Anda di halaman 1dari 17

TUGAS UAS

PSIKOLOGI INTERVENSI KELOMPOK DAN KOMUNITAS

Rancangan Intervensi Kelompok karena Pemutusan Hubungan Kerja Dampak


Pandemi Covid Kantor Jingga Digital di Malang

Dosen Pengampu : Risa Juliadilla, M.Psi., Psikolog

NAMA : Mellissa Julyane


28

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BUDAYA
UNIVERSITAS GAJAYANA MALANG
JULI 2020
BAB I
PENGANTAR

A. Latar Belakang Masalah


Terdros Adhanom Ghebreyesus yang menjabat sebagai Direktur jenderal World
Health Organization (WHO) merilis sebuah pengumuman yang sangat menyentak kita
semua. Corona virus Disease 2019 (Covid-19) dinyatakan sebagai pandemi global sejak
Maret 2020. Virus mematikan yang dimulai dari Wuhan, China pada Desember 2019. Covid-
19 sebagai pandemi global tentu saja memberi dampak yang sangat serius bagi Indonesia
sehingga membuat banyak orang harus melakukan Physical distancing (menjaga jarak fisik)
dari keramaian agar terhindar penyebaran Covid-19. Ribuan karyawan di-PHK, berdampak
pada buruh bahkan tukang sepatu sekalipun kesulitan mencari nafkah.
Kondisi ini tentu saja menimbulkan kebosanan, kecemasan dan panik yang jika tidak
segera ditangani akan mengalami gangguan psikosomatis. Psikosomatis merupakan gangguan
pada fisik yang disebabkan oleh tekanan-tekanan emosional dan psikologis atau sebagai
akibat dari kegiatan psikologis yang berlebihan dalam merespon gejala emosi. Demikian
menurut Kartono dan Gulo (1987).
Dalam kondisi sulit seperti ini berpikir positif akan sangat berpengaruh pada
kesejahteraan psikis dan kesehatan fisik seseorang. Selain memberi asupan pada tubuh kita
juga harus memberi vitamin untuk psikologis selama covid-19 ini. Meski terkesan dipaksa
untuk melakukan segala aktifitas di rumah. Banyak sisi positif yang bisa dilakukan untuk
menyiasati kebosanan ketika berada di rumah saja.
Berbagai kebijakan dari pemerintah yang melakukan pembatasan terhadap berbagai
aktifitas akan memicu rasa bosan, cemas, tertekan yang merupakan 2/3 dari gejala dasar
psikosomatis, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan fisik. Cemas fisik akan
mengalami perubahan detak jantung, tekanan darah, hilangnya selera makan, gangguan
pernapasan hingga terganggunya pola tidur.
Meski saat ini telah diterapkan sebagai fase new normal, namun gejala di atas dapat
terjadi hingga hari ini sebagai stimulus emosional yang sudah terjadi beberapa bulan.
Karenanya upaya untuk menyadari kondisi psikologis sebagai self control merupakan faktor
penting untuk mengembalikan keadaan yang stabil. Atau juga bisa menempuh upaya dengan
memanfaatkan jasa profesional seperti mengikuti layanan psikologis dari psikolog, konselor,
dan psikiater guna mencegah timbulnya gejala psikosomatis.
Dalam menghadapi kondisi pandemic saat ini beberapa cara untuk membantu
meringkankan gejala – gejala kecemasan yang dialami banyak orang adalah dengan cara
intervensi antar beberapa orang yang mengalami masalah yang sama dalam satu kelompok.
Hal ini sebagai bentuk kepedulian bersama bagi orang – orang yang mengalami hal serupa
seperti timbulnya kecemasan dalam diri karena pandemic dan diberhentikan kerja karena
perusahaan sedang bermasalah dengan ekonomi. Cara yang mungkin bisa membantu orang –
orang bermasalah ini agar meningkatkan motivasi – motivasi yang rendah dalam diri
sehingga kecemasan dapat berkurang agar mampu berpikir secara positif sehingga saling
menemukan jalan keluar disetiap masalah.
B. Rumusan Masalah
Lamanya pandemi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) jika terus berlanjut dan
dibiarkan bisa menimbulkan persoalan kesehatan jiwa. Covid-19 bisa menimbulkan dua
masalah kejiwaan, yaitu orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) dan orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ). Persoalan kesehatan jiwa tidak hanya disebabkan karena terdampak
langsung penyebaran virus. Kesehatan jiwa juga dapat disebabkan karena keharusan bekerja
dari rumah, sekolah dari rumah,  dan tidak dapat bepergian secara bebas. 
Selain itu, persoalan ekonomi karena penurunan pendapatan, mengalami pemutusan
hubungan kerja (PHK), kesulitan berusaha, dan sebagainya. Hal tersebut bisa menimbulkan
persoalan kesehatan akibat pandemi Covid-19 yaitu ODMK hingga ODGJ. ODMK adalah
orang yang mengalami kekhawatiran, atau kecemasan. ODMK masih dapat beraktivitas
secara normal, tetapi mengalami perasaan tidak nyaman atau luka batin. Sama halnya luka
fisik, luka batin meski kecil harus segera diobati agar tidak membesar dan mengakibatkan
luka yang lebih serius. 
Selain itu, kecemasan yang terus berlanjut akan menjadi masalah serius. Seseorang
akan mengalami kecemasan yang berlebihan, tidak terkendali, dan menjadi tidak rasional
dalam menghadapi virus tersebut.  Kekhawatiran yang berlebihan ini bisa sampai membuat
orang merasa merasa gelisah, sulit tidur, merasa lelah, mudah marah, berkeringat, dan
gemetaran serta berperilaku tidak berani keluar rumah dan bertemu dengan orang lain. Jika
sudah seperti itu maka orang itu akan terganggu. Artinya status orang ini meningkat dari
ODMK menjadi ODGJ. Jika hal ini terus terjadi, ia menyebutkan bukan tidak mungkin
terjadi kenaikan ODGJ yang besar di Indonesia. "Artinya bisa timbul krisis baru yaitu krisis
kesehatan jiwa.
Pemerintah telah merespons persoalan tersebut dengan membuat layanan psikologi
sehat jiwa atau sejiwa. Layanan ini diluncurkan 28 April 2020 lalu dan bisa diakses dengan
menghubungi 119 lalu tekan 8. Selain itu, mengimbau masyarakat untuk saling memberikan
perhatian dan dukungan emosional kepada keluarga, teman, tetangga dan bantuan apapun
kepada yang membutuhkan. Beberapa upaya akan meringankan beban psikologis orang
membutuhkan. Pandemi Covid-19 saat ini kondisi yang baru untuk semua orang sehingga
yang terbaik adalah belajar bersama menghadapi situasi ini. Karena itu, harapan semua pihak
perlu belajar bersama.
Hal yang perlu diperhatikan juga adalah membentuk suatu kelompok atau komunitas
yang bertujuan membangun kerjasama dalam hal dukungan social secara kelompok, apa dan
bagaimana cara mengatasi masalah dengan sharing satu sama lain agar mendapatkan hal – hal
positif yang dibutuhkan mereka didalam situasi pandemic saat ini.

