Anda di halaman 1dari 14

Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya

Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

PERILAKU PENGGUNAAN MODEL STRUKTUR


PENUNJANG DAN PENGIKAT (STRUT-AND-TIE MODEL)
PADA BALOK BETON MUTU NORMAL UNTUK TINGGI
BALOK 1500 MM.
Agus Sugianto 1, Andi Marini Indriani 2
1
Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Balikpapan, Email: agus.fadhil@yahoo.co.id
2
Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Balikpapan, Email: marini_sabrina@yahoo.com.sg

ABSTRAK
Penunjang dan pengikat (Strut-and-Tie Model) adalah suatu sistem penyaluran gaya dalam yang
berhubungan dari titik beban kepada penunjang. Prinsip dasar dari metode ini dibuat berdasarkan model
kuda-kuda sederhana dengan memberi penekanan pada penyaluran dan distribusi beban dalam struktur
dan dapat diaplikasikan pada struktur bangunan, jembatan dan struktur lainnya. Strut-and-Tie Model
sesuai untuk digunakan menganalisis dan memodelkan struktur beton bertulang yang memikul tiga jenis
gaya yaitu gaya lentur, gaya geser dan torsi dengan berdasarkan pada teori keseimbangan desain plastis.
Metode ini dapat dipergunakan pada daerah-daerah dimana teori balok tidak tepat diterapkan. Daerah-
daerah ini sering disebut sebagai daerah terganggu (D-regions). Dengan metode Strut-and-Tie Model,
analisa D-region pada elemen struktur dapat lebih mudah dilakukan dimana keadaan tegangan yang
terjadi diidealisasikan sebagai strut dari beton, tie dari baja dan daerah nodal (Lumantarna,2002). Dengan
adanya aksi dari strut and tie tersebut, pertambahan kekuatan pada struktur balok tinggi beton bertulang
dapat terjadi (Nilson dan Winter,1991).
Pengujian dilakukan terhadap balok tinggi (deep beam) mutu normal dengan test uji tekan sampai
mengalami keruntuhan. Model dibuat secara 3D setengah bentang simetris dengan bantuan program
komputasi ANSYS ED versi 9.0. Model ini diharapkan mampu menggambarkan defleksi, keretakan dan
kehancuran yang terjadi terhadap beban ultimit dengan variasi strut-and-tie model, yaitu: model 1: Strut-
and Tie sederhana dua tulangan diagonal, model 2: Strut-and-tie tulangan diagonal truss simetris, model
3: Strut-and Tie tulangan diagonal Truss rangka batang. Analisis model dilakukan pada tinggi balok h=
1500 mm, sudut inklinasi (Φ) < 65o dan > 65o dengan variasi bentuk Strut-and-Tie Model untuk
mengetahui kapasitas lentur ultimit, beban–deformasi, daktilitas, perilaku tegangan, regangan, dan pola
retak.
Hasil analisis model elemen hingga menggunakan bantuan program komputasi ANSYS Ed.9.0. besarnya
geser ultimit (Vu) pada model balok akan bertambah tergantung dari tipe Strut-and-Tie Model dan sudut
inklinasi (Φ) yang dipergunakan, model yang terbaik untuk semua beban adalah model 3, dengan sudut
inklinasi (Φ) > 68o terjadi peningkatan geser ultimit (Vu) sebesar 15,46% terhadap tipe 1. Pola tegangan
yang terjadi berbentuk bottle shape searah diagonal strut. Nilai daktilitas untuk satu sudut < 45º turun
sebesar 27,11%, pada sudut > 45º turun sebesar 55,67 %.

Kata kunci: strut-and-tie model, sudut inklinasi, balok tinggi, pola retak, daktilitas.

1. PENDAHULUAN
Mekanisme Geser yang bekerja pada elemen struktur merupakan hal yang sangat
penting untuk diperhatikan terlebih lagi pada komponen struktur yang rentan terhadap
gaya geser seperti pada balok tinggi beton bertulang. Gaya geser umumnya tidak
bekerja sendiri, tetapi terjadi kombinasi dengan lentur, torsi, atau gaya normal. Perilaku
keruntuhan geser pada balok beton bertulang sangat berbeda dengan keruntuhan yang
diakibatkan oleh lentur. Keruntuhan geser bersifat getas (brittle) tanpa adanya
peringatan atau tanda-tanda berupa lendutan yang berarti.
Penunjang dan pengikat (Strut-and-Tie Model) adalah suatu sistem penyaluran gaya
dalam yang berhubungan dari titik beban kepada penunjang. Prinsip dasar dari metode

ISBN 978-979-99327-9-2 521


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

ini dibuat berdasarkan model kuda-kuda sederhana dengan memberi penekanan pada
penyaluran dan distribusi beban dalam struktur dan dapat diaplikasikan pada struktur
bangunan, jembatan dan struktur lainnya. Strut-and-Tie Model sesuai untuk digunakan
menganalisis dan memodelkan struktur beton bertulang yang memikul tiga jenis gaya
yaitu gaya lentur, gaya geser dan torsi dengan berdasarkan pada teori keseimbangan
desain plastis. Metode ini dapat dipergunakan pada daerah-daerah dimana teori balok
tidak tepat diterapkan. Daerah-daerah ini sering disebut sebagai daerah terganggu (D-
regions). Dengan metode Strut-and-Tie Model, analisa D-region pada elemen struktur
dapat lebih mudah dilakukan dimana keadaan tegangan yang terjadi diidealisasikan
sebagai strut dari beton, tie dari baja dan daerah nodal (Lumantarna,2002). Dengan
adanya aksi dari strut and tie tersebut, pertambahan kekuatan pada struktur balok tinggi
beton bertulang dapat terjadi (Nilson dan Winter,1991).
Strut-and-Tie Model berawal dari Truss-Analogy-Model yang pertama kali
diperkenalkan oleh Ritter (1899), Morsch (1902). Dengan memperhatikan pola retak
yang terjadi pada balok beton bertulang yang diakibatkan oleh beban, Morsch
menggunakan model rangka batang (Truss) untuk menjelaskan aliran gaya (load path)
dari transfer beban ketumpuan seperti yang terjadi pada struktur beton bertulang dalam
kondisi retak (craked condition).

