id
SKRIPSI
RIZKI ANNISYA
G0008238
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Rizki Annisya, G0008238, 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Buah Jamblang
(Syzygium cumini) terhadap Penurunan Jumlah Sel Hati Nekrosis dan Apoptosis pada
Tikus (Rattus norvegicus) Terinduksi Isoniazid, Skripsi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan Penelitian. Mengetahui perbedaan efek ekstrak biji jamblang (Syzygium cumini)
dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus
(Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid
Metode Penelitian. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test only
control groups design. Subjek penelitian adalah 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan strain Wistar, dengan berat badan + 200 gram dan berumur 2-3 bulan, yang dibagi
dalam 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif (K[-]) diberi aquades, sedangkan kontrol
positif (K[+]) diberi isoniazid sebanyak 40 mg pada hari ke ke-12 sampai hari ke-25.
Kelompok perlakuan (P1, P2, P3) diberi ekstrak biji buah jamblang dengan dosis
bertingkat (20 mg/tikus, 40 mg/tikus, dan 80 mg/tikus) mulai hari ke-8 sampai hari ke-25
serta isoniazid 40 mg pada hari ke-12. Pada hari ke-26 tikus diterminasi diambil organ
hatinya dan dibuat preparat dengan pengecatan Hematoksilin Eosin. Kerusakan sel hati
tikus diamati dengan menghitung jumlah inti sel yang mengalami nekrosis dan apoptosis
pada daerah lobus sentralis hati. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji
One-Way Anova dan Bonferroni.
Hasil Penelitian. Hasil uji One-Way Anova pada kelompok dengan pemberian dosis
ekstrak biji buah jamblang yang bervariasi (20 mg/tikus, 40 mg/tikus, dan 80 mg/tikus)
menunjukkan hasil yang bermakna dalam menurunkan jumlah sel hati yang mengalami
nekrosis dan apoptotis pada tikus terinduksi isoniazid, dengan nilai p < 0,001 (α = 0,05).
Hasil uji Bonferroni menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok P1
dengan P3 (p = 1).
Simpulan penelitian. Isoniazid dapat memberikan gambaran kerusakan sel hati pada
tikus. Semua dosis pemberian ekstrak biji buah jamblang menunjukkan aktivitas
antioksidan dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apotosis pada tikus dengan
induksi isoniazid, namun hasil terbaik ditunjukkan pada dosis pemberian 40 mg/tikus.
Kata kunci : ekstrak biji buah jamblang, isoniazid, sel nekrosis, sel apoptosis
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Rizki Annisya, G0008238, 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Buah Jamblang
(Syzygium cumini) terhadap Penurunan Jumlah Sel Hati Nekrosis dan Apoptosis pada
Tikus (Rattus norvegicus) Terinduksi Isoniazid, Skripsi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan Penelitian. Mengetahui perbedaan efek ekstrak biji jamblang (Syzygium cumini)
dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus
(Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid
Metode Penelitian. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test only
control groups design. Subjek penelitian adalah 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan strain Wistar, dengan berat badan + 200 gram dan berumur 2-3 bulan, yang dibagi
dalam 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif (K[-]) diberi aquades, sedangkan kontrol
positif (K[+]) diberi isoniazid sebanyak 40 mg pada hari ke ke-12 sampai hari ke-25.
Kelompok perlakuan (P1, P2, P3) diberi ekstrak biji buah jamblang dengan dosis
bertingkat (20 mg/tikus, 40 mg/tikus, dan 80 mg/tikus) mulai hari ke-8 sampai hari ke-25
serta isoniazid 40 mg pada hari ke-12. Pada hari ke-26 tikus diterminasi diambil organ
hatinya dan dibuat preparat dengan pengecatan Hematoksilin Eosin. Kerusakan sel hati
tikus diamati dengan menghitung jumlah inti sel yang mengalami nekrosis dan apoptosis
pada daerah lobus sentralis hati. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji
One-Way Anova dan Bonferroni.
Hasil Penelitian. Hasil uji One-Way Anova pada kelompok dengan pemberian dosis
ekstrak biji buah jamblang yang bervariasi (20 mg/tikus, 40 mg/tikus, dan 80 mg/tikus)
menunjukkan hasil yang bermakna dalam menurunkan jumlah sel hati yang mengalami
nekrosis dan apoptotis pada tikus terinduksi isoniazid, dengan nilai p < 0,001 (α = 0,05).
Hasil uji Bonferroni menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok P1
dengan P3 (p = 1).
Simpulan penelitian. Isoniazid dapat memberikan gambaran kerusakan sel hati pada
tikus. Semua dosis pemberian ekstrak biji buah jamblang menunjukkan aktivitas
antioksidan dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apotosis pada tikus dengan
induksi isoniazid, namun hasil terbaik ditunjukkan pada dosis pemberian 40 mg/tikus.