C. Tujuan Kegiatan
Bertujuan agar semua orang yang bergabung dalam kelompok atau komunitas
mendapatkan hal yang positif serta mendapatkan dukungann social untuk mengurangi
kecemasan terkait adanya pemutusan hubungan kerja disaat pandemic ini.
D. Manfaat Kegiatan
Manfaat dari intervensi kelompok ini agar menciptakan harapan – harapan baru dalam diri
serta motivasi sehingga lebih siap untuk menghadapi masa yang akan datang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Kecemasan
Semua individu pasti pernah mengalami kemarahan, ketakutan, dan kesedihan dalam
hidup kita. Sangat wajar jika setiap manusia mengalami perasaan menyakitkan, perasaan
marah, perasaan dendam. Tetapi solusinya ialah bagaimana kita menangani emosi tersebut.
Emosi negatif dapat merusak keadaan karena membawa pada keadaan yang akan disesali
seperti memicu seseorang berperilaku agresif.
Ghufron & Risnawita (2010: 141) menjelaskan bahwa kecemasan adalah suatu
keadaan takut menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap
kemampuannya dalam menghadapi objek tersebut. Singmund Freud membedakan kecemasan
menjadi tiga, yaitu: 1.) Kecemasan realitas (reality anxiety) yakni kecemasan karna adanya
ketakutan pada dunia luar yang tidak dapat dikendalikan oleh diri, 2.) Kecemasan neurotic
(neurotic anxiety) yakni rasa takut kalau insting akan keluar jalur dan menyebabkan individu
melakukan sesuatu yang menyebabkan ia di hokum. 3.) Kecemasan Moral (moral anxiety)
yakni ketakutan pada suara hati, dan cenderung merasa bersalah jika berpikir bahkan
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan moral.
Rasa khawatir dan takut menjadi bagian pencetus munculnya kecemasan. Supri,
Erlamsyah, & Zikra (2013) menjelaskan kecemasan merupakan keadaan emosional yang
tidak menyenangkan seperti perasaan tertekan dalam menghadapi kesulitan sebelum kesulitan
itu terjadi dan ditandai dengan adanya perasaan khawatir, prihatin dan rasa takut, namun
apabila individu berhasil mengetahui tanda-tanda kecemasan maka perasaan ini juga dapat
menjadi motivatoruntuk berbuat sesuatu. Ini berarti individu yang mengalami kecemasan
tidak merasa optimis akan hal yang akan terjadi atau belum tentu terjadi. Padahal Satu
penelitian terhadap pasien di Mayo Clinic menemukan bahwa seseorang yang tetap bahagia
hidup 19 persen lebih lama daripada mereka yang pesimis (Goldie Hawn, 2011:49)
Fisiolog hebat Walter B. Cannon menamakan adrenalin ini dengan mencurahkan
respons “fight-or-flight” (melawan atau lari). Tidak ada perbedaan fisiologis yang kuat antara
ketakutan dan kecemasan. Perbedaan antara ketakutan dan kecemasan sebagian besar terletak
pada sikap kita. Ketakutan adalah reaksi terhadap sesuatu yang diakui atau dipahami, dan
yang dapat kita tanggapi, seperti kereta yang menabrak kita. Kecemasan adalah respons
terhadap rasa tidak aman dan perasaan kewalahan, biasanya tanpa sebab yang dapat dikenali
(Peter, R., 2014:145). Dengan demikian kecemasan ialah respon terhadap rasa takut.
Bentuk-Bentuk Kecemasan Spilberger (Annisa & Ifdil, 2016) menjelaskan kecemasan
dalam dua bentuk, yaitu.
1. Trait anxiety
Adanya rasa khawatir dan terancam yang menghinggapi diri seseorang terhadap
kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya dan belum tentu terjadi. Kecemasan ini
disebabkan oleh kepribadian individu yangmemang memiliki potensi cemas
dibandingkan dengan individu yang lainnya, biasanya terjadi pada seseorang yang
over thinking sehingga menyebabkan ia memiliki pikiran yang tidak rasional.
2. State anxiety
Merupakan kondisi emosional dan keadaan sementara pada diri individu dengan
adanya perasaan tegang dan khawatir yang dirasakan secara sadar serta bersifat
subjektif.
2. Gejala Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman
terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong normal kadang kala mengalami
kecemasan yang menampak, sehingga dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-
gejala fisik maupun mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang mengalami
gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi individu yang mengidap penyakit mental yang parah.
Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin, detak jantung
makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak,
dada sesak.Gejala yang bersifat mental adalah : ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak
dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Siti Sundari,
2004:62).
Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-
hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dantidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan
yang muncul dapat berbeda pada masing-masing orang. Kaplan, Sadock, & Grebb (Fitri
Fauziah & Julianti Widury, 2007:74) menyebutkan bahwa takut dan cemas merupakan dua
emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika
terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan
konflik bagi individu. Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri,
tidak jelas, atau menyebabkan konflik bagi individu.
Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam kepribadian
sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang benar-benar ada.
Kholil Lur Rochman, (2010:103) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan
antara lain :
a) Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk
ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b) Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering
dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable, akan tetapi sering
juga dihinggapi depresi.
c) Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of persecution
(delusi yang dikejar-kejar).
d) Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak
berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e)Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan jantung
menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005:164) mengklasifikasikan
gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu :
a). Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak
berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin,
mudah marah atau tersinggung.
b). Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar, terguncang,
melekat dan dependen
c). Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan
bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan
untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit
berkonsentrasi.

3. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan


Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar
tergantunga pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwaperistiwa atau situasi khusus
dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut Savitri Ramaiah (2003:11) ada
beberapa faktor yang menunujukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu :
a) Lingkungan Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir
individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat,
ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap
lingkungannya.
b) Emosi yang ditekan Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan
jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika
dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.
c) Sebab-sebab fisik Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlihat dalam kondisi seperti misalnya
kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa
kondisi-kondisi ini, perubahan-perubahan perasaan lazim muncul, dan ini dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan.
Zakiah Daradjat (Kholil Lur Rochman, 2010:167) mengemukakan beberapa penyebab
dari kecemasan yaitu :
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya.
Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas didalam
pikiran
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula menyertai
gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang
umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan
ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun yang
terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan
kepribadian penderitanya. Kecemasan hadir karena adanya suatu emosi yang
berlebihan. Selain itu, keduanya mampu hadir karena lingkungan yang menyertainya,
baik lingkungan keluarga, sekolah, maupun penyebabnya.
Musfir Az-Zahrani (2005:511) menyebutkan faktor yang memepengaruhi adanya
kecemasan yaitu :
a. Lingkungan keluarga
Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan pertengkaran atau penuh dengan
kesalahpahaman serta adanya ketidakpedulian orangtua terhadap anak-anaknya, dapat
menyebabkan ketidaknyamanan serta kecemasan pada anak saat berada didalam
rumah
b. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan
individu. Jika individu tersebut berada pada lingkungan yang tidak baik, dan individu
tersebut menimbulkan suatu perilaku yang buruk, maka akan menimbulkan adanya
berbagai penilaian buruk dimata masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan
munculnya kecemasan.
Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyata dan
sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya penolakan dari masyarakat
menyebabkan kecemasan berada di lingkungan yang baru dihadapi (Patotisuro
Lumban Gaol, 2004: 24). Sedangkan Page (Elina Raharisti Rufaidah, 2009: 31)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah :
a. Faktor fisik Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga
memudahkan timbulnya kecemasan
b. Trauma atau konflik Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi
individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental
yang terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan.
c. Lingkungan awal yang tidak baik. Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang
dapat mempengaruhi kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang baik maka akan
menghalangi pembentukan kepribadian sehingga muncul gejala-gejala kecemasan.
4. Jenis-jenis Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam dirinya
sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar. Mustamir Pedak (2009:30)
membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu :
a. Kecemasan Rasional Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang
memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini dianggap
sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan dasariah kita.
