Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kep
Keperawatan Medikal Bedah II
KELOMPOK 4 :
KEPERAWATAN B
1. Endang Kurniati (21806039)
2. Risky Wulandari Rahmola (21806062)
3. Maria Anita Katayane (21806048)
B. Etiologic
a. Hepatitis A
Virus hepatitis A merupakan virus RNA dari famili Picarnovirus. Virus ini banyak
menyerang anak-anak. Biasanya , jenis hepatitis yang ditimbulkan mengenai
masyarakat golongan ekonomi lemah serta mereka yang tinggal di lingkungan tidak
bersih. Price (2001) mengemukakan bahwa sebagian besar infeksi VHA (Virus
Hepatitis A) terjadi pada usia anak-anak dan bersifat asimtomatik.
Penularan dapat terjadi melalui fecal-oral dan kontaminasi pada minuman dan
makanan yang tercemar virus hepatitis A, lewat makanan/minuman mentah atau
setengah matang, minum air atau es batu yang terkontaminasi dengan feses, dan kerang-
kerangan yang tidak dimasak. VHA juga dapat menular melalui hubungan seks oral-
anal (mulut-dubur) dan jarang menular melalui transfusi parenteral (infus).
b. Hepatitis B
VHB/Hepatitis serum dengan agen virus DNA berselubung ganda yang dapat
terjadi pada semua usia. Cara penularannya parenteral (fekal-oral) terutama melalui
darah, kontak langsung, kontak seksual, oral-oral dan perinatal. Masa inkubasinya 50-
180 hari dengan rata-rata 60-90hari. Resiko penularan pada aktivitas homoseksual,
pasangan seksual multipel, pengguna obat melalui suntikan IV, hemodialisis kronis,
pekerja layanan kesehatan, tranfusi darah dan bayi lahir dengan ibu terinfeksi. Bisa
terjadi tanpa gejala akan tetapi bisa timbul atralgia dan ruam. Dapat juga mengalami
penurunan selera makan, dispepsia, nyeri abdomen, pegal-pegal menyeluruh, tidak enak
badan dan lemah. Apabila ikterus akan disertai dengan tinja berwarna cerah dan urin
berwarna gelap. Hati penderita akan terasa nyeri tekan dan membesar hingga
panjangnya mencapai 12-14 cm, limpa membesar dan kelenjar limfe servikal posterior
juga membesar.
c. Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C. (HCV = hepatitis C virus) yang
masuk ke sel hati dan mereplikasikan diri dengan menggunakan material yang terdapat
dalam sel dan menginfeksi banyak sel lainnya. Sekitar 85% kasus hepatitis C
berkembang menjadi kronis dan merusak hati bertahun-tahun, hati kemudian dapat
menjadi sirosis atau berkembang ke arah keganasan. Penularan hepatitis C dapat terjadi
melalui kontak langsung lewat darah atau produknya, serta jarum atau alat tajam lainnya
yang telah terkontaminasi. Resiko terinfeksi hepatitis C melalui hubungan seksual lebih
tinggi pada orang yang mempunyai lebih dari satu pasangan.
d. Hepatitis D
Hepatitis D (delta) adalah virus tak sempurna yang mengandung RNA. Agar
infeksi dan replikasi virus ini dapat terjadi, diperlukan kehadiran HBV. Hepatitis D
terdapat pada beberapa kasus hepatitis B. Karena memerlukan antigen permukaan
hepatitis B untuk replikasinya, maka hanya penderita hepatitis B yang beresiko terkena
hepatitis D. Infeksi terjadi dengan hubungan seksual dan parenteral serta penderita yang
melakukan transfusi darah berulang-ulang.
e. Hepatitis E
Hepatitis E banyak terjadi di negara-negara berkembang, terutama yang airnya
terkontaminasi. Kelompok yang paling rentan terkena adalah turis atau
pelancong. penyebaran penyakit ditemukan pada feses manusia dan binatang dengan
hepatitis E, kuman penyebabnya juga bisa disebarkan oleh makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
f. Penyebab lain dari hepatitis :
1. Pola hidup yang tak sehat. tubuh dipaksa untuk bekerja keras sampai-sampai tidak
memperhatikan asupan gizi.
