Anda di halaman 1dari 11

5

Arif Pribadi

13040116140047

UAS TEKNIK PENULISAN ILMIAH

1. Permasalahan penaatan kode etik yang harus dipahami oleh penulis sehubungan dengan
(proses) penulisan/penyusunan (materi) karya ilmiah.

A. Plagiarisme
Dalam Permendiknas no. 17 tahun 2010, disebutkan bahwa:
“Plagiat adalah perbuatan secara sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau
mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian
atau seluruh karya dan/atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya,
tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai”. (Permendiknas no. 17, 2010)
Contoh:
Mengacu dan/atau mengutip istilah, kata-kata dan/atau kalimat, data dan/atau informasi
dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan dan/atau tanpa
menyatakan sumber secara memadai.
B. Falsifikasi
Mengubah data sesuai dengan keinginan, terutama agar sesuai dengan simpulan yang ingin
diambil dari sebuah penelitian.
Contoh:
Memanipulasi bahan penelitian, peralatan atau proses, mengubah atau tidak
mencantumkan data atau hasil sedemikian rupa, sehingga penelitian itu tidak disajikan
secara akurat dalam catatan penelitian.
C. Fabrikasi
Membuat-buat data yang sebenarnya tidak ada atau lebih umumnya membuat data fiktif.
Contoh:
Mengarang, mencatat dan/atau mengumumkan hasil penelitian tanpa pembuktian telah
melakukan proses penelitian.
D. Eksploitasi
Pemerasan tenaga Peneliti dan pembantu peneliti.
Contoh:
Peneliti senior memeras tenaga Peneliti junior dan pembantu penelitian untuk mencari
keuntungan, kepentingan pribadi, mencari, dan/atau memperoleh pengakuan atas hasil
kerja pihak lain.
E. Intended Careless
Kecerobohan yang disengaja
Contoh:
Tidak menyimpan data penting selama jangka waktu sewajarnya, menggunakan data tanpa
izin pemiliknya, atau tidak mempublikasikan data penting atau penyembunyian data tanpa
penyebab yang dapat diterima.
F. Duplikasi
Pempublikasian temuan-temuan sebagai asli dalam lebih dari 1 (satu) saluran, tanpa ada
penyempurnaan, pembaruan isi, data, dan/atau tidak merujuk publikasi sebelumnya.
Pempublikasian pecahan-pecahan dari 1 (satu) temuan yang bukan merupakan hasil
penelitian inkremental, multi-disiplin dan berbeda-perpektif adalah duplikasi atau salami
publication. (lipi,2013)
2. Pengertian dan fungsi data, macam data, dan macam sumber data sehubungan
penulisan/penyusunan karya ilmiah.

Pengertian data menurut Riduwan merupakan suatu bahan yang masih mentah yang
membutuhkan pengolahan lebih lanjut sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik
kuantitatif maupun kualitatif yang menunjukkan suatu fakta (Riduwan, 2009:5)

Fungsi data dalam karya ilmiah diantaranya:


a. Sebagai alat uji pertanyaan atau hipotesis penelitian
b. Salah satu hal yang dapat menentukan hasil penelitian, artinya hasil penelitian sangat
bergantung pada kualitas data yang sukses dikumpulkan. Namun begitu, kualitas data yang
baik belum tentu hasil penelitiannya baik pula. Hasil penelitian selain dipengaruhi oleh
kualitas data yang berhasil dikumpulkan juga dipengaruhi oleh ketepatan dan keakuratan
analisis data yang dilakukan.

Macam-macam data
Data bisa dikelompokan kedalam berbagai macam sesuai dengan dasar klasifikasinya. Terdapat
lima macam dasar pengklasifikasian data, yaitu: jenis, sifat, sumber, cara pengukuran dan skala
pengurukuran.

