Anda di halaman 1dari 7

14

BAB I
PENDAHULUAN

1.5. Latar Belakang

Lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahun,

sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Serangan penyakit tersebut akibat status imunisasi dasar yang tidak lengkap pada

sekitar 20% anak sebelum ulang tahun yang pertama (WHO dan UNICEF dalam

Utomo, 2008). Berdasarkan estimasi global yang dilakukan WHO tahun 2007

pelaksanaan imunisasi dapat mencegah kurang lebih 25 juta kematian balita tiap

tahun akibat penyakit difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan) dan campak. Di seluruh

dunia, cakupan imunisasi polio yang diterima bayi dengan 3 dosis vaksin polio tahun

2007 adalah 82% dan cakupan imunisasi Hepatitis B dengan 3 dosis vaksin adalah

65%. Sedangkan cakupan imunisasi DPT dan campak masing-masing sebesar 81%

dan 82% (WHO, 2008).

Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan Pengembangan Program

Imunisasi (PPI) secara resmi pada tahun 1997, yang menganjurkan agar semua anak

diimunisasi enam macam penyakit yaitu difteri, pertusis, tetanus, tuberkulosis, polio,

campak. Tahun 1991/1992 Departemen Kesehatan RI telah mulai mengembangkan

program imunisasi hepatitis B dengan mengintegrasikannya ke dalam program

imunisasi rutin yang telah ada di empat propinsi yaitu Nusa Tenggara Barat, Bali,

Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, yang terus dikembangkan ke propinsi

lainnya dan akhirnya pada tahun 1997/1998 imunisasi hepatitis B sudah dapat

menjangkau seluruh bayi di Indonesia (Depkes RI, 2000).

Universitas Sumatera Utara


15

Salah satu target keberhasilan kegiatan imunisasi adalah tercapainya

Universal Child Immunization (UCI), yaitu cakupan imunisasi lengkap bayi, secara

merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010. Indikator imunisasi

lengkap adalah cakupan imunisasi kontak pertama (DPT I) sebesar 90%, dan cakupan

imunisasi kontak lengkap (campak) sebesar 80%. Indikator lainnya yang digunakan

untuk kontak lengkap adalah cakupan imunisasi DPT 3 sebesar 80%. Secara nasional,

pencapaian UCI tingkat desa/kelurahan tahun 2004-2005 mengalami peningkatan

6,8% dari 69,43% tahun 2004 menjadi 76,23% tahun 2005 (Profil Kesehatan

Indonesia, 2006).

Hasil cakupan imunisasi nasional tahun 2007 BCG (86,9%), DPT 3 (67,7%),

Polio 3 (71,0%), HB 3 (62,8), Campak (81,6%). Hasil cakupan tersebut tidak jauh

berbeda dengan hasil survei cakupan imunisasi nasional yang dilakukan Pusat Riset

Epidemiologi dan Surveilens Departemen Epidemiologi Universitas Indonesia yaitu

BCG, DPT I dan Campak >80% sedangkan DPT 3 dan HB 3 <80% (Immunization

Coverage Survey, 2007). Imunisasi lengkap yaitu 1 (satu) dosis vaksin BCG, 3 (tiga)

dosis vaksin DPT, 4 (empat) dosis vaksin Polio dan 1 (satu) vaksin Campak serta

ditambah 3 (dosis) vaksin Hepatitis B diberikan sebelum anak berumur satu tahun (9-

11 bulan) (Immunization Coverage Survey, 2007).

Pembangunan kesehatan salah satu prioritasnya adalah pada program yang

berdampak besar terhadap penurunan Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut hasil

Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 Angka Kematian Bayi (AKB)

diperkirakan sebesar 55 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada

tahun 1997 dan turun lagi menjadi 44 pada tahun 1999 tetapi pada tahun 2000 terjadi

Universitas Sumatera Utara


16

peningkatan menjadi 47 per 1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB)

menurut hasil Surkesnas/Susenas pada tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran

hidup dan dari hasil SDKI 2002-2003 terjadi penurunan cukup besar menjadi 35 per

1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2006).

Menurut data dari WHO Health Report 2006 pada tahun 2004 di Indonesia

terdapat 38 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup sedangkan data yang didapat

dari Immunization Summary 2007 terlihat penurunan angka kematian balita untuk

tahun 2005 yaitu sebesar 36 kematian balita per 1.000 kelahiran hidup (Profil

Kesehatan Indonesia, 2006).

Selama lebih dari lima belas tahun, ditengarai tingkat kematian anak balita di

Indonesia menurun sebesar 42%, tingkat kematian bayi 31%, dan tingkat kematian

pascaneonatal 50% (BPS, 2005). Di balik kemajuan tersebut, ternyata Indonesia

masih memiliki masalah tertingginya angka kematian bayi dan kematian ibu di

wilayah ASEAN.

Pada tahun 2005 KLB Campak terjadi sebanyak 122 kali dengan jumlah kasus

sebanyak 1.467 dan CFR 0,48%. Difteri terjadi 29 kali KLB dengan jumlah kasus

sebanyak 65 dan CFR sebesar 13,85%. Ada banyak faktor yang mempengaruhi

tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menentukan faktor yang paling dominan dan

faktor yang kurang dominan. Penurunan kasus kematian pada anak merupakan salah

satu hal yang dianggap penting dalam tujuan pembangunan milenium. Pada kasus

kematian yang tinggi biasanya jumlah kematian terbanyak terbanyak terjadi pada usia

balita ketika saat itu mereka rentan terhadap penyakit. Statistik menunjukkan bahwa

Universitas Sumatera Utara


17

lebih dari 70% kematian disebabkan Diare, Pneumonia, Campak, Malaria, dan

Malnutrisi.