Kata kunci : ekstrak biji buah jamblang, isoniazid, sel nekrosis, sel apoptosis
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Rizki Annisya, G0008238, 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Buah Jamblang
(Syzygium cumini) terhadap Penurunan Jumlah Sel Hati Nekrosis dan Apoptosis pada
Tikus (Rattus norvegicus) Terinduksi Isoniazid, Skripsi, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan Penelitian. Mengetahui perbedaan efek ekstrak biji jamblang (Syzygium cumini)
dengan variasi dosis dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus
(Rattus norvegicus) yang diinduksi isoniazid
Metode Penelitian. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan post test only
control groups design. Subjek penelitian adalah 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus)
jantan strain Wistar, dengan berat badan + 200 gram dan berumur 2-3 bulan, yang dibagi
dalam 5 kelompok. Kelompok kontrol negatif (K[-]) diberi aquades, sedangkan kontrol
positif (K[+]) diberi isoniazid sebanyak 40 mg pada hari ke ke-12 sampai hari ke-25.
Kelompok perlakuan (P1, P2, P3) diberi ekstrak biji buah jamblang dengan dosis
bertingkat (20 mg/tikus, 40 mg/tikus, dan 80 mg/tikus) mulai hari ke-8 sampai hari ke-25
serta isoniazid 40 mg pada hari ke-12. Pada hari ke-26 tikus diterminasi diambil organ
hatinya dan dibuat preparat dengan pengecatan Hematoksilin Eosin. Kerusakan sel hati
tikus diamati dengan menghitung jumlah inti sel yang mengalami nekrosis dan apoptosis
pada daerah lobus sentralis hati. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji
One-Way Anova dan Bonferroni.
Hasil Penelitian. Hasil uji One-Way Anova pada kelompok dengan pemberian dosis
ekstrak biji buah jamblang yang bervariasi (20 mg/tikus, 40 mg/tikus, dan 80 mg/tikus)
menunjukkan hasil yang bermakna dalam menurunkan jumlah sel hati yang mengalami
nekrosis dan apoptotis pada tikus terinduksi isoniazid, dengan nilai p < 0,001 (α = 0,05).
Hasil uji Bonferroni menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok P1
dengan P3 (p = 1).
Simpulan penelitian. Isoniazid dapat memberikan gambaran kerusakan sel hati pada
tikus. Semua dosis pemberian ekstrak biji buah jamblang menunjukkan aktivitas
antioksidan dalam menurunkan jumlah sel hati nekrosis dan apotosis pada tikus dengan
induksi isoniazid, namun hasil terbaik ditunjukkan pada dosis pemberian 40 mg/tikus.
Kata kunci : ekstrak biji buah jamblang, isoniazid, sel nekrosis, sel apoptosis
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
PRAKATA ................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Perumusan Masalah................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 3
BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................... 5
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 5
1. Hati ................................................................................... 5
2. Biji Buah Jamblang (Syzygiumcumini) ............................... 7
3. Isoniazid .......................................................................... 10
4. Mekanisme Kerusakan Hati Akibat Isoniazid ................... 11
5. Nekrosis ........................................................................... 15
6. Apoptosis ......................................................................... 16
7. Mekanisme Biji Buah Jamblang sebagai Hepatoprotektor
terhadap Isoniazid ............................................................ 17
B. Kerangka Pemikiran ................................................................ 20
C. Hipotesis ................................................................................. 20
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................. 21
A. Jenis Penelitian ........................................................................ 21
B. Lokasi Penelitian ..................................................................... 21
C. Subjek Penelitian ..................................................................... 21
D. Teknik Sampling .................................................................... 22
E. Ekstrak Biji Buah Jamblang .................................................... 22
F. Rancangan Penelitian............................................................... 23
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
hati akut (Maddrey, 2005). Sel-sel dengan inti nekrosis merupakan gambaran
histologis yang digunakan sebagai tolak ukur kerusakan hati akibat konsumsi
INH. Mekanisme INH yang diduga menyebabkan kerusakan hati belum dapat
secara pasti dibuktikan, namun secara hipotesis dikemukakan bahwa
kerusakan itu diakibatkan oleh zat toksik berupa monoasetilhidrazin (MAH)
melalui mekanisme radikal bebas (stress oksidatif) (Saukkonen dkk, 2006).
Kerusakan hati dapat terjadi secara akut ataupun kronik, hal ini
tergantung pada penyebabnya. Namun tindakan preventif tetap menjadi
perhatian utama sebelum terjadinya keparahan, di antaranya dengan
penggunaan zat hepatoprotektor yang alami dan sedikit menimbulkan efek
samping. Zat hepatoprotektor tersebut diharapkan dapat mencegah kerusakan
hati sekaligus mengurangi dampak kerusakan yang sudah terjadi.