Gambar 1. Tes Pada Balok Tinggi


(Project Summary Report 0-4371-S:Examination of the AASTHO LRFD Strut-and-Tie Specifications,
Authors : MD Brown and O Bayrak, August 2005)

2. METODE PENELITIAN
Pendekatan Sistem
Penelitian dilakukan dengan cara permodelan balok tinggi beton bertulang dengan
menggunakan analisis elemen hingga dengan bantuan komputasi ANSYS versi 11.0.
Pada ANSYS ini permodelan akan dilakukan secara 3D. Hasil analisis yang akan
diperoleh berupa nodal displacement, elements forces and moments, deflection, dan
diagram stress contour. Selain itu juga akan diperoleh pola keretakan yang terjadi.
Permodelan ini dilakukan untuk mengetahui dan memprediksi kemampuan balok tinggi
ketika menerima pembebanan terpusat ultimit dan perilaku penggunaan model Struktur
Penunjang dan Pengikat (Strut-and-Tie Model) terhadap keretakan balok tinggi dengan
variasi model balok beton mutu normal. Hasil permodelan ini selanjutnya akan
dibandingkan dengan hasil eksperimental penelitian sebelumnya.

ISBN 978-979-99327-9-2 522


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

Perancangan Model
Perancangan model balok tinggi dibuat secara 3D dengan bantuan komputasi ANSYS
ED versi 9.0 sesuai dengan dimensi sebenarnya. Model ini diharapkan mampu
menggambarkan defleksi, keretakan dan kehancuran yang terjadi akibat pengaruh
perilaku penggunaan model Struktur Penunjang dan Pengikat (Strut-and-Tie Model)
terhadap beban ultimit dan variasi tinggi balok. Untuk model balok tinggi dapat dilihat
pada Gambar 2 berikut;

(a) (b) (c)


Gambar 2: Model Balok Strut-and-Tie
(a) Tipe 1 : Strut-and tie sederhana dua tulangan diagonal.
(b) Tipe 2 : Strut-and-tie tulangandiagonal Truss simetris.
(c) Tipe 3 : Strut-and tie tulangan diagonal Truss rangka batang.

Model Beton
Model beton menggunakan element types SOLID65 yang didefinisikan dalam delapan
nodes dan merupakan material isotropic yang mampu menggambarkan defleksi,
keretakan dan kehancuran beton. Element SOLID65 ini dapat bekerja bersama dengan
material lain, misalnya baja tulangan. Input data element types SOLID65, Kuat tekan
beton diperoleh dari hasil pengujian terdahulu, Modulus elastisitas beton (Ec), Poisson
rasio untuk beton digunakan 0,20.

Kuat tarik beton.


Nilai tegangan–regangan dalam multilinier kinematic hardening plasticity.
Perilaku elastic isotropic pada beton terjadi pada saat sebelum beton mengalami retak
awal atau posisi akan mengalami kehancuran. Parameter kehancuran pada permukaan
beton dalam ANSYS dimodelkan pada material model nonlinier nonmetal plasticity
concrete, Kurva tegangan–regangan untuk beton normal menggunakan tata cara
perhitungan struktur beton bertulang untuk bangunan gedung (SNI 03-2847-2002).

Model Baja Tulangan


Model baja tulangan menggunakan element types LINK8 yang didefiniskan dengan 2
nodes material isotropic. Data untuk material model baja tulangan menggunakan elemen
non linier rate independent multilinier isotropic hardening dan von–Mises yield criterian
dengan nilai young modulus, poisson ratio dan nilai kurva tegangan–regangan baja
berdasarkan tata cara perhitungan struktur beton bertulang untuk bangunan gedung (SNI
03-2847-2002).

Model tumpuan
Model tumpuan balok digunakan SOLID45. Elemen ini merupakan elemen tiga dimensi
yang didefinisikan dengan delapan titik dengan material properties orthotropic. Elemen
memiliki kemampuan untuk plastisitas, rangkak tekuk, kekakuan tegangan, defleksi dan
regangan. Data untuk material model tumpuan menggunakan linier isotropic dengan
memasukkan data modulus elestisitas dan poisson rasio.

ISBN 978-979-99327-9-2 523


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

Analisis Model Menggunakan Pendekatan Matematik


Hasil analisis model menggunakan model pendekatan dengan perhitungan matematik
tersebut diperoleh data berupa nilai momen-kurvatur-daktilitas, beban–deformasi dari
model balok yang dianalisis.

