Hanifa Nur Auliya-FITK PDF
Hanifa Nur Auliya-FITK PDF
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
Hanifa Nur Auliya
NIM. 1113015000086
Penelitian ini menjelaskan perilaku sosial dan gaya hidup siswa kelas XI
IPS SMA Negeri 6 Tangerang Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian kualitatif, dan dianalisa dengan pendekatan analisis deskriptif
yakni menggambarkan secara objektif menganalisis data-data yang diperoleh, dan
kemudian memakai studi kasus dengan bentuk intrinsik yang menekankan pada
pemahaman yang mendalam terhadap perilaku sosial dan gaya hidup siswa kelas
XI IPS SMA Negeri 6 Tangerang Selatan. Berdasarkan kebutuhan penelitian ini
ditentukan sumber data yaitu penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling adalah teknik pengambilan populasi dan sampel dengan pertimbangan
yang penulis inginkan. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut
dianggap paling tahu tentang apa yang ingin peneliti tanyakan kepada partisipan.
Adapun teknik pengumpulan data yaitu menggunakan dokumentasi, wawancara,
dan observasi.
i
ABSTRACT
This study explains the social behavior and lifestyle of students of class
XI IPS SMA Negeri 6 of South Tangerang. The method used in this research is
qualitative research, and analyzed by descriptive analysis approach that describes
objectively analyze the data obtained, and then use case study with intrinsic form
which emphasizes deep understanding to social behavior and lifestyle of student
of class XI IPS SMA Negeri 6 of South Tangerang. Based on the needs of this
study determined the data source is this research using purposive sampling
technique is the population and sample sampling techniques with the
consideration that the author wants. This particular consideration, for example, is
considered very to know what researchers want to ask participants. The data
collection technique is using documentation, interviews, and observation.
Based on the results of research that has been carried out can be
concluded that there are some social behaviors commonly done by students of
class XI IPS SMA Negeri 6 of South Tangerang, namely grouping (genk),
sharing, dating, and hanging out. Researchers also get results about the various
lifestyles of students of class XI IPS SMA Negeri 6 of South Tangerang, such as
lifestyle communication, lifestyle recreation, culinary lifestyle, and lifestyle of
dress.
ii
KATA PENGANTAR
iii
selama penulis menjalankan perkuliahan dan ilmu yang sangat
bermanfaat untuk penulis.
5. Dr. Abdul Rozak, M.Si selaku Dosen Pembimbing (I) dan Ibu
Cut Dhien Nourwahida, MA selaku Dosen Pembimbing (II),
yang tulus dan ikhlas untuk membimbing serta bersedia
meluangkan waktu untuk penulis dan memberikan banyak
pelajaran dalam menyelesaikan skripsi.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan seluruh Dosen UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan
serta bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan,
semoga ilmu yang telah bapak dan ibu berikan mendapatkan
keberkahan dari Allah SWT.
7. Terkhusus untuk orang tua tercinta terkasih tersayang Bapak
Haidir dan Ibu Maimunah yang telah memberikan dukungan
secara moril dan materil, arahan, motivasi dan selalu
memberikan do’a-do’a juga kasih sayang yang tiada hentinya,
serta selalu siap mendengarkan keluh dan kesah sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi.
8. Kakak-kakak tercinta terkasih tersayang Seandy Irawan dan
Liana Iriyanti yang selalu memberikan masukan dan dukungan
secara moril dan materil selama penulis melaksanakan
perkuliahan hingga selesai. Serta keponakan-keponakan tersaya
Vidya Safira Awalia, Keysha Azlya Sopyan dan Muhammad Fali
El Azmi yang menjadi penghibur dan menjadi obat disaat penulis
merasa lelah sehingga dijadikan motivasi agar selalu menjadi
teladan bagi mereka, agar kelak mereka bisa menjadi penerus
yang jauh lebih baik dari penulis.
9. Kekasih penulis Budi Setiawan, S.Sos yang selalu bersedia
meluangkan waktu menjadi fasilitator penulis untuk mencari
sumber-sumber dalam skripsi ini serta membantu mendapatkan
iv
ide saat penulis tidak fokus, serta selalu menemani dan
memberikan dukungan juga do’a-do’a yang tiada henti.
10. Sahabat-sahabat Beaters tersayang Miftah Ismie Syifah, Paramita
Cyntia Dewi, Yuni Rahmanya, Narisa Nur I dan Fina Nurmaulia,
terimakasih sudah menjadi sahabat-sahabat yang selalu memberi
dukungan bahkan tidak pernah lelah untuk turut serta membantu
skripsi penulis, terimakasih untuk persahabatannya selama ini
dari jaman masuk kuliah bahkan sampai saat ini dan yang akan
datang tetap menjadi keluarga yang selalu mengingatkan disaat
salah dan selalu mendukung disaat jatuh.
11. Pihak Sekolah SMA Negeri 6 Tangerang Selatan, terimakasih
telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di
sekolah. Terimakasih juga kepada kepala sekolah Bapak Drs. H.
Agus Hendrawan, M.Pd dan segenap dewan guru (partisipan)
yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan
informasi yang penulis butuhkan sehingga terciptalah skripsi ini.
12. Teman-teman PPKT SMA Negeri 6 Tangerang Selatan Dena,
Suci, Rani, Maulana, Ikrom, Ardi, Ikbal, Amira, dan Fina
v
13. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
angkatan 2012 FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya konsentrasi sosiologi terimakasih untuk selama ini
telah memberikan arti dalam kehidupan perkuliahan mohon maaf
tidak bisa disebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa
persahabatan kita, tetap kompak selalu dan terus jalin tali
silaturrahmi.
14. Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu. Terimakasih atas dukungan dan semangatnya.
vi
DAFTAR ISI
vii
3. Gaya Hidup .................................................................................. 23
a. Definisi Gaya Hidup................................................................. 23
b. Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup ................................. 26
c. Faktor Pembentuk Gaya Hidup .................................................28
B. Hasil Penelitian yang Relevan............................................................. 30
C. Kerangka Berpikir ............................................................................... 35
viii
6. Data Keadaan Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin......................... 55
7. Data Keadaan Sarana dan Pra Sarana ........................................... 55
8. Data Peralatan Penunjang Pembelajaran ..................................... 56
9. Program Sekolah........................................................................... 57
10. Tantangan Nyata ........................................................................... 59
11. Sasaran dan Kebutuhan................................................................. 59
B. Hasil Observasi ....................................................................................60
C. Perilaku Sosial Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Tangerang
Selatan ..................................................................................................61
1. Berkelompok (Genk) .....................................................................61
2. Berbagi ..........................................................................................64
3. Berpacaran......................................................................................66
4. Bergaul ..........................................................................................68
D. Gaya Hidup Siswa Kelas XI IPS di SMA Negeri 6 Tangerang
Selatan ..................................................................................................70
1. Gaya Hidup Berkomunikasi............................................................70
2. Gaya Hidup Rekreasi .....................................................................72
3. Gaya Hidup Kuliner........................................................................74
4. Gaya Hidup Berpakaian..................................................................75
E. Faktor-faktor Yang Membentuk Gaya Hidup Siswa Kelas XI IPS
di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan ...................................................76
1. Industri Gaya Hidup (Fashion) .....................................................77
2. Iklan Gaya Hidup (Pencitraan dan Rasa) ......................................78
3. Public Relation dan Jurnalisme (Selebritas) .................................79
4. Gaya Hidup Mandiri .....................................................................80
5. Gaya Hidup Hedonis .....................................................................81
F. Hasil Analisis Pembahasan .................................................................83
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................... 87
B. Saran........................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
10
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 6 Dokumentasi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan manusia sebagai makhluk individu dan sosial
mengandung pengertian bahwa manusia merupakan makhluk unik, dan
merupakan perpaduan antara aspek individu sebagai perwujudan dirinya
sendiri dan makhluk sosial sebagai anggota kelompok atau masyarakat.
Manusia sebagai makhluk individu dan sosial akan menampilkan
tingkah laku tertentu, akan terjadi peristiwa terpengaruh dan mempengaruhi
antara individu satu dengan individu yang lain. Hasil dari peristiwa saling
mempengaruhi ini maka timbulah perilaku sosial tertentu yang akan
mewarnai pola interaksi tingkah laku setiap individu. Perilaku sosial individu
akan ditampilkan apabila berinteraksi dengan orang lain.
Perilaku sosial adalah pola interaksi dan tindakan antara individu satu
dengan yang lainnya. Sedangkan menurut Rusli Ibrahim yang dikutip oleh
Didin Budiman memaparkan bahwa perilaku sosial merupakan suasana saling
ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan
manusia.1 Maksudnya adalah sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan
bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga akan
terjalin ikatan saling ketergantungan dan kerjasama antara individu yang satu
dengan yang lainnya dalam hidup bermasyarakat.
Jadi, perilaku sosial merupakan pola interaksi yang berbentuk sikap
dan tindakan yang ditunjukkan oleh individu satu dengan individu yang lain
dalam hidup bermasyarakat. Pola perilaku sosial dapat ditunjukkan melalui
perasaan, tindakan, sikap, rasa hormat terhadap orang lain.
1
Didin Budiman, Perilaku Sosial, 2017, p. 1,
(http://File.Upi.Edu/Direktori/Fpok/.Pend._Olahraga/197409072001121-
Didin_Budiman/Psikologi_Anak_Dlm_Penjas/Perilaku_Sosial.Pdf,), Di akses pada tanggal
12 Juli 2017 pukul 15.30 WIB
1
2
Perilaku sosial ini biasanya terjadi pada kaum remaja, karena mereka
menganggap bahwa masa remaja merupakan masa transisi. Masa transisi
merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Hal ini
dikarenakan para remaja dalam pergaulannya mudah terpengaruh oleh teman-
teman sebayanya. Ketika seseorang melakukan atau memakai sesuatu yang
mereka anggap itu menarik, tanpa memikirkan fungsi dan kegunaannya,
seseorang akan mengikutinya.