b. Kecemasan Irrasional Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah
keadaankeadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan Fundamental Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan
tentang siapa dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya
berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang mempunyai
peran fundamental bagi kehidupan manusia.
Sedangkan Kartono Kartini (2006: 45) membagi kecemasan menjadi dua jenis
kecemasan, yaitu :
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan dibagi menjadi dua kategori yaitu ringan sebentar dan ringan
lama.Kecemasan ini sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian seseorang,
karenakecemasan ini dapat menjadi suatu tantangan bagi seorang individu untuk
mengatasinya.Kecemasan ringan yang muncul sebentar adalah suatu kecemasan yang
wajar terjadi padaindividu akibat situasi-situasi yang mengancam dan individu
tersebut tidak dapat mengatasinya, sehingga timbul kecemasan. Kecemasan ini akan
bermanfaat bagi individu untuk lebihberhati-hati dalam menghadapi situasi-situasi
yang sama di kemudian hari.Kecemasan ringan yang lama adalah kecemasan yang
dapat diatasi tetapi karena individu tersebut tidak segera mengatasi penyebab
munculnya kecemasan, maka kecemasan tersebutakan mengendap lama dalam diri
individu.
b. Kecemasan Berat
Kecemasan berat adalah kecemasan yang terlalu berat dan berakar secara mendalam
dalam diriseseorang. Apabila seseorang mengalami kecemasan semacam ini maka
biasanya ia tidakdapat mengatasinya. Kecemasan ini mempunyai akibat menghambat
atau merugikanperkembangan kepribadian seseorang. Kecemasan ini dibagi menjadi
dua yaitu kecemasanberat yang sebentar dan lama.Kecemasan yang berat tetapi
munculnya sebentar dapat menimbulkan traumatis padaindividu jika menghadapi
situasi yang sama dengan situasi penyebab munculnya kecemasan.Sedangakan
kecemasan yang berat tetapi munculnya lama akan merusak kepribadian individu.
Halini akan berlangsung terus menerus bertahun-tahun dan dapat meruak proses
kognisiindividu. Kecemasan yang berat dan lama akan menimbulkan berbagai macam
penyakitseperti darah tinggi, tachycardia (percepatan darah), excited (heboh, gempar).
5. Daya Juang
Daya Juang (Adversity quotient) merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang
dalam mengamati kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki
sehingga menjadi sebuah tantangan untuk diselesaikan (Stoltz, 2004).
Sapuri (2009) mengungkapkan bahwa daya juang dapat disebut dengan kecerdasan
adversitas, atau kecerdasan mengubah kesulitan, tantangan dan hambatan menjadi sebuah
peluang yang besar. Daya juang adalah pengetahuan baru untuk memahami dan
meningkatkan kesuksesan. Adversity quotient adalah tolak ukur untuk mengetahui kadar
respons terhadap kesulitan dan merupakan peralatan praktis untuk memperbaiki respons-
respons terhadap kesulitan.
Stoltz (2004) mengemukakan beberapa aspek daya juang yang meliputi:
a. Control (pengendalian) Kendali yaitu sejauh mana seseorang mampu
mempengaruhi dan mengendalikan respon individu secara positif terhadap situasi
apapun. Kendali yang sebenarnya dalam suatu situasi hampir tidak mungkin diukur,
kendali yang dirasakan jauh lebih penting. Dimensi control ini merupakan salah satu
yang paling penting karena berhubungan langsung dengan pemberdayaan serta
mempengaruhi semua dimensi CO2RE lainnya.
b. Origin-Ownership (asal-usul dan pengakuan) Yaitu sejauh mana seseorang
menanggung akibat dari suatu situasi tanpa mempermasalahkan penyebabnya.
Dimensi asal-usul sangat berkaitan dengan perasaan bersalah yang dapat membantu
seseorang belajar menjadi lebih baik serta penyesalan sebagai motivator. Rasa
bersalah dengan kadar yang tepat dapat menciptakan pembelajaran yang kritis dan
dibutuhkan untuk perbaikan terusmenerus. Sedangkan dimensi pengakuan lebih
menitik beratkan kepada tanggung jawab yang harus dipikul sebagai akibat dari
