Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENGELOLAAN KASUS KEBIDANAN PADA ANAK

‘Bayi Ny. V Umur 4 Hari dengan Ikterus di RSUD Kupang


Nusa Tenggara Timur’
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Daring Minggu ke 2

Nama : Elvi Azizatul Magfiroh


NIM : 152191166
Kelas : C (F3.1)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN FAKUTLAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2020
Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. V Umur 4 Hari dengan Ikterus
di RSUD Kupang, Nusa Tenggara Timur

Tanggal Masuk : 15 Juni 2020 Pukul : 10.00 WITA


Ruangan : Perinatologi Pengkaji : Elvi A.M.

1. Pengkajian Data Subjektif


A. Identitas
Nama Bayi : By. F
Tanggal Lahir : 11 Juni 2020

Penanggung Jawab
Nama Ibu : Ny. V Nama Ayah : Tn. R
Usia : 26th Usia : 30th
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Penghasilan :- Penghasilan : Rp. 2.500.000
Agama : Islam Agama : Islam
Alamat : Jln. Ainiba I No 08 Kota Lama Kupang NTT

B. Data Fokus Subjektif


1. Ny. V mengatakan ingin memeriksakan bayinya.
2. Ny. V mengatakan bayinya lahir pada tanggal 11 Juni 2020
sekarang berumur 4 hari.
3. Ny. V mengatakan bayinya lahir pada usia kehamilan 38 minggu.
4. Ny. V mengatakan bayinya lahir dengan normal dan spontan.
5. Ny. V mengatakan bayinya lahir dengan berat badan 2.490 gram
dan berjenis kelamin laki-laki.
6. Ny. V mengatakan bayinya sudah diberi imunisasi untuk hepatitis
B (HB0) dan imunisasi untuk pencegahan TBC (BCG)
7. Ny. V mengatakan tali pusat bayinya belum lepas.
8. Ny. V mengatakan kulit pada daerah wajah, dada dan perut
bayinya berwarna kuning sejak kemarin.
9. Ny. V mengatakan bayinya sulit disusui dalam 2 jam sekali karena
selalu tidur dan jarang dijemur.
10. Ny. V mengatakan bayinya saat disusui terlihat lemas dan tidak
mampu menghisap dengan kuat.
11. Ny. V mengatakan bayinya tampak terlihat lemas namun tidak
rewel dan merintih.
12. Ny. V mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit kuning (hepatitis), tidak ada yang menderota penyakit
menurun, menular dan menahun.