Obat modern selalu menjadi fokus utama pengobatan, namun terkadang
selain efek penyembuhan, obat modern lebih sering menimbulkan efek
samping yang jauh lebih besar. Untuk itu dalam rangka mencari obat yang
lebih baik, baru-baru ini pengobatan herbal sedang digalakkan terutama di
negara-negara berkembang, begitu juga di Indonesia. Masih banyak obat-obat
tradisional nusantara yang belum dikaji secara ilmiah khasiatnya (Handayani,
2001). Keunggulan yang ditawarkan pengobatan herbal yaitu efek samping
yang ditimbulkan relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan obat sintetik,
jika digunakan secara tepat, selain itu pada satu tanaman obat memiliki
beberapa efek farmakologi, dan lebih sesuai untuk penyakit-penyakit
metabolik degeneratif (Katno, 2008).
Dari berbagai jenis tanaman obat yang diketahui mengandung
antioksidan, salah satu yang menarik perhatian adalah biji buah Syzygium
cumini atau dikenal di Indonesia sebagai buah jamblang. Kandungan kimia
dari biji buah Syzygium cumini adalah gallic acid, asam elagat, corilagin,
ellagitannin, isoquercetin, quercetin, asam kafein, ferulic acid, guaiacol,
resorcinaldimethyl ether, lignaglucoside, veratrole, β-sitosterol, palmitic acid,
dan lain sebagainya (Sisodia dan Bhatnagar, 2009). Pada penelitian
sebelumnya biji tanaman ini dapat digunakan sebagai obat diabetes,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
B. Perumusan Masalah
Adakah pengaruh pemberian ekstrak biji buah jamblang (Syzygium
cumini) terhadap penurunan jumlah sel hati nekrosis dan apoptosis pada tikus
(Rattus norvegicus) terinduksi isoniazid?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan dosis pemberian ekstrak
biji buah jamblang (Syzygium cumini) dalam menurunkan jumlah sel hati
nekrosis dan apoptosis tikus (Rattus norvegicus) dengan induksi isoniazid.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
mengenai pengaruh perberian berbagai dosis ekstrak biji buah jamblang
(Syzygium cumini) terhadap penurunan sel hati yang mengalami nekrosis
dan apoptosis pada tikus (Rattus norvegicus) dengan induksi isoniazid.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk
penelitian lebih lanjut pada hewan yang tingkatannya lebih tinggi dalam
upaya memanfaatkan biji buah jamblang (Syzygium cumini) sebagai zat
antioksidan selanjutnya sebagai zat hepatoprotektor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hati
Hati adalah kelenjar tambahan dari sistem intestinal. Hati
merupakan kelenjar terbesar dengan berat antara 1,2 - 1,8 kg atau kurang
lebih 2,5% dari berat badan orang dewasa dan merupakan pusat
metabolisme tubuh dengan fungsi sangat kompleks (Amirudin, 2007).
Bloom dan Fawcett (2000) dan Amirudin (2007) menyatakan
bahwa hati menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen,
dengan permukaan atas membulat sesuai kubah diafragma. Hati terbagi
menjadi dua lobus yaitu lobus kiri dan lobus kanan. Lobus kanan lebih
besar dibandingkan lobus kiri.
Hati dalam keadaan normal mengandung darah yang sangat
banyak, sehingga menyebabkan warnanya merah tua atau merah tua
coklat. Konsistensinya kenyal dalam keadaan normal (Leeson dkk, 1996).
a. Lobulus Hati
Hati dapat didefinisikan sebagai unit fungsional organ berdasarkan 3
prinsip, yaitu :
1) Lobulus hati
Berbentuk heksagonal, panjangnya sekitar 2mm, dengan diameter
700μm. Pembagian lobulus hati ini merupakan pembagian cara
klasik yaitu berdasarkan atas aliran darah yang mengalir dari tepi
lobulus yang kemudian berkumpul di tengah vena sentralis, di
sudut-sudut luar lobuli terdapat kanalis porta (Leeson dkk, 1996;
Keller, 2009). Secara fungsional lobus hati berfungsi sebagai
tempat drainase dari vena sentralis (Keller, 2009).
