DISUSUN OLEH:
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, karena atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menulis makalah ini yang berjudul “UPAYA MEMUTUS
RANTAI INFEKSI (PRECAUTION DAN MEDICATION SAFETY)” hingga
selesai. Meskipun dalam makalah ini penulis mendapat banyak yang menghalangi,
namun mendapat pula bantuan dari beberapa pihak baik secara moral, materil
maupun spiritual.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing
serta semua pihak yang telah memberikan sumbangan dan saran atas selesainya
penulis makalah ini. Di dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih
ada kekurangan-kekurangan mengingat keterbatasannya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh sebab itu, sangat di harapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun untuk melengkapkan makalah ini dan berikutnya.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
1.4 Manfaat...............................................................................................................3
2.3 Kontaminasi.......................................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................24
3.2 Saran..................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................25
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
(contagius). Mikroorganisme mempunyai keagamaan dalam virulensi/keganasan dan
juga beragam dalam menyebabkan beratnya suatu penyakit yang disebabkan.
1.3 Tujuan
2
1. Untuk mengetahui cara mengontrol infeksi
1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini, baik bagi kami maupun bagi teman-teman
sebagai sarana wawasan dan pengetahuan mengenai beberapa hal yang berkenaan
dengan pengontrolan mikroorganisme dan menurunkan jumlah kontaminasi yang
sering kita temukan pada kehidupan sehari-hari terutama di dunia kesehatan dan juga
di rumah sakit.
BAB 2
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
harus memahami makna yang tepat dari istilah-istilah tersebut. Istilah yang digunakan
tersebut sebaiknya didefinisikan dalam bahasa sehari-hari yang dapat dijumpai di
dalam kamus umum.
2. Desinfektan adalah suatu bahan, biasanya zat kimia, yang mematikan sel
vegetatif tetapi belum tentu mematikan bentuk-bentuk spora mikroorganisme
penyebab penyakit.
4. Bahan sanitasi adalah suatu bahan yang mengurangi populasi mikroba sampai
pada batas yang dianggap aman menurut standar kesehatan masyarakat.
Biasanya, bahan ini merupakan bahan kimia yang mematikan 99,9% bakteri
yang sedang tumbuh.
5
8. Bahan antimikrobial adalah bahan yang mengganggu pertumbuhan dan
metabolisme mikroba. Beberapa bahan antimikrobal digunakan secara khusus
untuk mengatasi infeksi. Bahan ini disebut sebagai bahan terapeutik.
a. Uap bertekanan. Panas dalam bentuk uap jenuh bertekanan adalah sarana
paling praktis serta dapat diandalkan untuk sterilisasi. Uap bertekanan
memberikan suhu jauh diatas titik didih. Uap bertekanan mempunyai
beberapa keuntungan, diantaranya pemanasan dapat berlangsung cepat dan
mempunyai daya tembus serta menghasilkan kelembapan yang tinggi.
Semuanya tentu akan mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba. Alat
yang digunakan untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan adalah
autoclave. Autoclave merupakan alat yang sangat dibutuhkan di setiap
laboratorium mikrobiologi, ruang sterilisasi rumah sakit, serta tempat lain
yang memproduksi produk steril. Waktu yang diperlukan untuk sterilisasi
bergantung pada sifat bahan yang disterilkan, tipe wadah, dan volume bahan.
Autoclave tidak efektif terhadap organisme yang terdapat dalam bahan yang
6
kedap uap dan tidak dapat digunakan untuk benda-benda yang peka terhadap
panas.
2. Panas Kering
b. Sterilisasi dengan pemijaran. Cara ini terutama dipakai untuk sterilisasi jarum
platina, ose, dan alat lainnya yang terbuat dari platinba atau nikrom. Caranya
adalah dengan membakar alat-alat tersebut diatas api lampu spirtus sampai
berpijar.
7
cara ini digunakan untuk memusnahkan benda-benda tecemar yang tidak
dapat digunakan kembali.
3. Pengeringan
a. Jenis mikroorganisme
4. Radiasi
b. Sinar X, radiasi gamma, dan radiasi katode. Ketiga sinar ini dapat mensterilkan
perlengkapan bedah yang peka terhadap panas serta alat-alat medis lainnya.