Pada masa remaja tak heran jika ditemui adanya suatu pergaulan yang
kental antara satu dengan yang lainnya. Pergaulan ini yang menyebabkan
identitas dan perilaku remaja dapat berubah-ubah sesuai dengan
lingkungannya bergaul.
Pergaulan remaja terhadap peningkatan gaya hidup (life style) sangat
berpengaruh karena para remaja masa kini yang selalu ingin mengikuti zaman
dan tidak ingin ketinggalan zaman. Dimana masa-masa remaja dapat
dikatakan masa yang paling menyenangkan. Kebanyakan remaja masih
memiliki sifat labil atau cenderung mengikuti perkembangan di sekitarnya.
Mereka beranggapan pada masa remaja, mereka dapat dengan bebas
melakukan apa yang mereka suka. Jika tidak mengikuti perkembangan,
berarti mereka tidak modern atau ketinggalan zaman. Adanya gaya hidup
yang seperti ini merupakan pengaruh dari arus globalisasi yang mengharuskan
kita mengikuti tuntutan zaman saat ini sehingga kita harus terus mengikuti
perkembangan teknologi di segala bidang kehidupan.
Dengan adanya teknologi yang semakin canggih serta arus globalisasi
dapat dengan mudah masuk ke penjuru dunia, tidak terkecuali di negara kita
Indonesia. Banyak pengaruh-pengaruh yang muncul dari globalisasi, baik itu
pengaruh positif maupun negatif. Namun dalam kenyataannya dampak
globalisasi ini mengakibatkan para remaja lupa akan jati diri mereka. Para
remaja dengan mudahnya terpengaruh dengan hal-hal yang sedang booming
3
atau trend di negara lain, mulai dari gaya hidup, berbicara, berpakaian dan
pergaulan.
Dalam hal pergaulan, gaya hidup sering disalahgunakan oleh sebagian
besar remaja. Apalagi para remaja yang berada dalam kota Metropolitan.
Mereka cenderung bergaya hidup dengan mengikuti trend atau mode masa
kini. Tentu saja mode yang mereka tiru adalah mode dari negara Barat. Jika
mereka dapat memfilter dengan baik dan tepat, maka pengaruhnya juga akan
positif. Namun sebaliknya, jika tidak pintar dalam memfilter mode dari
negara Barat tersebut, maka akan berdampak negatif bagi mereka.
Kenyataan pada saat ini yang dapat kita lihat trend dan gaya hidup
yang kebanyakan ditiru remaja-remaja ialah mulai dari gaya hidup
berkomunikasi, rekreasi, kuliner, dan berpakaian. Selain itu, para remaja juga
mempunyai perilaku-perilaku sosial yang biasa terjadi pada usia mereka,
seperti perilaku bergaul, berbagi, berpacaran dan berkelompok. Hal ini
banyak penulis jumpai pada remaja-remaja SMA, tidak heran dengan itu
karena masa SMA merupakan masa dimana seseorang mempunya sifat yang
sangat labil, gengsi dan mudah terpengaruh oleh orang-orang di sekitarnya.
Dari sinilah remaja dituntut untuk berhati-hati dalam segala hal, baik
dalam pergaulan, maupun penerapan kehidupan. Karena belum tentu apa yang
kita tiru dari hasil perkembangan zaman itu baik dan cocok untuk kita dan
lingkungan kita. Untuk itu di zaman yang serba modern ini orang tua yang
mempunyai anak remaja harus memantau pergaulan, teman-teman, dan gaya
hidup yang mereka terapkan. Dan untuk para remaja harus berhati-hati dalam
menerima budaya dari luar dan harus bisa memfilter budaya dari luar secara
baik dan tepat.
Namun, dalam pencarian identitas diri para remaja tidak semua
menemukan identitas yang sebenarnya, tetapi mayoritas para remaja ketika
dalam proses pencarian identitas dirinya, mereka lebih mengikuti apa saja
yang dilakukan orang lain mulai dari gaya berpakaian, tutur kata, perbuatan,
4
sifat dan sikap tanpa memfilternya sehingga mereka hanya sekedar ikut-
ikutan dan tidak peduli itu baik atau buruk. Hal ini dikarenakan labilnya sifat
para remaja saat ini, begitu juga dengan remaja pada siswa SMA Negeri 6
Tangerang Selatan, khususnya kelas XI IPS.
Adapun menurut data riset hasil penelitian yang dilakukan Siti Nisrima
dari Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh dengan menggunakan
metode penelitian kualitiaf mengenai Perilaku Sosial Remaja Penghuni
Yayasan Islam Media Kasih Kota Banda Aceh. Didalam hasil penelitiannya,
Nisrima menyebutkan bahwa perilaku sosial remaja itu berbeda-beda, sesuai
dengan keberadaan mereka. Dengan kata lain, para remaja menunjukkan
perilaku yang berbeda di situasi dan kondisi lingkungan yang berbeda pula.
Jadi, perilaku remaja tergantung pada dimana mereka berada. Dalam risetnya,
Siti Nisrima mengambil contoh perilaku sosial remaja pada penghuni yayasan
di Kota Banda Aceh. Perilaku sosial remaja yang terlihat ialah dimana para
remaja penghuni yayasan mudah terpengaruh satu dengan yang lainnya. Dan
untuk menghindari adanya perilaku-perilaku yang tidak baik, pihak yayasan
membentuk pembinaan perilaku sosial remaja yayasan dengan membiasakan
anak-anak melakukan perbuatan yang baik, mengajarkan anak dengan hal-hal
yang positif, seperti mengajarkan anak-anak untuk tidak berburuk sangka
kepada orang lain, sehingga anak-anak akan terbiasa berperilaku sosial yang
baik dengan orang tua, pengasuh, sesama teman dan juga dengan lingkungan
yang ada disekitarnya.2
Sedangkan menurut hasil observasi yang langsung dilakukan peneliti
terhadap siswa kelas XI IPS di SMAN 6 Tangerang Selatan mengenai
perilaku sosial yang terjadi, ditemukan adanya berbagai macam perilaku
sosial siswa yang berbeda-beda, mulai dari perilaku bergaul, berbagi,
2
Siti Nisrima, “Pembinaan Perilaku Sosial Pada Remaja Penghuni Yayasan Islam Media
Kasih Kota Banda Aceh”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Unsyiah, Vol. 1,
2016.
5
berpacaran dan berkelompok (genk). Hal yang sangat terlihat pada saat
observasi berlangsung yaitu perilaku sosial berkelompok (genk) pada siswa
kelas XI IPS, mereka cenderung memiliki suatu kelompok (genk) sesuai
dengan latar belakang ekonomi yang sama, selain itu ada pula kelompok-
kelompok yang senang membully adik kelasnya dengan alasan yang sangat
tidak masuk akal. Untuk gaya hidupnya, para siswa kelas XI IPS bisa
dikatakan mewah dan mahal. Peneliti sendiri kerap kali ikut bergabung ketika
pergi hangout bersama ke mall. Mereka bisa menghabiskan uang sekitar Rp.
300.000 untuk sekali pergi. Berbagai macam gaya hidup yang saya teliti juga
berbeda-beda, mulai dari gaya hidup berkomunikasi, rekreasi, kuliner, dan
berpakaian.
Penelitian ini dianggap penting untuk dilakukan karena dapat
menambah pengetahuan mengenai perilaku sosial dan gaya hidup remaja pada
saat ini. Selain itu penelitian ini juga diharapkan agar remaja dapat
mengembangkan dirinya kearah yang lebih baik. Sehubung dengan hal
tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Perilaku Sosial Dan Gaya Hidup Remaja (Studi Kasus: Siswa Kelas XI
IPS di SMAN 6 Tangerang Selatan)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, beberapa masalah
yang dapat diidentiifikasikan sebagai berikut:
1. Pergaulan remaja yang mudah terpengaruh oleh teman sebaya.
2. Gaya hidup remaja yang mengikuti trend atau mode masa kini.
3. Gaya berpakaian remaja mengikuti atau meniru mode negara Barat.
4. Memiliki kelompok atau genk sesuai dengan latar belakang ekonomi yang
sama.
5. Kelompok-kelompok atau genk yang senang membully adik kelas.
6. Gaya hidup mewah dan mahal pada usia remaja.
6
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang disebutkan di atas, penelitian
ini akan dibatasi pada:
1. Perilaku sosial dan gaya hidup siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 6
Tangerang Selatan
2. Faktor yang membentuk gaya hidup siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 6
Tangerang Selatan
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan bahwa pertanyaan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana perilaku sosial dan gaya hidup siswa kelas XI IPS di SMA
Negeri 6 Tangerang Selatan?
2. Apa saja faktor yang membentuk gaya hidup siswa kelas XI IPS di SMA
Negeri 6 Tangerang Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Penulisan ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana perilaku sosial siswa kelas XI IPS di SMA Negeri
6 Tangerang Selatan.
2. Mengetahui apa saja faktor yang membentuk gaya hidup siswa kelas XI
IPS di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan peneliti adalah sebagai berikut;
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan atau
panduan dalam penelitian selanjutnya khususnya terkait dengan perilaku
sosial dan gaya hidup siswa, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
7
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Remaja
a. Definisi Remaja
Banyak orang menggambarkan remaja adalah masa transisi
dari fase anak-anak menuju fase dewasa, atau orang-orang dengan usia
belasan tahun, atau bisa juga dengan pengertian seseorang yang
menunjukan tingkah laku tertentu, seperti susah diatur atau orang yang
mudah terpancing emosinya.