2) Asinus hati
Berbentuk jajaran genjang, dibatasi oleh garis-garis yang
menghubungkan antar sinus ventralis dari tiap lobus. Sebagai unit
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
Zona Keterangan
Zona I Sel-selnya paling dekat dengan pembuluh darah
Berbentuk daerah elipsoid tepat mengelilingi
arteri hepatika dan vena porta terminal
Paling banyak dijumpai enzim yang terlibat
dalam metabolisme oksidatif dan
glukoneogenesis (zone of permanent function)
Zona II Sel-sel yang terletak ditengah asinus hati
Memiliki unsur enzim campuran disebut juga
”Intermediate zone”
Zona III Sel-sel dekat ujung-ujung asinus
Banyak mengandung enzim yang terlibat dalam
glikolisis dan metabolisme obat dan lipid
Kaya isoenzim P-450
Disebut sebagai ”zone of permanent response”
(Bloom dan Fawcett, 2000; Juncquira dan Carneiro, 2007)
3) Triad Portal
Merupakan tempat-tempat dimana tiga atau lebih unit lobulus
bertemu, di sana terdapat akumulasi jaringan pengikat. Triad portal
mengandung cabang dari vena porta, arteri hepatica, dan duktus
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
(A) (B)
Gambar 1. Sel Hati Normal Perbesaran 100 x (A); Perbesaran 400 x (B)
(A) (B)
Gambar 2. Tanaman Jamblang (A); Buah Jamblang (B)
Jamblang biasa ditanam di pekarangan atau tumbuh liar,
terutama di hutan jati. Jamblang tumbuh di dataran rendah sampai
ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Pohon dengan tinggi
10 - 20 m ini berbatang tebal, tumbuhnya bengkok, dan bercabang
banyak. Daun tunggal, tebal, tangkai daun 1 - 3,5 cm. Helaian daun
lebar bulat memanjang atau bulat telur terbalik, pangkal lebar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
3. Isoniazid
Isoniazid (INH) adalah obat antituberkulosis yang digunakan
sebagai lini pertama pengobatan dan pencegahan. Isoniazid dipakai
sebagai terapi tunggal untuk profilaksis pada pasien dengan tes Mantoux
positif tetapi hasil foto rontgen menunjukkan hasil normal. Isoniazid biasa
diberikan secara kombinasi dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lainnya
seperti rifampisin, etambutol, pirazinamid, streptomisin.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
Isoniazid
Asetilasi
Oleh
NAT2
Sitokrom
P450
Asetil-isoniazid
Asetilasi
Asetilhidrazin Hidrazin
Asetilasi
Hidrolisis
Oleh
NAT2
Oksidasi Oksidasi
CYP 2E1 CYP 2E1
Hepatotoksin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
5. Nekrosis
Ketika suatu sel tidak dapat kembali normal lagi atau tidak dapat
beregenerasi lagi setelah mendapat jejas berulang kali dengan durasi yang
panjang maka sel tersebut akan mengalami kematian (nekrosis) (Cotran
dkk, 2010). Apabila kerusakan hati terjadi berulang-ulang dan terus-
menerus maka akan terjadi nekrosis yang masif dari sel hati atau destruksi
unsur-unsur stromanya, sehingga terbentuk banyak jaringan ikat.
Kelebihan jaringan ikat ini mengakibatkan rusaknya struktur hati yang
disebut sirosis (Cotran dkk, 2010).
Kerusakan hepatoseluler akut dapat menimbulkan nekrosis pada
satu atau banyak hepatosit (nekrosis berkelanjutan). Pada beberapa kasus,
nekrosis berkelanjutan dapat didiagnosis berdasarkan zona yang terkena.
Zona III khas untuk asetaminofen, halotan, karbon tetraklorida, dan INH.
Hal ini berkaitan dengan mekanisme kerusakan hati yang disebabkan
sitokrom P-450 yang banyak terdapat pada zona III. Nekrosis pada zona I
dan II jarang terjadi. Kokain dan ferro-sulfat berefek nekrosis pada zona I,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
sedangkan beryllium berefek pada nekrosis zona II. Jika nekrosis ini
meluas maka dapat menyebabkan kegagalan hati akut.
Secara mikroskopis jaringan nekrosis seluruhnya berwarna
kemerahan dan tidak menyerap zat warna hematoksilin, sehingga sering
terlihat pucat. Pada nekrosis kerusakan banyak terjadi pada inti. Menurut
Price dan Wilson (2006) perubahan pada inti di antaranya adalah:
a. hilangnya gambaran kromatin
b. inti menjadi keriput, tidak vaskuler
c. inti tampak lebih padat, warna gelap hitam (piknosis)
d. inti terbagi-bagi atas fragmen-fragmen, robek (karioreksiss)
e. inti tidak lagi menyerap zat warna, karena itu pucat dan tidak nyata
(kariolisis).
Petunjuk paling positif bahwa sel telah mengalami nekrosis
diperoleh dari gambaran intinya, walaupun pada umumnya perubahan-
perubahan lisis tersebut dapat terjadi pada semua bagian sel (Price dan
Wilson, 2006).