Namun, ketiga sarana penyinaran ini tergolong mahal dan membutuhkan fasilitas
8
khusus. Perbedaan karakteristik beberapa jenis sinar dalam proses sterilisasi adalah
sebagai berikut.
2. Desinfektan harus dapat larut dalam air atau pelarut lain sampai pada
konsentrasi yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.
9
3. Perubahan yang terjadi pada desinfektan ketika didiamkan beberapa
saat harus seminimial mungkin dan tidak boleh mengakibatkan
hilangnya sifat antimikobial atau harus bersifat stabil.
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang paling terkait antar berbagai
faktor yang mempengaruhi, yaitu agen infeksi, yaitu agen infeksi, reservoir, portal of
exit, cara penularan, portal of entry dan host/pejamu yang rentan
1. Agen Infeksi
10
2. Reservoir (sumber mikroorganisme)
4. Cara Penularan
5. Portal Masuk
11
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus masuk
dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap
masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit
dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh
melalui rute atau jalan yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor
yang menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan
patogen masuk ke dalam tubuh.
1. Konsentrasi atau intensitas zat antimikrobial. Bakteri akan cepat mati bila
konsentrasi dan intensitas antimikrobialnya besar/tinggi. Sebagai contoh, sinar
X atau cahaya ultraviolet akan lebih cepat membunuh sel-sel apabila
intensitas radiasinya bertambah besar. Sel-sel juga akan lebih cepat mati
apabila konsentrasi zat kimia (zat antimikrobial) lebih tinggi.
12
waktu yang dibutuhkan zat antimikrobial untuk membunuh mikroorganisme
tersebut.
Di dalam penerapannya, apabila ada serum atau darah pada benda yang akan diberi
zat antimikrobial, maka serum atau darah itu dapat menginaktifkan sebagian zat
tersebut.
13
6. Tingkat keasaman atau kebasaan (pH). Mikroorganisme yang terdapat pada
bahan dengan pH asam dapat dibasmi pada suhu yang lebih rendah dan dalam
waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan mikroorganisme yang sama di
dalam lingkungan basa.
2.3 Kontaminasi
4. Pembilasan menyeluruh
Hampir semua bakteri transien dapat dihilangkan dengan sabun dan air, tetapi
bakteri residen akan tetap tinggal. Pencuci tangan bakterisida, misalnya Hibicrub
Povodone-iodine. Yang perlu perhatian khusus saat mencuci tangan adalah tempat
berkumpulnya mikroorganisme, seperti sela-sela jari. Walaupun mencuci tangan
dengan menggunakan bakterisida, namun tidak semua bakteri dapat dihilangkan.
Tangan tidak pernah steril maka dari itu kita memerlukan sarung tangan steril dalam
melkukan tindakan-tindakan steril. Selain itu pakaian pelindung yang digunakan
ketika memasuki ruangan steril juga mencegah transmisi mikroorganisme. Dalam
14
menurunkan jumlah organisme kontaminan hal yang perlu diperhatikan adalah
keberhasilan, baik itu kbersihan diri maupun kebersihan lingkungan.
Infeksi nosokomial dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun dari
luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang
sudah ada di dalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self-
infection atau auto-infection, sedangkan infeksi eksogen (cross infection) disebabkan
oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien
lainnya.
Rumah sakit merupakan suatu tempat orang yang sakit dirawat dan
ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini, pasien mendapatkan terapi
dan perawatan untuk sembuh. Namun, selain sebagai tempat untuk menyembuhkan,
rumah sakit juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari
penderita maupun dari pengunjung yang berstatus pembawa (carrier). Kuman
penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit, seperti di udara,
air, lantai, makanan, dan perlatan medis maupun non medis.
15
biaya meningkat. Infeksi nosokomial mengharuskan digantinya obat-obatan biasa
dengan obat-obatan mahal dan digunakannya jasa di luar rumah sakit. Oleh sebab itu,
di negara-negara miskin dan berkembang, pencegahan infeksi nosokomial lebih
diuatamakan guna meningkatkan kualitas pelayanan pasien di rumah sakit dan
fasilitas kesehatan lainnya.
