ABSTRAK
Penunjang dan pengikat (Strut-and-Tie Model) adalah suatu sistem penyaluran gaya dalam yang
berhubungan dari titik beban kepada penunjang. Prinsip dasar dari metode ini dibuat berdasarkan model
kuda-kuda sederhana dengan memberi penekanan pada penyaluran dan distribusi beban dalam struktur
dan dapat diaplikasikan pada struktur bangunan, jembatan dan struktur lainnya. Strut-and-Tie Model
sesuai untuk digunakan menganalisis dan memodelkan struktur beton bertulang yang memikul tiga jenis
gaya yaitu gaya lentur, gaya geser dan torsi dengan berdasarkan pada teori keseimbangan desain plastis.
Metode ini dapat dipergunakan pada daerah-daerah dimana teori balok tidak tepat diterapkan. Daerah-
daerah ini sering disebut sebagai daerah terganggu (D-regions). Dengan metode Strut-and-Tie Model,
analisa D-region pada elemen struktur dapat lebih mudah dilakukan dimana keadaan tegangan yang
terjadi diidealisasikan sebagai strut dari beton, tie dari baja dan daerah nodal (Lumantarna,2002). Dengan
adanya aksi dari strut and tie tersebut, pertambahan kekuatan pada struktur balok tinggi beton bertulang
dapat terjadi (Nilson dan Winter,1991).
Pengujian dilakukan terhadap balok tinggi (deep beam) mutu normal dengan test uji tekan sampai
mengalami keruntuhan. Model dibuat secara 3D setengah bentang simetris dengan bantuan program
komputasi ANSYS ED versi 9.0. Model ini diharapkan mampu menggambarkan defleksi, keretakan dan
kehancuran yang terjadi terhadap beban ultimit dengan variasi strut-and-tie model, yaitu: model 1: Strut-
and Tie sederhana dua tulangan diagonal, model 2: Strut-and-tie tulangan diagonal truss simetris, model
3: Strut-and Tie tulangan diagonal Truss rangka batang. Analisis model dilakukan pada tinggi balok h=
1500 mm, sudut inklinasi (Φ) < 65o dan > 65o dengan variasi bentuk Strut-and-Tie Model untuk
mengetahui kapasitas lentur ultimit, beban–deformasi, daktilitas, perilaku tegangan, regangan, dan pola
retak.
Hasil analisis model elemen hingga menggunakan bantuan program komputasi ANSYS Ed.9.0. besarnya
geser ultimit (Vu) pada model balok akan bertambah tergantung dari tipe Strut-and-Tie Model dan sudut
inklinasi (Φ) yang dipergunakan, model yang terbaik untuk semua beban adalah model 3, dengan sudut
inklinasi (Φ) > 68o terjadi peningkatan geser ultimit (Vu) sebesar 15,46% terhadap tipe 1. Pola tegangan
yang terjadi berbentuk bottle shape searah diagonal strut. Nilai daktilitas untuk satu sudut < 45º turun
sebesar 27,11%, pada sudut > 45º turun sebesar 55,67 %.
Kata kunci: strut-and-tie model, sudut inklinasi, balok tinggi, pola retak, daktilitas.
1. PENDAHULUAN
Mekanisme Geser yang bekerja pada elemen struktur merupakan hal yang sangat
penting untuk diperhatikan terlebih lagi pada komponen struktur yang rentan terhadap
gaya geser seperti pada balok tinggi beton bertulang. Gaya geser umumnya tidak
bekerja sendiri, tetapi terjadi kombinasi dengan lentur, torsi, atau gaya normal. Perilaku
keruntuhan geser pada balok beton bertulang sangat berbeda dengan keruntuhan yang
diakibatkan oleh lentur. Keruntuhan geser bersifat getas (brittle) tanpa adanya
peringatan atau tanda-tanda berupa lendutan yang berarti.