6. Apoptosis
Kematian sel yang terprogram atau apoptosis merupakan suatu
komponen yang normal pada perkembangan dan pemeliharaan kesehatan
pada organisme multiseluler. Cotran dkk (2010) menjelaskan bahwa
apoptosis terjadi sebagai proses fisiologis, namun kemunculannya pada
proses patologis juga dipertimbangkan. Proses apoptosis diperlukaan
untuk mempertahankan homeostasis dimana kecepatan mitosis pada
jaringan seimbang dengan kematian sel. Apoptosis juga diperlukan untuk
terminasi sel yang mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki,
infeksi virus dan keadaan yang mengakibatkan stress pada sel. Selain, itu
apoptosis dapat terjadi misalnya pada pelepasan sel endometrium selama
siklus menstruasi. Regresi payudara setelah masa menyusui dan atresia
folikel ovarium pada menopause.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
B. Kerangka Pemikiran
Isoniazid
sitokrom P450
Mono Asetilhidrazin hidrazin
(MAH) Ekstrak biji
buah jamblang
ellagic acid
Radikal Bebas
ellagitannin
GPx
CAT caffeic acid
mediator Guaiacol
hepatotoksik
(TNF-α, IL-1, quercetin,
IFN-γ) isoquercetin
kerentanan membran
hepatosit
Merusak membran
sel dan mengganggu : mengandung
pompa Ca2+
: memacu
faktor lain penyebab
nekrosis : : menghambat
Nekrosis
hepatoseluler jamur, bakteri, virus,
malnutrisi, reaksi
hipersensitif
C. Hipotesis
Terdapat pengaruh pemberian ekstrak biji buah jamblang (Syzygium
cumini) terhadap penurunan jumlah sel hati yang mengalami nekrosis dan
apotosis pada tikus (Rattus norvegicus) dengan induksi INH, dimana semakin
tinggi dosis ekstrak biji jamblang,semakin rendah jumlah sel hati nekrosis dan
apoptosis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dimana hampir semua
variabel luar dikendalikan oleh peneliti sehingga efek manipulasi sepenuhnya
dapat dipelajari (Brotowidjojo, 1991), dengan post test only control groups
design.
B. Lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokimia dan Histologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah tikus putih (Rattus norvegicus) strain Wistar
jantan dengan berat badan + 200gram, dan berumur 2-3 bulan. Tikus putih
diperoleh dari bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret. Besar sampel tiap kelompok perlakuan ditentukan menggunakan rumus
Federer (Smith dan Mangkoewidjojo, 1998), yaitu:
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
Tiap kelompok dalam penelitian ini terdiri dari 6 ekor tikus (Rattus
norvegicus). Jadi besar sampel total adalah 30 ekor tikus.
D. Teknik Sampling
Purposive sampling adalah pengambilan sampel dari populasi
dilakukan secara sengaja sesuai persyaratan sampel yang diperlukan (Mustafa,
2000). Pada purposive sampling, ciri-ciri dan jumlah sampel yang diambil
ditetapkan atau ditentukan dahulu (Hadi, 2006).
Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling, dengan
kriteria pemilihan subjek berdasarkan ciri-ciri yang telah diketahui
sebelumnya. Hewan coba dibagi menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 6 ekor tikus yang dipilih secara randomisasi.
Kelompok 1 sebagai kelompok kontrol negatif (K[-]), kelompok 2
sebagai kelompok kontrol positif (K[+]), kelompok 3 sebagai kontrol
perlakuan dosis 1 (P1), kelompok 4 sebagai kelompok perlakuan dosis 2 (P2),
dan kelompok 5 sebagai kelompok perlakuan dosis 3 (P3).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
F. Rancangan Penelitian
K[-] OK[-]
K[+] OK[+]
P3 OP3
Keterangan :
S = Jumlah Sampel
K[-] = Kontrol negatif (aquades)
K[+] = Kontrol positif (INH 40 mg pada hari ke-12-25)
P1 = Tikus diberi ekstrak biji jamblang 100 mg/kg BB pada hari ke-
8-25 + INH 40 mg pada hari ke-12-25
P2 = Tikus diberi ekstrak biji jamblang 200 mg/kg BB pada hari ke-
8-25 + INH 40 mg pada hari ke-12-25
P3 = Tikus diberi ekstrak biji jamblang 400 mg/kg BB pada hari ke-
8-25 + INH 40 mg pada hari ke-12-25
OK[-] = Hasil pengamatan mikroskopis derajat kerusakan sel hati
Kelompok I
OK[+] = Hasil pengamatan mikroskopis derajat kerusakan sel hati
Kelompok II
OP1 = Hasil pengamatan mikroskopis derajat kerusakan sel hati
Kelompok III
OP2 = Hasil pengamatan mikroskopis derajat kerusakan sel hati
Kelompok IV
OP3 = Hasil pengamatan mikroskopis derajat kerusakan sel hati
Kelompok V
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
a. Piknosis
inti keriput (mengecil), bertambah basofil, berwarna gelap
(hiperkromasi), batasnya tidak teratur.
b. Karioreksis
Inti mengalami fragmentasi atau hancur dengan meninggalkan
pecahan-pecahan zat kromatin yang tersebar di dalam sel
c. Kariolisis
Kromatin basofil menjadi pucat, inti sel kehilangan kemampuan
untuk diwarnai dan menghilang
Sel apoptosis adalah sel hati yang secara histologis dapat
dievaluasi dari mikroskop cahaya perbesaran 1000x menunjukkan sel
hati dengan gambaransel yang mengerut dan lebih bulat,sitoplasma
tampak lebih padat dan inti sel yang terkondensasi (piknosis).