2. Pekerja malam atau yang sering bergadang, rentan mengidap penyakit hati. Ini
disebabkan secara biologis fungsi hatinya dipicu untuk bekerja lebih cepat sehingga
detoksifikasi lebih tinggi. akibatnya, kondisi tubuh mudah drop.
3. Adanya infeksi virus atau bakteri
4. Kecandual alkohol
5. Efek samping obat-obatan tertentu yang merupakan racun bagi hati
6. Kelainan bawaan lahir
7. Kelainan-kelainan dalam metabolisme tubuh
8. Tidak memperhatikan kebersihan alat-alat makan dan minum
9. Penularan penyakit hati lewat darah, keringat, hubungan seks dan air liur.
C. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit fungsional dasar
dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri. Sering
dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan
terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis,kerusakan
parenkim dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi
rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan
fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan
dan peregangan kapsula hati yang menyababkan hepatomegaly yang memicu timbulnya
perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan
adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya
kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan
billirubin tersebut didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.
Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi
retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi
(bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran
dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).
Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih,
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar
bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang
akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
D. Manifestasi Klinis
1. Fase Inkubasi
Fase inkubasi merupakan waktu di antara masuknya virus sampai timbulnya gejala
keluhan.
2. Fase Prodromal
Fase ini adalah fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama sampai gejala
timbulnya ikterus. Fase ini ditandai dengan rasa tidak enak badan umum (malaise),
mialgia, antralgia, mudah lelah, gejala infeksi saluran napas atas, anoreksia, mual,
muntah, diare/konstipasi, demam, derajat rendah (Hepatitis A), dan nyeri ringan pada
abdomen kuadran kanan atas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari. Keluhan yang lain adalah nafsu makan menurun (pertama kali timbul),
nausea, vomitus, dan nyeri perut kanan atas (uluh hati). Seluruh badan pegal-pegal
terutama di pinggang, bahu, dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan
meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, dan nyeri persendian.
Keluhan gatal-gatal mencolok juga pada virus hepatitis B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai
dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I,
kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai
gatal-gatal pada seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Dapat ditemukan adanya peningkatan bilirubin terutama bilirubin direct (bilirubin 2),
peningkatan transmisi serum SGOT dan SGPT
2. Radiologi
USG
CT Scan
3. Biopsy hati
Metode ini sangat berguna untuk menegakkan diagnosis penyakit hepatoseluler kronik
atau serosis hati
F. Komplikasi
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi
amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
2. Kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah serosis, pada serosis kerusakan sel hati akan diganti oleh
jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin berat jaringan parut yang
terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.
4. Hepatoma
G. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
- Penatalaksanaan medis
a. Pencegahan
1) Hepatitis virus B, penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak
menjadi donor darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah.
2) Pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi
pengaruh yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
b. Obat-obatan
1) Kortikosteroid, pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi
imun yang berlebihan.
2) Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
3) Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
4) Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
5) Roboransia.
6) Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
7) Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
8) Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
c. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
d. Jika penderita tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di berikan infus
glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup.
e. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan yang
mengubah susunan feora usus, misalnya neomisin atau kanamycin sampai dosis
total 4-6 mg / hr. laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus
sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
- Penatalaksanaan keperawatan
a. Tirah baring dan selanjutnya aktivitas pasien dibatasi sampai gejala pembesaran
hati kenaikan bilirubin kembali normal.
b. Nutrisi yang adekuat
c. Pertimbangan psikososial akibat pengisolasian dan pemisahan dari keluarga
sehingga diperlukan perencanaan khusus untuk meminimalkan perubahan dalam
persepsi sensori.
d. Pengendalian dan pencegahan
H. PATHWAY
Faktor penyebab
(Virus Hepatitis, Toksik terhadap obat-obatan kimia)
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas klien meliputi : Nama klien, umur, jenis kelamin, pendidikan,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No RM dan diagnosa
medis.