1. Jenis data

Berdasarkan jenisnya data dikelompokkan menjadi dua macam yaitu, data kualitatif dan data
kuantitatif.

a. Data kualitatif

Merupakan data yang menunjukkan mutu atau kualitas sesuatu yang ada, baik proses, keadaan,
peristiwa, kejadian dan lainnya yang dinyatakan ke dalam bentuk pertanyaan atau berupa kata-
kata. Penentuan kualitas data tersebut menurut kemampuan memberikan nilai tentang
bagaimana mutu dari sesuatu itu. Misalnya: wanita itu cantik, pria itu keren, baik, ganteng,
senang, harga minyak naik, rumah itu kecil dan lain sebagainya. Data ini umunya diperoleh dari
hasil wawancara dan bersifat subejktif, karena data tersebut bisa ditafsirkan beda oleh yang
berbeda.

b. Data Kuantitatif

Merupakan data yang berbentuk angka-angka sebagi hasil pengukuran ataupun hasil observasi.
Misalnya harga gula Rp 12.000/kg, Dedi berat badanya 58 kg, dan lain sebagainya. Data
kuantitatif didapatkan dari pengukuran langsung dan dari angka-angka yang diperoleh dengan
mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif. Data kuantitatif mempunyai sifat objektif dan
dapat ditafsirkan sama oleh semua orang.

2. Sifat Data

Data berdasarkan pada sifatnya dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu dikotomi,
diskrit, dan kontinum.

a. Data dikotomi
Merupakan data yang bersifat pilah satu sama lain, misalnya suku, agama, jenis kelamin,
pendidikan, dan lain sebagainya.
b. Data diskrit
Merupakan data yang proses pengumpulan datanya dijalankan dengan cara menghitung
atau membilang. Seperti, jumlah anak, jumlah penduduk, jumlah kematian dan sebagainya.
c. Data kontinum
Merupakan data pengumpulan datanya didapatkan dengan cara mengukur denga alat ukur
yang memakai skala tertentu. Seperti misalnya, Suhu, berat, bakat, kecerdasan, dan lainnya.

3. Sumber Data

Data berdasarkan pada sumbernya, bisa dikelompokan menjadi dua macam, yaitu data internal
dan data eksternal.

a. Data internal
Merupakan data yang pengumpulannya didapatkan dari lembaga atau organisasi di mana
penelitian dilaksanakan. Contohnya guru SMP N 1 Banyumas mengadakan penelitian
tentang kinerja guru dan aspek yang mempengaruhinya. Jika data diambil dari kinerja guru
SMP N 1 Banyumas, maka data itu termasuk data internal.

b. Data eksternal
Merupakan data yang didapatkan dari lembaga atau oerganisasi lain di mana penelitian
dilakukan. Contohnya jika peneliti akan meneliti perkembangan usaha suatu produk
tertentu, dan dia mencari data di luar perusahaan yang bersangkutan, misalnya di Biro Pusat
Statistik, maka data tersebut adalah data eksternal.

4. Cara Pengumpulan

Berdasarkan cara pengumpulannya data dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data
primer dan data sekunder.
a. Data primer
Merupakan data yang didapatkan dari sumber pertama, atau depat dikatakan
pengumpulannya dilakukan sendiri oleh si peneliti secara langsung, seperti hasil wawancara
dan hasil pengisian kuesioner (angket). Soeratno dan Arsyad (2003:76) menyatakan bahwa
data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh oerganisasi yang
menggunakan atau menerbitkan data tersebut. Contoh data primer, Peneliti akan meneliti
tentang prosedur kerja suatu aplikasi tertentu, maka dapat dilakukan wawancara mengenai
hal tersebut.

b. Data sekunder
Merupakan data yang didapatkan dari sumber kedua. Menurut Purwanto (2007), data
sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain. Sedangakan menurut
Soeratno dan Arsyad (2003;76), data sekunder adalah data yang digunakan atau diterbitkan
oleh organisasi yang bukan pengolahnya. Dengan demikian data sekunder mempunyai dua
makna. Pertama, data yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk diagram atau
tabel. Kedua, data yang dikumpulkan oleh lembaga atau orang lain, atau data yang bukan
dikumpulkan sendiri oleh peneliti. misalnya data penghasilan penduduk yang dikumpulkan
oleh BPS, data yang dikumpulkan oleh lembaga survey dan lainnya.