C. Pembahasan
Ikterus adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh
pewarnaan ikterus pada kulit dan sclera akibat akumulasi bilirubin tak
terkonjugasi yang berlebih (IDAI, 2010). Ikterus neonaturum adalah
warna kuning yang sering terdapat pada bayi baru lahir dalam batas
normal pada hari kedua sampai hari ketiga dan menghilang pada hari
kesepuluh (Grac & Borley, 2011).
Ikterus neonaturum adalah pewarnaan kuning dikulit konjungtiva
dan mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam
darah. Klinis ikterus tampak bila kadar bilirubin dalam serum
mencapai >5mg/dl. Disebut hiperbilirubinnemia apabila didapatkan
kadar bilirubin dalam serum >13mg/dl (Dwienda, 2014). Menurut
Kosim (2012) ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari
kedua dan hari ketiga serta tidak mempunyai dasar patologi atau tidak
mempunyai potensi menjadi ikterus.
Dari pengkajian data subjektif , Ny. V mengatakan bayinya lahir
dengan berat badan 2.490 gram. Data subjektif yang diperoleh dari Ny.
V termasuk dalam faktor yang mempengaruhi terjadinya ikterus pada
neonaturum. Faktor ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Siti (2017) dalam Jurnal Ilmu Kesehatan2 dimana
adanya hubungan antara kejadian ikterus pada neonatus dengan berat
badan lahir bayi (p value = 0,000 < 0,05), OR = 4,721.
Luluk (2013) dalam Jurnal Profesi mengatakan bahwa ikterus
fisiologis neonaturum terdapat beberapa tanda dan gejala, yaitu :
 Warna kulit akan timbul pada hari ke2 atau ke3, dan tampak jelas
pada hari ke 5-6 dan menghilang pada hari ke 10.
 Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik biasa.
 Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari
12 mg/dl dan pada BBLR 10 mg/dl, dan akan hilang pada hari
ke-14.
Tanda dan gejala diatas sesuai dengan keluhan yang dikeluhkan
oleh Ny. V yaitu bayinya mengalami perubahan warna pada bagian
tubuh sejak kemarin (pada hari ke3) dan bayi tampak biasa saja.
Sedangkan tanda dan gejala ikterus patologis, yaitu :
1) Ikterus terjadi 24 jam pertama sesudah kelahiran.
2) Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setia 24
jam.
3) Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada
neonates kurang bulan dan 12,5 mg% pada neonates cukup
bulan.
4) Ikterus yang disertai hemolisis (inkompabilitas darah,
defisiensi enzim G6PD dan sepsis).
5) Ikterus yang disebabkan oleh bayi baru lahir kurang dari
2000 gram yang disebabkan usia dibawah 20 tahun atau
diatas 35 tahun ( Marmi dan Raharjo, 2012).
2. Pengkajian Data Objektif
A. Pemeriksaan Data Fokus Objektif
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
Pemeriksaan Antropometri
1) TB : 50 cm
2) BB : 2470 gram
3) LK : 45 cm
4) LD : 50 cm
5) LILA : 15,5 cm
Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
1) RR : 32x/ menit
2) Nadi : 130x/ menit
3) Suhu : 36,8°C
Head To Toe
1) Kepala : Bentuk Mesochepal, tidak ada benjolan/ massa.
2) Muka : Tampak kuning, tidak ada oedema.
3) Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera ikterik.
4) Mulut : Bibir lembab, tidak pucat, tidak kering
5) Leher : Tidak ada benjolan abnormal.
6) Dada : Tampak kuning, tidak ada retraksi dinding dada.
7) Abdmen : Tampak kuning, tidak ada pembesaran abnormal.
8) Ekstremitas : Simetris, gerakan aktif.
Neurologis
1) Refleks Moro : Kuat, apabila dikagetkan lengan kaki
terangkat.
2) Refleks Sucking : Lemah, pada saat diberi susu tidak dapat
menghisap secara aktif.
3) Refleks Rooting : Lemah,apabila menyentuh pipi bayi akan
menoleh sentuhan.
4) Refleks Grapsing : Positif, seluruh jari-jari bayi menggenggam
saat diberi setuhan pada telapak tangannya.
5) Refleks Swallowing : Lemah, bayi tidak dapat menelan secara
aktif.
6) Refleks Tonic Neck : Tidak dilakukan ( refleks muncul pada usia
1 bulan).
Data Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 15 Juni 2020)
Pemeriksaan Kimia Darah
Fungsi Hati
Bilirubin Total : 16,8 mg/dL
Bilirubin Direk : 0,45 mg/dL
Bilirubin Indirek : 15,65 mg/dL