Penunjang dan pengikat (Strut-and-Tie Model) adalah suatu sistem penyaluran gaya
dalam yang berhubungan dari titik beban kepada penunjang. Prinsip dasar dari metode
ini dibuat berdasarkan model kuda-kuda sederhana dengan memberi penekanan pada
penyaluran dan distribusi beban dalam struktur dan dapat diaplikasikan pada struktur
bangunan, jembatan dan struktur lainnya. Strut-and-Tie Model sesuai untuk digunakan
menganalisis dan memodelkan struktur beton bertulang yang memikul tiga jenis gaya
yaitu gaya lentur, gaya geser dan torsi dengan berdasarkan pada teori keseimbangan
desain plastis. Metode ini dapat dipergunakan pada daerah-daerah dimana teori balok
tidak tepat diterapkan. Daerah-daerah ini sering disebut sebagai daerah terganggu (D-
regions). Dengan metode Strut-and-Tie Model, analisa D-region pada elemen struktur
dapat lebih mudah dilakukan dimana keadaan tegangan yang terjadi diidealisasikan
sebagai strut dari beton, tie dari baja dan daerah nodal (Lumantarna,2002). Dengan
adanya aksi dari strut and tie tersebut, pertambahan kekuatan pada struktur balok tinggi
beton bertulang dapat terjadi (Nilson dan Winter,1991).
Strut-and-Tie Model berawal dari Truss-Analogy-Model yang pertama kali
diperkenalkan oleh Ritter (1899), Morsch (1902). Dengan memperhatikan pola retak
yang terjadi pada balok beton bertulang yang diakibatkan oleh beban, Morsch
menggunakan model rangka batang (Truss) untuk menjelaskan aliran gaya (load path)
dari transfer beban ketumpuan seperti yang terjadi pada struktur beton bertulang dalam
kondisi retak (craked condition).
2. METODE PENELITIAN
Pendekatan Sistem
Penelitian dilakukan dengan cara permodelan balok tinggi beton bertulang dengan
menggunakan analisis elemen hingga dengan bantuan komputasi ANSYS versi 11.0.
Pada ANSYS ini permodelan akan dilakukan secara 3D. Hasil analisis yang akan
diperoleh berupa nodal displacement, elements forces and moments, deflection, dan
diagram stress contour. Selain itu juga akan diperoleh pola keretakan yang terjadi.
Permodelan ini dilakukan untuk mengetahui dan memprediksi kemampuan balok tinggi
ketika menerima pembebanan terpusat ultimit dan perilaku penggunaan model Struktur
Penunjang dan Pengikat (Strut-and-Tie Model) terhadap keretakan balok tinggi dengan
variasi model balok beton mutu normal. Hasil permodelan ini selanjutnya akan
dibandingkan dengan hasil eksperimental penelitian sebelumnya.
Perancangan Model
Perancangan model balok tinggi dibuat secara 3D dengan bantuan komputasi ANSYS
ED versi 9.0 sesuai dengan dimensi sebenarnya. Model ini diharapkan mampu
menggambarkan defleksi, keretakan dan kehancuran yang terjadi akibat pengaruh
perilaku penggunaan model Struktur Penunjang dan Pengikat (Strut-and-Tie Model)
terhadap beban ultimit dan variasi tinggi balok. Untuk model balok tinggi dapat dilihat
pada Gambar 2 berikut;
Model Beton
Model beton menggunakan element types SOLID65 yang didefinisikan dalam delapan
nodes dan merupakan material isotropic yang mampu menggambarkan defleksi,
keretakan dan kehancuran beton. Element SOLID65 ini dapat bekerja bersama dengan
material lain, misalnya baja tulangan. Input data element types SOLID65, Kuat tekan
beton diperoleh dari hasil pengujian terdahulu, Modulus elastisitas beton (Ec), Poisson
rasio untuk beton digunakan 0,20.
Model tumpuan
Model tumpuan balok digunakan SOLID45. Elemen ini merupakan elemen tiga dimensi
yang didefinisikan dengan delapan titik dengan material properties orthotropic. Elemen
memiliki kemampuan untuk plastisitas, rangkak tekuk, kekakuan tegangan, defleksi dan
regangan. Data untuk material model tumpuan menggunakan linier isotropic dengan
memasukkan data modulus elestisitas dan poisson rasio.
3. PEMBAHASAN
Validasi dan Verifikasi dengan Penelitian terdahulu
Validasi dan Verifikasi terhadap penelitian ini dengan penelitian terdahulu dimaksudkan
sebagai bahan pembanding dan acuan untuk melihat apakah penelitian yang dilakukan
dengan memodelkan pada program Ansys ED.9.0 sudah sesuai dan mendekati dengan
pengujian dilaboratorium, dengan cara validasi dan verifikasi satu model yang dibuat
pada penelitian terdahulu. yaitu pengujian Strut-and Tie model oleh para peneliti dari
UPH yaitu Harianto Harjasaputra dan Wiryanto Dewobroto (2005) yang dilakukan di
laboratoriumPusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman (Puskim) Departemen
Pekerjaan Umum. Penelitian ini mengacu pada peraturan beton ACI 318 M-2002 juga
peraturan beton Indonesia SNI 03-2847dengan membuat model seperti pada Gambar 3
sebagai berikut ;
Momen Kurvatur
Perhitungan momen dan kurvatur yang terjadi pada model balok menggunakan
modifikasi blok tegangan–regangan untuk beton mutu normal kondisi terkekang pada
berbagai kondisi pembebanan, yaitu kondisi awal retak, kondisi leleh pertama dan
kondisi ultimit. Berdasarkan perhitungan analisis daktilitas kurvatur menggunakan
metode Kent and Park.
Tabel 1: Tabel hasil perhitungan manual momen ultimit, beban terpusat ultimit (Pu),
dan beban geser ultimit (Vu) tanpa strut-and-tie dan dengan strut-and-tie untuk balok
setengah bentang.
Tanpa Strut and Tie Dengan Strut and Tie
Daktilitas
No. Model Balok
Kurvatur Mu P V Mu P V
(kN.m) (kN) (kN) (kN.m) (kN) (kN)
BT.AS-800.1.01
1 6.237 162,392 90,217 78,138 393,194 221,172 212,5405
Val.
2 BT.AS-1500.1.07 10.099 370,435 205,797 110,924 771,945 434,219 361,856
3 BT.AS-1500.2.08 10.099 370,435 205,797 110,924 785,087 441,611 284,929
4 BT.AS-1500.3.09 10.099 370,435 205,797 110,924 779,930 438,710 630,790
Sumber : hasil perhitungan analitis balok tanpa strut-and-tie
dan dengan strut-and-tie
Dari Tabel 1. Model Balok AS-800.1.01,Val; nilai momen ultimit terhadap variasi
model strut-and-tie, nilainya naik berturut–turut. Nilai daktilitas kurvatur juga
meningkat seiring dengan bertambahnya tinggi balok (h).
Untuk tinggi balok (h) 800 mm, daktilitas Kurvatur (Φ) sebesar 6,237 tinggi balok (h)
1500 mm, daktilitas Kurvatur (Φ) sebesar 10,099. Beban terpusat ultimit(Pu) yang
terbaik adalah pada tipe 2, yaitu BT.AS-1500.2.08 dengan Pu = 441.6118 kN. Rasio
peningkatan model BT.AS.-1500.2.08, dan BT.AS-1500.3.09 sebesar 1,017 : 1,010
terhadap model BT.AS-1500.1.07. Momen ultimit (Mu) yang terbaik adalah pada tipe 2,
yaitu BT.AS-1500.2.08. dengan Mu = 785,0876 kNm. Rasio peningkatan model
BT.AS.-1500.2.08, dan BT.AS-1500.3.09 sebesar 1,017 : 1,010 terhadap model
BT.AS-1500.1.07.
Tabel 2: Nilai beban dan deformasi model balok pada kondisi awal retak, leleh dan
ultimit tinjauan setengah bentang (1/2 L). Hasil perhitungan menggunakan kurva
tegangan–regangan Kent and Park.