5. Skala Pengukuran

Berdasarkan skala pengukurannya, data bisa dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu: data

nominal, ordinal, interval, dan rasio.

a. Data Nominal

Merupakan data yang hanya bisa dibedakan, tidak bisa diurutkan dan diperbandingkan satu
dengan yang lain. Nominal atau nomi yang artinya nama, menunjukkan tanda atau label
yang hanya untuk membedakan antara satu dengan yang lainnya. Contoh data nominal
yaitu jenis kelamin, agama, jenis pekerjaan dan sebagainya. Angka-angka dalam variabel
nominal dipakai guna menghitung, yaitu banyak pria, banyaknya yang hadir dan lainnya.
Maka angka dinyatakan sebagai frekuensi. Data nominal didapatkan dari variabel nominal.

b. Data Ordinal

Merupakan data yang mempunyai urutan (order), tetapi tidak mempunyai jarak perbedaan
yang sama di antara rangkaian urutan tersebut. Dengan kata lain merupakan data yang
memiliki jenjang, sehingga responden bisa diurutkan jenjangnya sesuai dengan karakteristik
yang ada pada dirinya. Pada data ordinal dapat menyatakan bahwa data tersebut lebih,
sama, atau kurang dari data yang lain. Data ordinal bisa dibedakan dan diurutkan tapi tidak
mempunyai jarak yang sama dalam urutan maupun perbedaan yang ada. Contohnya :
Rangking prestasi belajar, rangking 1 nilainya 1000, 2 nilainya 980, dan 3 nilainya 960. Yang
mana jarak antara rangking 1 dan 2, berbeda dengan rangking 2 dan 3. Data ordinal tidak
hanya mengkategorikan variabel yang menunjukkanperbedaan kualitatif antara berbagai
kategori, tetapi juga mengurutkan kategori berdasarkan suatu cara tertentu. Data ordinal
diperoleh dari variabel ordinal.

c. Data Interval

Merupakan data yang mempunyai perbedaan, urutan, dan jarak perbedaan yang sama di
antara rangkaian urutan tersebut, tapi tidak mempunyai titik nol absolut atau mutlak. Jarak
pada skala interval diatur mengikuti ukuran tertentu yang mudah dipahami maknanya
dalam rangka menyusun suatu interpretasi. Contohnya data tes hasil belajar yang diberikan
angka 4,5,6,7,8,9 dan seterusnya. Jarak antara 5 dan 6 sama dengan 6 dan 7, dan
seterusnya. Namun angka tersebut tidak mempunyai arti perbandingan, yang mana angka 4
yang didaptkan siswa bukan berarti kepandaiannya setengah dari siswa yang mendapatkan
8. Hal ini karena angka dalam data interval tidak mempunyai sifat absolut sehingga tidak
bisa diperbandingkan.

d.    Data Rasio

Merupakan data yang mempunyai perbedaan, urutan, jarak perbedaan yang sama di antara
rangkaian urutan itu, dan mempunyai titik mutlak atau nol absolut, Sehingga bisa
diperbandingkan satu dengan yang lainnya. Nilai nol (0) sebagai titik nol absolut,
menunjukkan bahwa suatu gejala dengan semua unsur atau faktro didalamnya benar-benar
tidak ada. Dengan adanya nilai nol, objek yang bernilai nol berarti objek tersebut tidak
mempunyai apapun dalam variabel tersebut. Jarak antar dua titik yang berdekatan
mempunyai nilai yang sama, penggunaan data ini menyatakan perbandingan yang pasti.
Sehingga lebih banyak dipakai di lingkungan Ilmu eksakta daripada ilmu sosial.