B. Pembahasan Data Objektif


Asuhan Kebidanan oleh Yurlina (2019) dalam Jurnal Komunikasi
Kesehatan mengatakan bahwa bayi dengan hasil data objektif seperti,
keadaan umum bayi baik, kesadaran komposmentis, nadi 130x/ menit,
respirasi 32x/ menit, tali pusat belum lepas, bayi tampak kuning pada
bagian muka dan abdomen, termasuk dalam ikterus fisiologis.
Namun apabila ikterus fisiologis tidak segera ditangani dengan
baik akan menimbulkan cacat seumur hidup atau bahkan kematian.
Demikian juga ikterus patologis yaitu ikterus yang timbul apabila
kadar bilirubin total melebihi 12 mg/dL, apabila tidak segera ditangani
dengan baik akan menimbulkan komplikasi yang membahayakan
karena bilirubin dapat menumpuk diotak yang disebut dengan kern
ikterus (Wiknjosastro, 2012).
Pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan sebagai penegak
diagnosa dalam kasus ikterus pada bayi. Dimana pemeriksaan serum
bilirubin (direk dan indirek) harus dilakukan pada neonatus yang
mengalami ikterus. Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang
setiap 4-24 jam tergantung usia bayi dan tingginya kadar bilirubin.
Kadar serum albumin juga perlu diukur untuk menentukan pilihan
terapi sinar atau transfuse tukar (Etika et al, 2006).
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan
heme dari hemoglobin dan proses pemecahan eritrosit oleh sel
retikuloendotel. Sel retikuloendotel membuat bilirubin tidak larut
dalam air, bilirubin yang diekskresikan dalam darah harus dikaitkan
kepada albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di dalam
hati, hepatosit melepaskan ikatan itu dan mengkonjugasinya dengan
asam glukoronat sehingga bersifat larut air (Kosim dkk, 2012).
Bilirubin dibagi menjadi 2, yaitu bilirubin direct dan bilirubin
indirect. Bilirubin direct merupakan bilirubin yang telah mengalami
konjugasi dengan asam glukoronat didalam hati sedangkan bilirubin
indirect merupakan bilirubin yang belum mengalami konjugasi oleh
hati dengan asam glukoronat. Pemeriksaan bilirubin dilaboratorium
untuk membedakan bilirubin direct dan indirect (Seswoyo, 2016).
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan bilirubin indirek 15,65
mg/dL sedangkan bilirubin direk 0,45 mg/dL , yang menunjukkan
tingginya kadar bilirubin dalam darah Bayi Ny.V. Sedangkan menurut
Prawirohardjo (2012) Nilai normal bilirubin indirek 0,3-1,2 mg/dL
dan bilirubin direk 0,1-0,4 mg/dL.
3. Analisis
Tanggal : 15 Juni 2020 Pukul : 10.40 WITA
A. Diagnose Kebidanan, Masalah, Kebutuhan
1) Diagnosa Kebidanan
Bayi Ny.V , Aterem, umur 4 hari dengan Ikterus
Hiperbilirubinemia.
Data Dasar
DS :
- Ny. V mengatakan ingin memeriksakan bayinya.
- Ny. V mengatakan bayinya lahir pada tanggal 11 Juni
2020 sekarang berumur 4 hari.
- Ny. V mengatakan bayinya lahir pada usia kehamilan
38 minggu.
- Ny. V mengatakan bayinya lahir dengan normal dan
spontan.
- Ny. V mengatakan bayinya lahir dengan berat badan
2.490 gram dan berjenis kelamin laki-laki. Ny. V
mengatakan tali pusat bayinya belum lepas.
- Ny. V mengatakan kulit pada daerah wajah, dada dan
perut bayinya berwarna kuning sejak kemarin.
- Ny. V mengatakan bayinya sulit disusui dalam 2 jam
sekali karena selalu tidur dan jarang dijemur.
- Ny. V mengatakan bayinya saat disusui terlihat lemas
dan tidak mampu menghisap dengan kuat.
- Ny. V mengatakan bayinya tampak terlihat lemas tapi
tidak rewel dan merintih.
DO :
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- TB : 50 cm