Periode remaja adalah waktu untuk tumbuh dan berkembang
serta bergerak dari ketidakmatangan masa kanak-kanak menuju ke
arah kematangan pada usia dewasa. Periode remaja adalah periode
transisi secara biologis, psikologis, sosiologi, dan ekonomi pada
individu. Ini adalah masa yang menyenangkan dalam rentang
kehidupan. Para remaja menjadi lebih sedikit bijak, serta lebih mampu
untuk membuat keputusan sendiri dibandingkan usia-usia sebelumnya
yaitu pada masa kanak-kanak.1
Menurut Hurlock, istilah remaja atau adolescence berasal dari
bahas Latin adolescere (kata bendanya adolescentia = remaja), yang
berarti tumbuh atau menjadi dewasa.2 Jhon W. Santrock
mendefinisikan masa remaja (adolescence) sebagai periode transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang
1
Zahrotun Nihayah, dkk., Psikologi Perkembangan: Tinjauan Psikologi Barat dan Islam,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 105 – 106.
2
Ibid., h. 106.
8
9
3
Jhon W. Santrock, Remaja, Edisi Kesebelas Jilid 1, Terj. dari Adolescence,
Eleventh Edition Jilid 1 oleh Benedictine Widyasinta, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 20.
4
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana Prenamedia Group, 2011), h. 220.
5
John W. Santrock, Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup Edisi 5 Jilid II, Terj.
Dari Life-Span Development 5 E oleh Achmad Chusairi dan Juda Damanik, (Jakarta: Erlangga, 2002),
h. 15.
10
8
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2016) h. 12
9
Ibid., h. 12.
12
hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial,
peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada
dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada
masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditunjukan pada
remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah
seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri, dan bertanggung
jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring
berjalannya waktu, dan akan tampak jelas pada remaja akhir yang
duduk di awal-awal masa kuliah.
dewasa.
- Pertumbuhan Fisik
10
Yudrik Jahja, op, cit., h. 235.
14
- Perkembangan Kognitif
- Perkembangan Psikososial
- Perkembangan Moral
- Pertumbuhan Fisik
11
Zahrotun Nihayah, dkk, op. cit., h. 108.
15
Pada periode ini tampak tidak ada lagi perubahan bentuk tubuh
yang sangat mengingkat pesat. Pertumbuhan fisik remaja akhir
lebih dilihat dari proporsi atau keseimbangan antara anggota
tubuh yang satu dengan yang lainnya. Bentuk tubuh yang
proporsional merupakan dambaaan bagi remaja yang berada
pada periode ini. Sebab pada periode sebelumnya yaitu remaja
awal, proporsi bentuk tubuh masih belum seimbang.
- Perkembangan Kognitif
- Perkembangan Psikososial
- Perkembangan Moral
2. Perilaku Sosial
a. Definisi Perilaku
Perilaku merupakan tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan sangat luas antara lain: berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis dan membaca.
Atau dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Sejumlah sinonim yang umum digunakan untuk istilah perilaku
adalah aktivitas, tindakan, performa, aksi, perbuatan, dan reaksi. Pada
esensinya, perilaku (behavior) adalah apa pun yang dikatakan atau
dilakukan seseorang.13 Menurut Garry Martin dan Joseph Pear,
karakteristik perilaku yang dapat diukur disebut dimensi perilaku. Ada
tiga jenis dimensi perilaku, (1) durasi, yaitu sebuah perilaku merujuk
panjangnya waktu yang dibutuhkan perilaku melakukan aksinya, (2)
frekuensi, yaitu sebuah perilaku merujuk pada jumlah tindakan yang
muncul di periode waktu tertentu, (3) intensitas atau kekuatan, yaitu
12
Zahrotun Nihayah, dkk, op. cit., h.
13
Garry Martin dan Joseph Pear, Modifikasi Perilaku: Makna dan Penerapannya, Terj. Dari
Behavior Modification oleh Yudi Santoso, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015), h. 3.
17
sebuah perilaku merujuk pada upaya fisik atau energi yang dilibatkan
untuk melakukan perilaku.14
Dari penjelasan mengenai perilaku, peneliti berasumsi bahwa
perilaku merupakan tindakan yang dilakukan seseorang terhadap suatu
rangsangan dari luar.
b. Jenis-jenis Perilaku
Skinner membedakan perilaku menjadi dua, yaitu perilaku
yang alami (innate behavior) dan perilaku operan (operant behavior).
1. Perilaku alami merupakan perilaku yang dibawa sejak organisme
dilahirkan, yaitu yang berupa refleks-refleks dan insting-insting.
Perilaku yang refleksif merupakan perilaku yang terjadi sebagai
reaksi secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme
yang bersangkutan. Misalnya reaksi kedip mata bila mata terkena
sinar matahari yang kuat, menarik jari bila jari terkena api. Reaksi
atau perilaku ini terjadi dengan sendirinya, secara otomatis, dan
tidak diperintah oleh pusat susunan syaraf atau otak.
2. Perilaku operan merupakan perilaku yang dibentuk, dipelajari, dan
dapat dikendalikan melalui proses belajar. Perilaku ini
15
dikendalikan dan diatur oleh pusat kesadaran atau otak.
Menurut Garry Martin dan Joseph Pear, ada dua jenis perilaku
yaitu perilaku defisit dan perilaku berlebihan. Perilaku defisit artinya
perilaku yang terlalu sedikit, misalnya seorang anak tidak berbicara
dengan jelas dan tidak berinteraksi dengan anak-anak lain, seorang
remaja tidak menyelesaikan pekerjaan rumahnya atau membersihkan
rumah atau membicarakan masalah dan kesulitannya dengan orang
tua. Sedangkan perilaku berlebihan merupakan perilaku yang terlalu
14
Ibid., h. 5.
15
Bimo Walgito, Psikologi Sosial: Suatu Pengantar, (Yogyakarta: CV Andi Offset) h. 17.
18
c. Pembentuk Perilaku
Menurut Bimo Walgito ada tiga cara membentuk perilaku
sesuai dengan yang diharapkan:
1. Cara pembentukan perilaku dengan kebiasaan
Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan
kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku
seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku
tersebut. Misalnya, dibiasakan bangun pagi, menggosok gigi
sebelum tidur, dan mengucapkan terimakasih bila diberi sesuatu
oleh orang lain.
2. Pembentukan perilaku dengan pengertian
Disamping pembentukan perilaku dengan kebiasaan, pembentukan
perilaku juga dapat ditempuh dengan pengertian. Misalnya, datang
kuliah jangan sampai terlambat karena hal tersebut dapat
mengganggu teman-teman yang lain, dan bila naik motor harus
pakai helm karena helm tersebut untuk keamanan diri.
3. Pembentukan perilaku dengan menggunakan model
Disamping cara-cara pembentukan perilaku seperti yang
disebutkan diatas, pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan
menggunakan model atau contoh. Jika orang bicara bahwa orang
tua sebagai contoh anak-anaknya, pemimpin sebagai panutan yang
16
Garry Martin dan Joseph Pear, op. cit., h. 9.
19
17
Bimo Walgito, op.cit., h. 18 – 19.
18
Siti Nisrima dkk, “Pembinaan Perilaku Sosial Remaja Penghuni Yayasan Islam Media
Kasih Kota Banda Aceh”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Unsyiah, Vol. 1,
2016, h. 195.
19
Ibid.
20
20
Emaret Silastuti, “Perbedaan Perilaku Sosial Siswa Yang Pembelajarannya Menggunakan
Model Klarifikasi Nilai Dan Konsiderasi Dengan Memperhatikan Konsep Diri Pada Pembelajaran
PPkn Kelas XI SMKN 2 Bandar Lampung”, Tesis pada Pascasarjana Universitas Lampung, Bandar
Lampung, 2016, h. 20.
21
3. Gaya Hidup
a. Definisi Gaya Hidup
Gaya hidup sangat berkaitan erat dengan perkembangan zaman
dan teknologi. Semakin bertambahnya zaman dan semakin
canggihnya teknologi, maka semakin berkembang luas penerapan
gaya hidup oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup
dapat memberikan pengaruh yang positif atau negatif bagi yang
menjalankannya, tergantung dari bagaimana seseorang menjalani
gaya hidup tersebut. Gaya hidup sering disalahgunakan oleh sebagian
besar remaja. Apalagi remaja yang berada dalam kota metropolitan.
Mereka cenderung bergaya hidup dengan mengikuti mode masa kini.
Tentu saja mode yang mereka tiru adalah mode dari negara Barat. Jika
remaja dapat memfilter dengan baik dan tepat, maka pengaruhnya
positif, begitu juga sebaliknya. Remaja tidak pernah terlepas dari yang
namanya trend gaya hidup. Trend gaya hidup remaja selalu menuntut
21
Didin Budiman, Perilaku Sosial, 2017, p. 1,
(http://File.Upi.Edu/Direktori/Fpok/.Pend._Olahraga/1974090720011Didin_Budiman/Psikologi_Anak
_Dlm_Penjas/Perilaku_Sosial.Pdf,), Di akses pada tanggal 12 Juli 2017 pukul 15.30 WIB
23
22
(Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30869/4/chapter%2011.pdf) Diakses
pada tanggal 7 September 2017 pukul 20.25 WIB
23
Debora Kaharu, “Pengaruh Gaya Hidup, Promosi, Dan Kualitas Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Pada Cosmic”, Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen, Vol. 5, 2016.
24
24
Diky Ryan Saputro, “Pengaruh Kelas Sosial, Gaya Hidup, Dan Kepribadian Terhadap
Keputusan Memilih Institusi Perguruan Tinggi Negeri (Studi Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam IAIN Surakarta”, Skripsi pada IAIN Surakarta, Surakarta, 2016, h. 17.
25
Ibid., h. 18.
26
Meriena Putri Ajiwibawani, “Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Gaya Hidup Terhadap
Keputusan Pembelian (Studi Pada Konsumen D’Goda Coffe Pazkul Sidoarjo)”. Jurnal Pendidikan
Ekonomi UNESA, 2015.
25
27
Bagus Pramudito, Gaya Hidup dan Psikologi Kesehatan, 2014,
(http://www.safetyutama.com/2014/03/gaya-hidup-psikologi-kesehatan.html). Di akses pada tanggal
21 Agustus 2017 pukul 12.30 WIB
28
28
Della Aresa, “Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Repurchase Intention (Studi Pada
Pengunjung 7-Eleven Tebet Saharjo)”, Skripsi pada Universitas Indonesia, Depok, 2012, h. 25.
30
31
Olivia M Kaparang, “Analisa Gaya Hidup Remaja Dalam Mengimitasi Budaya Pop Korea
Melalui Televisi (Studi Pada Siswa SMA Negeri 9 Manado”, Jurnal Acta Duirna, Vol. 2, 2013.
34
32
Risanti Arshida Pratiwi, “Laptop Dan Gaya Hidup Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta”, Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, 2009.
35
Bulan
No Kegiatan Agustus Sept Okt Nov Des
Penyusunan rencana
1 √
penelitian
Penyusunan
2
instrument Penelitian √
3 Pengumpulan data
penelitian √
4 Pengolahan data √
penelitian
5 Analisis & √
pembahasan data
6 Penyusunan laporan √
7 Sidang Munaqosah √
37
38
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang
bertujuan untuk memahami invidu secara mendalam dan terperinci, karena
metode kualitatif secara langsung bertemu dan melakukan wawancara
yang lebih dalam, oleh sebab itu penelitian yang dilakukan penulis
mengenai perilaku sosial dan gaya hidup remaja (studi kasus: siswa kelas
XI IPS di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan) sangat cocok menggunakan
pendekatan kualitatif.
Menurut Sugiyono metode penelitian kualitatif sering disebut
metode penelitian naturalistik karena penelitiannya itu dilakukan pada
kondisi yang alamiah (natural setting) atau yang disebut juga sebagai
metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak
digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut sebagai
metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya itu lebih
bersifat kualitatif.1
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan kepada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau
kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi.2
Dalam penelitian kualitatif peneliti mencoba mengerti makna suatu
kejadian atau peristiwa dengan mencoba berinteraksi dengan orang-orang
dalam situasi atau fenomena tersebut.3
1
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 1.
2
Ibid., h. 1.
3
A Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Prenamedia Group, 2014), h. 328.
39
4
Ibid., h. 339.
5
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Erlangga, 2009), h. 57.
6
Sugiyono, op. cit., h. 49.
7
A Muri Yusuf, op. cit., h. 150.
40
8
Muhammad Idrus, op. cit., h. 93.
9
Muhammad Idrus, op. cit., h. 96.
10
A Muri Yusuf, op.cit., h. 372.
41
tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini dilakukan
untuk menghindari apabila data yang di cari merupakan data yang
masih dirahasiakan.
c. Observasi Tidak Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak
dipersiapkan secara sistematis tentang apa yangakan diobservasi.
Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa
yang akan diamati.13
13
Sugiyono, op. cit., h. 64-67.
43
Tabel 3.2
Pedoman Observasi
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan atau karya seseorang tentang
sesuatu yang sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok
orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan
terkait dengan fokus penelitian adalah sumber informasi yang sangat
berguna dalam penelitian kualitatif. Dokumen itu dapat berupa teks
tertulis, gambar, maupun foto. Dokumen tertulis dapat pula berupa
sejarah kehidupan, biografi, karya tulis, dan cerita.14
E. Teknik Analisis Data
Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display), dan kesimpulan
(verifikasi).15
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dari
lapangan.
Tahapan reduksi data merupakan bagian kegiatan analisis
sehingga pilihan-pilihan peneliti tentang bagian data mana yang
dikode, dibuang, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian
yang tersebut, cerita-cerita apa yang berkembang, merupakan pilihan-
pilihan analitis. Dengan begitu, proses reduksi data dimaksudkan untuk
14
A Muri Yusuf, op. cit., h. 391.
15
Sugiyono, op. cit., h. 91.
45
3. Kesimpulan
Tahap akhir proses pengumpulan data adalah penarikan
kesimpulan, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah
ditampilan. Pemberian makna ini tentu saja sejauh pemahaman peneliti
dan interpretasi yang dibuatnya.16
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dan
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan
demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah peneliti berdada di lapangan.17
F. Teknik Keabsahan Data
1. Ketekunan Pengamatan
Teknik ini digunakan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-
unsur dalam situasi yang sangaat relevan dengan persoalan atau isu
yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
16
Muhammad Idrus, op. cit., h. h. 150.
17
Sugiyono, op. cit., h. 99.
46
18
FITK, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h.
73.
19
Ibid., h. 74.
47
20
Sugiyono, op. cit., h. 127.
21
Sugiyono, op. cit., h. 129.
37
BAB IV
1
Profil Sekolah SMA Negeri 6 Tangerang Selatan
47
48
M.Pd, setelah itu dari tahun 2008 sampai sekarang dipimpin oleh Drs.
Agus Purwanto.
Diawal pendiriannya SMAN 2 Pamulang dengan program
Pembelajaran reguler dengan kurikulum berbasis dengan kepemimpinan
Bapak Drs. Dedi Rafidi walaupun hanya mendapat 1 kelas (48 siswa)
KBM tetap berjalan, dengan pengajar dari SMAN 1 Pamulang yang penuh
dengan dedikasi tak mengenal lelah tetap berjuang mempertahankan 48
siswa tersebut, baru pada tahun 2005/2006 dengan mendapat ijin
operasional dari Diknas, siswa yang mendaftar ada 197 siswa.
Masa kepemimpinan Drs. Junaedi, MM, pada tahun 2005 dengan
Surat Keputusan Bupati Tangerang Nomor 421/Kep.246-Huk/2005,
tanggal 1 Agustus 2005, tentang Pembukaan dan Penegrian (ijin
operasional) SMAN 2 Pamulang masih menumpang di SMAN 1
Pamulang dan SMPN 2 Pamulang, dan kegiatan KBM di siang hari, beliau
juga merintis lokasi sekolah berdasarkan Keputusan Bupati Tangerang
Nomor. 593/Kep.339-Huk/2005, tertanggal 3 Oktober 2005, menyetujui
penggunaan tanah fasilitas sosial seluas 10.000 M2 berlokasi di Komplek
Perumahan Pamulang Permai untuk digunakan sarana pendidikan dan
mendapat tambahan lahan seluas 2.000 M2 pada tahun 2007 bantuan
APBD Kabupaten Tangerang untuk pembangunan gedung A SMAN 2
Pamulang, 11 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang kepsek dan 1 ruang TU.
Di tahun 2007 SMA Negeri 2 Pamulang mendapat ijin dari Depdiknas
Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa untuk membuka program
akselerasi CIBI (Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa) dan MULOK
Sinematografi. Pada awal tahun tepatnya tanggal 14 Januari 2008 SMAN
2 Pamulang hijrah ke gedung milik sendiri.
Di masa kepemimpinan ibu Dra. Neng Nurhemah, M.Pd tahun
2008 merintis PBKL (Program Berbasis Keunggulan Lokal) dan
agrowisata dan ICT: Programming, Komputer Technical Support, Desain
49
2
Data SMA Negeri 6 Tangerang Selatan Tahun 2017
51
3
Data SMA Negeri 6 Tangerang Selatan Tahun 2017
52
3. Tenaga Pustakawan 1
Laki-laki
Perempuan 1
4. Tenaga tata Usaha 1 5
Laki-laki 2
Perempuan 3
5. Penjaga Sekolah 7
Laki-laki 6
Perempuan 1
JUMLAH 53 20
6. Ruang Ketrampilan
7. Ruang Multi Media
8. Ruang UKS / PMR 1
9. Aula Serba Guna 1
10. Lapangan Olah Raga 1
11. Ruang Komputer 1
12. Ruang OSIS 1
4
Data SMA Negeri 6 Tangerang Selatan Tahun 2017
5
Data SMA Negeri 6 Tangerang Selatan Tahun 2017
60
B. Hasil Observasi
Peneliti melakukan observasi pada saat melaksanakan kegiatan Praktik
Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) pada tanggal 23 Januari 2017 sampai 24
Mei 2017. Peneliti menggunakan dua macam observasi, yaitu observasi
pastisipatif dan observasi terus terang atau tersamar. Observasi partisipatif
merupakan pengamatan yang melibatkan dalam kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati pada saat peneliti melaksanakan kegiatan PPKT.
Sedangkan observasi terus terang atau tersamar adalah peneliti
mengungkapkan kepada sumber data bahwa ia sedang melakukan penelitian.
Observasi ini dilakukan pada saat jam istirahat sekolah ketika para
siswa sedang makan, ngobrol, berkumpul dan peneliti ikut bergabung dengan
para siswa kelas XI IPS. Dalam observasi ini peneliti mengamati bagaima
perilaku sosial para siswa, sehingga peneliti mendapatkan hasil bahwa
terdapat berbagai macam perilaku sosial pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri
6 Tangerang Selatan, yaitu bergaul, berbagi, berpacaran, dan berkelompok
(genk).
Selain itu peneliti juga melakukan observasi mengenai gaya hidup
siswa, observasi ini dilakukan di luar lingkungan sekolah ketika mereka
sedang pergi hangout ke mall dan café yang biasa mereka datangi. Pada saat
itu peneliti ikut pergi hangout bersama para siswa ke Pondok Indah Mall pada
tanggal 1 April 2017. Dalam observasi ini peneliti mengamati apa saja yang
mereka lakukan pada saat pergi hangout ke mall. Di dalam pengamatan itu
peneliti menemukan adanya berbagai macam gaya hidup yang biasa dilakukan
mereka, seperti gaya hidup rekreasi, gaya hidup kuliner, gaya hidup
berpakaian, dan gaya hidup berkomunikasi.6
6
Hasil Observasi di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan
61
7
Hasil Wawancara dengan Bapak Zulkarnaen selaku Wakil Kepala Sekolah bidang
Kesiswaan pada Rabu 11 Oktober 2017 pukul 10.00 WIB
62
8
Hasil Wawancara dengan Salma selaku siswa kelas XI IPS 3 pada Rabu 18 Oktober 2017
pukul 10.00 WIB
9
Hasil Wawancara dengan Moza selaku siswa kelas XI IPS 4 SMAN 6 Tangsel pada Selasa
24 Oktober 2017 pukul 14.30 WIB
63
10
Hasil Wawancara dengan Tiara selaku siswa kelas XI IPS 4 SMAN 6 Tangsel pada Selasa
24 Oktober 2017 pukul 15.10 WIB
64
2. Berbagi
Sejatinya kita sebagai makhluk hidup dianjurkan untuk saling
berbagi terhadap sesama. Sehingga pihak sekolah SMA Negeri 6
Tangerang Selatan selalu mengajarkan semua siswanya untuk tidak lupa
dalam berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Hal ini dilakukan agar
siswa terbiasa untuk peduli dengan orang lain. Kegiatan berbagi yang
diadakan pihak sekolah SMA Negeri 6 Tangerang Selatan ini antara lain,
memberikan sumbangan untuk teman yang sedang sakit atau terkena
musibah dan kepada korban-korban bencana alam. Semua ini dijelaskan
oleh Nurhaliza dalam wawancaranya:
Pernah kak, terutama kalo lagi ada yang kena musibah. Kita
kan juga punya uang kas, jadi kalo ada temen kita yang sakit
pasti kita jenguk tapi perwakilan aja beberapa orang. Kalau
nyumbang untuk bencana alam juga kita pernah beberapa kali,
waktu itu sih yang ngadain pihak sekolah terus dibantuin OSIS,
11
Hasil Wawancara dengan Nandin selaku Siswa Kelas XI IPS 5 di SMAN 6 Tangsel pada
Selasa 17 Oktober pukul 15.10 WIB
65
12
Hasil Wawancara dengan Nurhaliza selaku Siswa Kelas XI IPS 4 SMAN 6 Tangsel pada
Selasa 24 Oktober 2017 pukul 15.30 WIB
13
Hasil Wawancara dengan Rani selaku Siswa Kelas XI IPS 5 di SMAN 6 Tangsel pada
Selasa 17 Oktober pukul 12.25 WIB
66
3. Berpacaran
Pada usia remaja tidak heran jika mereka mempunyai ketertarikan
antara satu dengan yang lainnya. Ketertarikan ini dapat menjadikan
mereka memiliki hubungan khusus yang sering kita sebut dengan
berpacaran. Banyak siswa yang sudah mempunyai pacar, meskipun
sebenarnya itu tidak diperbolehkan di dalam agama. Berpacaran ini juga
terjadi pada siswa SMA Negeri 6 Tangerang Selatan. Sebagian dari
mereka sudah mempunyai pacar, baik dari sekolah yang sama maupun
sekolah lain. Berbagai macam alasan dan jawaban mereka jika ditanyakan
tentang mengapa mereka berpacaran pada usia saat ini. Salah satunya
seperti yang dikatakan oleh Nadia:
14
Hasil Wawancara dengan Ibu Nurhayati selaku Guru Bahasa Indonesia kelas XI IPS pada
Rabu 11 Oktober pukul 10.35 WIB
67
Pacar aku anak kelas 12 kak hehe kakak kelas, kalau aku sih
pacaran biar di sekolah tuh ada yang nyemangatin buat belajar,
kan kalau pacar satu sekolah juga enak bisa ngerjain tugas
bareng juga kak, irit ongkos juga biar bisa pulang sekolah
bareng.15
15
Hasil Wawancara dengan Nadia selaku Siswa Kelas XI IPS 5 SMAN 6 Tangsel pada Selasa
17 Oktober 2017 pukul 14.30 WIB
16
Hasil Wawancara dengan Defa selaku siswa kelas XI IPS 3 pada Rabu 18 Oktober 2017
pukul 12.30 WIB
68
17
Hasil Wawancara dengan Ibu Nurjanah selaku Guru Sosiologi kelas XI IPS pada Rabu 11
Oktober 2017 pukul 12.30 WIB
18
Hasil Wawancara dengan Ibu Rasmawati selaku Guru Bimbingan Konseling pada Rabu 11
Oktober pukul 11.05 WIB
69
cara itu gagal, maka pihak sekolah akan meminta bantuan kepada orang
tua siswa tersebut.
Seperti yang dikatakan salah seorang guru BK bahwa terdapat juga
siswa yang memang sulit bergaul. Salah satu alasannya adalah karena di
SMA Negeri 6 Tangerang Selatan tidak ada perubahan kelas dari kelas
sepuluh sampai dua belas. Hal ini dikatakan Nindah dalam wawancaranya:
Dalam hal bergaul aku cuma bergaul sama temen-temen
sekelas aja. soalnya kan gak ada rolling dari kelas sepuluh
sampai dua belas, dan aku males aja nyari temen bergaul lagi,
jadi ya aku bergaul sama temen-temen sekelas aku aja.19
19
Hasil Wawancara dengan Nindah selaku siswa kelas XI IPS 3 pada Rabu 18 Oktober 2017
pukul 14.25 WIB
20
Hasil Wawancara dengan Nisa selaku Siswa kelas XI IPS 3 pada Rabu 18 Oktober 2017
pukul 15.10 WIB
70
juga alat komunikasi yang bisa digunakan sambil melihat langsung wajah
seseorang yang kita hubungin. Mayoritas yang menggunakan alat
komunikasi yaitu mulai dari orang tua, mahasiswa, pelajar bahkan anak
kecil pun sudah ada yang memiliki alat komunikasi.
Pihak sekolah melarang siswa untuk menggunakan alat
komunikasi atau handphone kettka KBM berlangsung. Jika ada yang
kedapatan sedang bermain handphone ketika KBM berlangsung, maka
akan ditegur dan ditindak lanjut dengan menyita handphone jika siswa
tidak jera meskipun sudah diberi terguran. Seperti yang dikatakan oleh Ibu
Nurhayati:
Kalau untuk penggunaan alat komunikasi (gadget) pada jam
pelajaran itu sering, padahal sebelumnya sudah dikasih pas
waktu MOS ya, kalau disekolah ini tidak boleh mengaktifkan
apalagi menggunakan kecuali seizin guru untuk hal-hal
tertentu. Dan untuk siswa yang kedapatan bermain gadget saat
proses KBM berlangsung biasanya kita beri teguran atau kalo
sudah kelewatan kita ambil gadgetnya dan kita balikin setelah
UAS, dan itu orang tua yang mengambilnya. Saya sih udah
kenyang banget kalau soal ngedapetin siswa yang main hp
waktu jam pelajaran saya, gak pakai banyak alasan langsung
saya ambil aja hpnya biar kapok hehehe.21
21
Hasil Wawancara dengan Ibu Nurhayati selaku Guru Bahasa Indonesia kelas XI IPS pada
Rabu 11 Oktober pukul 10.35 WIB
72
melainkan alat komunikasi yang canggih dan model terbaru. Hal ini
dikarenakan agar mereka dapat menggunakan aplikasi-aplikasi yang
tersedia seperti aplikasi kamera, media sosial dan lain-lain. Para siswa ini
pun dalam menggunakan alat komunikasi tidak pada waktunya, melainkan
sering digunakan pada saat proses KBM berlangsung, padahal sebelumnya
sudah diberi tahu oleh pihak sekolah bahwa tidak boleh mengaktifkan
bahkan menggunakan gadget ketika proses KBM berlangsung kecuali
dengan seizin guru untuk hal-hal tertentu.
Dalam penggunaannya, para siswa lebih sering menggunakan alat
komunikasi (gadget) untuk bermain game, foto, update di media sosial
bahkan untuk menyontek. Seperti yang dikatakan oleh Tiara:
Kalau di sekolah kalau lagi gak ada guru aku pasti main hp,
pas ada guru juga sering sih kak hehehe. Palingan aku
seringnya buat main game, nonton youtube, chating, main
medsos. Hp juga penting banget sih kak kalau pas lagi ujian,
kan bisa buat nyontek juga, tinggal kita cari aja di google.22
22
Hasil Wawancara dengan Tiara selaku siswa kelas XI IPS 4 SMAN 6 Tangsel pada Selasa
24 Oktober 2017 pukul 15.10 WIB
73
café, arena bermain, dan tempat wisata. Seperti yang dikatakan oleh
Moza:
Aku pribadi lebih sering ke mall soalnya apa ya…. Enak aja
gitu, gak jauh juga kak sama rumah. Palingan sama temen-
temen sekolah atau gak sama keluarga kadang sama saudara
atau sepupu juga sih. Kalau sama temen sekolah biasanya kita
photobox, nonton, makan main funworld atau ya belanja-
belanja kalau banyak yang lagi diskon.23
Aku sih sukanya renang kak, yang deket aja sih. Biasanya aku
ke OP (Ocean Park), kan di OP juga suka ada promo-promo
gitu buat anak sekolahan.25
Dengan jawaban seperti itu, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
Salma dan Najma mempunnyai alasan yang sama dengan pergi rekreasi
jika sedang ada promo. Namun, Najma lebih memilih berenang di Ocean
Park karena dekat dengan rumahnya.
23
Hasil Wawancara dengan Moza selaku siswa kelas XI IPS 4 SMAN 6 Tangsel pada Selasa
24 Oktober 2017 pukul 16.00 WIB
24
Hasil Wawancara dengan Salma selaku siswa kelas XI IPS 3 SMAN 6 Tangsel pada Rabu
18 Oktober 2017 pukul 10.00 WIB
25
Hasil Wawancara dengan Najma selaku siswa kelas XI IPS 4 SMAN 6 Tangsel pada
Selasa 24 Oktober 2017 pukul 14.30 WIB
74
26
Hasil Wawancara dengan Annisa selaku siswa kelas XI IPS 3 SMAN 6 Tangsel pada Rabu
18 Oktober 2017 pukul 15.20 WIB
27
Hasil Wawancara dengan Ayu selaku siswa kelas XI IPS 5 SMAN 6 Tangsel pada Selasa
17 Oktober 2017 pukul 14.30 WIB
28
Hasil Wawancara dengan Nandin selaku siswa kelas XI IPS 5 SMAN 6 Tangsel pada
Selasa 17 Oktober 2017 pukul 15.10 WIB
75
29
Hasil Wawancara dengan Safa selaku siswa kelas XI IPS 5 SMAN 6 Tangsel pada Selasa
17 Oktober 2017 pukul 15.30 WIB
76
meminta pendapat dari Ibu dan temannya bahwa apa yang ia pakai cocok
atau tidak.
30
Hasil Wawancara dengan Nandin selaku siswa kelas XI IPS 5 SMAN 6 Tangsel pada
Selasa 17 Oktober 2017 pukul 15.10 WIB
77
31
Hasil Wawancara dengan Defa selaku siswa kelas XI IPS 3 SMAN 6 Tangsel pada Rabu
18 Oktober 2017 pukul 14.35 WIB
32
Hasil Wawancara dengan Safa selaku siswa kelas XI IPS 5 SMAN 6 Tangsel pada Selasa
17 Oktober 2017 pukul 15.30 WIB
78
Safa tidak meniru orang lain atau artis sekalipun, hanya saja ia
mencari referensi dari medsos, internet, majalah mengenai gaya fashion
untuk wanita berhijab seperti dirinya.
2. Iklan Gaya Hidup (Pencitraan Dan Rasa)
Pada iklan gaya hidup ini, seseorang dalam menentukan fashion
dipengaruhi oleh apa yang dilihatnya di media-media elektronik.
Teknologi yang semakin canggih ini membuat kita dapat dengan mudah
mencari informasi apapun, dimanapun dan kapanpun. Sekarang ini banyak
produk-produk kebutuhan gaya hidup yang dipasarkan dan diiklankan di
media-media elektronik, seperti televisi, internet dan lain-lain. Strategi
pemasaran yang ditawarkan pun beraneka ragam, mulai dari pemilihan
konsep serta model untuk menjadi brand ambasador produknya. Hal ini
dimaksudkan agar setiap yang melihat terlebih mereka para usia remaja
akan mudah terpengaruh untuk membelinya. Benar saja, tidak sedikit
mereka yang berusia remaja seperti siswa kelas XI IPS di SMA Negeri 6
Tangerang Selatan sangat mudah terpengaruh untuk membeli kebutuhan-
kebutuhannya saat ini yang mereka lihat dari media-media elektronik,
seperti alat make up.. Mereka membeli barang-barang tersebut dengan
alasan ketika pertama kali ada di iklan terihat bagus dan kekinian. Seperti
yang dikatakan oleh Andini:
Aku sih seringnya kalau mau beli apa-apa karena muncul dulu
di TV, misalnya kan ada lipstick baru ya kak dari Maybelline
terus kan di iklanin tuh nah nanti jadi aku cari tau deh di
internet harganya berapa warnanya apa aja.33
33
Hasil Wawancara dengan Andini selaku siswa kelas XI IPS 4 SMAN 6 Tangsel pada Selasa
24 Oktober 2017 pukul 14.20 WIB
79
34
Hasil Wawancara dengan Tiara selaku siswa kelas XI IPS 4 SMAN 6 Tangsel pada Selasa
24 Oktober 2017 pukul 15.10 WIB
80
Moza lebih meniru gaya fashion dari artis Bella dengan alasan
setiap model pakaian mulai dari baju, celana hingga hijab yang digunakan
itu terlihat simple menjadikan ia mengikutinya.
4. Gaya Hidup Mandiri
Pada gaya hidup mandiri seseorang diajarkan untuk melakukan
atau menggunakan sesuatu dalam dirinya sesuai dengan kesadaran dirinya.
Seseorang bebas melakukan dan menggunakan apaun yang ia suka. Disini
dalam bertindak seseroang tidak terpengaruh oleh siapapun. Kepercayaan
diri juga penting dalam gaya hidup mandiri, dengan gaya hidup mandiri
35
Hasil Wawancara dengan Nindah selaku siswa kelas XI IPS 3 SMAN 6 Tangsel pada Rabu
18 Oktober 2017 pukul 14.25 WIB
36
Hasil Wawancara dengan Moza selaku siswa kelas XI IPS 4 SMAN 6 Tangsel pada Selasa
24 Oktober 2017 pukul 16.00 WIB
81
37
Hasil Wawancara dengan Ayu selaku siswa kelas XI IPS 5 SMAN 6 Tangsel pada Selasa
17 Oktober 2017 pukul 12.30 WIB
38
Hasil Wawancara dengan Nurhaliza selaku Siswa Kelas XI IPS 4 SMAN 6 Tangsel pada
Selasa 24 Oktober 2017 pukul 15.30 WIB
82
39
Hasil Wawancara dengan Annisa selaku siswa kelas XI IPS 3 SMAN 6 Tangsel pada Rabu
18 Oktober 2017 pukul 15.20 WIB
40
Hasil Wawancara dengan Najma selaku siswa kelas XI IPS 4 SMAN 6 Tangsel pada Selasa
24 Oktober 2017 pukul 14.20 WIB
83
melihat dari iklan yang muncul di TV, namun tidak hanya dari TV saja,
melainkan mereka lebih banyak meniru pada seleb dari media sosial
seperti instagram dan youtube. Pada public relation dan jurnalisme ini,
siswa lebih kepada lebih tertarik untuk mengikuti artis atau selebgram-
selebgram (selebriti instagram) yang sedang terkenal. Tidak hanyak gaya
berpakainnya saja, tetapi juga dari makanan, tempat rekreasi dan apa saja
yang dilakukan dalam kesehariannya.
4. Gaya hidup mandiri. Penelitian mendapatkan hasil peneliti bahwa pada
siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Tangerang Selatan juga ada yang dalam
ber-fashion dan bergaya hidup lebih kepada kepercayaan diri dan
kepuasanya pribadinya.
5. Gaya hidup hedonis. Tidak sedikit siswa yang bergaya hedonis, hal ini
didapatkan dari haril penelitian yang peneliti lakukan bahwa banyaknya
siswa yang melakukan gaya hidup hedonis dengan cara mereka lebih
sering membeli barang-barang mahal yang sebenarnya sudah dimiliki dan
tidak melihat fungsi dari barang tersebut. Meskipun begitu, mereka tidak
perduli karena itu bisa membuat mereka merasa puas dan senang jika
sudah membeli dan memilikinya.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil pembahasan yang telah diuraikan di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa adanya macam-macam perilaku sosial yang biasa
dilakukan oleh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Tangerang Selatan, yaitu
berkelompok (genk), berbagi, berpacaran, dan bergaul.
Selain itu, terdapat juga hasil penelitian mengenai gaya hidup siswa kelas
XI IPS SMA Negeri 6 Tangerang Selatan yang mengarah pada gaya hidup
hedonis, seperti gaya hidup berkomunikasi, gaya hidup rekreasi, gaya hidup
kuliner, dan gaya hidup berpakaian.
Adapun faktor-faktor yang membentuk gaya hidup siswa kelas XI IPS
SMA Negeri 6 Tangerang Selatan yang didapatkan dari hasil penelitian di
lapangan, yaitu industri gaya hidup (fashion), iklan gaya hidup (pencitraan dan
rasa), public relation dan jurnalisme (selebritas), gaya hidup mandiri, dan gaya
hidup hedonis.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa
saran diantara adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 6 Tangerang Selatan, agar tidak
berperilaku yang bersifat negatif dan tidak bergaya hidup hedonis.
2. Bagi sekolah dan guru, lebih mengarahkan siswa untuk berperilaku sosial dan
bergaya hidup sesuai dengan keperibadiannya.
3. Bagi orang tua, meningkakan perhatian dan pengawasan terhadap anak-anaknya.
87
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Martin, Garry. dan Pear, Joseph. Modifikasi Perilaku: Makna Dan Penerapannya.
Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2015.
Jurnal
Kaharu, Debora. Pengaruh Gaya Hidup, Promosi Dan Kualitas Produk Terhadap
Keputusan Pembelian Pada Cosmic. Jurnal Ilmiah Riset Manajemen.
Volume 5. 2016.
Nisrima, Siti. Yunus, Muhammad. dan Hayati, Erna. Pembinaan Perilaku Sosial
Remaja Penghuni Yayasan Islam Media Kasih Kota Banda Aceh. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Unsyiah. Volume 1.
2016.
Tesis
Skripsi
Aresa, Della. “Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Repurchase Intention (Studi Pada
Pengunjung 7-Eleven Tebet Saharjo)”. Skripsi pada Universitas Indonesia.
Depok. 2012.
Pratiwi, Risanti Arshida. “Laptop Dan Gaya Hidup Mahasiswa UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta”. Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Yogyakarta. 2009.
Saputro, Diky Ryan. “Pengaruh Kelas Sosial, Gaya Hidup, Dan Kepribadian
Terhadap Keputusan Memilih Institusi Perguruan Tinggi Negeri (Studi
Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam IAIN Surakarta”.
Skripsi pada IAIN Surakarta. Surakarta. 2016.
Internet
Pelaksana Wawancara:
1. Hari/Tanggal :
2. Jam :
3. Tempat :
4. Nama Informan :
5. Profesi :
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Apakah ada siswa yang sulit bergaul dengan teman yang lainnya?
2. Tindakan apa yang dilakukan guru untuk mengatasi siswa yang sulit bergaul?
3. Apakah di sekolah ada siswa yang memiliki kelompok atau genk tertentu
khususnya di kelas XI IPS?
4. Hal apa yang biasa dilakukan oleh kelompok atau genk tersebut?
5. Apakah dengan siswa yang membuat kelompok atau genk tersebut dapat
memberikan dampak positif atau negatif untuk siswa yang lainnya?
Alasannya?
6. Apakah sekolah pernah mengadakan kegiatan sosial?
7. Kegiatan sosial apa yang biasa dilakukan?
8. Apakah kegiatan itu dilakukan secara rutin?
9. Apakah semua siswa khususnya siswa kelas XI IPS ikut serta dalam kegiatan
sosial tersebut?
10. Apakah banyak siswa yang berpacaran di SMA Negeri 6 Tangsel khususnya
siswa kelas XI IPS?
11. Hal apa yang biasa dilakukan oleh siswa yang berpacaran di lingkungan
sekolah?
12. Apa tanggapan para guru memgenai siswa yang berpacaran di lingkungan
sekolah?
13. Peraturan apa yang dibuat oleh sekolah dalam kebijakan yang
memperbolehkan penggunaan handphone di lingkungan sekolah?
14. Seberapa sering siswa bermain handphone ketika KBM berlangsung?
15. Bagaimana tanggapan para guru mengenai siswa yang bermain handphone
ketika KBM berlangsung?
16. Teguran atau sanksi apa yang diberikan guru ketika kedapatan siswa yang
bermain handphone ketika KBM berlangsung?
17. Apakah ada siswa yang sering memakai seragam tidak sesuai dengan peraturan
yang ada di sekolah?
18. Teguran atau sanksi apakah yang diberikan oleh sekolah ketika ada siswa yang
mengenakan seragam yang terlalu kecil atau sangat ketat?
TRANSKIP WAWANCARA PERILAKU SOSIAL DAN GAYA HIDUP
REMAJA (STUDI KASUS: SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6
TANGERANG SELATAN)
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Apakah ada siswa yang sulit bergaul dengan teman yang lainnya?
Pasti ada aja beberapa tapi gak banyak ya
2. Tindakan apa yang dilakukan guru untuk mengatasi siswa yang sulit bergaul?
Nah saya kan tau informasi dari anak-anak misalnya, bu ini bu ada anak yg
begini ni buu, ya udah oke langsung saya panggil, setelah saya panggil
misalnya anak ini pendiem, gak mau gaul, terus gak mau ditemenin, maunya
menyendiri, nah dari situ saya ajak ngobrol, misalnya dia punya masalah,
saya kasih nasihat pelan-pelan, secara umum misalnya kelakuan kayak gitu
tuh kurang baik, nah saya juga udah sering bilangin klo punya temen yang
senang menyendiri itu harus di rangkul di deketin, supaya temennya itu bisa
terbuka.
3. Apakah di sekolah ada siswa yang memiliki kelompok atau genk tertentu
khususnya di kelas XI IPS?
Kelompok tertentu… nggak sih nggak banyak yang saya tahu, yg kelas 11
sih itu masih wajar, maksudnya kelompok-kelompok belajar, kelompok-
kelompok mainnya itu sih masih wajar-wajar aja, kecuali kalau ada
kelompok yang gak wajar sehingga menimbulkan ada kesenjangan sosial
4. Hal apa yang biasa dilakukan oleh kelompok atau genk tersebut?
Saya gak terlalu mengikuti sih, pasti ada sih, kebanyakan dari anak-anak
ekskul, seperti kelompoknya saman, kelompok cheers, jadi dari kelompok-
kelompok itu juga suka ada kesenjangan sosialnya suka ada
5. Apakah dengan siswa yang membuat kelompok atau genk tersebut dapat
memberikan dampak positif atau negatif untuk siswa yang lainnya?
Alasannya?
Kalau pengalaman-pengalaman saya mengajar sih kalau saya temuin adanya
genk-genk atau kelompok seperti itu yang sering menonjolkan diri sih
pastinya saya luruskan ya, saya nasehati klo adanya kelompok-kelompok
seperti itu tuh tidak baik, kecuali kalau kempok belajar, itu gak masalah,
kalau yang lain yang kurang baik pasti saya menyelesaikan hal itu
6. Apakah sekolah pernah mengadakan kegiatan sosial?
Pasti pernah
7. Kegiatan sosial apa yang biasa dilakukan?
Kalau menyumbang sih sekolah kita tiap tahunnya punya acara nyumbang ke
anak-anak yatim, kita kan punya event ya tiap setahun sekali, acara gixcup.
Lumayan besar juga acaranya, kita pernah lah ngundang artis-artis bagus
hehehe… biasanya uang dari hasil acara tersebut itu yang kita sumbangin,
kita beliin buku, perlengkapan sekolah, sembako, ya apapun yang
bermanfaat. Kan biar anak-anak juga tau pentingnya berbagi ke sesamaa, biar
acaranya juga berkah biar bisa kita adain terus tiap tahun
8. Apakah kegiatan itu dilakukan secara rutin?
Setiap tahun acaranya
9. Apakah semua siswa khususnya siswa kelas XI IPS ikut serta dalam kegiatan
sosial tersebut?
Ikut semua, malahan yang ditunggu-tunggu banget sama siswa acara itu
10. Apakah banyak siswa yang berpacaran di SMA Negeri 6 Tangsel khususnya
siswa kelas XI IPS?
Ada ya, tapi kayaknya gak banyak yang pada pacaran
11. Hal apa yang biasa dilakukan oleh siswa yang berpacaran di lingkungan
sekolah?
Saya tidak terlalu memperhatikan banget, palingan ngobrol-ngobrol aja kali
ya, kan sering banget tuh mereka ngumpul di taman, di kantin, di bawah
pohon
12. Apa tanggapan para guru memgenai siswa yang berpacaran di lingkungan
sekolah?
Kalau saya sih tidak mempermasalahkan banget, asal tau aturan dan tau
batasannya saja
13. Peraturan apa yang dibuat oleh sekolah dalam kebijakan yang
memperbolehkan penggunaan handphone di lingkungan sekolah?
Kalau untuk penggunaan alat komunikasi pada jam pelajaran itu sering
padahal sebelumnya sudah dikasih tau pas waktu MOS ya, kalau di sekolah
ini tidak boleh mengaktifkan apa lagi menggunakan, kecuali seizing guru
untuk hal-hal tertentu
14. Seberapa sering siswa bermain handphone ketika KBM berlangsung?
Sangat sering
15. Bagaimana tanggapan para guru mengenai siswa yang bermain handphone
ketika KBM berlangsung?
Pastinya marah ya, semua guru pasti marah kalau lagi belajarnya anaknya
malah sibuk main handphone
16. Teguran atau sanksi apa yang diberikan guru ketika kedapatan siswa yang
bermain handphone ketika KBM berlangsung?
Untuk siswa yang kedapetan bermain gadget pada saat KBM biasanya diberi
teguran atau kalau sudah kelewatan kita ambil gadget-nya dan kita balikin
pas UAS, dan itu orang tua yang mengambil.
17. Apakah ada siswa yang sering memakai seragam tidak sesuai dengan
peraturan yang ada di sekolah?
Palingan kalau seragam baju atau celana kali ya, kan kadang suka ada aja
anak yang maunya pake yang ketak-ketat terus
18. Teguran atau sanksi apakah yang diberikan oleh sekolah ketika ada siswa
yang mengenakan seragam yang terlalu kecil atau sangat ketat?
Di tegur dulu biasanya, tapi kalau sudah terlalu sering di tegur dan anaknya
itu-itu juga pasti langsung di robek
TRANSKIP WAWANCARA PERILAKU SOSIAL DAN GAYA HIDUP
REMAJA (STUDI KASUS: SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6
TANGERANG SELATAN)
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Apakah ada siswa yang sulit bergaul dengan teman yang lainnya?
Ada sih, tapi gak banyak cuma beberapa aja palingan
2. Tindakan apa yang dilakukan guru untuk mengatasi siswa yang sulit bergaul?
Saya kan juga ngurus siswa di BK ya, tapi kalau saya sih lebih ke siswa yang
mau masuk universitas aja. Kalau ada siswa yang begitu palingan ya
dideketin, diajak ngobrol, biar bisa punya banyak temen lagi gitu
3. Apakah di sekolah ada siswa yang memiliki kelompok atau genk tertentu
khususnya di kelas XI IPS?
Kayak genk gitu yaaa… ada sih, pasti ada cuman masih batas wajar lah, ya
dia kan namanya anak pelajar lah temen karib pasti ada ya, temen karib
sahabat terdekat itu pasti ada, jadi ya pasti ada
4. Hal apa yang biasa dilakukan oleh kelompok atau genk tersebut?
Kalau di sekolah palingan mereka ngumpul-ngumpul aja sih ya, kalau saya
deketin, saya tanya mereka lagi ngapain pasti jawabnya lagi ngerumpi
hehehe... kalau di luar sekolah saya kurang tahu kegiatan mereka apa aja
5. Apakah dengan siswa yang membuat kelompok atau genk tersebut dapat
memberikan dampak positif atau negatif untuk siswa yang lainnya?