3. PEMBAHASAN
Validasi dan Verifikasi dengan Penelitian terdahulu
Validasi dan Verifikasi terhadap penelitian ini dengan penelitian terdahulu dimaksudkan
sebagai bahan pembanding dan acuan untuk melihat apakah penelitian yang dilakukan
dengan memodelkan pada program Ansys ED.9.0 sudah sesuai dan mendekati dengan
pengujian dilaboratorium, dengan cara validasi dan verifikasi satu model yang dibuat
pada penelitian terdahulu. yaitu pengujian Strut-and Tie model oleh para peneliti dari
UPH yaitu Harianto Harjasaputra dan Wiryanto Dewobroto (2005) yang dilakukan di
laboratoriumPusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman (Puskim) Departemen
Pekerjaan Umum. Penelitian ini mengacu pada peraturan beton ACI 318 M-2002 juga
peraturan beton Indonesia SNI 03-2847dengan membuat model seperti pada Gambar 3
sebagai berikut ;

Gambar 3: Balok Tinggi type 1 (Harianto H.dkk, 2005)

Momen Kurvatur
Perhitungan momen dan kurvatur yang terjadi pada model balok menggunakan
modifikasi blok tegangan–regangan untuk beton mutu normal kondisi terkekang pada
berbagai kondisi pembebanan, yaitu kondisi awal retak, kondisi leleh pertama dan
kondisi ultimit. Berdasarkan perhitungan analisis daktilitas kurvatur menggunakan
metode Kent and Park.

Tabel 1: Tabel hasil perhitungan manual momen ultimit, beban terpusat ultimit (Pu),
dan beban geser ultimit (Vu) tanpa strut-and-tie dan dengan strut-and-tie untuk balok
setengah bentang.
Tanpa Strut and Tie Dengan Strut and Tie
Daktilitas
No. Model Balok
Kurvatur Mu P V Mu P V
(kN.m) (kN) (kN) (kN.m) (kN) (kN)
BT.AS-800.1.01
1 6.237 162,392 90,217 78,138 393,194 221,172 212,5405
Val.
2 BT.AS-1500.1.07 10.099 370,435 205,797 110,924 771,945 434,219 361,856
3 BT.AS-1500.2.08 10.099 370,435 205,797 110,924 785,087 441,611 284,929
4 BT.AS-1500.3.09 10.099 370,435 205,797 110,924 779,930 438,710 630,790
Sumber : hasil perhitungan analitis balok tanpa strut-and-tie
dan dengan strut-and-tie

ISBN 978-979-99327-9-2 524


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

Dari Tabel 1. Model Balok AS-800.1.01,Val; nilai momen ultimit terhadap variasi
model strut-and-tie, nilainya naik berturut–turut. Nilai daktilitas kurvatur juga
meningkat seiring dengan bertambahnya tinggi balok (h).
Untuk tinggi balok (h) 800 mm, daktilitas Kurvatur (Φ) sebesar 6,237 tinggi balok (h)
1500 mm, daktilitas Kurvatur (Φ) sebesar 10,099. Beban terpusat ultimit(Pu) yang
terbaik adalah pada tipe 2, yaitu BT.AS-1500.2.08 dengan Pu = 441.6118 kN. Rasio
peningkatan model BT.AS.-1500.2.08, dan BT.AS-1500.3.09 sebesar 1,017 : 1,010
terhadap model BT.AS-1500.1.07. Momen ultimit (Mu) yang terbaik adalah pada tipe 2,
yaitu BT.AS-1500.2.08. dengan Mu = 785,0876 kNm. Rasio peningkatan model
BT.AS.-1500.2.08, dan BT.AS-1500.3.09 sebesar 1,017 : 1,010 terhadap model
BT.AS-1500.1.07.

Beban–Deformasi Model Balok.


Dari nilai momen yang diperoleh pada kondisi awal retak, leleh dan ultimit, maka dapat
ditentukan beban maksimal yang bekerja dan deformasi yang terjadi pada model balok
tersebut. Besarnya beban maksimal yang bekerja dan deformasi yang terjadi pada model
balok dalam kondisi awal retak, leleh dan ultimit, tercantum dalam Tabel 2.

Tabel 2: Nilai beban dan deformasi model balok pada kondisi awal retak, leleh dan
ultimit tinjauan setengah bentang (1/2 L). Hasil perhitungan menggunakan kurva
tegangan–regangan Kent and Park.
Kondisi Awal Retak Kondisi Leleh Kondisi Ultimit
No No Model
PCrack ΔCrack Py Δy Pu Δu
kN mm kN.m mm Nm mm
1 2 3 4 5 6 7 8
1 BT.AS-800.1.01, Validasi 90,2178 0,0032 146,0325 0,0000 175,2180 0,00003
8 BT.AS-1500.1.07 205,7975 0,0032 404,7856 0,0000 463,0428 0,00002
9 BT.AS-1500.2.08 205,7975 0,0032 404,7856 0,0000 463,0428 0,00002
10 BT.AS-1500.3.09 205,7975 0,0032 404,7856 0,0000 463,0428 0,00002
Sumber : perhitungan tegangan-regangan Kent and Park

Tabel 3: Nilai beban ultimit, rasio tulangan dan daktilitas kurvatur model balok pada
kondisi ultimit tinjauan setengah bentang (1/2L). Hasil perhitungan menggunakan kurva
tegangan–regangan Kent and Park.

Kondisi Ultimit
No No Model ρ Daktilitas
Pu Δu
(kN) (mm)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 BT.AS-800.1.01, Validasi 175,2180 0,00003 0,0063 9,2680
8 BT.AS-1500.1.07 463,0428 0,00002 0,0057 10,0997
9 BT.AS-1500.2.08 463,0428 0,00002 0,0057 10,0997
10 BT.AS-1500.3.09 463,0428 0,00002 0,0057 10,0997
Sumber : perhitungan tegangan-regangan Kent and Park