- BB : 2470 gram
TTV :
- Nadi : 130x/ menit
- Respirasi : 32x/ menit
- Suhu : 36,8°C
Pemeriksaan Fisik :
- Muka : Tampak kuning, tidak ada oedema.
- Mata : Simetris, konjungtiva merahmuda, sclera ikterik.
- Dada : Tampak kuning, tidak ada retraksi dinding dada.
- Abdomen : Tampak kuning, tidak ada pembesaran abnormal.
Neurologi
- Refleks Sucking : Lemah, pada saat diberi susu tidak
dapat menghisap secara aktif.
- Refleks Rooting : Lemah,apabila menyentuh pipi bayi
akan menoleh sentuhan.
- Refleks Swallowing : Lemah, bayi tidak dapat menelan
secara aktif.
Data Penunjang :
Hasil Laboratorium ( 15 Juni 2020)
- Bilirubin Total : 16,8 mg/dL
- Bilirubin Direct : 0,45 mg/dL
- Bilirubin Indirect : 15,65 mg/dL
2) Masalah
- Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
- Gangguan rasa aman dan nyaman.
- Peningkatan kadar bilirubin abnormal.
3) Diagnosa Posensial
- Ikterus Kern
4) Kebutuhan
- Perbaikan pemenuhan nutrisi
- Tindakan segera
- Kolaborasi dengan Dokter anak
B. Pembahasan
Dari hasil pemeriksaan yang didapat berdasarkan data subjektif
dan data objektif bayi Ny. V didiagnosa mengalami ikterus
hiperbilirubinemia. Hiperbilirubinemia itu sendiri adalah salah satu
fenomena klinis yang paling sering ditemui pada bayi baru lahir
dimana terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam darah >5 mg/dL
yang secara klinis ditandai oleh adanya ikterus dengan faktor penyebab
fisiologik dan nonfisiologik (Mathindas dkk, 2013).
Maryunani, (2014) mengatakan tanda dan gejala neonates
hiperbilirubinemia adalah: kulit kuning, sclera ikterik, peningkatan
konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonates yang cukup bulan
dan 12,5 mg% pada neonates yang kurang bulan, kehilangan berat
badan sampai 5% selama 24 jam yang disebabkan oleh rendahnya
intake kalori, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernapasan,
pemeriksaan abdomen terjadi bentuk perut yang membuncit, feses
yang berwarna seperti dempul dan pemeriksaan neurologis dapat
ditemukan adanya kejang, epistotonus, terjadi pembesaran hati, tidak
mau minum, letargi, refleks hisap dan menelan lemah.
Dari hasil pengkajian dan pemeriksaan yang dilakukan pada
kasus bayi Ny. V didapatkan kulit bayi kuning dan sclera ikterik, bayi
malas menyusu yang dapat dilihat dari refleks menghisap dan menelan
yang lemah, berat badan yang menurun dari 2490 gram menjadi 2470
gram selain itu dari hasil pemeriksaan laboratorium didapat hasil kadar
bilirubin total 15,65 mg/dL. Hasil dari pengkajian dan pemeriksaan
sesuai dengan teori yang sudah dijelaskan, yang artinya bayi Ny. V
mengalami ikterus hiperbilirubinemia.
Kejadian ikterus hiperbilirubinemia pada neonatus apabila
tidak segera ditangani atau tidak mendapatkan tindakan yang baik dan
sesuai maka akan terjadi Ikterus Kern. Ikterus kern terjadi jika
hiperbilirubinemia menjadi berat yang dapat menekan O 2 serta
menekan oksidasi fosforilasi menyebabkan kerusakan sel-sel otak
menetap, berakibat disfungsi neuronal dan ensefalopati dimana kadar
bilirubin total 18-20 mg/dL (Hessty, 2017).
Menurut Rochman dkk (2014), Kern Ikterus mengacu pada
ensefalopati bilirubin yang berasal dari deposit bilirubin terutama pada
batang otak (brainsten) dan nucleusserebrobasal. Kern ikterus biasa
terjadi pada bayi tertentu tanpa disertai jaundis klinis, tetapi umumnya
berhubungan langsung pada kadar bilirubin total dalam serum.