kesulitan. Tanggung jawab di sini merupakan suatu pengakuan akibat-akibat dari
suatu perbuatan, apapun penyebabnya.
c. Reach (jangkauan) Yaitu sejauh mana seseorang membiarkan kesulitan menjangkau
bidang lain dalam pekerjaan dan kehidupannya. Seseorang dengan AQ tinggi
memiliki batasan jangkauan masalahnya pada peristiwa yang dihadapi. Biasanya
orang tipe ini merespon kesulitan sebagai sesuatu yang spesifik dan terbatas.
d. Endurance (daya tahan) Yaitu seberapa lama seseorang mempersepsikan kesulitan
ini akan berlangsung. Individu dengan AQ tinggi biasanya memandang kesuksesan
sebagai sesuatu yang berlangsung lama, sedangkan kesulitan-kesulitan dan
penyebabnya sebagai sesuatu yang bersifat sementara.
Stoltz dalam bukunya menggambarkan potensi dan daya tahan individu dalam
sebuah pohon yang disebut pohon kesuksesan. Faktor – faktor yang ada dalam pohon
kesuksesan tersebut yang dianggap mempengaruhi daya juang seseorang, diantaranya
(Stoltz, 2004).
a. Faktor Internal
1. Genetika Warisan genetis tidak akan menentukan nasib seseorang tetapi
pasti ada pengaruh dari faktor ini. Beberapa riset-riset terbaru menyatakan
bahwa genetika sangat mungkin mendasari perilaku. Yang paling terkenal
adalah kajian tentang ratusan anak kembar identik yang tinggal terpisah sejak
lahir dan dibesarkan di lingkungan yang berbeda. Saat mereka dewasa,
ternyata ditemukan kemiripan-kemiripan dalam perilaku.
2. Keyakinan Keyakinan mempengaruhi seseorang dalam mengahdapi suatu
masalah serta membantu seseorang dalam mencapai tujuan hidup.
3. Bakat Kemampuan dan kecerdasan seseorang dalam menghadapi suatu
kondisi yang tidak menguntungkan bagi dirinya salah satunya dipengaruhi
oleh bakat. Bakat adalah gabungan pengetahuan, kompetensi, pengalaman,
dan keterampilan.
4. Hasrat atau kemauan Untuk mencapai kesuksesan dalam hidup diperlukan
tenaga pendorong yang berupa keinginan atau disebut hasrat. Hasrat
menggambarkan motivasi, antusias, gairah, dorongan, ambisi, dan semangat.
5. Karakter Seseorang yang berkarakter baik, semangat, tangguh, dan cerdas
akan memiliki kemampuan untuk mencapai sukses. Karakter merupakan
bagian yang penting bagi kita untuk meraih kesuksesan dan hidup
berdampingan secara damai.
6. Kinerja Merupakan bagian yang mudah dilihat orang lain sehingga
seringkali hal ini sering dievaluasi dan dinilai. Salah satu keberhasilan
seseorang dalam menghadapi masalah dan meraih tujuan hidup dapat diukur
lewat kinerja.
7. Kecerdasan Bentuk-bentuk kecerdasan kini dipilah menjadi beberapa
bidang yang sering disebut sebagai multiple intelligence. Bidang kecerdasan
yang dominan biasanya mempengaruhi karier, pekerjaan, pelajaran, dan hobi.
8. Kesehatan Kesehatan emosi dan fisik dapat memepengaruhi seseorang
dalam menggapai kesuksesan. Seseorang yang dalam keadaan sakit akan
mengalihkan perhatiannya dari msalah yang dihadapi. Kondisi fisik dan psikis
yang prima akan mendukung seseorang dalam menyelesaikan masalah.
a. Faktor Eksternal
1. Pendidikan
Pendidikan dapat membentuk kecerdasan, pembentukan kebiasaan yang sehat,
perkembangan watak, keterampilan, hasrat, dan kinerja yang dihasilkan.
Seseorang tidak menyukai kemalangan atau kesengsaraan yang diakibatkan
oleh pola hubungan dengan orang tua, namun permasalahan orang tua secara
langsung ikut berperan dalam perkembangan ketahanan remaja. Salah satu
sarana dalam pembentukan sikap dan perilaku adalah melalui pendidikan.
2. Lingkungan
Lingkungan tempat individu tinggal dapat mempengaruhi bagaimana individu
beradaptasi dan memberikan respon kesulitan yang dihadapinya. Individu
yang terbiasa hidup dalam lingkungan sulit akan memiliki daya juang yang
lebih tinggi. Menurut Stoltz, individu yang terbiasa berada di lingkungan yang
sulit akan memiliki daya juang yang lebih besar karena pengalaman dan
kemampuan beradaptasi yang lebih baik dalam mengatasi masalah yang
dihadapi.
BAB III
RANCANGAN KEGIATAN