Daerah yang akan diamati adalah daerah zona III lobulus hati,
yaitu merupakan daerah yang diduga sel-selnya akan rusak apabila
diberi INH.
3. Variabel luar
a. Variabel luar yang dapat dikendalikan.
1. Variasi genetik
Faktor genetik yang dimaksud pada penelitian ini
adalah faktor genetik tikus putih (Rattus norvegicus). Untuk
meminimalkan pengaruh faktor genetik, digunakan tikus putih
dari galur Wistar yang dibagi ke dalam kelompok-kelompok
perlakuan menggunakan teknik randomisasi (Sihombing dan
Raflizar, 2010). Dipakai tikus karena dibandingkan dengan
mencit struktur anatomis esophagus tikus lebih tahan untuk
dilakukan pemberian bahan oral secara sonde lambung, tikus
tidak begitu fotofobik, dan aktifitasnya tidak terganggu oleh
manusia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
I. Instrumentasi Penelitian
1. Alat –alat yang digunakan
a. Kandang hewan percobaan
b. Timbangan digital dengan satuan miligram
c. Sonde lambung
d. Alat bedah hewan percobaan (scalpel, pinset, gunting, jarum, dan
meja lilin)
e. Bekker glass 250 cc
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
f. Mikroskop cahaya
g. Gelas objek dan deck glass
h. Hand scoen
i. Gelas ukur
j. Lampu spiritus
k. Mortir
2. Bahan –bahan yang digunakan
a. Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar
b. Makanan hewan percobaan (pelet dan aquabides)
c. Ekstrak biji buah jamblang (Syzygium cumini)
d. Isoniazid 300 mg
e. Aquabides
f. Bahan pembuatan preparat histologis
J. Cara Kerja
1. Pembuatan dan Dosis Ekstrak Biji Buah Jamblang
Ekstrak biji jamblangdibuat dengan metode perkolasi.
Sebelumnya biji buah jamblang dikeringkan, dihaluskan, dan
kemudian diekstraksi dengan cairan etanol 70%. Ekstrak didapat
dalam bentuk pasta padat.
Pembuatan suspensi ekstrak biji buah jamblang dilakukan
dengan cara memasukkan pasta ke dalam bekker glas kemudian
ditimbang, setelah itu diencerkan dengan aquades dan ditambah
dengan suspention agent (CMC 0,5%). Larutan tersebut kemudian
dihomogenkan dengan pengaduk manual tanpa pemanasan sampai
terbentuk suspensi.
Berat badan tikus yang digunakan + 200g (150g - 220g),
maka dosis ekstrak biji jamblang yang akan diberikan pada tikus
adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
a. 100mg/kg BB/hari
100mg ×200g
= 1000g
/hari
= 20 mg/tikus/hari
b. 200mg/kg BB/hari
200mg ×200g
= 1000g
/hari
= 40 mg/tikus/hari
c. 400mg/kg BB/hari
400mg ×200g
= /hari
1000g
= 80 mg/tikus/hari
Pemberian ekstrak biji buah jamblang dilakukan peroral
sehari sekali dengan dosis sesuai penelitian Sisodia dan Bhatnagar
(2009), 20 mg/tikus untuk kelompok P1, 40 mg/tikus untuk
kelompok P2, dan 80 mg/tikus untuk kelompok P3 tikus setiap hari
mulai dari hari ke-8 sampai hari ke-25.
2. Pembuatan dan Dosis Isoniazid
Isoniazid (INH) yang diberikan berasal dari apotek Kimia
Farma, Surakarta, dengan bentuk tablet 300 mg. Tablet obat isoniazid
yang didapat kemudian dihancurkan dengan mortir, setelah itu
diencerkan dengan aquades, dihomogenkan sampai didapatkan larutan
isoniazid.
Dosis toksik INH pada manusia adalah 30 mg/kg BB (Desai
dan Agarwal, 2004). Faktor konversi untuk manusia dengan berat
badan 70 kg pada tikus dengan berat badan 200 g adalah 0,018
(Lampiran 1).
a. Dosis pada manusia dengan berat badan 70 kg
30 mg x 70 kg = 2100mg/manusia
b. Konversi pada tikus dengan berat badan 200 g
2100 mg x 0,018 = 37,8mg/tikus. Pembulatan (40 mg/tikus)
Daya muat maksimal lambung tikus adalah 5ml (Lampiran 2)
dan sebagian lambung tikus telah terisi dengan makanan dan minuman,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
sehingga INH yang diberikan pada mencit secara oral adalah 1ml.
