Makalah PKN 2
Makalah PKN 2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini bangsa Indonesia masuk dalam era reformasi serta menghadapi
era gllobalisasi, sehingga tidak mengherankan jikalau menghadapi berbagai
macam perubahan bahkan ancaman dalam berbagai aspek baik sosial, politik,
ekonomi, budaya, bahkan pertahanan dan keamanan negara. Dengan
sendirinnya reformasi itu untuk memperbaiki nasib bangsa bukan untuk
menghancurkan bangsa.
Untuk itu perlu ada suatu strategi dalam menghadapi gelombang
peerubahan tersebut dan yang paling esensial adalah melalui revitalisasi
ideologi bangsa dan negara yaitu Pancasila.akan tetapi pelaksanaannya tidak
mungkin hanya pada tataran normatif ideologis belaka, sebab jikalau
demikian akan menjadi doktrin totaliter. Oleh karena itu salah satu strategi
yang paling akurat adalah melalui peningkatan pengetahuan filsafat pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa dan sekaligus sebagai jati diri bangsa bangsa
Indonesia, aktualisasi filsafat pancasila ini dengan sendirinya dilakukan
dalam tingkat pendidikan tinggi serta kalangan elit politik, negarawan,
kalangan intelektual, bahkan sangat penting sekali bagi mereka yang
menanamkan lembaga swadaya masyarakat agar memahami kelemahan dan
kelebihan bangsa.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan mengapa pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi
bangsa dan negara republik Indonesia !
2. Mengapa Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia ?
3. Sebutkan makna nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila-sila
pancasila !
4. Mengapa pancasila menjadi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara?
C. Tujuan
1. Untuk memahami Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi bangsa.
dan negara republik Indonesia.
2. Untuk memahami Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia
3. Untuk mengetahui makna nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila-sila
Pancasila.
4. Untuk mengetahui Pancasila menjadi dasar kehidupan berbangsa dan
bernegara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pancasila sebagai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik
Indonesia
1. Dasar filosofis
Pancasila sebagai dasar filosofis negara serta sebagai filsafat hidup
bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat
sistematis. Oleh karena itu sebagai suatu dasar filsafat maka sila-sila
Pancasila merupakan suatu kekuatan yang bulat,hierarkhis dan sistematis.
Dalam pengertian inilah maka sila-sila Pancasila merupaka suatu sistem
filsafat. Karena merupakan suatu sistem filsafat maka kelima sila bukan
terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan memiliki
esensi makna yang utuh.
Dasar pemikiran filosofis dari sila-sila pancasila sebagai dasar filsafat
negara adalah bahwa pancasila sebagai filsafat bangsa negara republik
indonesia, mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan
kebangsaan, masyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan.
Selain itu secara kausalitas bahwa nilai-nilai pancasila adalah bersifat
objektif dan juga subjektif. Artinya esensi nilai-nilai pancasila adalah bersifat
universal, yaitu ketuhanan, kemanusiaan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, keadilan, sehingga dimungkinkan dapat diterapkan pada negara
lain walaupun barangkali namanya bukan pancasila. Artinya jika suatu negara
menggunakan prinsip-prinsip filosofi bahwa negara berketuhanan,
berkemanusiaan, berpersatuan, berkerakyatan dan berkeadilan, maka negara
tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar filsafat dari sila-sila pancasila. 1
Nilai-nilai pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Rumusan dari sila-sila pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat maknanya
yang terdalam menunjukan adanya sifat-sifat yang umum dan abstrak.
1
Anis Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan(PPKn), (jakarta: Bumi Aksara,
2013), hal.13.
b. Inti nilai-nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan
bangsa Indonesia dan mungkin juga pada bangsa lain baik dalam adat
kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan, maupun dalam kehidupan keagamaan.
c. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmu
hukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah yang fundamental negara
sehingga merupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia. Oleh
karena itu, dalam hirarkhi suatu tertib hukum indonesia berkedudukan
sebagai tertib hukum yang tinggi. Maka secara objektif tidak dapat diubah
secara hukum, sehingga terlekat pada kelangsungan hidup negara2. Sebagai
konsekuensinya jika nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam
pembukaan undang undang 1945 itu diubah, maka sama halnya dengan
pembubaran negara proklamasi 1945, hal ini sebagai Terkandung dalam
ketetapan MPRS no. XX/MPRS/1966, diperkuat tab. No. V/MPR/1973.
jo.Tab.no.IX/MPR/1978.
sebaliknya nilai-nilai subjektif pancasila dapat diartikan bahwa
keberadaan nilai-nilai pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa
Indonesia sendiri. Pengertian itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil
pemikiran, penilaian, kritis, serta hasil refleksi filosofis bangsa
Indonesia.
b) Nilai-nilai pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa
Indonesia sehingga merupakan jatidiri bangsa yang diyakini sebagai
sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan,dan kebijaksanaan
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c) Nilai-nilai pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai
kerokhanian yaitu nilai kebenaran, kadilan, kebaikan, kenijakasanaan,
etis, estetis, dan nilai religius yang manifestasinya sesuai dengan budi
nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada kepribadian bangsa.