4. Penatalaksanaan
Tanggal : 15 Juni 2020 Pukul : 11.20 WITA
a. Penatalaksanaan Fokus
1) Pukul : 11.20 WITA
Memberitahu Ny.V dan suami hasil pemeriksaan yang dilakukan
pada bayi nya, yaitu keadaan bayi baik, kesadaran komposmentis,
hasil pemeriksaan nadi 130x/ menit, pernafasan 32x/ menit, suhu
36,8°C, dan beberapa reflek bayi yang lemah yaitu reflek
menghisap, menenlan dan mengikuti arah sentuhan pada area
bibir.
2) Pukul : 11.24 WITA
Memberitahu Ny. V dan suami hasil Laboratorium yaitu bilirubin
total pada bayi 16,8 mg/dL dengan rincian bilirubin direct 0,56
mf/dL dan bilirubin indirect 15,65 mg/dL.
3) Pukul : 11.27 WITA
Menjelaskan kepada Ny. V dan suami dari hasil pemeriksaan yang
dilakukan bayinya mengalami ikterus hiperbilirubin atau yang
disebut dengan kuning pada bayi karena tingginya kadar bilirubin
dalam darah.
4) Pukul : 11.30 WITA
Memberitahun Ny. V dan suami agar tidak panik dan khawatir
karena bayinya akan segera ditangani oleh tenaga kesehatan.
5) Pukul : 11.32 WITA
Memberitahu Ny. V dan suami untuk memberikan ASI secara
rutin kepada bayinya, untuk penanganan awal pada bayi ikterus /
kuning. Dan mengajari Ny. V cara menyusui yang baik dan benar,
yaitu kepala berada pada siku, dan telinga, tangan, serta kaki
berada dalam satu garis lurus. Perut bayi menempel pada perut
ibu. Tangan kanan ibu menyanggah payudara dengan empat jari,
serta ibu jari berada diatas putting susui bayi hingga areola berada
didalam mulut bayi.
6) Pukul : 11.36 WITA
Memberitahu Ny. V dan suami pentingnya menjemur bayi pada
sinar matahari pagi pada pukul 07:00-09:00 dengan batas waktu
kurang lebih selama 15 menit.
7) Pukul : 11.38
Memberitahu Ny. V dan suami manfaat pijat bayi untuk usia 0-7
hari sebagai penanganan bayi ikterus.
8) Pukul 11.39 WITA
Memberitahu Ny. V dan suami tindakan yang akan dilakukan
adalah berkolaborasi dengan dokter anak.
9) Pukul : 11.41 WITA
Memberitahu Ny. V dan suami apabila keadaan bayi semakin
memburuk dan kadar bilirubin dalam darah tidak turun dan
semakin meningkat akan diberikan tindakan penyinaran pada
bayi / yang disebut dengan pemberian sinar fototerapi yang akan
dilakukan sesuai dengan intruksi / advice dokter.
10) Pukul : 11.46 WITA
Memberitahu Ny. V dan suami apabila terapi sinar ini tidak
berhasil akan dilakukan transfusi tukar.
11) Pukul : 11.50 WITA
Melakukan evaluasi.
12) Pukul 12.00 WITA
Melakukan Pendokumentasian.
b. Evaluasi
Tanggal : 15 Juni 2020 Pukul : 11.50 WITA

