Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
C. Tujuan Kegiatan
Bertujuan agar semua orang yang bergabung dalam kelompok atau komunitas
mendapatkan hal yang positif serta mendapatkan dukungann social untuk mengurangi
kecemasan terkait adanya pemutusan hubungan kerja disaat pandemic ini.
D. Manfaat Kegiatan
Manfaat dari intervensi kelompok ini agar menciptakan harapan – harapan baru dalam diri
serta motivasi sehingga lebih siap untuk menghadapi masa yang akan datang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Kecemasan
Semua individu pasti pernah mengalami kemarahan, ketakutan, dan kesedihan dalam
hidup kita. Sangat wajar jika setiap manusia mengalami perasaan menyakitkan, perasaan
marah, perasaan dendam. Tetapi solusinya ialah bagaimana kita menangani emosi tersebut.
Emosi negatif dapat merusak keadaan karena membawa pada keadaan yang akan disesali
seperti memicu seseorang berperilaku agresif.
Ghufron & Risnawita (2010: 141) menjelaskan bahwa kecemasan adalah suatu
keadaan takut menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap
kemampuannya dalam menghadapi objek tersebut. Singmund Freud membedakan kecemasan
menjadi tiga, yaitu: 1.) Kecemasan realitas (reality anxiety) yakni kecemasan karna adanya
ketakutan pada dunia luar yang tidak dapat dikendalikan oleh diri, 2.) Kecemasan neurotic
(neurotic anxiety) yakni rasa takut kalau insting akan keluar jalur dan menyebabkan individu
melakukan sesuatu yang menyebabkan ia di hokum. 3.) Kecemasan Moral (moral anxiety)
yakni ketakutan pada suara hati, dan cenderung merasa bersalah jika berpikir bahkan
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan moral.
Rasa khawatir dan takut menjadi bagian pencetus munculnya kecemasan. Supri,
Erlamsyah, & Zikra (2013) menjelaskan kecemasan merupakan keadaan emosional yang
tidak menyenangkan seperti perasaan tertekan dalam menghadapi kesulitan sebelum kesulitan
itu terjadi dan ditandai dengan adanya perasaan khawatir, prihatin dan rasa takut, namun
apabila individu berhasil mengetahui tanda-tanda kecemasan maka perasaan ini juga dapat
menjadi motivatoruntuk berbuat sesuatu. Ini berarti individu yang mengalami kecemasan
tidak merasa optimis akan hal yang akan terjadi atau belum tentu terjadi. Padahal Satu
penelitian terhadap pasien di Mayo Clinic menemukan bahwa seseorang yang tetap bahagia
hidup 19 persen lebih lama daripada mereka yang pesimis (Goldie Hawn, 2011:49)
Fisiolog hebat Walter B. Cannon menamakan adrenalin ini dengan mencurahkan
respons “fight-or-flight” (melawan atau lari). Tidak ada perbedaan fisiologis yang kuat antara
ketakutan dan kecemasan. Perbedaan antara ketakutan dan kecemasan sebagian besar terletak
pada sikap kita. Ketakutan adalah reaksi terhadap sesuatu yang diakui atau dipahami, dan
yang dapat kita tanggapi, seperti kereta yang menabrak kita. Kecemasan adalah respons
terhadap rasa tidak aman dan perasaan kewalahan, biasanya tanpa sebab yang dapat dikenali
(Peter, R., 2014:145). Dengan demikian kecemasan ialah respon terhadap rasa takut.
Bentuk-Bentuk Kecemasan Spilberger (Annisa & Ifdil, 2016) menjelaskan kecemasan
dalam dua bentuk, yaitu.
1. Trait anxiety
Adanya rasa khawatir dan terancam yang menghinggapi diri seseorang terhadap
kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya dan belum tentu terjadi. Kecemasan ini
disebabkan oleh kepribadian individu yangmemang memiliki potensi cemas
dibandingkan dengan individu yang lainnya, biasanya terjadi pada seseorang yang
over thinking sehingga menyebabkan ia memiliki pikiran yang tidak rasional.
2. State anxiety
Merupakan kondisi emosional dan keadaan sementara pada diri individu dengan
adanya perasaan tegang dan khawatir yang dirasakan secara sadar serta bersifat
subjektif.
2. Gejala Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman
terhadap kesehatan. Individu-individu yang tergolong normal kadang kala mengalami
kecemasan yang menampak, sehingga dapat disaksikan pada penampilan yang berupa gejala-
gejala fisik maupun mental. Gejala tersebut lebih jelas pada individu yang mengalami
gangguan mental. Lebih jelas lagi bagi individu yang mengidap penyakit mental yang parah.
Gejala-gejala yang bersifat fisik diantaranya adalah : jari tangan dingin, detak jantung
makin cepat, berkeringat dingin, kepala pusing, nafsu makan berkurang, tidur tidak nyenyak,
dada sesak.Gejala yang bersifat mental adalah : ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak
dapat memusatkan perhatian, tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan (Siti Sundari,
2004:62).
Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan takut dan kehati-
hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dantidak menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan
yang muncul dapat berbeda pada masing-masing orang. Kaplan, Sadock, & Grebb (Fitri
Fauziah & Julianti Widury, 2007:74) menyebutkan bahwa takut dan cemas merupakan dua
emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu bahaya. Rasa takut muncul jika
terdapat ancaman yang jelas atau nyata, berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan
konflik bagi individu. Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri,
tidak jelas, atau menyebabkan konflik bagi individu.