A. Subjek Komunitas
Dalam intervensi Kelompok kali ini komunitas yang akan melakukan Konseling
adalah Komunitas pekerja yang mengalami kecemasan karena adanya pemutusan hubungan
kerja dikarenakan pandemic Covid. Para pekerja yang bekerja di bidang Advertising Service
yaitu Kantor Jingga Digital Creative di Malang dan Komunitas ini berjumlah 10 orang.
Pemutusan hubunga kerja ini telah diputuskan pada awal bulan April. Beberapa factor resiko
yang ada dalam komunitas ini adalah kecemasan berlebihan terhadap daya juang para mantan
pekerja ini merasa bahwa mereka tidak sanggup melewatinya dan factor ekonomi yang berat
dan ketidaksanggupan memenuhi biaya hidup yang terus berjalan.
Ada beberapa hal yang bisa dibangun dalam komunitas ini yaitu rasa percaya diri
bahwa di masa pandemic seperti ini diri harus tetap produktif dan berjalan kedepan serta
harus membuat strategi bagaimana untuk mencukupi kebutuhan sehari – hari dengan cara
lain. Pemberdayaan setiap orang untuk upaya mencegah terbentuknya perasaan tak berdaya
dan pasrah pada individu atau kelompok individu yang terkena suatu dampak pemberhentian
kerja disaat pandemic ini.