2
Sumarsono, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2004), hal. 28.
Nilai-nilai pancasila itu bagi bangsa Indonesia menjadi landasan,dasar
serta motivasi atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-
hari.maupun dalam kehidupan kenegraan. Dengan perkataan lain bahwa nilai-
nilai pancasila merupakan das sollen atau cita-cita tentang kebaikan yang
harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau das sein.
5
Soetoprawira Koerniatmanto, Hukum kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia, (Jakarta,
PT. Gramedia Pustaka Indonesia, 1996), hal. 41.
disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita
yang bersifat tetap, yang harus dicapai, sehingga cita-cita yang bersifat tetap
itu sekaligus merupakan dasar, pandangan atau faham. Memang pada
hakikatnya antara dasar dan cita-cita itu sebenarnya dapat merupakan satu-
kesatuan. Dengan demikian ideologi mencakup pengertian tentang idea-
idea, pengertian dasar, gagasan-gagasan dan cita-cita.6
2. Ideologi Terbuka Dan Ideologi Tertutup
Ideologi sebagai suatu sistem pemikiran, maka ideologi terbuka itu
merupakan suatu sistem pemikiran terbuka.7 Sedangkan ideologi tertutup itu
merupakan suatu sitem pemikiran tertutup.
a. Ciri-ciri ideologi tertutup:
1) bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat,
melainkan cita-cita sebuah kelompok yang digunakan sebagai dasar
untuk mengubah masyarakat;
2) apabila kelompok tersebut berhasil menguasai Negara, ideologinya itu
akan dipaksakan pada masyarakat. Nilai-nilai, norma-norma, dan
berbagai segi kehidupan masyarakat akan diubah sesuai dengan
ideologi tersebut;
3) bersifat totaliter, artinya mencakup/mengurusi semua bidang
kehidupan. Karena itu, ideologi tertutup ini cenderung cepat-cepat
berusaha menguasai bidang informasi dan pendidikan; sebab, kedua
bidang tersebut merupakan sarana efektif untuk mempengaruhi
perilaku masyarakat;
4) pluralisme pandagan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak
dihormati;
5) menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan
untuk berkorban bagi ideologi tersebut.
6) isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutan-
tuntutan konkret dan operasional yang keras, mutlak, dan total.
6
Kaelan, Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, (Yogyakarta: Paradigma, 2002),
hal. 50-51.
7
Ibid ., hal. 52.
b. Ciri-ciri ideologi terbuka:
1) merupakan kekayaan rohani, dan budaya masyarakat (falasafah). Jadi,
bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan kesepakatan
masyarakat;
2) tidak diciptakan oleh Negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat
sendiri; ia adalah milik seluruh rakyat, dan bisa digali dan ditemukan
dalam kehidupan mereka;
3) isinya tidak langsung operasional. Sehingga, setiap generasi baru
dapat dan perlu menggali kembali falasafah tersebut dan mencari
implikasinya dalam situasi kekinian mereka.
4) tidak pernah memperk0sa kebebasan dan tanggungjawab masyarakat,
melainkan menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup
bertanggungjawab sesuai dengan falsafah itu.
5) menghargai pluraritas, sehingga dapat diterima warga masyarakat
yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama.
3. Hubungan Antara Filsafat dan Ideologi
Filsafat dan ideologi memiliki keterkaitan, sebelum lahirnya sebuah
ideologi maka ada filsafat terlebih dahulu, filsafat berubah menjadi ideologi
setelah filsafat tersebut digunakan untuk cita-cita dan dikerjakan atau
dipatuhi oleh manusia tersebut. Filasafat adalah sebuah pemikiran kritis
untuk melogikakan sesuatu, sehingga filsafat menjadi akar dari setiap ilmu
pengetahuan, sedangkan ideologi adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang cita-cita. Sudah tentu keterkaitan antara keduanya sangat terlihat,
apabila tidak ada sistem filsafat akankah ideologi ada.
Tanpa adanya filsafat, ideologi tidak akan ada. Setiap ideologi
bersumber dari filsafat.8 Filsafat lahir dari perenungan dan pencarian jadi
diri sehingga lahirlah cita-cita dan tujuan yang menjadi landasan hidup
seseorang atau suatu kelompok sehingga hal tersebut menjadi identitas bagi
pemilik ideologi tersebut.
8
Ahmad Bustomi, Filsafat Pancasila, (Bandung: Media Cetak Bandung, 2001), hal. 19
Ideologi merupakan hasil filsafat, ideologi adalah output dari struktur
pemikiran yang sudah matang, komplit, serta sintesis berupa tawaran-
tawaran terhadap sendi-sendi kehidupan yang lebih kompleks. Ranah
epistemologilah (yang bagian dalam filsafat) yang kemudian menentukan
kecenderungan dari Ideologi yang dihasilkan.