Sumber penularan dan cara penularan infeksi terutama melalui tangan dan
dari petugas kesehatan, jarum injeksi, kateter IV, kateter urine, kassa pembalut atau
perban, dan cara yang keliru dalam menangani luka. Infeksi nokomial ini pun tidak
hanya mengenai pasien, tetapi juga seluruh personel rumah sakit yang berhubungan
langsung dengan pasien maupun penunggu dan pengunjung pasien.
16
Hal-hal yang berhubungan dengan infeksi nosokomial :
6. Di negara yang sudah maju masalah ini telah diangkat menjadi masalah
nasional, sehingga bila angka infeksi nosokomial disuatu rumah sakit
tinggi, maka izin operasionalnya dipertimbangkan untuk dicabut oleh
instansi yang berwenang.
17
udara. Kamar dengan pengaturan udara yang baik akan lebih banyak mengurangi
resiko penularan kuman tuberkulosis.
Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan
menjaga kebersihan pemprosesan serta filternya untuk mencegahan terjadinya
pertumbuhan bakteri. Sterilisasi air di rumah sakit dengan prasarana yang terbatas
dapat dilakukan dengan menggunakan panas matahari. Toilet rumah sakit juga harus
dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare untuk mencegah terjadinya infeksi
antar-pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi desinfektan. Desinfektan
akan membunuh kuman dan mencegah penularan antar-pasien. Desinfeksi yang
digunakan harus :
1. Efektif
a. Dekontaminasi Tangan
18
dan waktu mencuci tangan yang lama. Selain itu, penggunaan sarung tangan
sangat dianjurkan bila akan melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien
dengan penyakit infeksi. Hal yang perlu diingat adalah selalu memakai sarung
tangan ketika akan mengambil atau menyentuh darah, cairan tubuh, atau keringat,
tinja, urine, membran mukosa, dan bahan yang kita anggap telah terkontaminasi
dan segera mencuci tangan setelah melepas sarung tangan.
Simonsen, dkk (1999) menyimpulkan bahwa lebih dari 50% injeksi yang
dilakukan di negara berkembang tidaklah aman. Salah satu contohnya adalah
penggunaan jarum, tabung, atau keduanya secara berulang-ulang dan banyaknya
tindakan injeksi yang tidak penting (misalnya injeksi antibiotik). Untuk mencegah
penyebaran penyakit melalui jarum suntik, maka diperlukan :
Baju atau gaun khusus juga harus dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian
selama kita melakukan suatu tindakan atau mencegah percikan darah, cairan
tubuh, urine, dan feses.
19
Di dalam tubuh manusia, selain ada bakteri yang patogen oportunis, ada pula
bakteri yang secara mutualistik yang ikut membantu dalam proses fisiologis
tubuh, dan membantu ketahanan tubuh melawan invasi mikroorganisme patogen
serta menjaga keseimbangan diantara populasi mikroorganisme komensalisme
pada umumnya, (misalnya seperti yang terjadi di dalam saluran cerna manusia).
Pengetahuan tentang mekanisme pertahanan tubuh orang sehat yang dapat
mengendalikan mikroorganisme opportunis perlu diidentifikasi secara tuntas
sehingga dapat pada penderita penyakit berat. Dengan demikian, bahaya infeksi
dengan bakteri oportunis pada penderita penyakit berat dapat diatasi tanpa harus
menggunakan antibiotik.
d. Ruangan Isolasi
20
2. Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.
1. Cuci tangan
2. Sarung tangan
a. Bila kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, dan bahan yang
terkontaminasi.
4. Baju pelindung
21
a. Lindungi kulit dari kontak dengan darah dan cairan tubuh.
5. Kain
7. Pembersihan lingkungan
Perawatan rutin, pembersihan dan desinfeksi peralatan dan perlengkapan dalam ruang
perawatan pasien.
8. Unstrumen tajam
9. Resusitasi pasien
22
Usahakan gunakan kantong resusitasi atau alat ventilasi yang lain untuk menghindari
kontak langsung mulut dalam resusitasi mulut ke mulut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Cano. R.J Colome J.S., Microbiologi, St Paul New York, Los Angeles, San
Fransisco, West Publishing Company, 1986.
Soeparman, dkk. (2001). Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Pelczar, M. J., & Chan, ECS. (2008). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
24
25