B. Asesmen
Metode yang digunakan dalam analisa situasi ialah wawancara dan observasi.
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono,
2010). Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu interviewer yang
mengajukan pertanyaan dan interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan (Moleong, 2008). Merupakan cara menolong seseorang ketika mereka
membicarakan tentang diri mereka dan aktivitas meminta pasien untuk mengungkapkan
emosi dan cerita kehidupan pribadi mereka. Sedangkan observasi ialah salah satu cara
mengumpulkan data dengan mengamati perilaku subjek secara langsung. Melalui
observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut (Sugiyono,
2010).
C. Program Kegiatan
1. Positive Group intervension :-
a. Dapat memecahkan suatu permasalahan secara bersama-sama-
b. Dapat berbagi informasi apapun yang terkait dengan permasalahan
kelompokintervensi maupun yang tidak terkait sekalipun.-
c. Hal ini antara konselor dengan kelompok intervensi dapat saling
belajar bersosialisasi.-
d. Dapat me modelling  perilaku dalam pemecahan permasalahan.-Responsibillity
 
2.  Negative Group intervension :-
a. Konselor harus mampu memberi perhatian pada setiap anggota.-
b. Dapat terhenti bila proses kelompok tidak berjalan.-
c. Informasi yang terbatas apakah seseorang lebih tepat masuk dalam
konselingkelompok atau individual-
d. Rasa tidak percaya pada sesama anggota kelompok2.
e. Steps of intervension of group (Langkah-Langkah intervensi kelompok)

-Pertemuan Awal
1. Diadakannya perkenalan, diharapkan dapat membantu klien agar tidak merasa
terasing. Secara psikologis sesi ini sangatlah penting karena dapat membuat
keterbukaan bagi diri klien sendiri maupun oranglain, dalam hal ini berkaitan
dengan proses intervensi kelompok.
2. Implementasi terapi, proses ini hampir sama dengan kontrak sebelum
dilaksanakan proses intervensi, menentukan waktu pertemuan, langkah-langkah yang 
akan diambil, maupun akhir dari proses intervensi
3. Mengidentifikasi permasalahan yang di hadapi klien dalam kelompok tersebut apakah
terdapat simptom-simptom ataupun keluhan yang dihadapi klien

-Pertemuan kedua dst, / isi dan proses intervensi kelompok :


1. Asesmen : diberikan untuk menggali data dan tujuan dari kelompok intervensi,metode
dari asesmen tersebut dapat dalam bentuk Observasi, interview
2. Penentuan tujuan yang melibatkan kelompok intervensi, hal ini dilakukan
setelahmendapatkan data yang akurat mengenai permasalahan yang dialami klien
dalamkeompok intervensi tersebut. Penentuan tujuan ini juga melibatkan seluruh
anggotadari kelompok intervensi tersebut.
3. Metode pengolahan training yang didalamnya terdapat materi-materi yang
diberikanselama proses intervensi kelompok. Metode yang di gunakan dalam
pengolahantraining tersebut adalah :
a. Metode informatif : penyampaian informasi peserta intervensi
kelompok, data real dari permasalahan yang dihadapi klien, penjelasan
permasalahan dan pemikiran klien dalam menghadapi permasalahan
tersebut.
b. Metode partisipatif : keterlibatan kelompok intervensi
dalam : statement,brainstorming, group discussion, forum, buzz group,
incident, role play, and case study
 