Sebagai suatu sistem filsafat serta ideologi maka pancasila harus
memiliki unsur rasional terutama dalam kedudukannya sebagai suatu sistem
pengetahuan. Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai dan
pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi
Pancasila. Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan
hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dituangkan dalam suatu sistem.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya
merupakan suatu kesatuan organis. Pancasila sebagai ideologi mengandung
nilai-nilai yang berakar pada pandangan hidup bangsa.
Pancasila lahir dari hasil perenungan mendalam para founding father,
dan kemudian hasil perenungan tersebut dijadikan tujuan bersama atau
dijadikan suatu sistem keyakinan yang menjadi landasan bagi bangsa dan
negara Indonesia. Dan Pancasila juga telah menjadi identitas bangsa
Indonesia, bukan hanya sebagai landasan bangsa. Seperti halnya liberal dan
sosialis hal tersebut pula lahir dari sebuah sistem filsafat dan menjadi
ideologi di negara-negara penganut sistem tersebut sehingga hal tersebut
kini menjadi landasan-landasan kehidupan bangsa yang menganutnya , yang
akhirnya menjadi jati diri negara mereka sehingga dapat dibedakan dari
bangsa-bangsa yang lain yang menganut ideologi yang berbeda pula.
9
Tim Dosen Unimed, Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, (Medan: Bumi Aksara, 2001),
hal. 37.
dan martabat sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
hak-hak asasi manusia, menghargai atas kesamaan hak dan derajat tanpa
membedakan suku, ras, keturunan, status sosial maupun agama.
3. Persatuan Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu
kesatuan yang bersifat sistematis.
Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa Negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhuk
individu dan makhluk sosial. Negara merupakan suatu persekutuan hidup
bersama diantara elemen-elemen yang membentuk Negara yang berupa suku,
ras, kelompok, golongan maupun kelompok agama. Oleh karena itu,
perbedaan adalah bawaan kodrat manusia dan juga merupakan cirri khas
elemen-elemen yang membentuk Negara.
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, individu
maupun golongan agama. Negara memberikan kebebasan atas individu,
golongan, suku, ras maupun golongan agama untuk merealisasikan seluruh
potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral. Oleh karena itu,
tujuan Negara dirumuskan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh
tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum (kesejahteraan seluruh
warganya) mencerdaskan kehidupan warganya serta dalam kaitannya dengan
pergaulan dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk mewujudkan suatu
ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan
Nilai yang terkandung didalamnya adalah bahwa hakikat Negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk indiviu dan
makhluk sosial. Rakyat merupakan subjek pendukung pokok Negara. Negara
adalah dari, oleh dan untuk rakyat, adalah merupakan asal mula kekuasaan
Negara. Sehingga dalam sila kerakyatan yang terkandung dalam sila kedua
adalah
a. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik
terhadap masyarakat bangsa maupun secara moral tehadap Tuhan
Yang Maha Esa.
b. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan
c. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup
bersama
d. Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama,
karena perbedaan adalah merupakan suatu bawaan kodrat manusia
e. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu,
kelompok, ras, suku maupun agama
f. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama, kemanusiaan yang
beradab
g. Menjunjung tinggi asas musyawarah dan mendasarkan suatu keadilan
dalam kehidupan sosial agar tercapainya tujuan bersama
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia didasari oleh empat sila sebelumnya. Dalam sila kelima tersebut
terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan Negara sebagai tujuan dalam
hidup bersama. Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan
kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
manusia dengan manusia lain manusia dengan masyarakat, bangsa dan
negaranya, serta manusia dengan Tuhannya.
Konsekuensi nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam hidup
bersama adalah meliputi
a. Keadilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan antara Negara
terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan,
bantuan, subsidi, serta kesempatan dalam hidup bersama yang
didasarkan atas hak dan kewajiban.
b. Keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu suatu hubungan keadilan antara
warga Negara terhadap Negara dan dalam masalah ini pihak wargalah
yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam Negara.
c. Keadilan komutatif, yaitu suatu hubungan keadilan antarawarga satu
dengan lainnya secara timbale balik.
B. Saran
Daftar Pustaka
Rahayu,Anis Sri, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan(PPKn), (jakarta:
Bumi Aksara, 2013)
Sumarsono, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka,
2004), hal. 28.
Dede Rosyana, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi, HAM dan Masyarakat
Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003), hal 30.
Soetoprawira Koerniatmanto, Hukum kewarganegaraan dan Keimigrasian
Indonesia, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Indonesia, 1996), hal. 41.
Kaelan, Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, (Yogyakarta:
Paradigma, 2002), hal. 50-51.
Ahmad Bustomi, Filsafat Pancasila, (Bandung: Media Cetak Bandung, 2001), hal. 19
Tim Dosen Unimed, Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, (Medan: Bumi Aksara,
2001), hal. 37.