ISBN 978-979-99327-9-2 525


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

Tabel 3 Adalah hubungan nilai beban ultimit, rasio tulangan dan daktilitas pada model
balok BT.AS-1500.1.07; BT.AS-1500.2.08 dan BT.AS-1500.3.09, nilai beban ultimit
terhadap tinggi balok, nilainya naik berturut–turut pada rasio 1,000; 1,200; 2,115
sebesar 218.9510; 280,1825; 463,0428 kN.
Untuk model BT.AS-1500.1.07; BT.AS-1500.2.08 dan BT.AS-1500.3.09, nilai rasio
tulangan (ρ) terhadap tinggi balok, nilainya turun berturut–turut pada rasio 1,000;
0,952; 0,904 untuk balok dengan tinggi 800 mm sebesar 0,0063, untuk balok dengan
tinggi 1000 mm sebesar 0,0060 dan untuk balok dengan tinggi 1500 mm sebesar
0,0057. Daktilitas kurvatur menjadi naik seiring dengan naiknya beban ultimit dan
bertambahnya tinggi balok, Untuk model BT.AS-1500.1.07; BT.AS-1500.2.08 dan
BT.AS-1500.3.09, nilai daktilitas kurvatur terhadap tinggi balok, nilainya naik berturut–
turut pada rasio 1,000; 1,506; 1,619, untuk balok tinggi 800 mm sebesar 6,2375, dan
untuk balok dengan tinggi 1500 mm sebesar 10,0997.
Dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya tinggi balok membuat bertambahnya
nilai beban yang mampu ditahan dan Daktilitasnya menjadi semakin meningkat
walaupun terjadi penurunan pada rasio tulangan ( ρ) .
Analisis Model Menggunakan ANSYS ED.9.0
Model balok yang akan dianalisis dengan model elemen hingga menggunakan program
komputasi ANSYS Ed.9.0,
Pada Gambar 4.a,b,c, Gambar 5.a,b,c dan Gambar 6. a,b,c. adalah penampang
memanjang dan penampang perspektif model balok dan model baja tumpuan dengan
meshing volumes.

(a) (b) (c)


Gambar 4.a,b,c: Potongan memanjang dan penampang perspektif model Balok
BT.AS-800.1.01, Validasi, BT.AS-1500.1.07 dengan Meshing Volumes dalam
program komputasi ANSYS Ed.9.0.
Pada Gambar 4.a tampak potongan memanjang balok dan tumpuan dengan Meshing
Volume , Gambar 4.b, tampak potongan memanjang balok yang menggambarkan letak
penulangan, Gambar 4.c tampak penampang perspektif balok yang menggambarkan
secara lebih jelas letak penulangan.

(a) (b) (c)


Gambar 5.a,b dan c: Potongan memanjang dan penampang perspektif model balok
BT.AS-1500.2.08 dengan Meshing Volumes dalam program komputasi ANSYS Ed.9.0.

Pada Gambar 5.a tampak potongan memanjang balok dan tumpuan dengan Meshing
Volume , Gambar 5.b tampak potongan memanjang balok yang menggambarkan letak

ISBN 978-979-99327-9-2 526


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

penulangan, Gambar 5.c tampak penampang perspektif balok yang menggambarkan


secara lebih jelas letak penulangan.

(a) (b) (c)


Gambar 6.a,b,dan c Potongan Memanjang dan penampang perspektif model Balok
BT.AS-800.3.03, BT.AS-1500.3.09 dengan Meshing Volumes dalam program
komputasi ANSYS Ed.9.0.
Gambar 6.a tampak potongan memanjang balok dan tumpuan dengan Meshing
Volume, Gambar 6.b tampak potongan memanjang balok yang menggambarkan letak
penulangan, Gambar 6.c tampak penampang perspektif balok yang menggambarkan
secara lebih jelas letak penulangan.

Beban pada Model Balok


Besarnya beban yang diberikan tercantum dalam Tabel 3:
Tabel 3: Nilai Beban Model Balok hasil Analisis Menggunakan ANSYS Ed.9.0

Load Value Load Value Rasio Area Jenis


No Nomor Model Beban P
Pressure (Load Value x 1,0 N/mm2) Beban Pembebanan

N/mm2 mm2 N kN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 BT.AS-800.1.01,Val 10,00 10,00 2500,00 25000,00 25,00 Pressure
8 BT.AS-1500.1.07 20,00 20,00 2500,00 50000,00 50,00 Pressure
9 BT.AS-1500.2.08 20,00 20,00 2500,00 50000,00 50,00 Pressure
10 BT.AS-1500.3.09 20,00 20,00 2500,00 50000,00 50,00 Pressure
Sumber : hasil momen dan kurvatur analisis ANSYS ED.9.0.

Model balok BT.AS-800.1.01,validasi, diberi beban pressure bernilai 10 yang bila


dikonversi kedalam pembebanan sebesar 25 kN. Model BT.AS-1500.1.07, BT.AS-
1500.2.08 dan BT.AS-1500.3.09 diberi beban pressure bernilai 20 yang bila
dikonversikan kedalam pembebanan sebesar 50 kN.

Momen–Kurvatur Model Balok


Besarnya momen dan kurvatur yang terjadi pada model balok berdasarkan hasil analisis
menggunakan ANSYS ED.9.0 tercantum dalam Tabel 4.
Tabel 4: Nilai momen dan kurvatur model balok pada kondisi awal retak, leleh dan
ultimit hasil analisis menggunakan ANSYS ED.9.0
Retak Pertama Retak Kedua (Leleh) Retak Ketiga (Ultimit)

No No Model MCrack1 φCrack1 Myield φyield Multimit φultimit

(kNm) (1/mm) (kNm) (1/mm) (kNm) (1/mm)


1 2 3 4 5 6 7 8
1 BT.AS-800.1.01,Val. 3,750 0,062 26,600 0,444 153,810 2,673
2 BT.AS-1500.1.07 7,500 0,044 119,180 0,716 313,640 1,923
3 BT.AS-1500.2.08 7,500 0,035 119,180 0,563 318,000 1,541
4 BT.AS-1500.3.09 7,500 0,061 48,750 0,395 71,250 0,580

ISBN 978-979-99327-9-2 527


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

Sumber : hasil momen dan kurvatur analisis ANSYS ED.9.0.