Proses akhir dari kegiatan intervensi :
1. Penentuan strategi akhir dari masalah-masalah yang dihadapi klien
kelompokintervensi. Dalam hal ini yang banyak berperan adalah  part of group
intervension
2. Kesimpulan dari proses intervensi yang bertujuan untuk me-recall  kembali
proses- proses ataupun treathment  yang telah dilakukan sebelumnya dalam
proses ini.
3. Evaluasi, kegiatan ini sama-sama berpartisipasi dan sama-sama memberikan
evaluasidari kegiatan intervensi kelompok. Dalam hal ini kekurangan dan
kelebihan dari proses intervensi

Jadwal Identifikasi Masalah


No. Hari/ Waktu Kegiatan Asesmen Tujuan Tempat
Tanggal
1. Senin, 13 09.00 – Wawancara Membangun rapport, Lab
Juli 2020 12.00 Individual menggali masalah
subyek selama ini.
2. Rabu, 15 09.00 – Wawancara Menentukan cara – Lab
Juli 2020 12. 00 cara penyelesaian yang
tepat
3. Jumat, 07.30 – Wawancara dan Mengindentifikasi Lab
17 Juli 09.00 Observasi permasalahan yang ada
2020 didalam kelompok
Rancangan Intervensi
Area Permasalahan Target Intervensi Metode Intervensi

Subyek merasa tidak berdaya Klien mampu mengidentifikasi Konseling Kelompok


menghadapi kenyataan bahwa inti permasalahan yang
ia akan PHK dan kehilangan membuatnya merasa tidak
pekerjaan padahal subjek berdaya.
masih memiliki banyak
tanggungan, seperti memiliki Memberikan support kepada
tiga anak yang masih sekolah klien sehingga klien lebih
dan masih memiliki mampu menghadapi kenyataan
tanggungan kredit rumah yang dan bersemangat lagi dalam
tiap bulan harus diansur kehidupannya
sehingga subjek cenderung
menarik diri dan selalu tidur di Klien menemukan berbagai
kamar. Selain itu, subjek juga alternatif solusi yang mungkin
tidak memiliki atau belum untuk dilaksanakan
mempersiapkan pekerjaan
pasca PHK karena Pandemi
Covid

Agenda Kegiatan Intervensi


Hari Metode Tujuan Waktu Tempat

Senin , 20/ Konseling Untuk 13.00-14.30 Lab


07/2020 kelompok mengidentifikasi inti
permasalahan-
permasalahan yang
membuatnya merasa
tidak berdaya

Untuk menemukan
berbagai alternative
solusi terkait dengan
masalah yang
dihadapi

Hasil Intervensi
Sebelum intervensi Sesudah intervensi

- Klien belum dapat menerima kenyataan bahwa -Klien memahami dan menyadari
klien telah di PHK bahwa kenyataan telah di PHK
- Klien selalu tidur di kamar tidur dan malas harus dihadapi dengan optimis.
melakukan aktivitas. - Klien sudah mau jalan-jalan pagi
- Klien bingung, merasa tidak berdaya dan adanya dan duduk-duduk di depan teras
perasaan putus asa karena tidak tahu harus rumahnya.
bagaimana menyelesaikan persoalan-persoalan - Klien memiliki dorongan untuk
yang menjadi tanggungannya, seperti tanggungan mencoba mencari pekerjaan lain
anak, kredit rumah dan harus bagaimana ketika dan mencoba membuka usaha kecil
tidak bekerja kecilan

DAFTAR PUSTAKA
Jeki. 2017. “ Hubungan Daya Juang Dengan Kecemasan Menghadapi Pemutusan Hubungan
Kerja” Jurnal Psikologi PsikoBorneo, 5 (3) : 501-515
Lexy, J. Moleong. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai