Anda di halaman 1dari 14

KONSEP DASAR BIMBINGAN KONSELING

(Pengertian, Tujuan, Fungsi, Asas Dalam Bimbingan Dan Konseling)

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Sebagai salah satu lembaga pendidikan, sekolah membutuhkan pelayanan BK
dalam penyelenggaraan dan peningkatan kondisi kehidupan di sekolah demi
tercapainya tujuan pendidikan yang berjalan seiring dengan visi profesi konseling yaitu:
Terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya
pelayanan bantuan dalam memberikan dukungan perkembangan dan pengentasan
masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia. 
Namun untuk mencapai tujuan tersebut Konselor haruslah memenuhi Asas dan
Prinsip-prisip Bimbingan dan Konseling. Pemenuhan asas-asas bimbingan itu akan
memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan,
sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan
pelaksanaan, serta mengurangi atau mengaburkan hasil layanan/kegiatan bimbingan
dan konseling itu sendiri. Begitu pula dengan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
tidak bisa diabaikan begitu saja, karena prinsip bimbingan dan konseling menguraikan
tentang pokok-pokok dasar pemikiran yang dijadikan pedoman program pelaksanaan
atau aturan main yang harus di ikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan.
Dan dapat juga dijadikan sebagai seperangkat landasan praktis atau aturan main yang
harus diikuti dalam pelaksanaan program pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah.

B.  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian bimbingan dan konseling itu?
2.      Apa fungsi bimbingan dan konseling itu?
3.      Apa tujuan bimbingan dan konseling itu?
4.      Apasajakah asas-asas dalam bimbingan dan konseling itu?
PEMBAHASAN

A.  Definisi Bimbingan dan Konseling


1.    Pengertian Bimbingan
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata
“Guidance”berasal dari kata “guide” yang artinya menunjukkan (to direct), memandu (to
pilot), mengelola (to manage) dan menyetir (to steer). [1]  
Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah Nomor 29/90, “Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan.” [2]
Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi dimaksudkan agar peserta didik
mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri, serta menerimanya secara positif
dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan dalam rangka
mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal secara objektif
lingkungan, baik lingkungan social dan lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi
lingkungan itu secara positif dan dianamis pula. Pengenalan lingkungan itu yang
meliputi lingkungan rumah, sekolah, masyarakat dan alam sekitar serta lingkungan
yang lebih luas, diharapkan menunjang proses penyesuaian diri peserta didik dengan
lingkungan yang dimaksud, serta dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
pengembangan diri secara mantap dan berkelanjutan. Sedangkan bimbingan dalam
rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu
mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri,
baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karier maupun bidang
budaya/keluarga/kemasyarakatan.

Menurut Rochman Natawidjaja, bimbingan dapat diartikan sebagai suatu  proses


pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya
individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan
dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dengan
demikian, dia akan dapat menikmati kebahagiaan hidupnya dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat pada umumnya.

Sedangkan Moh. Surya mengungkapkan bahwa bimbingan ialah suatu proses


pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang
dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dan perwujudan diri, dalam
mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungannya.[3]

Dari beberapa definisi yang dikutip diatas dapat diambil beberapa dasar sebagai berikut
:
a)    Bimbingan merupakan suatu proses yang berkesinambungan sehingga bantuan itu
diberikan secara sistematis, berencana, terus menerus dan terarah kepada tujuan
tertentu. Dengan kata lain, bimbingan adalah suatu kegiatan yang prosesnya
berkesinambungan dengan sistematis, terencana, tahap demi tahap dan teraarah
kepada tujuan yang ingin dicapai oleh pembimbing dan orang yang dibimbing. 

b)   Bimbingan merupakan proses membantu (tidak memaksa) individu (klien) yang


memerlukan melalui pelayanan bimbingan sehingga individu dapat mengembangkan
dirinya secara optimal, melatih kemandirian yang memanfaatkan teknik dan layanan
bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif dengan personil atau pembimbing
yang mempunyai kemampuan membimbing.

Jadi, bimbingan berarti suatu proses bantuan yang diberikan oleh seseorang yang
memiliki profesionalitas sebagai guru agar konseli memiliki suatu pemahaman diri,
dapat mengarahkan diri, memiliki kemampuan dalam memecahkan permasalahan yg
dihadapi sehingga memiliki kemampuan dlm mengambil keputusan dalam membuat
suatu pilihan sesuai dengan potensi yg dimiliki.

2.    Pengertian Konseling
Menurut bahasa konseling adalah terjemahan dari “counseling” yang berasal dari
kata kerja “to counsel” dalam kata lain berarti “to give advice” atau memberikan saran
dan nasihat atau memberi anjuran kepada orang lain secara tatap muka (face to face).
Dalam bahasa Indonesia, pengertian konseling juga dikenal dengan istilah penyuluhan.
[4]

Selain itu counseling dalam bahasa Indonesia juga berarti proses


interaksi.Konseling merupakan bagian dari bimbingan, baik sebagai layanan maupun
sebagai teknik. Dewa Ketut Sukardi mengatakan “(counseling is the heart of guidance)
layanan konseling adalah jantung hati layanan bimbingan”. Dan ruth strang mengatakan
bahwa : “counseling is a most important tool of guidance”, jadi konseling merupakan inti
dari alat yang paling penting dalam bimbingan. Hal ini disebabkan karena bimbingan
dan konseling merupakan suatu kegiatan yang integral. 
Selanjutnya Rochman Natawidjaja mendefinisikan bahwa konseling merupakan
satu jenis layanan  yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat
diartikan sebagai hubungan timbale balik antara dua individu, dimana yang seorang
(konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai pengertian tentang
dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada
waktu yang akan datang.
Lebih lanjut Prayitno, mengemukakan bahwa: koseling adalah pertemuan empat
mata antara klien dan konselor yang berisi usaha yang laras, unik dan human
(manusiawi), yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma-
norma yang berlaku. [5]
Konseling Komprehensif adalah konseling yg berlaku bagi klien/konseli yg
berbagai macam karakter, dilaksanakan melalui suatu proses interaksi antara konselor
dan konseli, bersifat sangat pribadi dlm memberikan bantuannya agar konseli memiliki
kemampuan untuk tumbuh kembang seoptimal mungkin & mengarah pada suatu pilihan
dalam hidupnya sesuai dengan potensi yg dimiliki.

B.   Prinsip Dalam Bimbingan Dan Koseling


Sebagaimana kita ketahui bahwa prinsip merupakan paduan hasil kajian teoritik
dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang
dimaksudkan. Pemahaman tentang prinsip – prinsip dasar  dari bimbingan dan
konseling ini sangat penting dan perlu terutama dalam penerapan di lapangan. Hal ini
dilakukan untuk menghindarkan diri dari kesalahan dan penyimpangan – penyimpangan
dalam praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling. Adapun prinsip – prinsip
dari bimbingan dan konseling, antara lain :
1.    Prinsip – prinsip umum
Prinsip – prinsip umum, meliputi :
a.     Bimbingan berhubungan dengan sikap, tingkah laku dan lainnya dari individu yang
terbentuk dari segala aspek kepribadian yang unik dan ruwet.
b.    Bimbingan harus berpusat pada individu yang dibimbing.
c.     Masalah yang tidak dapat dipecahkan di sekolah harus diserahkan pada individu atau
lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya.
d.    Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan – kebutuhan yang dirasakan
oleh individu yang dibimbing.
e.     Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan program pendidikan sekolah yang
bersangkutan.
f.     Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki
keahlian dalam bidang bimbingan.
g.    Terhadap program bimbingan harus ada penilaian yang teratur.

2.    Prinsip – Prinsip Khusus


 
a.    Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli.
Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua klien atau konseli,
baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik pria maupun wanita; baik
anak-anak, remaja maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan dalam
bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif);
dan lebih diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).
b.    Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi.
Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan
konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini
juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun
pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
c.    Bimbingan menekankan hal yang positif.
Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi yang negatif
terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan
aspirasi. Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya
merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena
bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri
sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
d.   Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama.
 Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung jawab konselor, tetapi juga tugas
guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran masing-
masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
e.    Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan
konseling. 
Bimbingan diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan
mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi
dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat penting baginya dalam mengambil
keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan memfasilitasi
konseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan
melalui pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara
tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan.
Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan kemampuan konseli untuk
memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
f.     Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. 
Pemberian pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah,
tetapi juga di lingkungan keluarga, perusahaan/industri, lembaga-lembaga
pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang pelayanan bimbingan pun
bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan pekerjaan.

C.  Tujuan Bimbingan dan Konseling


Tujuan bimbingan dan konseling terbagi menjadi dua macam yaitu tujuan umum
dam tujuan khusus, antara lain:
1.    Tujuan umum
Secara garis besar tujuan umum dari bimbingan dan konseling adalah
membantu individu mewujudkan dirinya menjadi jiwa yang lebih baik. Seperti halnya
tujuan umum dari layanan Bimbingan dan Konseling adalah sesuai dengan tujuan
pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) tahun 1989 atau (UU No. 2/1989), yaitu terwujudnya manusia
seutuhnya yang cerdas, yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
yang berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. (Depdikbud, 1994:5) [6]
 

Selanjutnya, Prayitno dan Erman Amti mengemukakan bahwa: Tujuan umum


bimbingan dan konseling adalah untuk membantu individu mengembangkan diri secara
optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti:
kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti:
latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi) serta sesuai dengan
tuntutan positif lingkungannya. Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling membantu
individu untuk menjadi insan yang berguna dalam hidupnya yang memiliki wawasan,
pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat berkenaan
dengan diri sendiri dan lingkungannya. Dengan demikian, siswa diharapkan akan
menjadi individu yang mandiri dengan ciri-ciri: [7]
a.    Mengenal diri dan lingkungan secara tepat dan objektif, 
b.    Menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis,
c.    Mampu mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana, 
d.   Mengarahkan diri sesuai dengan keputusan yang diambil dan 
e.    Mampu mengaktualisasikan diri secara optimal.
2.    Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari layanan bimbingan konseling adalah untuk membantu siswa
agar mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek-aspek antara lain: pribadi,
sosial, belajar, dan karir. Bimbingan pribadi-sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan
dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri
dan bertanggung jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan
tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan
pribadi pekerja yang produktif.[8]
a.    Dalam aspek tugas perkembangan pribadi – sosial layanan Bimbingan dan Konseling
membantu siswa agar :
1)   Memiliki kesadaran diri, yaitu menggambarkan penampilan dan mengenal kekhususan
yang ada pada dirinya.
2)   Dapat mengembangkan sikap positif, seperti menggambarkan orang-orang yang
mereka senangi.
3)   Membuat pilihan secara sehat
4)   Mampu menghargai orang lain
5)   Memiliki rasa tanggung jawab
6)   Mengembangkan ketrampilan hubungan antar pribadi
7)   Dapat menyelesaikan konflik
8)   Dapat membuat keputusan secara efektif
b.    Dalam aspek tugas perkembangan belajar, layanan Bimbingan dan Konseling
membantu siswa agar :
1)   Dapat melaksanakan ketrampilan atau belajar secara efektif
2)   Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan
3)   Mampu belajar secara efektif
4)   Memiliki ketrampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi/ujian
c.    Dalam aspek tugas perkembangan karier, layanan Bimbingan dan Konseling
membantu siswa agar :
1)   Mampu membentuk identitas karier, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan di dalam
lingkungan kerja
2)   Mampu merencanakan masa depan
3)   Dapat membentuk pola-pola karier, yaitu kecenderungan arah karier.
4)   Mengenal ketrampilan, kemampuan dan minat
5)   Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan
dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada
umumnya.

D.  Fungsi Bimbingan Dan Konseling


Adapun beberapa fungsi dari bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut : 
1.    Fungsi pencegahan/Preventif, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan tercegahnya dan terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan
yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat, ataupun
menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
Kegiatan dalam fungsi pencegahan dapat berupa orientasi, program bimbingan karier,
inventarisasi data dll.
2.    Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan
pengembangan peserta didik pemahaman, meliputi :
a.    Pemahaman tentang diri sendiri peserta didik terutama oleh peserta didik sendiri,
orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing.
b.    Pemahaman tentang lingkungan peserta didik ( termasuk didalamnya lingkungan
keluarga dan sekolah ) terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada
umumnya dan guru pembimbing.
c.    Pemahaman lingkungan yang lebih luas (termasuk didalamnya informasi
jabatan/pekerjaan, informasi sosial dan budaya/nilainilai) terutama oleh peserta didik.
3.    Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli
sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak
(berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap
konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang
tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang
produktif dan normatif.
4.    Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi
positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan. Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai
jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil
sebagaimana terkandung di dalam masing-masing fungsi itu. Setiap layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan harus secara langsung mengacu
kepada satu atau lebih fungsi-fungsi tersebut agar hasil-hasil yang dicapainya secara
jelas dapat diidentifikasi dan dievaluasi. [9]
5.    Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah
mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.
6.    Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan
penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri
kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama
dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
7.    Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli
agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan
konstruktif.
8.    Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh
aspek dalam diri konseli.

F.   Asas Dalam Bimbingan Dan Koseling


 
1.    Asas Kerahasiaan (confidential); yaitu asas  yang menuntut dirahasiakannya segenap
data dan keterangan peserta didik  (klien) yang menjadi sasaran layanan, yaitu data
atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal ini,
guru pembimbing  (konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua data dan
keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin,
2.    Asas Kesukarelaan; yaitu asas yang menghendaki adanya kesukaan dan kerelaan
peserta didik (klien) mengikuti/ menjalani layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya.
Guru Pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan mengembangkan
kesukarelaan seperti itu.
3.    Asas Keterbukaan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien)  yang
menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan tidak berpura-pura, baik dalam
memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai
informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Guru
pembimbing (konselor) berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta didik
(klien). Agar peserta didik (klien) mau terbuka, guru  pembimbing (konselor) terlebih
dahulu bersikap terbuka dan tidak berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat
dengan asas kerahasiaan dan  dan kekarelaan.
4.    Asas Kegiatan; yaitu asas yang menghendaki agar peserta didik (klien) yang menjadi
sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif di dalam penyelenggaraan/kegiatan
bimbingan. Guru Pembimbing (konselor) perlu mendorong dan memotivasi peserta
didik untuk dapat aktif dalam setiap layanan/kegiatan  yang diberikan kepadanya.
5.    Asas Kemandirian; yaitu asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan
konseling; yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan  bimbingan dan
konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal
diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta
mewujudkan diri sendiri. Guru Pembimbing (konselor)  hendaknya mampu
mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling bagi berkembangnya
kemandirian peserta didik.
6.    Asas Kekinian; yaitu asas yang menghendaki agar obyek sasaran layanan bimbingan
dan konseling  yakni permasalahan yang dihadapi peserta didik/klien dalam kondisi
sekarang. Kondisi masa lampau dan masa depan dilihat sebagai dampak dan memiliki
keterkaitan dengan apa yang ada dan diperbuat peserta didik (klien)  pada saat
sekarang.
7.    Asas Kedinamisan; yaitu asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap sasaran
layanan (peserta didik/klien) hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.
8.    Asas Keterpaduan; yaitu asas yang menghendaki agar berbagai layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak
lain, saling menunjang, harmonis dan terpadukan. Dalam hal ini, kerja sama dan
koordinasi  dengan berbagai pihak yang terkait dengan bimbingan dan konseling
menjadi amat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9.    Asas Kenormatifan; yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum,
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan,  dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku.
Bahkan lebih jauh lagi, melalui segenap layanan/kegiatan  bimbingan dan konseling ini
harus dapat meningkatkan kemampuan peserta didik (klien) dalam memahami,
menghayati dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10.     Asas Keahlian; yaitu asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan
dan konseling diselnggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.  Dalam hal ini,
para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya hendaknya
tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru
pembimbing (konselor) harus terwujud baik dalam penyelenggaraaan jenis-jenis
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dan   dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.
11.     Asas Alih Tangan Kasus; yaitu asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang tidak
mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas
atas suatu permasalahan peserta didik (klien) kiranya dapat mengalih-tangankan
kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing (konselor)dapat menerima alih tangan 
kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain. Demikian pula, sebaliknya guru
pembimbing (konselor),  dapat mengalih-tangankan kasus kepada pihak yang lebih
kompeten, baik yang berada di dalam lembaga sekolah maupun di luar sekolah.
12.     Asas Tut Wuri Handayani; yaitu asas yang menghendaki agar pelayanan bimbingan
dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana mengayomi
(memberikan rasa aman), mengembangkan keteladanan, dan memberikan rangsangan
dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-luasnya  kepada peserta didik (klien)
untuk maju. [10]
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Dari pembahasan masalah di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Bimbingan dan
konseling merupakan salah satu komponen dlm keseluruhan sistem pendidikan
khususnya di sekolah; guru sbg salah satu pendukung unsur pelaksana pendidikan
yang mempunyai tanggung jawab sebagai pendukung pelaksana layanan bimbingan
pendidikan di sekolah, dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap
konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling di sekolah. 
1.    Tujuan bimbingan dan konseling, Agar siswa dapat :
a.    Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya
di masa yg akan datang
b.    Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yg dimilikinya seoptimal mungkin
c.    Menyesuaikan diri dg lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan
kerjanya
d.   Mengatasi hambatan dan kesulitan yg dihadapi dalam studi, penyesuaian dg
lingkungan 
2.    Fungsi-Fungsi bimbingan dan konseling
Fungsi Pencegahan, Fungsi Pemahaman, Fungsi Perbaikan, Fungsi
Pemeliharaan dan Pengembangan, Fungsi Penyembuhan, Fungsi Penyesuaian,Fungsi
Penyaluran, Fungsi Fasilitas.
3.    Asas-Asas bimbingan dan konseling
Asas Kerahasiaan, Kesukarelaan, Keterbukaan, Kegiatan, Kemandirian,Kekinian
, Kedinamisan, Keterpaduan, Kenormatifan, Keahlian, Alih Tangan Kasus,Tut Wuri
Handayani.

Daftar Pustaka
Amin, Samsul Munir. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta:  Amzah.  2010.
Hallen A. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers. cet-1. 2002.
Prayitno dan Erman Amfi. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta: Reneka Cipta. 1995.
Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah.
Tabanan: Rinera Cipta. 2000.

Catatan Kaki

[1] Hallen A., Bimbingan dan Konseling, Jakarta, Ciputat Pers, 2002, cet-1, hal 3.


[2] Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah,
Tabanan, Rinera Cipta,  2000, hal 19.
[3] Ibid, hal 20
[4] Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta,  Amzah. 2010. hal 10-11
[5] Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program…., Op.Cit, hal 21
[6] Ibid. hal 28
[7] Prayitno dan Erman Amfi. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Jakarta, Reneka Cipta, 1995, hal 20
[8] Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Program…., Op.Cit, hal 29
[9] Ibid. hal 27
[10] Ibid, hal 30-36

Anda mungkin juga menyukai