b. Identitas orang tua klien yang meliputi : Nama Ayah dan Ibu klien, agama,
alamat, pekerjaan, penghasilan, umur dan pendidikan terakhir.
c. Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama penderita Hepatitis dapat berupa nafsu makan menurun, muntah,
lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan saat ini
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam,
nyeri perut kanan atas.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan,
prosedur operasi, dan perawatan rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular
khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
4. Dasar-dasar Pengkajian pada Pasien dengan penyakit Hepatitis
a. Aktifitas
a) Kelemahan
b) Kelelahan
c) Malaise
b. Sirkulasi
a) Bradikardi (Hiperbilirubin berat), Anemia
b) Ikterik pada sclera kulit, membrane mukosa
c. Eliminasi
a) Urine gelap
b) Diare feses warna gelap.
d. Makanan dan Cairan
a) Anoreksia
b) Berat badan menurun
c) Mual dan muntah
d) Peningkatan edema
e) Asites
e. Istrahat/Tidur
Tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen,
mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus.
f. Neurosensori
a) Peka terhadap rangsang
b) Letargi
c) Asteriksis
g. Nyeri/Kenyamanan
a) Kram Abdomen
b) Nyeri tekan perut kanan atas dan perasaan tidak nyaman diperut
c) Mialgia
d) Sakit Kepala
e) Gatal (pruritus)
h. Keamanan
a) Demam
b) Urtkaria
c) Lesi makulopopuler
d) Eritema
e) Splenomegali
f) Pembesaran nodus servikal posterior
i. Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkatkan risiko homoseksual aktif / biseksual
pada wanita).
j. Penyuluhan/ Pembelajaran
Riwayat diketahui atau mungkin terpajan pada virus bakteri atau toksin.
Makanan terkontaminasi, air, jarum, alat bedah dengan anastesi halotan:
terpajan pada kimia toksik (contoh : karbon tetraklorida, vinil klorida).
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Pada pasien Hepatitis Kesadaran composmentis, biasanya wajah tampak
menyeringai kesakitan menahan nyeri, konjungtiva anemis, Suhu tubuh
meningkat.
b. Sistem Respirasi
Frekuensi nafas normal (16-20kali/menit), dada simetris, ada tidaknya
sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang
O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
c. Sistem Kardiovaskuler
TD Meningkat, tidak adanya oedema, tidak ada pembesaran jantung, tidak
ada bunyi jantung tambahan.
d. Sistem Urogenital
Urine berwarna gelap
e. Sistem Musculoskeletal
Kelemahan disebabkan tidak adekuatnya nutrisi (anoreksia).
f. Abdomen
Inspeksi : abdomen ada benjolan
Auskultasi : Bising usus positif pada benjolan
Palpasi : pada hepar teraba keras
Perkusi : hipertimpani
B. Diagnosis Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita Hepatitis :
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Intake makanan
yang tidak adekuat.
2. Risiko tinggi Devisit volume cairan b.d Output yang berlebihan (muntah).
3. Nyeri akut b.d agen injuri biologis
4. Gangguan rasa nyama (nyeri) b.d pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi
hati dan berdungan vena porta.
5. Hipertermi b.d invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi
hepar.
6. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan b.d akumulasi garam empedu
7. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik.
C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Intake makanan
yang tidak adekuat.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nutrisi klien
terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a) Menunjukan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
labolatoriunormal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
b) Memperlihatkan asupan makanan dan cairan yang adekuat
c) Tidak ada mual, muntah.