1) Pukul : 11.23 WITA


Ny. V dan suami telah mengetahui hasil pemeriksaan yang
dilakukan kepada bayinya dan sudah paham dengan hasil
pemeriksaan yang dijelaskan oleh bidan.
2) Pukul : 11.25 WITA
Ny. V dan suami telah mendapatkan penjelasan mengenai hasil
pemeriksaan laboratorium dan sudah paham dengan penjelasan
bidan.
3) Pukul 11.26 WITA
Ny. V dan suami telah mendapatkan penjelasan mengenai
penyakit yang ada dalam tubuh bayinya, yairu ikterus
hiperbilirubin / penyakit kuning yang terjadi karena tingginya
kadar bilirubin dalam darah bayinya.
4) Pukul : 11.29 WITA
Ny. V dan suami telah mendapatkan ketenangan dari bidan karena
anak nya akan segera diberi tindakan.
5) Pukul : 11.31 WITA
Ny. V dan suami telah mendapatkan penjelasan mengenai
penanganan awal pada bayi yaitu pemberian ASI secara rutin, dan
penjelasan cara menyusui yang baik dan benar. Ny. V bersedia
untuk terus memberikan ASI nya secara rutin dan telah paham
dengan penjelasan bidan mengenai cara menyusui yang baik dan
benar.
6) Pukul 11.35 WITA
Ny. V dan suami telah mendapatkan penjelasan mengenai
pentingnya menjemur bayi pada sinar matahari pagi yang
dilakukan pada pukul 07:00-09:00 dengan durasi waktu 15 menit,
dan Ny. V bersedia untuk melakukannya dirumah.
7) Ny. V dan suami telah mendapatkan penjelasan tentang manfaat
pijat bayi untuk usia 0-7 hari sebagai penanganan bayi ikterus, Ny.
V telah paham dan mengerti penjelasan dari bidan.
8) 11.38 WITA
Ny. V dan suami telah mendapatkan penjelasan dari bidan
mengenai tindakan yang akan dilakukan adalah berkolaborasi /
bekerjasama dengan dokter anak, dan Ny. V bersedia untuk
dilakukan kerjasama dengan dokter dalam memberikan tindakan
pada bayi nya.
9) Pukul : 11.40 WITA
Ny. V dan suami telah mendapatkan penjelasan dari bidan
mengenai terapi fototerapi / pemberian sinar pada kasus ikterus
yang semakin memburuk, dan Ny. V bersedia apabila keadaan
bayinya semakin memburuk boleh untuk dilakukan fototerapi
sinar.
10) 11. 45 WITA
Ny. V dan suami telah mendapatkan penjelasan dari bidan
mengenai tindak lanjut apabila terapi fototerapi sinar tidak berhasil
akan dilakukan transfusi tukar pada bayinya.
11) Pukul : 11. 50 WITA
Ny. V dan suami telah mendapatkan evaluasi dari hasil
pemeriksaan dan keadaan bayinya yang diberitahu oleh bidan.
12) Pukul 12.00 WITA
Pendokumentasian telah dilakukan dalam bentuk SOAP.
c. Pembahasan
Penatalaksanaan dilakukan untuk mengendalikan agar kadar
bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat menimbulkan kren
ikterus/ ensefalopati biliaris, serta mengobati penyebab langsung
ikterus. Penanganan awal yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan
dan keluarga adalah memberikan bayi ASI secara rutin tanpa
memberikan makanan / minuman lain selain ASI.
ASI mengandung beta glucoronidase yang akan memecah
bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam lemak, sehingga bilirubin
indirect akan meningkat, dan kemudian akan direabsorbsi oleh usus
karena pada hari pertama kehidupan produksi ASI belum banyak
sehingga masih didapati tingginya kadar bilirubin dalam tubuh bayi,
kurangnya pemberian ASI yang masuk ke usus juga mempengaruhi
proses pembuangan bilirubin dari dalam tubuh. Pengobatannya yaitu
bukan dengan menghentikan pemberian ASI melainkan dengan
meningkatkan frekuensi pemberiannya (Marmi dan Rahardjo, 2014).
Asuhan dalam pemberian ASI sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yanti (2017) dalam Jurnal Bidan yang menyatakan
terdapat pengaruh antara pemberian ASI awal terhadap kejadian
ikterus pada bayi baru lahir 0-7 hari.
Menurut Marni dan Rahardjo (2012) dalam mempercepat
metabolisme dan pengeluaran bilirubin dengan early brest feeding
yaitu menyusui bayi dengan ASI. Bilirubin juga dapat pecah jika bayi
banyak mengeluarkan feses dan urine. Untuk itu bayi harus mendapat
cukup ASI. Seperti diketahui ASI memiliki zat-zat terbaik bagi bayi
yang dapat memperlancar BAB dan BAK.
Selain pemberian ASI penanganan bayi ikterus juga dapat
dilakukan dirumah dengan cara menjemur bayi dibawah sinar
matahari pagi. Menurut Rukiyah dan Yulianti (2017) lakukan
penjemuran sinar matahari pada pukul 07:00-09:00 selama 15-30
menit. Penjemuran bayi ikterus dibawah sinar matahari juga telah
diteliti oleh Ratih dkk (2006) dalam Jurnal Kedokteran Brawijaya
yang mengatakan : Paparan sinar matahari pagi berpengaruh terhadap
penurunan tanda ikterus pada ikterus neonatorum fisiologis dan Waktu
penjemuran yang efektif adalah selama 30 menit.
Disamping pemberian ASI dan penjemuran dibawah sinar
matahari pagi juga dapat dilakukan pijat bayi. Menurut Zakkiyatus
(2019) dalam Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan mengatakan bahwa
adanya hubungan pijat bayi dengan ikterus fisiologis pada bayi usia 3-
7 hari di BPS Ayu Kecamatan Pakal Kota Surabaya.
Tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan di RS adalah
berkolaborasi dengan Dokter anak yaitu memberikan terapi
fototerapi.Terapi sinar fototerapi dilakukan selama 24 jam atau
setidaknya kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas
normal. Dengan fototerapi bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecah
dan menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah terlebih dahulu
oleh organ hati dan dapat dikeluarkan melalui urine dan feses
sehingga kadar bilirubin menurun (Marmi dan Rahardjo, 2014).
Terdapat beberapa penatalaksanaan untuk hiperbiliruninemia
pada bayi sehat cukup bulan menurut Kosim dkk (2012), yaitu :
- Ikterus yang timbul pada usia 25-48 jam pasca kelahiran,
fototerapi dianjurkan bila kadar bilirubin serum total
>12mg/dL (170 mmol/L).
- Ikterus yang timbul pada usia 49-72 jam pasca kelahiran,
fototerapi dianjurkan bila kadar bilirubin serum total
>15mg/dL (>260mmol/L).
- Ikterus yang timbul pada usia >72 jam pasca kelahiran,
masih dianjurkan untuk pemeriksaan laboratorium kearah
penyakit hemolisis.
Bila konsentrasi bilirubin tidak menurun pada bayi yang
mendapatkan fototerapi intensif, kemungkinan besar terjadi proses
hemolisis. Komplikasi fototerapi pada bayi meliputi tinja lembek,
kepanasan, dehidrasi dan sindrom bayi perunggu (perubahan kulit
bayi coklat keabu-abuan dan gelap), denyut jantung dan pernafasan
tidak teratur (Fajria, 2014).
Apabila terapi fototerapi tidak dapat mengendalikan kadar
bilirubin dengan tujuan mencegah peningkatan kadar bilirubin dalam
darah maka dilakukan transfusi tukar. Transfusi tukar merupakan cara
yang dilakukan dengan tindakan pengambilan darah dari donor dalam
jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang sampai sebagian
besar darah pasien tertukar. Pemberian transfusi tukar dilakukan
apabila kadar bilirubin 20mg/dL, kenaikan kadar bilirubin yang cepat
yaitu 0,3-1 mg/jam, anemia berat dengan gejala gagal jantung dan
kadar hemoglobin tali pusat 14 mg/dL, dan uji coombs direct positif
(Fajria, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

