Anda di halaman 1dari 4

Komplikasi yang Terjadi Pada Masa Nifas

Menurut Saleha (2009 : 96), infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia
setelah persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Setelah kala III daerah
bekas insersio plasenta merupakan sebuah luka dengan permukaan yang tidak rata, daerah ini
merupakan tempat baik untuk berkembangnya bakteri.Pada saat persalinan, bagian serviks,
vulva, vagina, dan perineum yang sering mengalami perlukaan pada persalinan. Semua ini
merupakan tempat masuknya kuman patogen (Saleha, 2009:96).

a. Endometritis

1. Gangguan kesuburan atau infertilitas


Endometriosis dapat menutupi tuba falopi, sehingga menghalangi sel telur bertemu
dengan sperma. Pada kasus yang jarang terjadi, penyakit ini dapat merusak sel telur dan
sperma. Sepertiga hingga setengah penderita endometriosis diketahui menderita gangguan
kesuburan. Meski demikian, wanita dengan endometriosis ringan sampai sedang masih
berpeluang untuk hamil. Dokter akan menyarankan penderita tidak menunda untuk memiliki
anak, sebelum kondisinya makin serius.
2. Kanker ovarium
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa risiko terserang kanker ovarium (indung telur)
sedikit meningkat pada penderita endometriosis. Selain kanker ovarium, wanita dengan
riwayat endometriosis juga berisiko terserang kanker endometrium, meski sangat jarang
terjadi.
3. Adhesi
Jaringan endometriosis dapat membuat sejumlah organ tubuh saling menempel. Sebagai
contoh, kandung kemih dan usus dapat melekat ke rahim.
4. Kista ovarium
Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang tumbuh pada ovarium. Kondisi ini
terjadi bila jaringan endometriosis terletak di dalam atau di dekat ovarium. Pada sejumlah
kasus, kista dapat membesar dan menimbulkan nyeri parah.

b. Mastitis

1. Penghentian menyusui dini

Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang membuat seorang ibu memutuskan
untuk berhenti menyusui. Penghentian menyusui secara mendadak dapat meningkatkan risiko
terjadinya abses. Selain itu ibu juga khawatir kalau obat yang mereka konsumsi tidak aman
untuk bayi mereka. Oleh karena itu penatalaksanaan yang efektif, informasi yang jelas dan
dukungan tenaga kesehatan dan keluarga sangat diperlukan saat ini.
2. Abses

Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan terlambat
atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras , merah dan tegang walaupun
ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih 3%
dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses. Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk
mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi
jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan
aspirasi jarum secara serial. Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan tindakan
bedah. Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik. ASI dari sekitar tempat
abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya.

3. Mastitis berulang/kronis

Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat.
Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi berimbang, serta
mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri diberikan antibiotik
dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui

4. Infeksi jamur

sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur seperti candida albicans.
Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat terapi antibiotik. Infeksi jamur biasanya
didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI.
Di antara waktu menyusu permukaan payudara terasa gatal. Puting mungkin tidak nampak
kelainan. Ibu dan bayi perlu diobati. Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krem yang
juga mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan bayi juga
harus diberi nistatin oral pada saat yang sama.

c. Komplikasi Peritonitis

Peritonitis bisa menyebabkan beberapa komplikasi, seperti infeksi jadi menyebar ke


aliran darah dan seluruh tubuh (sepsis). Kondisi ini bisa menyebabkan tekanan darah
menurun drastis (syok sepsis) sehingga beberapa organ tubuh gagal berfungsi. Komplikasi
lain yang dapat muncul akibat peritonitis adalah terbentuknya abses atau kumpulan nanah
pada rongga perut. Perlengketan usus juga dapat terjadi, sehingga menyebabkan usus
tersumbat.

d. Komplikasi Vulvitis

Vulvitis yang ditangani dengan baik bisa disembuhkan. Jika tidak, kondisi ini bisa
menyebabkan komplikasi. Sebagai contoh, gatal-gatal pada organ intim wanita atau pruritus
pada malam hari dapat menyebabkan gangguan tidur dan mengurangi kualitas hidup. Selain
itu, sikap cemas dan gangguan psikologis lainnya dapat memicu terjadinya gangguan
psikoseksual.

Pemeriksaan terhadap penyakit yang mendasari terjadinya vulvitis harus dilakukan


dengan seksama guna menghasilkan penanganan yang tepat. Karena tidak hanya akan
menyulitkan proses penyembuhan, penyebab vulvitis yang tidak terdeteksi dapat pula
berakibat fatal, misalnya kanker vulva.

e. Komplikasi Postpartum Depression

Komplikasi akibat postpartum depression dapat dialami oleh ayah, ibu, dan anak.
Komplikasi ini dapat menimbulkan masalah di dalam keluarga.

1. Komplikasi pada ibu

Depresi postpartum yang tidak tertangani dan berlangsung lama dapat berkembang menjadi
gangguan depresif kronis. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi berat di
kemudian hari.

2. Komplikasi pada anak

Anak-anak dari ibu penderita depresi setelah melahirkan lebih berisiko mengalami gangguan
perilaku dan masalah emosional. Akibatnya, anak tidak mau makan, menangis terus menerus,
dan kemampuan bicaranya terhambat.

3. Komplikasi pada ayah

Saat ibu mengalami depresi, ayah juga memiliki kemungkinan yang tinggi untuk mengalami
depresi postpartum.
f. Perdarahan postpartum

Komplikasi perdarahan post partum primer yang paling berat yaitu


syok. Bila terjadi syok yang berat dan pasien selamat, dapat terjadi komplikasi
lanjutan yaitu anemia dan infeksi dalam masa nifas. Infeksi dalam keadaan
anemia bisa berlangsung berat sampai sepsis. Pada perdarahan yang disertai
oleh pembekuan intravaskuler merata dapat terjadi kegagalan fungsi organorgan seperti gagal
ginjal mendadak (Chalik, 2000).

Anda mungkin juga menyukai