Dari Tabel 4. diatas terlihat bahwa; Model balok BT.AS-800.1.01,validasi, retak
pertama (MCrack1 ) terjadi pada 3,750 kNm. dengan kurvatur retak (υCrack1) sebesar 0,062
1
/mm. retak kedua (Myield) terjadi pada 26,600 kNm. dengan kurvatur retak (υYield1)
sebesar 0,4441/mm. retak ketiga (MUltimit) terjadi pada 153,810 kNm. dengan kurvatur
retak (υYield1) sebesar 2,6731/mm.
Model balok BT.AS-1500.1.07, retak pertama (MCrack1 ) terjadi pada 7,500 kNm. dengan
kurvatur retak (υCrack1) sebesar 0,044 1/mm. retak kedua (Myield) terjadi pada 119,180
kNm. dengan kurvatur retak (υYield1) sebesar 0,716 1/mm. retak ketiga (MUltimit) terjadi
pada 313,640 kNm. dengan kurvatur retak (υYield1) sebesar 1,923 1/mm.
Model balok BT.AS-1500.2.08, retak pertama (MCrack1 ) terjadi pada 7,500 kNm. dengan
kurvatur retak (υCrack1) sebesar 0,035 1/mm. retak kedua (Myield) terjadi pada 119,180
kNm. dengan kurvatur retak (υYield1) sebesar 0,5631/mm. retak ketiga (MUltimit) terjadi
pada 318,000 kNm. dengan kurvatur retak (υYield1) sebesar 1,541 1/mm.
Model balok BT.AS-1500.3.09, retak pertama (MCrack1 ) terjadi pada 7,500 kNm. dengan
kurvatur retak (υCrack1) sebesar 0,061 1/mm. retak kedua (Myield) terjadi pada 48,750
kNm. dengan kurvatur retak (υYield1) sebesar 0,3951/mm. retak ketiga (MUltimit) terjadi
pada 71,250 kNm. dengan kurvatur retak (υYield1) sebesar 0,580 1/mm.

Tabel 5: Nilai momen dan kurvatur model balok pada kondisi ultimit hasil analisis
menggunakan ANSYS Ed.9.0
Mu Nilai φyield φu
Daktilitas
No No Model Mu/Myield
(μφ=φu/φyield)
(kNm) (1/mm) (1/mm)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)


1 BT.AS-800.1.01,Val. 153,810 0,444 5,782 2.673 6,020
2 BT.AS-1500.1.07 313,640 0,716 2,632 1.923 2,686
3 BT.AS-1500.2.08 318,000 0,564 2,668 1.542 2,733
4 BT.AS-1500.3.09 71,250 0,396 1,462 0.586 1,480
Sumber : hasil analisis nilai momen dan kurvatur kondisi ultimit dengan ANSYS ED.9.0

Dari Tabel 5. diatas terlihat bahwa ;


 Model balok BT.AS-800.1.01 validasi, Momen ultimit (Mu) terjadi pada retak
ketiga sebesar 153,810 kNm. dengan niai momen ultimit dibagi momen leleh
(Mu/Myield) sebesar 5,782, dengan kurvatur ultimit (υu) sebesar 2,673 1/mm. kurvatur
ultimit dibagi kurvatur leleh (υu/υyield) sebesar 6,020 1/mm. daktilitas kurvatur sebesar
6,020.
 Model balok BT.AS-1500.1.07, Momen ultimit (Mu) terjadi pada retak ketiga
sebesar 313,640 kNm. dengan niai momen ultimit dibagi momen leleh (Mu/Myield)
sebesar 2,632, dengan kurvatur ultimit (υu) sebesar 1,923 1/mm. kurvatur ultimit
dibagi kurvatur leleh (υu/υyield) sebesar 2,686 1/mm. daktilitas kurvatur sebesar 2,686.
 Model balok BT.AS-1500.2.08, Momen ultimit (Mu) terjadi pada retak ketiga
sebesar 318,640 kNm. dengan niai momen ultimit dibagi momen leleh (Mu/Myield)
sebesar 2,668, dengan kurvatur ultimit (υu) sebesar 1,542 1/mm. kurvatur ultimit
dibagi kurvatur leleh (υu/υyield) sebesar 2,733 1/mm. daktilitas kurvatur sebesar 2,733.
 Model balok BT.AS-1500.3.09, Momen ultimit (Mu) terjadi pada retak ketiga
sebesar 71,250 kNm. dengan niai momen ultimit dibagi momen leleh (Mu/Myield)

ISBN 978-979-99327-9-2 528


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

sebesar 1,462, dengan kurvatur ultimit (υu) sebesar 0,586 1/mm. kurvatur ultimit
dibagi kurvatur leleh (υu/υyield) sebesar 1,4811/mm. daktilitas kurvatur sebesar 1,480.
Berdasarkan syarat daktilitas kurvatur menurut Park and Paulay (1974) yang
menyebutkan bahwa :

(a) (b)

Gambar 7.a Kurva momen dan kurvatur model balok BT.AS-800.1.01,validasi,


menggunakan ANSYS ED.9.0.
Gambar 7.b Kurva momen dan kurvatur model balok BT.AS-1500.1.07, BT.AS-
1500.2.08 dan BT.AS-1500.3.09 menggunakan ANSYS ED.9.0