Perilaku suami dalam mendorong pemberian imunisasi pada bayi merupakan

salah satu faktor dalam pencapaian cakupan imunisasi. Hal ini dikarenakan sebagian

besar setiap daerah di Indonesia memiliki sosial budaya dalam hal pengambilan

keputusan di rumah tangga adalah pihak suami. Sehingga anggapan salah tentang

imunisasi yang berkembang dalam masyarakat membuat para suami merasa khawatir

terhadap resiko dari beberapa vaksin yang diberikan pada bayi. Adanya kepercayaan

tersebut membuat para suami kurang memberikan dorongan kepada istri untuk

mengimunisasi bayi mereka.

Pada umumnya suami tidak menyadari manfaat pemberian imunisasi pada

bayi terhadap kesehatan. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan suami,

karena semakin tinggi pendidikan maka semakin baik wawasan tentang kesehatan.

Selain tingkat pendidikan, pengetahuan dan sikap juga dapat mempengaruhi perilaku

suami yang tercermin pada tindakan suami dalam mendorong pemberian imunisasi

pada bayi. Oleh karena pentingnya pemberian imunisasi dasar lengkap, maka suami

dituntut untuk memiliki pengetahuan yang memadai. Menurut Notoatmodjo (2007),

pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang, yang dapat menimbulkan perubahan persepsi dan terbentuknya sikap yang

konsisten. Dengan pengetahuan, sikap dan tindakan yang baik dalam mendorong

pemberian imunisasi, sehingga dapat menurunkan angka kematian pada anak.

Dalam jadwal pemberian imunisasi dasar pada bayi, imunisasi campak

merupakan pemberian vaksin yang terakhir setelah pemberian vaksin lainnya (BCG,

Universitas Sumatera Utara


18

DPT, Polio, dan HB), sehingga untuk mengetahui gambaran kelengkapan imunisasi

pada bayi biasanya dapat dilihat dari cakupan imunisasi campak. Hasil laporan

Riskedas tahun 2010 diperoleh bahwa cakupan imunisasi campak di Propinsi

Sumatera Utara hanya mencapai 51,1%, sementara cakupan imunisasi nasional

mencapai 74,4%. Hal tersebut menunjukkan bahwa cakupan imunisasi campak di

Propinsi Sumatera Utara masih cukup rendah bila dibandingkan dengan propinsi

lainnya yang rata-rata > 60%, bahkan ada beberapa propinsi yang mencapai 90%,

seperti di Yogyakarta dan Kepulauan Riau.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah tahun

2009, diperoleh laporan hasil cakupan imunisasi dari 7.985 sasaran bayi, diimunisai

BCG 6.256 (78,3%), Polio1 6.989 (87,5%), Polio2 6.464 (81,0%), Polio3 6.162

(77,2%), Poli4 7.260 (90,9%), Campak 5.355 (67,1%), HB-0 (0-7 hari) 2.641

(33,1%), DPT-HB-1 6.219 (77,9%), DPT-HB-2 5.883 (73,7%) dan DPT-HB-3 5.588

(70,0%). Dari angka cakupan ini terlihat bahwa rata-rata bayi diimunisasi untuk

masing-masing jenis imunisasi adalah sebesar 5.882 (73,7%). Hal ini menunjukkan

ada 2.103 (26,3%) bayi yang belum mendapatkan imunisasi lengkap (Dinkes

Tapanuli Tengah, 2010).

Sedangkan data imunisasi dari Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang tahun

2009, diperoleh data hasil cakupan imunisasi bayi dari 390 sasaran bayi, diimunisai

BCG 217 (56,6%), Polio1 214 (54,9%), Polio2 195 (50,0%), Polio3 127 (32,6%),

Poli4 98 (25,1%), Campak 83 (21,34%), HB-0 (0-7 hari) 73 (18,7%), DPT-HB-1 198

(50,8%), DPT-HB-2 135 (34,6%) dan DPT-HB-3 99 (25,4%). Dari angka cakupan ini

terlihat bahwa rata-rata bayi di imunisasi untuk masing-masing jenis imunisasi adalah

Universitas Sumatera Utara


19

sebesar 144 (36,9%). Hal ini menunjukkan ada 264 (63,1%) bayi yang belum

mendapatkan imunisasi lengkap (Puskesmas Kolang, 2010).

Dalam mengatasi masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga, yang

mengambil keputusan dalam pemecahannya adalah tetap kepala keluarga yaitu pihak

suami. Sehingga suami yang kurang mendukung dalam pemberian imunisasi pada

bayi merupakan salah satu faktor rendahnya pencapaian cakupan imunisasi di

Kecamatan Kolang. Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang perilaku suami dalam mendukung pemberian imunisasi

pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten

Tapanuli Tengah Tahun 2010.

1.6. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah bagaimana perilaku suami dalam mendukung pemberian imunisasi pada bayi

di Wilayah Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah

tahun 2010.

1.7. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, sikap

dan kepercayaan suami dalam mendukung pemberian imunisasi pada bayi di Wilayah

Kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2010

Universitas Sumatera Utara


20

1.3.2.Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik suami yang meliputi umur, tingkat pendidikan,

pekerjaan, dan penghasilan suami.

b. Untuk mengetahui sumber informasi yang diperoleh suami tentang imunisasi

pada bayi.

c. Untuk mengetahui pengetahuan suami tentang imunisasi pada bayi.

d. Untuk mengetahui sikap suami dalam mendukung pemberian imunisasi pada

bayi.

e. Untuk mengetahui tindakan suami dalam mendukung pemberian imunisasi pada

bayi.

1.8. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Kolang untuk meningkatkan cakupan

imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Kolang Kecamatan Kolang Kabupaten

Tapanuli Tengah.

b. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin yang ingin melakukan

penelitian tentang imunisasi pada bayi untuk kesempatan yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai