodik (FIFO)

Mencatat Pembelian:

Pembelian Rp. 8.600.000


Utang usaha/Kas Rp. 8.600.000

BAB 4 Persediaan (inventory) 56


Akuntansi Dasar 2 - Modul

Mencatat Penjualan:

Piutang Usaha/Kas Rp. 11.500.000


Penjualan Rp. 11.500.000

Penyesuaian untuk Persediaan:

Ikhtisar Rugi Laba Rp. 1.800.000


Persediaan Rp. 1.800.000

Persediaan Rp. 3.400.000


Ikhtisar Rugi Laba Rp. 3.400.000

2. Perpetual (FIFO)

Mencatat Pembelian:

Persediaan Rp. 8.600.000


Utang Usaha/Kas Rp. 8.600.000

Mencatat Penjualan:

Piutang Usaha Rp. 11.500.000


Penjualan Rp. 11.500.000

Harga Pokok Penjualan Rp. 7.000.000


Persediaan Rp. 7.000.000
Contoh 2:
PT. Angkasa Putra selama bulan Januari 2011 mempunyai data tentang persediaan sebagai
berikut:
Jan. 1   Persediaan       1.000 unit @ Rp. 500/unit
Jan. 10 Pembelian           800 unit @ Rp. 550/unit
Jan. 18 Penjualan            900 unit
Jan. 20 Pembelian           700 unit @ Rp. 600/unit
Jan. 27 Penjualan            500 unit
Tentukan nilai persediaan tanggal 31 Januari 2011 apabila besarnya persediaan akhir adalah
1.100 unit. dengan metode FIFO, LIFO, Rata-rata bergerak !
a.            Metode FIFO:
         Dalam metode ini diasumsikan bahwa harga pokok dari persediaan yang pertama kali
masuk dari pembelian, dikeluarkan terlebih dahulu pada saat terjadi penjualan.
Diterima Dikeluarkan Persediaan (saldo)
Tgl
Ket Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah

Jan
Persediaan 1000 500 500.000
1
1000 500 500.000
   10 Pembelian  800 550 440.000
 800  550 440.000 
100 500   50.000
 18  Dijual  900 500 450.000
800 550   440.000
100 500   50.000
  20  Pembelian  700  600 800 550   440.000
420.000 
700 600 420.000
100 500 50.000 400 550 220.000
27  Dijual  400 550 275.000 700 600 420.000 
Dari kartu persediaan tersebut, besarnya nilai persediaan akhir adalah :
400 @ Rp. 550            = Rp. 220.000
700 @ Rp. 600            = Rp. 420.000
1.100                              Rp. 640.000
b.            Metode LIFO:
         Dalam metode ini diasumsikan bahwa harga pokok dari persediaan yang terakhir masuk
dari pembelian, dikeluarkan terlebih dahulu pada saat terjadi penjualan. 

Diterima Dikeluarkan Persediaan (saldo)


Tgl Ket Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah
Jan1 Persediaan 1000 500 500.000
1000 500 500.000
    10 Pembelian  800 550 440.000
 800  550 440.000 
800 550 440.000 900 500 450.000
  18  Dijual 
100 500   50.000
900 500  450.000
   20  Pembelian  700  600 420.000 
700 600 420.000
500 600 300.000 900 500 450.000
27  Dijual 
200 600 120.000 
Dari kartu persediaan tersebut, besarnya nilai persediaan akhir adalah :
900 @ Rp. 500            = Rp. 450.000
200 @ Rp. 600            = Rp. 120.000
1.100                              Rp. 570.000

c.             Metode Rata-Rata Bergerak:


         Metode rata-rata yang digunakan pada metode perpetual ini biasanya disebut dengan Rata-
rata bergerak. Dikatakan bergerak karena harga per unit persediaan selalu bergerak / berubah
sesuai dengan terjadinya perubahan / mutasi pada jumlah unit persediaan yang dimiliki
perusahaan. Berikut ini bentuk kartu persediaan dengan metode rata-rata bergerak:

Diterima Dikeluarkan Persediaan (saldo)


Tgl
Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah Unit Cost Jumlah

Jan1 1000 500 500.000

10 800 550 440.000 1800 522,2 940.000


  18  900 522,2 469.980 900 522,2 469,980
  20  700  600 420.000 1.600 556,2 889,980

  27  500 556,2 278.100 1.100 556,2 611.820

Dari harga perhitungan diatas maka besarnya nilai persediaan sebanyak 1.100 unit adalah sebesar
Rp. 611.820

Anda mungkin juga menyukai