Ardhiyanti, Y. 2019. Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. N dengan Ikterus


Fisiologis. Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol. X, No. 2, Tahun 2019.
Dwienda, O. 2014. Buku Ajar Kebidanan Neonatus, Bayi/ Balita dan Anak
Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta: Deepublish.
Etika, R, Dkk. 2006. Hiperbilirubinemia pada neonatus. Continuing Education
Ilmu Kesehatan Anak.
Grace, A. P dan Borley, R. N. 2011. Ata Glace Ilmu Bedah Edisi 3. Yogyakarta:
Rapha Pubising.
Herawati, Y dan Indriati, M. 2017. Pengaruh Pemberian ASI Awal Terhadap
Kejadian Ikterus pada Bayi Baru Lahir 0-7 Hari. Jurnal Bidan “Midwife
Journal” Vol. 3, No. 1, Januarai 2017. ISSN= 2477-3441.
IDAI. 2010. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta: EGC
Kosim, M. S., dkk. 2012. Buku Ajar Neonatologi. 1 st ed. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI.
Marmi, & Raharjo, K. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Maryunani, A. 2014. Asuhan Neonates, Bayi, Balita dan Anak Pra-Sekolah.
Tajurhalang: IN MEDIA
Mathindas, Stefry, dkk. 2013. Hiperbilirubinemia pada Neonatus. Jurnal
Biomedika, Vol. 5, No.1, S4-10. Maret 2013.
Maulida, L. F. 2013. Ikterus Neonatrum. Jurnal PROFESI Volume 3, September
2013 – Februari 2014.
Prawirohardjo. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Puspita, R. D, dkk. 2006. Pengaruh Paparan Sinar Matahari Pagi Terhadap
Penurunan Tanda Ikterus pada Ikterus Neonatorum Fisiologis. Jurna
Kedokteran Brawijaya, Vol.XXII, No. 3, Desember 2006.
Rohani, S dan Wahyuni, R. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan denga
Kejadian Ikterus pada Neonatus. AISYAH: Jurnal Ilmu Kesehatan 2
Vol.1 , 2017. ISSN: 2502-4825.
Rukiyah & Lia, Yulianti. 2017. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta
Timur: CV/ trans Info Media.
Seswoyo. 2012. Pengaruh Cahaya Terhadap Kadar Bilirubin Total Serum Segera
dan Serum Simpan pada Suhu 20-25°C Selama 24 Jam. Semarang:
Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Semarang.
Wiknjosastro. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bida Pustaka.
Zainiyah, Z. 2019. Hubungan Pijat Bayi dengan Ikterus Fisiologis pada Bayi
Usia 3-7 Hari. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan, Vol. 1, No. 1, Januari
Juni 2019. ISSN=2085-5931.

Anda mungkin juga menyukai