Pada Gambar 7.a Nilai momen dan kurvatur model balok pada model balok BT.AS-
800.1.01 validasi hasil analitis dengan ANSYS ED.9.0, BT.AS-800.1.01validasi analitis
dan BT.AS-800.1.01validasi dengan strut-and-tie model. Nilai momen terhadap tinggi
balok, nilainya berturut–turut pada rasio 1,000; 1,132; 1,404 sebesar 137,758 ;153,810;
165,310 kN.m. Pada Kurva Gambar 7.b Nilai momen dan kurvatur pada model balok
BT.AS-1500.1.07, BT.AS-1500.2.08 dan BT.AS-1500.3.09 hasil analisis dengan
ANSYS ED.9.0. Nilai momen terhadap tinggi balok, nilainya berturut–turut pada rasio
1.000; 1.011; 0,441 sebesar 314,25; 318,00; 71,25 kN.m. terhadap model BT.AS-
1500.1.07. Semakin besar nilai ρ, maka daktilitas semakin kecil, menunjukkan bahwa
model tersebut tidak tepat digunakan pada struktur bangunan didaerah yang
memerlukan daktilitas tinggi seperti pada daerah gempa. Perbedaan nilai daktilitas
kurvatur dikarenakan adanya perbedaan model dari strut-and-tie dimana juga akan
mempengaruhi rasio antara tulangan dan beton (ρ).
Persamaan kurva regresi polynomial curve fitting berderajat 2 untuk nilai tegangan
terhadap model adalah; y = 119,60x2 ,nilai R2 = 0,994 dengan y = nilai dari persamaan
polynominal, x adalah nilai kurvatur dan R adalah nilai regresi (mendekati nilai 1).

Beban–Deformasi Model Balok.


Besarnya nilai beban dan deformasi yang terjadi pada model balok diperoleh dari hasil
konversi nilai tegangan-regangan beton pada model balok hasil analisis menggunakan
ANSYS ED.9.0

ISBN 978-979-99327-9-2 529


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

BT.AS-1500.1.07 BT.AS-1500.2.08 BT.AS-1500.3.09


Gambar 8. Diagram deformasi model balok BT.AS-1500.1.07, BT.AS-1500.2.08, dan
BT.AS-1500.3.09.
Sumber : hasil analisis deformasi dengan ANSYS ED.9.0

Dari Gambar 8, untuk model BT.AS-1500.1.07; BT.AS-1500.2.08; dan BT.AS-


1500.3.09; dengan nilai deformasi yang terjadi cenderung turun dan perilaku model
balok menjadi lebih kuat. Model variasi BT.AS-1500.1.07; BT.AS-1500.2.08; dan
BT.AS-1500.3.09; dengan penambahan model strut-and-tie, perilaku model balok
variasi menjadi lebih kuat dan momen yang mampu ditahan lebih tinggi dibanding
model validasi tetapi kenaikan tersebut bersifat fluktuatif, tergantung dari jenis model
serta beban yang ditinjau. Besarnya beban dan deformasi yang terjadi tercantum dalam
kurva berikut :

(a) (b) (c)


Gambar 9.a,b,c. Kurva beban dan deformasi model balok BT.AS-1500.1.07, BT.AS-
1500.2.08, BT.AS-1500.3.09, hasil analisis menggunakan ANSYS Ed.9.0.

Gambar 9.a, adalah kurva hubungan momen dan deformasi yang terjadi pada model
balok BT.AS-1500.1.07, nilai beban dan deformasi untuk model BT.AS-1500.1.07,
Pu= 418,18 kN; deformasi = 10,6352 mm. Gambar 9.b, adalah kurva hubungan momen
dan deformasi yang terjadi pada model balok BT.AS-1500.2.08, nilai beban dan
deformasi untuk model BT.AS-1500.2.08, Pu= 424,00 kN; deformasi = 10,9841 mm.
Gambar 9.c adalah kurva hubungan momen dan deformasi yang terjadi pada model
balok BT.AS-1500.3.09, nilai beban dan deformasi untuk model BT.AS-1500.3.09,
Pu= 95,00 kN; deformasi = 0,0658 mm.

Perilaku Tegangan dan Pola Retak Model Balok


Pola tegangan pada model balok hasil analisis menggunakan ANSYS Ed.9.0
berdasarkan beban yang yang terjadi :

ISBN 978-979-99327-9-2 530


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

BT.AS-1500.1.07 BT.AS-1500.2.08 BT.AS-1500.3.09


(a) (b) (c)
Gambar 10. a,b,c, Diagram deformasi model balok BT.AS-1500.1.07, BT.AS-
1500.2.08, dan BT.AS-1500.3.09.
Sumber : hasil analisis tegangan dengan ANSYS ED.9.0.
Gambar 10.a, tegangan (stress von Misses) pada model balok BT.AS-1500.1.07 yang
merupakan variasi model balok memperlihatkan bahwa tegangan yang terjadi
menggambarkan pola Bottle Shape struts yang semakin samar akibat Pengaruh dari
model strut- and-tie yang terpasang pada balok.konsentrasi tegangan terjadi pada
tumpuan dan blok pembagi beban dari beban pressure sebesar 20 kN. Warna biru tua
menunjukkan terjadi tegangan sebesar 0,001242 kN, semakin mendekati warna merah
maka tegangan semakin meningkat dengan tegangan maksimal sebesar 21,320 kN.
Gambar 10.b, tegangan (stress von Misses) pada variasi model balok BT.AS-1500.2.08
memperlihatkan bahwa tegangan yang terjadi menggambarkan pola Bottle Shape struts
yang semakin samar akibat pengaruh dari model strut- and-tie yang terpasang pada
balok. Konsentrasi tegangan terjadi pada tumpuan dan blok pembagi beban dari beban
pressure sebesar 20 kN. Warna biru tua menunjukkan terjadi tegangan sebesar 0,001275
kN, semakin mendekati warna merah maka tegangan semakin meningkat dengan
tegangan maksimal sebesar 21,685 kN. Gambar 10.c, tegangan (stress von Misses)
pada variasi model balok BT.AS-1500.1.07 memperlihatkan bahwa tegangan yang
terjadi menggambarkan pola Bottle Shape struts yang semakin samar akibat pengaruh
dari model strut- and-tie yang terpasang pada balok, konsentrasi tegangan terjadi pada
tumpuan dan blok pembagi beban dari beban pressure sebesar 20 kN. Warna biru tua
menunjukkan terjadi tegangan sebesar 0,000170 kN, semakin mendekati warna merah
maka tegangan semakin meningkat dengan tegangan maksimal sebesar 0,6285 kN.