maka pelarut (aquabides) yang dibutuhkan adalah :
40 mg 300 mg
=
1 ml n
300 mg ×1 ml
n =
40 mg
n = 7,5 ml
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
purposive sampling
30 ekor tikus putih strain Wistar,
umur 2-3 bulan, BB 200gram
randomisasi
K. Analisis Data
Pertama-tama data yang diperoleh diuji normalitasnya
menggunakan uji Shapiro-Wilk karena besar sampel ≤ 50. Kemudian
dilakukan juga uji varianss menggunakan Levene’s test. Hipotesis diuji
menggunakan uji One-Way Anova (Analysis of Variance) untuk
mengetahui adanya perbedaan rerata pada kelima kelompok perlakuan,
dengan syarat distribusi data normal, dan varians data harus sama (p >
0,05) (Dahlan, 2006). Jika terdapat perbedaan bermakna maka dilanjutkan
dengan uji Posthoc dengan derajat kemaknaan α = 0,05 untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan rerata sel yang menglami nekrosis dan
apoptosis antar kelompok (Dahlan, 2006).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai pengaruh ekstrak biji buah
jamblang (Syzygium cumini) dalam mengurangi kerusakan sel hepar tikus
yang diinduksi isoniazid (INH), didapatkan hasil pengamatan pada masing-
masing kelompok.
Data hasil penelitian berupa data jumlah inti sel hati yang mengalami
nekrosis dan apoptosis yang dihitung dari 100 sel di sekitar lobulus centralis
hepar dengan perbesaran 1000 kali.
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
Rerata jumlah kerusakan sel hepar tikus yang diinduksi INH pada
masing-masing kelompok disajikan padaTabel 3.
Tabel 3. Rerata Skor Kerusakan Sel Hepar Tikus yang Diinduksi Isoniazid
pada Masing-Masing Kelompok
Simpang
Kelompok N Rerata
Baku
K[-] 6 15,78 6,26
P1 5 68,6 1,69
P2 5 57,4 3,29
P3 6 70,11 1,71
(Data Primer, 2011)
Keterangan :
K[-] : Kelompok Kontrol Negatif (aquades)
K[+] : Kelompok Kontrol Positif (INH 40 mg/tikus)
P1 : Kelompok Perlakuan 1 (ekstrak biji jamblang 20mg/tikus + INH
40mg/tikus)
P2 : Kelompok Perlakuan 2 (ekstrak biji jamblang 40mg/tikus + INH
40mg/tikus)
P3 : Kelompok Perlakuan 3 (ekstrak biji jamblang 80mg/tikus + INH
40mg/tikus)
Hasil pengamatan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata jumlah inti
nekrosis dan apoptosis terendah dijumpai pada kelompok kontrol negatif yaitu
sebesar 15,78, sedangkan rerata jumlah inti nekrosis dan apoptosis tertinggi
terdapat pada kelompok kontrol positif yang hanya diberi INH yaitu 89,80.
Sedangkan rerata jumlah inti nekrosis dan apoptosis pada kelompok perlakuan
1, 2, 3 yang diberi INH dan ekstrak biji buah jamblang dengan dosis
bertingkat (rendah-sedang-tinggi) lebih sedikit dibandingkan kelompok
kontrol positif. Pada Gambar 5 berikut ini terlihat penurunan rerata jumlah inti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
B. Analisis Hasil
Hasil yang diperoleh dari penelitian mula-mula diuji normalitas data
dengan menggunakan uji Saphiro Wilk untuk mengetahui apakah sebaran
data jumlah inti nekrosis dan apoptosis mempunyai distribusi normal. Hasil uji
Shapiro Wilk dirangkum dalam Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Nilai p Masing-Masing Kelompok dengan Uji ShapiroWilk
K[-] 6 0,18
K[+] 5 0,36
P1 5 0,61
P2 5 0,82
P3 6 0,35
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
Karena semua kelompok mempunyai nilai p > 0,05, maka data jumlah inti
nekrosis dan apoptosis berdistribusi normal.
Selanjutnya pada uji Levene didapatkan nilai p = 0,42 (p > 0,05), yang
berarti varians antar kelima kelompok homogen. Karena syarat uji parametrik
terpenuhi yaitu data berdistribusi normal dan varians data homogen, maka
analisis data dilanjutkan dengan uji statistic One-Way Anova pada kelima
kelompok. Uji One-Way Anova dengan tingkat signifikansi 5% (α = 0,05)
dilakukan untuk membandingkan rerata jumlah inti sel nekrosis dan apoptosis
antara kelima kelompok penelitian.