Kondisi Awal Retak Kondisi Leleh Kondisi Ultimit
No No Model
PCrack ΔCrack Py Δy Pu Δu
kN mm kN.m mm Nm mm
1 2 3 4 5 6 7 8
1 BT.AS-800.1.01, Validasi 90,2178 0,0032 146,0325 0,0000 175,2180 0,00003
8 BT.AS-1500.1.07 205,7975 0,0032 404,7856 0,0000 463,0428 0,00002
9 BT.AS-1500.2.08 205,7975 0,0032 404,7856 0,0000 463,0428 0,00002
10 BT.AS-1500.3.09 205,7975 0,0032 404,7856 0,0000 463,0428 0,00002
Sumber : perhitungan tegangan-regangan Kent and Park
Tabel 3: Nilai beban ultimit, rasio tulangan dan daktilitas kurvatur model balok pada
kondisi ultimit tinjauan setengah bentang (1/2L). Hasil perhitungan menggunakan kurva
tegangan–regangan Kent and Park.
Kondisi Ultimit
No No Model ρ Daktilitas
Pu Δu
(kN) (mm)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 BT.AS-800.1.01, Validasi 175,2180 0,00003 0,0063 9,2680
8 BT.AS-1500.1.07 463,0428 0,00002 0,0057 10,0997
9 BT.AS-1500.2.08 463,0428 0,00002 0,0057 10,0997
10 BT.AS-1500.3.09 463,0428 0,00002 0,0057 10,0997
Sumber : perhitungan tegangan-regangan Kent and Park
Tabel 3 Adalah hubungan nilai beban ultimit, rasio tulangan dan daktilitas pada model
balok BT.AS-1500.1.07; BT.AS-1500.2.08 dan BT.AS-1500.3.09, nilai beban ultimit
terhadap tinggi balok, nilainya naik berturut–turut pada rasio 1,000; 1,200; 2,115
sebesar 218.9510; 280,1825; 463,0428 kN.
Untuk model BT.AS-1500.1.07; BT.AS-1500.2.08 dan BT.AS-1500.3.09, nilai rasio
tulangan (ρ) terhadap tinggi balok, nilainya turun berturut–turut pada rasio 1,000;
0,952; 0,904 untuk balok dengan tinggi 800 mm sebesar 0,0063, untuk balok dengan
tinggi 1000 mm sebesar 0,0060 dan untuk balok dengan tinggi 1500 mm sebesar
0,0057. Daktilitas kurvatur menjadi naik seiring dengan naiknya beban ultimit dan
bertambahnya tinggi balok, Untuk model BT.AS-1500.1.07; BT.AS-1500.2.08 dan
BT.AS-1500.3.09, nilai daktilitas kurvatur terhadap tinggi balok, nilainya naik berturut–
turut pada rasio 1,000; 1,506; 1,619, untuk balok tinggi 800 mm sebesar 6,2375, dan
untuk balok dengan tinggi 1500 mm sebesar 10,0997.
Dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya tinggi balok membuat bertambahnya
nilai beban yang mampu ditahan dan Daktilitasnya menjadi semakin meningkat
walaupun terjadi penurunan pada rasio tulangan ( ρ) .
Analisis Model Menggunakan ANSYS ED.9.0
Model balok yang akan dianalisis dengan model elemen hingga menggunakan program
komputasi ANSYS Ed.9.0,
Pada Gambar 4.a,b,c, Gambar 5.a,b,c dan Gambar 6. a,b,c. adalah penampang
memanjang dan penampang perspektif model balok dan model baja tumpuan dengan
meshing volumes.
Pada Gambar 5.a tampak potongan memanjang balok dan tumpuan dengan Meshing
Volume , Gambar 5.b tampak potongan memanjang balok yang menggambarkan letak
N/mm2 mm2 N kN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 BT.AS-800.1.01,Val 10,00 10,00 2500,00 25000,00 25,00 Pressure
8 BT.AS-1500.1.07 20,00 20,00 2500,00 50000,00 50,00 Pressure
9 BT.AS-1500.2.08 20,00 20,00 2500,00 50000,00 50,00 Pressure
10 BT.AS-1500.3.09 20,00 20,00 2500,00 50000,00 50,00 Pressure
Sumber : hasil momen dan kurvatur analisis ANSYS ED.9.0.
Tabel 5: Nilai momen dan kurvatur model balok pada kondisi ultimit hasil analisis
menggunakan ANSYS Ed.9.0
Mu Nilai φyield φu
Daktilitas
No No Model Mu/Myield
(μφ=φu/φyield)
(kNm) (1/mm) (1/mm)
sebesar 1,462, dengan kurvatur ultimit (υu) sebesar 0,586 1/mm. kurvatur ultimit
dibagi kurvatur leleh (υu/υyield) sebesar 1,4811/mm. daktilitas kurvatur sebesar 1,480.
Berdasarkan syarat daktilitas kurvatur menurut Park and Paulay (1974) yang
menyebutkan bahwa :
(a) (b)
Pada Gambar 7.a Nilai momen dan kurvatur model balok pada model balok BT.AS-
800.1.01 validasi hasil analitis dengan ANSYS ED.9.0, BT.AS-800.1.01validasi analitis
dan BT.AS-800.1.01validasi dengan strut-and-tie model. Nilai momen terhadap tinggi
balok, nilainya berturut–turut pada rasio 1,000; 1,132; 1,404 sebesar 137,758 ;153,810;
165,310 kN.m. Pada Kurva Gambar 7.b Nilai momen dan kurvatur pada model balok
BT.AS-1500.1.07, BT.AS-1500.2.08 dan BT.AS-1500.3.09 hasil analisis dengan
ANSYS ED.9.0. Nilai momen terhadap tinggi balok, nilainya berturut–turut pada rasio
1.000; 1.011; 0,441 sebesar 314,25; 318,00; 71,25 kN.m. terhadap model BT.AS-
1500.1.07. Semakin besar nilai ρ, maka daktilitas semakin kecil, menunjukkan bahwa
model tersebut tidak tepat digunakan pada struktur bangunan didaerah yang
memerlukan daktilitas tinggi seperti pada daerah gempa. Perbedaan nilai daktilitas
kurvatur dikarenakan adanya perbedaan model dari strut-and-tie dimana juga akan
mempengaruhi rasio antara tulangan dan beton (ρ).
Persamaan kurva regresi polynomial curve fitting berderajat 2 untuk nilai tegangan
terhadap model adalah; y = 119,60x2 ,nilai R2 = 0,994 dengan y = nilai dari persamaan
polynominal, x adalah nilai kurvatur dan R adalah nilai regresi (mendekati nilai 1).
Gambar 9.a, adalah kurva hubungan momen dan deformasi yang terjadi pada model
balok BT.AS-1500.1.07, nilai beban dan deformasi untuk model BT.AS-1500.1.07,
Pu= 418,18 kN; deformasi = 10,6352 mm. Gambar 9.b, adalah kurva hubungan momen
dan deformasi yang terjadi pada model balok BT.AS-1500.2.08, nilai beban dan
deformasi untuk model BT.AS-1500.2.08, Pu= 424,00 kN; deformasi = 10,9841 mm.
Gambar 9.c adalah kurva hubungan momen dan deformasi yang terjadi pada model
balok BT.AS-1500.3.09, nilai beban dan deformasi untuk model BT.AS-1500.3.09,
Pu= 95,00 kN; deformasi = 0,0658 mm.
Pada Gambar 11.a, tertera Pola retak keseluruhan (all crack) pada variasi model balok
BT.AS-1500.1.07, konsentrasi tegangan terjadi pada tumpuan dan blok pembagi beban
akibat beban pressure sebesar 20 kN. Pada gambar tersebut tidak terlihat pola retak
yang terjadi di tengah bentang balok pada bagian bawah (lapangan).
