Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan
sumberdaya buatan. Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung.
1. Kawasan lindung yang telah ditetapkan sebelum dan menjadi pembatas bagi penetapan
kawasan budidaya.
2. Rencana Struktur Tata Ruang yang dituju.
3. Kriteria menurut Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Daerah yang diterbitkan
oleh Kelompok Kerja Tim Tata Ruang Nasional.
4. Rencana Strategi Program Pembangunan Daerah (Renstra Propeda).
5. Hasil Masukan analisis fisik, sosial, ekonomi dan struktur tata ruang.
Kawasan hutan produksi terdiri dari hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap.
Yang dimaksud dengan kawasan hutan produksi terbatas adalah hutan produksi dimana
eksploitasinya hanya dapat dengan cara tebang pilih dan tanam. Sedangkan yang dimaksud
dengan kawasan hutan produksi tetap adalah hutan produksi dimana eksploitasinya dapat dengan
cara tebang pilih atau tebang habis dan tanam.
Berdasarkan kebijaksanaan Nasional tentang konversi hutan saat ini adalah menghentikan
sementara pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan sampai tersusunnya National Forestry
Program yang tertuang dalam Surat Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 603/Menhutbun‐
VIII/2000 tanggal 22 Mei 2000 kepada seluruh Gubernur dan Bupati di Indonesia. Surat tersebut
sudah ditindaklanjuti oleh Gubernur Sumatera Utara melalui Surat No. 522/8352/Binekda/2000
kepada Bupati, Walikota serta instansi terkait lainnya se Sumatera Utara yang pada intinya
menekankan tidak ada lagi penerbitan rekomendasi.
Kawasan tanaman pangan berupa kawasan tanaman pangan lahan basah dan tanaman
lahan kering. Pengembangan tanaman pangan lahan basah guna mendukung peningkatan
swasembada pangan. Beberapa cara dapat dilakukan, terutama dengan program intensifikasi
sehingga produksi per hektar semakin meningkat. Ekstensifikasi berupa perluasan kawasan
tanaman pangan lahan basah terutama untuk mengimbangi penyempitan/pengurangan areal
tanaman akibat lahan sawah berubah fungsi untuk kegiatan lainnya.
Kawasan tanaman lahan basah adalah kawasan yang dipergunakan bagi tanaman pangan
lahan basah dimana pengairannya dapat diperoleh secara alamiah maupun teknis. Berdasarkan
analisis kesesuaian lahan, maka kawasan ini direncanakan berlokasi menyebar hampir di seluruh
wilayah kecamatan baik dalam skala besar maupun kecil, yang secara dominan berlokasi pada
Kecamatan Mardingding, Laubaleng, Tigabinanga, Munte dan Juhar.
Kawasan tanaman pangan lahan kering adalah kawasan yang diperuntukan bagi tanaman
pangan lahan kering berupa tanaman palawija, holtikultura, atau tanaman pangan lainnya.
Tanaman pangan lahan kering tidak memerlukan sistem pengairan irigasi. Di Kabupaten Karo
kawasan tanaman lahan kering direncanakan menyebar hampir diseluruh Kecamatan baik dalam
skala besar maupun kecil.
Prospek hortikultura diperkirakan akan semakin baik. Tanaman ini terdapat pada semua
kecamatan di Kabupaten Karo, namun dominan di Kecamatan Berastagi, Naman Teran,
Kabanjahe, Merdeka, Merek, Barusjahe, Simpang Empat, Tigapanah dan Dolat Rayat, dan akan
dikembangkan disemua kecamatan disamping padi dan palawija, baik dilahan basah maupun
kering. Melihat bahwa tanaman palawija dan hortikultura dapat ditanam baik di lahan basah
maupun lahan kering, maka lahan yang ada perlu dipertahankan untuk pengembangannya.
Tanaman sayuran dan buah‐ buahan di Kabupaten Karo untuk tujuan konsumsi lokal, regional
maupun ekspor dapat dikembangkan diseluruh kecamatan.