Tabel 5. Perbedaan Rerata Jumlah Kerusakan Sel Hepar Tikus Kelima
Kelompok Perlakuan
Simpang
Kelompok N Rerata F P
Baku
K[-] (aquabides) 6 15,78 6,26 318,79 < 0,001
K[+] (TANPA ekstrak) 5 89,80 2,79
P1 (ekstrak dosis rendah) 5 68,60 1,69
P2 (ekstrak dosis sedang) 5 57,40 3,29
P3 (ekstrak dosis tinggi) 6 70,11 1,71
Pada uji One-Way Anova didapatkan nilai p< 0,001 yang artinya
paling tidak terdapat perbedaan rerata jumlah sel nekrosis dan apoptosis yang
bermakna di antara kelima kelompok.
Untuk mengetahui letak perbedaan rerata jumlah kerusakan inti sel
yang mengalami nekrosis dan apoptosis dari kelima kelompok tersebut
dilakukan uji Post Hoc dengan uji Bonferroni. Secara ringkas hasil uji
Bonferroni disajikan dalam Tabel 6 berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
PEMBAHASAN
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
negatif dan kelompok kontrol positif (p < 0,05) yang berarti isoniazid dapat
menginduksi kerusakan sel hati pada tikus putih. Hal ini merupakan konfirmasi
bahwa INH dapat menimbulkan kerusakan sel hati (nekrosis) yang dinilai dari
gambaran histologis. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya
yang mengungkapkan bahwa metabolit reaktif dari hasil asetilasi INH yaitu MAH
(Mono Asetil Hidrazin) kemungkinan menjadi agen toksik pada jaringan melalui
produksi radikal bebas (Saukkonen dkk, 2006; Khadka dkk, 2009).
Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol positif
dengan kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 (p < 0,05). Hal ini disebabkan karena
kelompok perlakuan terjadi kerusakan sel akibat pemberian isoniazid dosis toksik.
Namun hasil pada kelompok perlakuan menunjukkan penurunan secara signifikan
pada jumlah sel hati yang mengalami nekrosis dan apoptosis . Adanya penurunan
tingkat jumlah sel hati yang mengalami nekrosis dan apoptosis pada kelompok
yang diberi ekstrak biji buah jamblang pada penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Sisodia dan Bhatnagar (2009) yang menunjukkan penurunan marker
enzim SGOT, SGPT, ALP, ACP, bilirubin (direct dan indirect) dan derajat
kerusakan sel hati pada tikus putih dengan induksi CCl4. Hasil pada penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak biji buah jamblang mempunyai kemampuan sebagai
antioksidan yang dapat mengurangi efek radikal bebas, dalam hal ini asetil
hidrazin dan hidrazin yang merupakan metabolit reaktif yang dihasilkan oleh
isoniazid sebagai induktor.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol negatif
dengan kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 (p < 0,05). Data tersebut menunjukkan
efek antioksidan ekstrak biji buah jamblang pada dosis perlakuan 1, 2, dan 3
dalam menurunkan jumlah sel hati yang mengalami nekrosis dan apoptosis belum
dapat memberikan hasil mendekati keadaan paling baik, yaitu kelompok kontrol
negatif.
Hasil analisa penurunan jumlah sel yang mengalami nekrosis dan
apoptosis pada kelompok perlakuan 1 (dosis 20 mg/tikus) dengan kelompok
perlakuan 2 (dosis 40 mg/tikus) didapatkan perbedaan yang bermakna. Selain itu
rerata jumlah sel yang mengalami nekrosis dan apoptosis pada kelompok
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Induksi isoniazid (INH) dapat menimbulkan gambaran kerusakan sel hati
secara histologis berupa nekrosis (piknotik, karyoreksis, dan karyolisis)
dan apoptosis.
2. Pemberian ekstrak biji buah jamblang (Syzygium cumini) dapat
memberikan efek penurunan jumlah sel hati yang mengalami kerusakan
pada tikus akibat induksi isoniazid.
3. Dosis pemberian ekstrak biji buah jamblang (Syzygiumcumini) yang dapat
memberikan efek antioksidan terbaikdalam menurunkan jumlah sel yang
mengalami nekrosis dan apoptosis adalahdosis sedang40 mg/ tikus/hari.
4. Peningkatan dosis dari dosis sedang ke dosis tinggi (80 mg/ tikus/hari)
tidak meningkatkan efek penurunan terhadap kerusakan sel hati tikus
akibat induksi INH.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi lama pemberian
ekstrak biji buah jamblang (Syzygium cumini) sehinggadiketahui dosis
dan waktu pemberian yang efektif untuk mencegah ataupun
mengurangi kerusakan sel hati tikus yang diinduksi INH.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan metode yang lebih baik
(misalnyadengan teknikbiomolekuler) sehinggadidapatkan data yang
lebih lengkap tentang peran antioksidan khusunya fungsi
hepatoprotektor ekstrak biji buah jamblang (Syzygium cumini).
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek samping
penggunaan ekstrak biji buah jamblang (Syzygium cumini) dalam
jumlah dan waktu tertentu.
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
commit to user