Pada Gambar 11.b, Pola retak keseluruhan (all crack) pada model balok BT.AS-
1500.2.08 yang merupakan variasi model balok memperlihatkan pola retak yang terjadi,
konsentrasi tegangan terjadi pada tumpuan dan blok pembagi beban akibat beban
pressure sebesar 20 kN.Pada gambar tersebut tidak terlihat pola retak yang terjadi di
tengah bentang balok pada bagian bawah (lapangan)
Pada Gambar 11.c, tertera gambar Pola retak keseluruhan (all crack) pada model balok
BT.AS-1500.3.09 yang merupakan variasi model balok memperlihatkan pola retak yang
terjadi, konsentrasi tegangan terjadi pada tumpuan dan blok pembagi beban akibat
beban pressure sebesar 20 kN.Pada gambar tersebut tidak terlihat pola retak yang
terjadi di tengah bentang balok pada bagian bawah (lapangan).
Tabel 8 Tabel rekapitulasi hasil perhitungan kapasitas momen ultimit (Mu), kapasitas
beban terpusat (Pu) dan kapasitas geser ultimit (Vu)Daktilitas model balok dengan cara
analitis dan analisis ANSYS ED. 9.0
Tinggi Besar Momen ultimit (Mu) Beban Vertikal ultimit (P) Geser ultimit (V)
Tabel 8 menunjukkan bahwa peningkatan mutu beton (fc‘) maka akan terjadi
peningkatan nilai kapasitas momen (Mu), beban terpusat ultimit (Pu), kapasitas geser
(Vu) pada model dengan penulangan strut-and-tie.
Pada balok model ANSYS dengan tinggi (h)= 1500 mm, sudut strut diagonal 68º,78º
dan 78º,untuk momen ultimit (Mu) antara tipe 1 dan 2 terjadi peningkatan sebesar
1,39% terhadap tipe 1, tetapi pada tipe 3 terjadi penurunan sebesar 77,28% terhadap tipe
1. Beban terpusat ultimit (Pu) terjadi penurunan sebesar 40,05% terhadap tipe 1, pada
tipe 3 terjadi penurunan sebesar 53,87% terhadap tipe 1.
Beban geser ultimit (Vu)terjadi penurunan pada tipe 2 sebesar 57,68% terhadap tipe 1
dan peningkatan pada tipe 3 sebesar 15,46% terhadap tipe 1.
Pada tinjauan beban terpusat (Pu) dan geser ultimit (Vu), peningkatan sudut 68º/71º/71º
ke 68º/78º/78º atau kemiringan yang meningkat 7º menunjukkan bahwa perilaku strut-
and-tie untuk 3 sudut yang mengecil akan lebih baik dari sudut yang lebih besar, dalam
model terlihat bahwa pengurangan sudut 7o memberikan peningkatan minimal sebesar
1,40%. Tinggi balok (h)= 1500 mm, daktilitas kurvatur pada model 2 akan meningkat
sebesar 1,75 % terhadap model 1, tetapi pada model 3 akan menurun sebesar 44,90%
terhadap model 1. Nilai daktilitas kurvatur pada model satu sudut (45º) tinggi 1000
mm. akan menurun sebesar 27,11% terhadap model dengan tinggi 800 mm, pada model
tinggi 1500 mm akan menurun sebesar 31,55% terhadap model dengan tinggi 800 mm.
Nilai daktilitas kurvatur pada model tinggi 1500 mm akan menurun sebesar 37,53%
terhadap model dengan tinggi 800 mm. Nilai daktilitas kurvatur pada model tiga sudut
(68º/71º/71º) dan (68º/78º/78º) tinggi 1000 mm. akan menurun sebesar 55,67%
terhadap model dengan tinggi 800 mm, pada model tinggi 1500 mm akan menurun
sebesar 48,63% terhadap model dengan tinggi 800 mm.