Pola Retak Model Balok


Pola retak pada model balok hasil analisis menggunakan ANSYS Ed.9.0 berdasarkan
beban yang yang terjadi.

(a) (b) (c)


Gambar 11.a, Pola retak model balok BT.AS-1500.1.07..Gambar 11.b, Pola retak
model balok BT.AS-1500.2.08 dan Gambar 11.c, Pola retak model balok BT.AS-
1500.3.09
Sumber : hasil analisis tegangan dengan ANSYS ED.9.0

ISBN 978-979-99327-9-2 531


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

Pada Gambar 11.a, tertera Pola retak keseluruhan (all crack) pada variasi model balok
BT.AS-1500.1.07, konsentrasi tegangan terjadi pada tumpuan dan blok pembagi beban
akibat beban pressure sebesar 20 kN. Pada gambar tersebut tidak terlihat pola retak
yang terjadi di tengah bentang balok pada bagian bawah (lapangan).
Pada Gambar 11.b, Pola retak keseluruhan (all crack) pada model balok BT.AS-
1500.2.08 yang merupakan variasi model balok memperlihatkan pola retak yang terjadi,
konsentrasi tegangan terjadi pada tumpuan dan blok pembagi beban akibat beban
pressure sebesar 20 kN.Pada gambar tersebut tidak terlihat pola retak yang terjadi di
tengah bentang balok pada bagian bawah (lapangan)
Pada Gambar 11.c, tertera gambar Pola retak keseluruhan (all crack) pada model balok
BT.AS-1500.3.09 yang merupakan variasi model balok memperlihatkan pola retak yang
terjadi, konsentrasi tegangan terjadi pada tumpuan dan blok pembagi beban akibat
beban pressure sebesar 20 kN.Pada gambar tersebut tidak terlihat pola retak yang
terjadi di tengah bentang balok pada bagian bawah (lapangan).

Analisis Perbandingan Hasil Analitis dan ANSYS ED 9.0.


Peningkatan mutu beton (fc‘) maka akan terjadi peningkatan nilai kapasitas momen
(Mu), beban terpusat ultimit (Pu), kapasitas geser (Vu) pada model dengan penulangan
strut-and-tie.

Tabel 8 Tabel rekapitulasi hasil perhitungan kapasitas momen ultimit (Mu), kapasitas
beban terpusat (Pu) dan kapasitas geser ultimit (Vu)Daktilitas model balok dengan cara
analitis dan analisis ANSYS ED. 9.0

Tinggi Besar Momen ultimit (Mu) Beban Vertikal ultimit (P) Geser ultimit (V)

Model Daktili strut- strut- strut-


Balok Sudut Manual Ansys Manual Ansys Manual Ansys
tas and-tie and-tie and-tie
0
(mm.) ( ) (kN.m.) (kN.m.) (kN.m.) (kN.) (kN.) (kN.) (kN.) (kN.) (kN.)
BT.AS-
800.1.01,V 800 45 6.020 162.392 393.194 153.810 90.217 221.172 182.293 78.138 212.540 222.267
AL
BT.AS-
1500 45 2.686 370.435 771.945 313.640 205.797 434.219 205.946 110.924 361.856 312.079
1500.1.07
BT.AS-
1500 80/76 2.733 370.435 785.087 318.000 205.795 441.611 123.475 110.924 284.929 132.050
1500.2.08
BT.AS- 68/78/
1500 1.480 370.435 779.930 71.250 209.797 438.710 95.000 110.924 630.790 360.335
1500.3.09 78

Tabel 8 menunjukkan bahwa peningkatan mutu beton (fc‘) maka akan terjadi
peningkatan nilai kapasitas momen (Mu), beban terpusat ultimit (Pu), kapasitas geser
(Vu) pada model dengan penulangan strut-and-tie.
Pada balok model ANSYS dengan tinggi (h)= 1500 mm, sudut strut diagonal 68º,78º
dan 78º,untuk momen ultimit (Mu) antara tipe 1 dan 2 terjadi peningkatan sebesar
1,39% terhadap tipe 1, tetapi pada tipe 3 terjadi penurunan sebesar 77,28% terhadap tipe
1. Beban terpusat ultimit (Pu) terjadi penurunan sebesar 40,05% terhadap tipe 1, pada
tipe 3 terjadi penurunan sebesar 53,87% terhadap tipe 1.
Beban geser ultimit (Vu)terjadi penurunan pada tipe 2 sebesar 57,68% terhadap tipe 1
dan peningkatan pada tipe 3 sebesar 15,46% terhadap tipe 1.
Pada tinjauan beban terpusat (Pu) dan geser ultimit (Vu), peningkatan sudut 68º/71º/71º
ke 68º/78º/78º atau kemiringan yang meningkat 7º menunjukkan bahwa perilaku strut-
and-tie untuk 3 sudut yang mengecil akan lebih baik dari sudut yang lebih besar, dalam
model terlihat bahwa pengurangan sudut 7o memberikan peningkatan minimal sebesar