Sumber Data

Pengertian sumber data dalam penelitian merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh

Sumber data bisa dikelompokkan berdasarkan dua hal, yaitu berdasarkan subjek di mana data
melekat, dan berdasarkan wilayah sumber data. Berdasarkan subjek di mana data melekat
sumber data dapat diklasifikasikan menjadi 4 singkatan huruf P (4p) dari bahasa Inggris, yaitu:
p= person, sumber data yang berupa orang. Merupakan sumber data yang dapat memberikan
data berupa jawaban lisan/wawancara atau jawaban tertulis melalui angket. Sumber datanya
disebut responden.

p= place, sumber data yang berupa tempat. Merupakan sumber data yang menyajikan tampilan
berupa keadaan diam, seperti alat, benda, warna, kondisi ruangan dan sebagainya.

p= process, sumber data aktivitas atau kegiatan. Merupakan sumber data yang menyajikan
tampilan berupa keadaan yang bergerak, seperti kegiatan belajar, kinerja, gerak taian dan lain
sebagainya.

p= paper, sumber data yang berupa simbol. Merupakan sumber data yang menyajikan tanda-
tanda berupa huruf, angka, simbol, dan gambar lain.

Berdasarkan wilayah sumber data dalam arti keseluruhan atau sebagian sumber data diambil
sebagai subjek penelitian, sumber data bisa dibedakan menjadi 2 yaitu: populasi dan sampel.
Pengumpulan data yang dilakukan atas populasi menghasilkan data dan kesimpulan yang lebih
akurat karena tidak ada kesalahan yang terjadi. Hal ini dikarenakan seluruh objek datanya
dikumpulkan, dan dianalisis.

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan ciri yang sama dengan
populasi karena diambil dari populasi secara teknik sampling tertentu yang secara metodologis
bisa dipertanggjawabkan. Jika sumber datanya adalah sampel, maka pengumpulan dan analisis
data hanya dilakukan atas sampel, namun kesimpulanya akan diberlakukan untuk seluruh
populasi melalui generalisasi.

3. Contoh kutipan langsung kurang dari/sama dengan 4 baris:


Lain halnya dengan kepemimpinan formal, yaitu penentuan dan pengesahannya adalah
semuanya di lakukan secara resmi oleh organisasi-organisasi birokrasi yang sudah diakui oleh
struktur pemerintahan yang resmi. Hal ini diperjelas kembali oleh Karjadi berikut ini, “Pemimpin
formal yaitu seseorang yang secara resmi diangkat dalam jabatan kepemimpinan, teratur dalam
organisasi secara hierarki, biasanya apabila dalam zaman pembangunan ini tergambar dalam
suatu gambar/ bagan yang tergantung ditiap-tiap kantor”. (Karjadi, 1977:6).
Contoh kutipan langsung lebih dari 4 baris:
Menurut Riberu, kepemimpinan dapat dibagi ke dalam dua jenis sesuai dengan wewenang yang
dimiliki oleh seorang pemimpin untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, uraiannya sebagai
berikut :
“Pemimpin formal (formal leader) adalah pemimpin yang berdasarkan pelimpahan wewenang
yang sah. Hak dan tugas memimpin dilimpahkan kepadanya berdasarkan ketentuan-ketentuan
yuridis formal seperti undang-undang dan anggaran dasar. Pemimpin informal (informal leader)
adalah kepemimpinan yang dijalankan karena seorang berwibawa yang dinilai mampu menjadi
penggerak karena memiliki keunggulan tertentu sebab itu mereka disegani dan ditaati”. (Jabal
Arfa, 2002:22 ).
Daftar Pustaka
Arfa, Jabal. 2002. Skripsi, Peranan Kepemimpinan Pemerintah (Kepala Desa) dalam
Pemerintahan dan Pembangunan Di Kabupaten Jeneponto. Unismuh, Makassar.
Karjadi. 1977. Kepemimpinan (Leadership). Politea, Bandung.
4. Ragam tulis lebih banyak menuntut benar sistem tata logika, benar sistem tata bahasa, dan
antar kedua harus padu/harmonis, sebab persoalan gerak artifisal dalam ragam tulis tidak
tampak, sehingga keberadaannya digantikan oleh seperangkat sistem kaidah tata bahasa.
Penggunaan tipe kalimat ambigu dalam karya ilmiah harus dihindari karena makna/arti yang
dikandung dalam kalimat menjadi multi tafsir. (Ary Setiadi, 2010)

Contoh salah: Yang membawa telepon genggam harap dimatikan karena acara akan dimulai.
Contoh benar: Yang membawa telepon genggam harap mematikan telepon genggamnya karena
acara akan dimulai
Contoh salah: Gedung sekolah yang baru diresmikan oleh Bapak Bupati.
Contoh benar: Gedung di sekolah yang baru itu diresmikan oleh Bapak Bupati.
Contoh salah: Saya membaca buku sejarah puisi yang baru.
Contoh benar: Saya membaca buku tentang sejarah-puisi yang baru.
5. Tujuan dan manfaat dari tinjauan pustaka, hakekatnya, adalah menggunakan dan mengevaluasi
penelitian orang lain, untuk mencari celah (gap). Dari celah tersebut akhirnya peneliti membuat
tempat sendiri dalam bidang ilmu yang diteliti sehingga pembaca yakin bahwa peneliti tahu
betul bidang penelitian atau topik yang sedang ditelitinya.
6. Daftar Referensi

(Departemen Agama RI, 2010: 14)

(Dewi dalam Murni, 2012: 89)

(Effendi, dkk. (Ed), 2012: 92)

(Lodo, 2002 : 15)

(Muin, 2010: 29)

(Muin, 2008: 7)

(Muin, 2011: 76)

(Muin, 2013: 155-157)

(Nastiti, 2014: 7)

(Polopo, 2011: 35)

(Pujo, 2005: 47)

(Pujo, 2007 : 40)

(Sugiarto, 2009: 53)

(Sugiarto dan Slamet S, 2011 : 14)

(Sutopo, 2013: 13)

Daftar Pustaka

Departemen Agama RI. 2010. Pedoman Menikah. Jakarta: Departemen Agama RI.

Effendi, Sartoto, dkk. (Ed). 2012. Bunga Rampai Beginilah Berbahasa Indonesia yang
Baik. Surabaya; Dian.

Lodo, Robert. 2002. Berpikir Positif, Jakarta: Puspa.

Muin, Mas. 2013. Belajar Bela Diri. Semarang: Awan.

-------------. 2011. Belajar Memasak. Yogyakarta: Bintang


-------------. 2010. Belajar Menari. Jakarta: Matahari.

--------------. 2008. Belajar Menyanyi. Surabaya: Bulan.

Murni, Dewi. 2012. Oh Cintaku. Surabaya: Dian.

Nastiti. 5 April 2014. Menjaga Keutuhan Bangsa. Kompas.

Polopo, Sunarji. 2011. Bersatulah bangsaku. Surabaya: Pelita.

Pujo, Sunarto. 2005. Demi Masa Depan. Jakarta: Obor.

Pujo, Sunarto. 2007. Generasi Muda Bangsa. Jakarta: Obor.

Sugiarto, FX. 2009. Mengenal Diri Sendiri. Semarang: Mas.

Sugiarto, FX dan Slamet S. 2011. Mengenal Negeriku Indonesia. Semarang: Mas.

Sutopo KS. 2013. Pelita. Yogyakarta: Merpati Putih.


Daftar Pustaka

2013. Peraturan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia No. 6e Tahun 2013 Tentang Kode Etika
Peneliti. Jakarta

Emilia Emi. 2012. Menulis Tesis dan Disertasi. Bandung: Alfabeta.

Permendiknas. 2010. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 17 Tahun 2010 Tentang Pencegahan
dan Penaggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi. Jakarta.

Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, Pengembangan dan Pemanfaatan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riduwan. 2009. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Setyadi, Ary. 2010. Bahasa Indonesia dalam Karya Ilmiah. Semarang: Universitas Diponegoro.

Soeratno, Lincolin Arsyad. 1993. Metodologi penelitian untuk ekonomi dan bisnis. Yogyakarta: Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN.

Anda mungkin juga menyukai