4. KESIMPULAN
Sudut strut diagonal < 68º Mu yang terbaik adalah balok strut-and-tie tipe 2 (tulangan
diagonal simetris), untuk beban terpusat ultimit (Pu) yang optimal adalah balok strut-
and-tie tipe 3, untuk geser ultimit (Vu) yang optimal adalah balok strut-and-tie tipe 3
(diagonal truss rangka batang). Untuk sudut strut diagonal > 68º Mu yang terbaik adalah
balok strut-and-tie tipe 2 (tulangan diagonal simetris), untuk beban terpusat ultimit (Pu)
yang optimal adalah balok strut-and-tie tipe 1, untuk geser ultimit (Vu) yang optimal
adalah balok strut-and-tie tipe 3 (diagonal truss rangka batang).
Perbandingan nilai daktilitas kurvatur pada balok dengan strut-and-tie pada sudut < 45º
akan turun sebesar 27,11%, nilai daktilitas kurvatur pada satu sudut > 45º akan turun
sebesar 55,67%, tetapi untuk model dua sudut (68º/71º) akan turun sebesar 58,62% dan
untuk tiga sudut (68º/71º/71º) dan (68º/78º/78º) akan turun sebesar 55,67%.
5. DAFTAR PUSTAKA
1. American Concrete Institute (1997) ACI DESIGN HANDBOOK, Designed of Structural
Reinforced Concrete Elements in Accordance with the Strenght Design Methode of ACI
318-95
2. ANSYS Release 9.0.(2007). Programmer‟s Manual for ANSYS. ANSYS Incorporations and
ANSYS Europe, Ltd. (http://ansys.com diakses tanggal 5 September 2009)
3. Dipohusodo,I (1999) Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SK-SNI-T-15-1991-03.
Departemen Pekerjaan Umum RI, PT. Gramedia Pustaka, Jakarta.
4. Hardjasaputra, Harianto dan Wiryanto Dewobroto. (2005). Eksperimen Struktur Beton
Balok Tinggi untuk Pengembangan Strut-and-Tie Model. (http://sipil-
uph.tripod.com/research.htm, diakses pada tanggal 29 September 2009).
5. Karl-Heinz Reineck, Example for The Design of Structural Concrete with Strut-and-Tie
Model. ACI International SP-208.
6. Kong, F.K. (2002). Reinforced Concrete Deep Beams. Taylor & Francis Books, Inc. New
York.
7. Lertsrisakulrat, Torsak., Akinori Yanagawa, Maki Matsuo, and Junichiro Niwa. (2001).
Concept of Concrete Compressive Fracture Energy in RC Deep Beams without Transverse
Reinforcement. Proceedings of the Japan Concrete Institute Journal Vol.23;No.3;PAGE.97-
102(2001)
8. (http://211.10.28.144/data_pdf/23/023-01-3017.pdf, diakses pada tanggal 18 Oktober 2009).
9. Nawy, Edward G. (1998). Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar.PT. Refika Aditama.
Bandung
10. Park, R. and T. Paulay (1975). Reinforced Concrete Structures. John wiley & sons, New
York, US.
11. Russo, Gaetano., Raffaele Venir, and Margherita Pauletta. (2005). Reinforced Concrete
Deep Beams Shear Strength Model and Design Formula. ACI Structural Journal, V.102,
No.3, May-June 2005.
12. 11 Wang, Chu-Kia., Charles G. Salmon. (1985). Reinforced Concrete Design (Fourth
edition). Harper & Row Publishers. New York.
13. 12. Watanabe, Ken., Mitsuyasu Iwanami, Hiroshi Yokota, and Junichiro Niwa, (2002).
Estimation of The Localized Compressive Failure Zone of Concrete by AE Method.
Proceeding of the 1st fib Congress, Osaka, Session 13, October 2002, pp.117-124.
14. 13. Wight, James K., James G. MacGregor. (2009). Reinforced Concrete Mechanics &
Desain (Fifth Edition). Pearson Prentice Hall. New Jersey.
15. 14. Zararis, Prodomoros D., Ioannis P. Zararis. (2008). Shear Strength of Reinforced
Concrete Beams under Uniformly Distributed Loads. ACI Structural Journal, November -
Desember 2008.