ISBN 978-979-99327-9-2 532


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

1,40%. Tinggi balok (h)= 1500 mm, daktilitas kurvatur pada model 2 akan meningkat
sebesar 1,75 % terhadap model 1, tetapi pada model 3 akan menurun sebesar 44,90%
terhadap model 1. Nilai daktilitas kurvatur pada model satu sudut (45º) tinggi 1000
mm. akan menurun sebesar 27,11% terhadap model dengan tinggi 800 mm, pada model
tinggi 1500 mm akan menurun sebesar 31,55% terhadap model dengan tinggi 800 mm.
Nilai daktilitas kurvatur pada model tinggi 1500 mm akan menurun sebesar 37,53%
terhadap model dengan tinggi 800 mm. Nilai daktilitas kurvatur pada model tiga sudut
(68º/71º/71º) dan (68º/78º/78º) tinggi 1000 mm. akan menurun sebesar 55,67%
terhadap model dengan tinggi 800 mm, pada model tinggi 1500 mm akan menurun
sebesar 48,63% terhadap model dengan tinggi 800 mm.

4. KESIMPULAN
Sudut strut diagonal < 68º Mu yang terbaik adalah balok strut-and-tie tipe 2 (tulangan
diagonal simetris), untuk beban terpusat ultimit (Pu) yang optimal adalah balok strut-
and-tie tipe 3, untuk geser ultimit (Vu) yang optimal adalah balok strut-and-tie tipe 3
(diagonal truss rangka batang). Untuk sudut strut diagonal > 68º Mu yang terbaik adalah
balok strut-and-tie tipe 2 (tulangan diagonal simetris), untuk beban terpusat ultimit (Pu)
yang optimal adalah balok strut-and-tie tipe 1, untuk geser ultimit (Vu) yang optimal
adalah balok strut-and-tie tipe 3 (diagonal truss rangka batang).
Perbandingan nilai daktilitas kurvatur pada balok dengan strut-and-tie pada sudut < 45º
akan turun sebesar 27,11%, nilai daktilitas kurvatur pada satu sudut > 45º akan turun
sebesar 55,67%, tetapi untuk model dua sudut (68º/71º) akan turun sebesar 58,62% dan
untuk tiga sudut (68º/71º/71º) dan (68º/78º/78º) akan turun sebesar 55,67%.

5. DAFTAR PUSTAKA
1. American Concrete Institute (1997) ACI DESIGN HANDBOOK, Designed of Structural
Reinforced Concrete Elements in Accordance with the Strenght Design Methode of ACI
318-95
2. ANSYS Release 9.0.(2007). Programmer‟s Manual for ANSYS. ANSYS Incorporations and
ANSYS Europe, Ltd. (http://ansys.com diakses tanggal 5 September 2009)
3. Dipohusodo,I (1999) Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK-SNI-T-15-1991-03.
Departemen Pekerjaan Umum RI, PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.
4. Hardjasaputra, Harianto dan Wiryanto Dewobroto. (2005). Eksperimen Struktur Beton
Balok Tinggi untuk Pengembangan Strut-and-Tie Model. (http://sipil-
uph.tripod.com/research.htm, diakses pada tanggal 29 September 2009).
5. Karl-Heinz Reineck, Example for The Design of Structural Concrete with Strut-and-Tie
Model. ACI International SP-208.
6. Kong, F.K. (2002). Reinforced Concrete Deep Beams. Taylor & Francis Books, Inc. New
York.
7. Lertsrisakulrat, Torsak., Akinori Yanagawa, Maki Matsuo, and Junichiro Niwa. (2001).
Concept of Concrete Compressive Fracture Energy in RC Deep Beams without Transverse
Reinforcement. Proceedings of the Japan Concrete Institute Journal Vol.23;No.3;PAGE.97-
102(2001)
8. (http://211.10.28.144/data_pdf/23/023-01-3017.pdf, diakses pada tanggal 18 Oktober 2009).
9. Nawy, Edward G. (1998). Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar.PT. Refika Aditama.
Bandung
10. Park, R. and T. Paulay (1975). Reinforced Concrete Structures. John wiley & sons, New
York, US.

ISBN 978-979-99327-9-2 533


Seminar Nasional X – 2014 Teknik Sipil ITS Surabaya
Inovasi Struktur dalam Menunjang Konektivitas Pulau di Indonesia

11. Russo, Gaetano., Raffaele Venir, and Margherita Pauletta. (2005). Reinforced Concrete
Deep Beams Shear Strength Model and Design Formula. ACI Structural Journal, V.102,
No.3, May-June 2005.
12. 11 Wang, Chu-Kia., Charles G. Salmon. (1985). Reinforced Concrete Design (Fourth
edition). Harper & Row Publishers. New York.
13. 12. Watanabe, Ken., Mitsuyasu Iwanami, Hiroshi Yokota, and Junichiro Niwa, (2002).
Estimation of The Localized Compressive Failure Zone of Concrete by AE Method.
Proceeding of the 1st fib Congress, Osaka, Session 13, October 2002, pp.117-124.
14. 13. Wight, James K., James G. MacGregor. (2009). Reinforced Concrete Mechanics &
Desain (Fifth Edition). Pearson Prentice Hall. New Jersey.
15. 14. Zararis, Prodomoros D., Ioannis P. Zararis. (2008). Shear Strength of Reinforced
Concrete Beams under Uniformly Distributed Loads. ACI Structural Journal, November -
Desember 2008.

ISBN 978-979-99327-9-2 534

Anda mungkin juga menyukai