3. Pangsa Pasar
a. Pengembangan industri yang memiliki hubungan dan keterkaitan erat dengan sektor
pertanian dan pariwisata.
b. Memperluas lapangan kerja, kesempatan berusaha dan meningkatkan volume ekspor.
c. Peningkatan kualitas produksi dan daya saing.
d. Menciptakan iklim usaha yang tetap untuk mendorong investasi lokal.
1. Ketersediaan prasarana dan sarana penunjang pada lokasi atau daerah sekitarnya
2. Kemudahan mendapat material dari sumbernya ditinjau dari segi waktu, biaya dan
mutu
3. Ketersediaan tenaga kerja yang potensial bagi kegiatan industri
4. Sarana lingkungan yang menunjang bagi perkembangan kegiatan industri.
Kondisi geografi Kabupaten Karo juga berpotensi untuk wisata alam, misalnya kawasan
hutan sebagai objek bagi Ekowisata, Kabupaten karo yang sudah lama dikenal sebagai sentra
produksi komoditi sayur‐sayuran, buah‐buahan dan tanaman bunga juga akan dikelola dan
dikembangkan menjadi objek wisata Agrowisata dan adat istiadat masyarakat akan diusahakan
menjadi daya tarik bagi wisatawan baik dalam dan luar negeri.
Obyek wisata yang dapat dikembangkan untuk konsumsi regional dan nasional/
internasional saat ini terbatasnya pengembangan obyek wisata yang ada hanya berlingkup lokal
atau belum dikelola dengan baik. Untuk peruntukan pariwisata alam di Kabupaten Karo
diarahkan pada:
Kawasan permukiman perkotaan dikembangkan pada daerah pusat‐pusat pelayanan, yaitu pada
setiap ibukota kecamatan. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan utama akan
direncanakan pada Kota Kabanjahe. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan tersebut
dilakukan dengan meningkatkan fasilitas‐fasilitas pelayanan yang seharusnya ditempatkan sesuai
dengan fungsi kotanya, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan perdagangan, perekonomian,
pemerintahan, jasa dan lain sebagainya. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan di
Kabupaten Karo diarahkan pada penyediaan prasarana dan sarana dasar (PSD) bagi kawasan
rumah sehat sederhana (RSH), penataan dan peremajaan kawasan, serta peningkatan kualitas
permukiman. Perbaikan lingkungan perumahan dan permukiman serta penyediaan PSD untuk
meningkatkan kualitas permukiman selama ini telah dilakukan, namun belum seluruh kawasan
permukiman dapat terjangkau dan terlayani sehingga diharapkan peran serta masyarakat/swasta
dalam memenuhi tuntutan kebutuhan perumahan dan permukiman yang sehat dan layak huni.
Diharapkan dengan adanya program/kegiatan ini dapat meningkatkan kemandirian dan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan
khususnya masyarakat miskin serta dapat mengurangi jumlah penduduk miskin secara
signifikan. Tingginya kebutuhan perumahan dan permukiman di perkotaan membawa dampak
tumbuhnya kantong‐kantong permukiman kumuh yang baru. Hal ini menggambarkan bahwa
kebutuhan akan lahan dan ruang untuk tempat tinggal dan kegiatan usaha semakin meningkat
sedangkan ketersediaan lahan dan ruang di perkotaan semakin terbatas, disisi lainnya tingginya
kecenderungan masyarakat yang ingin berdomisili dekat dengan pusat kota. Konsekuensi
logisnya pusat kota tidak mampu lagi mengakomodir aktifitas masyarakat sehingga berdampak
pada sistem pelayanan perkotaan, kualitas lingkungan dan masalah sosial semakin kompleks.
Untuk mengantisipasi fenomena ini, Pemerintah Kabupaten Karo berupaya membuka akses ke
pinggiran kota dengan membuka prasarana jalan baru, menata lingkungan kumuh berbasis
komunitas dengan menciptakan kemandirian masyarakat dalam memelihara lingkungan
permukimannya menjadi tertata, bersih dan layak huni.
1. Peningkatan sektor‐sektor ekonomi unggulan yang produktif dan berdaya saing tinggi.
Untuk merealisasikan kebijakan tersebut maka diperlukan strategi penataan ruang yang
mendukung hal tersebut diatas, dengan: Buku Rencana II - 4 Bantek Penyusunan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Karo