Intervensi :
a) Kaji status pasien, tanda-tanda vital, sensori dan bising usus.
b) Ukur intake makanan dan timbang berat badan.
c) Pantau pemasukan diet/jumlah kalori dan Anjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering.
d) Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
e) Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
f) Kolaborasi dengan medis pemberian obat-obatan anti emetic seperti
metoloperamid, trimetobenzamid.
g) Pemberian transfuse albumin secara IV
Rasional :
2. Risiko tinggi Devisit volume cairan b.d Output yang berlebihan (muntah).
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam kekurangan
volume cairan tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
a) Intake dan output cairan seimbang
b) TTV dalam batas normal
c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
Intervensi :
a) Monitor TTV
b) Monitor Intake dan Output
c) Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan sedikitnya 8 gelas sehari
d) Kolaborasi pemberian cairan IV jika diinstruksikan.
Rasional :
a) Untuk mengetahui keadaan umum klien
b) Membantu menganalisa keseimbangan cairan dan derajat kekurangan
cairan.
c) Untuk mengganti kehilangan cairan.
d) Membantu kebutuhan cairan dalam tubuh.
Rasional :
5. Hipertermi b.d invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi
hepar.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 24 jam diharapkan suhu
tubuh pasien dalam rentang normal
Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37℃), tidak perubahan
warna kulit dan tidak pusing.
Intervensi :
a) Monitor suhu tubuh sesering mungkin minimal tiap 2 jam.
b) Pantau suhu lingkungan, batasi tambahan linen susuai indikasi.
c) Berikan kompres hangat pada pasien di lipat paha dan aksila.
d) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.
e) Kolaborasi pemberian obat Antipiretik
Rasional :
a) Suhu 38,9– 41,1℃ menunjukkan proses penyakit infeksius akut.
b) Untuk mempertahankan suhu mendekati normal.
c) Untuk menurunkan demam
d) Adanya peningkatan metabolisme menyebabkan kehilangan banyak
energi,untuk itu diperlukan peningkatan intake cairan dan nutrisi.
e) Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam.
6. Risiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan b.d akumulasi garam
empedu
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam diharapkan risiko
kerusakan integritas kulit tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
a) Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan.
b) Melaporkan adanya gangguan sensasi atau nyeri pada daerah kulit yang
mengalami iritasi.
Intervensi :
a) monitor kulit akan adanya kemerahan.
b) Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian longgar.
c) Oleskan lotion pada derah yang tertekan.
Rasional :
a) Untuk mengetahui adanya iritasi pada kulit
b) Dengan memakai pakaian longgar memperkecil kemungkinan terjadinya
luka pada kulit.
c) Untuk menghindari kemungkinan terjadi iritasi & kerusakan kulit.
Rasional :
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Teli, 2018).
Implementasi merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan
ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan
yangdiharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan
untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan
kesehatandan memfasilitasi koping (Teli, 2018).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai
efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan
pelaksanaan (Teli, 2018).
Evaluasi yang diharapkan pada Hepatitis :
❖ Klien menunjukan Peningkatan berat badan dan bebas dari tanda-tanda malnutrisi.
❖ Memperlihatkan asupan dan cairan yang adekuat.
❖ Tidak ada mual,muntah
❖ TTV dalam batas normal
❖ Intake dan Output cairan Seimbang.
❖ Klien mempunyai turgor kulit normal dan membrane mukosa lembab.
❖ Klien mengungkapkan Rasa nyeri berkurang, mampu mengontrol dan
mengendalikan nyeri.
❖ Klien dapat mengenali nyeri (skala, intensitas,frekuensi dan tanda nyeri).
❖ Suhu tubuh dalam rentang normal (36-37℃).
❖ Tidak ada perubahan warna kulit.
❖ Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan.
❖ Aktivitas dapat dilakukan sendiri secara optimal dan mandiri.
❖ Pasien mempertahankan kekuatan otot dan ROM sendi.
DAFTAR PUSTAKA
Kolo, Angela. (2019). KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A.S
DENGAN HEPATITIS B DI RUANG TERATAI RSUD PROF. Dr. W.Z. JOHANNES
KUPANG 15-18 JULI 2019. https://core.ac.uk/download/pdf/236674028.pdf . (Diakses 23 Juni
2020).
Nanda International. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi
11 editor T.Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC
Teli Margaretha. (2018). Pedoman Asuhan Keperawatan Komunitas. Kupang: Lima Bintang.