Kecemasan berasal dari perasaan tidak sadar yang berada didalam kepribadian
sendiri, dan tidak berhubungan dengan objek yang nyata atau keadaan yang benar-benar ada.
Kholil Lur Rochman, (2010:103) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan
antara lain :
a) Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk
ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
b) Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering
dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable, akan tetapi sering
juga dihinggapi depresi.
c) Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of persecution
(delusi yang dikejar-kejar).
d) Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak
berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e)Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan jantung
menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
Nevid Jeffrey S, Spencer A, & Greene Beverly (2005:164) mengklasifikasikan
gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu :
a). Gejala fisik dari kecemasan yaitu : kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak
berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin,
mudah marah atau tersinggung.
b). Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar, terguncang,
melekat dan dependen
c). Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan
terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan
bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan
untuk mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan, sulit
berkonsentrasi.
A. Subjek Komunitas
Dalam intervensi Kelompok kali ini komunitas yang akan melakukan Konseling
adalah Komunitas pekerja yang mengalami kecemasan karena adanya pemutusan hubungan
kerja dikarenakan pandemic Covid. Para pekerja yang bekerja di bidang Advertising Service
yaitu Kantor Jingga Digital Creative di Malang dan Komunitas ini berjumlah 10 orang.
Pemutusan hubunga kerja ini telah diputuskan pada awal bulan April. Beberapa factor resiko
yang ada dalam komunitas ini adalah kecemasan berlebihan terhadap daya juang para mantan
pekerja ini merasa bahwa mereka tidak sanggup melewatinya dan factor ekonomi yang berat
dan ketidaksanggupan memenuhi biaya hidup yang terus berjalan.
Ada beberapa hal yang bisa dibangun dalam komunitas ini yaitu rasa percaya diri
bahwa di masa pandemic seperti ini diri harus tetap produktif dan berjalan kedepan serta
harus membuat strategi bagaimana untuk mencukupi kebutuhan sehari – hari dengan cara
lain. Pemberdayaan setiap orang untuk upaya mencegah terbentuknya perasaan tak berdaya
dan pasrah pada individu atau kelompok individu yang terkena suatu dampak pemberhentian
kerja disaat pandemic ini.
B. Asesmen
Metode yang digunakan dalam analisa situasi ialah wawancara dan observasi.
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono,
2010). Percakapan itu dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu interviewer yang
mengajukan pertanyaan dan interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang
diajukan (Moleong, 2008). Merupakan cara menolong seseorang ketika mereka
membicarakan tentang diri mereka dan aktivitas meminta pasien untuk mengungkapkan
emosi dan cerita kehidupan pribadi mereka. Sedangkan observasi ialah salah satu cara
mengumpulkan data dengan mengamati perilaku subjek secara langsung. Melalui
observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut (Sugiyono,
2010).
C. Program Kegiatan
1. Positive Group intervension :-
a. Dapat memecahkan suatu permasalahan secara bersama-sama-
b. Dapat berbagi informasi apapun yang terkait dengan permasalahan
kelompokintervensi maupun yang tidak terkait sekalipun.-
c. Hal ini antara konselor dengan kelompok intervensi dapat saling
belajar bersosialisasi.-
d. Dapat me modelling perilaku dalam pemecahan permasalahan.-Responsibillity
2. Negative Group intervension :-
a. Konselor harus mampu memberi perhatian pada setiap anggota.-
b. Dapat terhenti bila proses kelompok tidak berjalan.-
c. Informasi yang terbatas apakah seseorang lebih tepat masuk dalam
konselingkelompok atau individual-
d. Rasa tidak percaya pada sesama anggota kelompok2.
e. Steps of intervension of group (Langkah-Langkah intervensi kelompok)
-Pertemuan Awal
1. Diadakannya perkenalan, diharapkan dapat membantu klien agar tidak merasa
terasing. Secara psikologis sesi ini sangatlah penting karena dapat membuat
keterbukaan bagi diri klien sendiri maupun oranglain, dalam hal ini berkaitan
dengan proses intervensi kelompok.
2. Implementasi terapi, proses ini hampir sama dengan kontrak sebelum
dilaksanakan proses intervensi, menentukan waktu pertemuan, langkah-langkah yang
akan diambil, maupun akhir dari proses intervensi
3. Mengidentifikasi permasalahan yang di hadapi klien dalam kelompok tersebut apakah
terdapat simptom-simptom ataupun keluhan yang dihadapi klien
Untuk menemukan
berbagai alternative
solusi terkait dengan
masalah yang
dihadapi
Hasil Intervensi
Sebelum intervensi Sesudah intervensi
- Klien belum dapat menerima kenyataan bahwa -Klien memahami dan menyadari
klien telah di PHK bahwa kenyataan telah di PHK
- Klien selalu tidur di kamar tidur dan malas harus dihadapi dengan optimis.
melakukan aktivitas. - Klien sudah mau jalan-jalan pagi
- Klien bingung, merasa tidak berdaya dan adanya dan duduk-duduk di depan teras
perasaan putus asa karena tidak tahu harus rumahnya.
bagaimana menyelesaikan persoalan-persoalan - Klien memiliki dorongan untuk
yang menjadi tanggungannya, seperti tanggungan mencoba mencari pekerjaan lain
anak, kredit rumah dan harus bagaimana ketika dan mencoba membuka usaha kecil
tidak bekerja kecilan
DAFTAR PUSTAKA
Jeki. 2017. “ Hubungan Daya Juang Dengan Kecemasan Menghadapi Pemutusan Hubungan
Kerja” Jurnal Psikologi PsikoBorneo, 5 (3) : 501-515
Lexy, J. Moleong. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.