Alasannya?
Tergantung sih ya siapa oranngnya, sifatnya seperti apa, kan macem-macem
juga tiap siswa tuh
6. Apakah sekolah pernah mengadakan kegiatan sosial?
Iya pernah sudah pasti
7. Kegiatan sosial apa yang biasa dilakukan?
Banyak ya, seperti misalnya jenguk temen, nolong orang yang kebanjiran
atau kena bencana
8. Apakah kegiatan itu dilakukan secara rutin?
Kalau yang rutin sih acara gixcup itu, kamu juga tau kan pas PPKT kemarin
acaranya gimana, itu acara sekolah kita setiap tahun. Alhamdulillah masih
berjalan sampai sekarang
9. Apakah semua siswa khususnya siswa kelas XI IPS ikut serta dalam kegiatan
sosial tersebut?
Gak cuma kelas XI, harus seluruh siswa ikut, karena hukumnya wajib
mungkin ya hehehe...
10. Apakah banyak siswa yang berpacaran di SMA Negeri 6 Tangsel khususnya
siswa kelas XI IPS?
Pasti ada beberapa
11. Hal apa yang biasa dilakukan oleh siswa yang berpacaran di lingkungan
sekolah?
12. Apa tanggapan para guru memgenai siswa yang berpacaran di lingkungan
sekolah?
Mengenai siswa yang sudah memiliki pacar, jika dikatakan melarang, pihak
sekolah tidak melarang, namun satu pesan dari kami jangan karena pacaran
mereka jadi malas belajar dan malah membawanya ke dalam hal yang
negatif.
13. Peraturan apa yang dibuat oleh sekolah dalam kebijakan yang
memperbolehkan penggunaan handphone di lingkungan sekolah?
Ya seperti biasa lah ya, gak boleh main hp dikelas pas lagi belajar
14. Seberapa sering siswa bermain handphone ketika KBM berlangsung?
Sering banget, pasti ada aja beberapa siswa yang bandel main hp mulu, kalau
belajar males tapi kalau main hp getol banget
15. Bagaimana tanggapan para guru mengenai siswa yang bermain handphone
ketika KBM berlangsung?
Saya rasa semua guru pasti marah sih ya kalau ada muridnya yang begitu,
kan seakan-akan tidak menghargai guru yang lagi ngajar
16. Teguran atau sanksi apa yang diberikan guru ketika kedapatan siswa yang
bermain handphone ketika KBM berlangsung?
Mungkin kalau udah terlalu sering ya hpnya disita sampai jam pelajaran
selesai, atau bikin perjanjian
17. Apakah ada siswa yang sering memakai seragam tidak sesuai dengan
peraturan yang ada di sekolah?
Suka ada aja sih, tapi gak terlalu sering, hanya beberapa aja
18. Teguran atau sanksi apakah yang diberikan oleh sekolah ketika ada siswa
yang mengenakan seragam yang terlalu kecil atau sangat ketat?
Ya dibilangin, dikasih tau, mau besok bajunya diganti atau bajunya dirobek,
kalau besok diliat masih pake bajunya begitu ya langsung dirobek
TRANSKIP WAWANCARA PERILAKU SOSIAL DAN GAYA HIDUP
REMAJA (STUDI KASUS: SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6
TANGERANG SELATAN)
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Apakah ada siswa yang sulit bergaul dengan teman yang lainnya?
Pasti ada aja ya mba anak yang susah gaul atau lebih suka menyendiri, karena
kan sifat orang kan berdeda-beda, ada yang gampang bergaul ada juga yang
susah bergaul.
2. Tindakan apa yang dilakukan guru untuk mengatasi siswa yang sulit bergaul?
Kalau untuk menyikapinya biasanya kita konseling individu, ada pendekatan
khusus dengan kita, kita ajak ngobrol, kita ajak curhat biar bisa lebih terbuka.
Dan kalau setelah kita lakukan itu semua namun gagal, kita minta banduan dari
orang tuanya.
3. Apakah di sekolah ada siswa yang memiliki kelompok atau genk tertentu
khususnya di kelas XI IPS?
Kalau kelompok atau genk itu pasti ada tapi kalo untuk genk itu kan genk
kecenderungannya negatif ya, yang saya pelajari, jadi kalo disekolah untuk
genk yg negatif itu gak ada, tapi klo untuk diluar sekolah saya kurang tahu ya,
tapi klo untuk genk-genk kelompok ini bermain, kelompok ini belajar,
kelompok ini bergaul itu ada, setiap kelas itu pasti ada.
4. Hal apa yang biasa dilakukan oleh kelompok atau genk tersebut?
Kalau untuk di luar sekolah saya tidak tahu ya, tapi kalau di dalam sekolah
palingan mereka ngumpul-ngumpul atau ngobrol-ngobrol aja paling
5. Apakah dengan siswa yang membuat kelompok atau genk tersebut dapat
memberikan dampak positif atau negatif untuk siswa yang lainnya?
Alasannya?
Sisi positif untuk siswa yang lain, untuk teman sebaya, untuk kakak kelas atau
adek kelas itu biasanya ada cuman kecenderungannya kalau sudah membentuk
sebuah kelompok itu akan ada hal yang negatif yang lebih terasa, gitu…
contohnya kayak misalnnya merasa ada satu orang yang merasa terisolir dari
satu kelompok itu atau misalnya dari satu kelas itu tidak terbina, atau misalnya
pengaruh satu teman untuk bias mempengaruhi teman yg lainnya dalam satu
kelompok itu besar banget pengaruhnya, kecenderungannya hal yg negatif
misalnya memprovokator teman yang lain untuk bolos sekolah, seperti itu
6. Apakah sekolah pernah mengadakan kegiatan sosial?
Alhamdulillah pasti pernah
7. Kegiatan sosial apa yang biasa dilakukan?
Banyak sih ya, ada gixcup, galang dana, dana sosial
8. Apakah kegiatan itu dilakukan secara rutin?
Selalu rutin pastinya
9. Apakah semua siswa khususnya siswa kelas XI IPS ikut serta dalam kegiatan
sosial tersebut?
Ikut. Semuanya kita gerakkin agar ikut semua tanpa terkecuali
10. Apakah banyak siswa yang berpacaran di SMA Negeri 6 Tangsel khususnya
siswa kelas XI IPS?
Karena ini levelnya sudah SMA jadi pasti ada aja ya, kadang pacarnya anak
sekolah ini juga, atau kadang juga lain sekolah. Macem-macem sih
11. Hal apa yang biasa dilakukan oleh siswa yang berpacaran di lingkungan
sekolah?
Ngobrol-ngobrol biasa aja sih setahu saya, tapi saya sebagian tau mana-mana
aja nih yang pacaran, siapa aja kadang saya perhatikan juga
12. Apa tanggapan para guru memgenai siswa yang berpacaran di lingkungan
sekolah?
Karena mereka juga sudah beranjak dewasa jadi menurut para guru sih wajar-
wajar saja, hanya harus tau batasannya, harus tau etika apa lagi di sekolah ya
13. Peraturan apa yang dibuat oleh sekolah dalam kebijakan yang
memperbolehkan penggunaan handphone di lingkungan sekolah?
Padahal itu sudah ada masukan pada saat mos (masa orientasi sekolah), kalau
didupam itu pada saat kbm tidak boleh mempergunakan hp kecuali gurunya
yang memperbolehkan, misalnya utk searching gitu ya, tapi kalau secara
umum diperbolehkan menggunakan hp pada saat jam istirahat atau pulang, nah
14. Seberapa sering siswa bermain handphone ketika KBM berlangsung?
Kalau gadget mah sudah jadi tuhannya mereka ya kalau bahasa kita mah, jadi
kalau misalnya tidak ada gadget mereka tidak bias ngapa-ngapain kasarnya sih
gitu, jadi contohnya gini misalnya anak tuh pelajaran agama disuruh hafalan
misalnya surat ar Rahman yg 10 ayat, klo seandainya tidak dipaksakan mereka
gak akan hafal tapi kalau misalnya hpnya diambil mereka sehari pasti langsung
akan hafal. Misalnya lagi pada saat pihak sekolah menyita, aduh itu yaampun
kalang kabut nangis-nangis orgtuanya minta datang atau apa, itu yang
membuat ya hpnya itu ya tuhannya
15. Bagaimana tanggapan para guru mengenai siswa yang bermain handphone
ketika KBM berlangsung?
Pokoknya bagi say amah sekarang hp udah jadi tuhannya anak-anak sekarang.
Udah susah lepas sama hp
16. Teguran atau sanksi apa yang diberikan guru ketika kedapatan siswa yang
bermain handphone ketika KBM berlangsung?
Sanksinya itu biasanya hpnya disita, nanti guru mata pelajaran memberikan hp
itu ke wali kelas, jadi wali kelas nanti minta pembinaan ke kami ke BK, tapi
sebenernya kan seharusnya wali kelas dulu yang membina secara keseluruhan
17. Apakah ada siswa yang sering memakai seragam tidak sesuai dengan peraturan
yang ada di sekolah?
Ada beberapa
18. Teguran atau sanksi apakah yang diberikan oleh sekolah ketika ada siswa yang
mengenakan seragam yang terlalu kecil atau sangat ketat?
Kalau saya mungkin haya saya tegur dan saya minta dia janji untuk tidak
dipakai lagi seragamnya yang kecil banget. Tapi ada juga guru-guru yang
langsung di gunting atau di robek biasanya.
TRANSKIP WAWANCARA PERILAKU SOSIAL DAN GAYA HIDUP
REMAJA (STUDI KASUS: SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6
TANGERANG SELATAN)
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
1. Apakah ada siswa yang sulit bergaul dengan teman yang lainnya?
Pasti ada ya, kan setiap murid beda-beda. Ada yang temennya banyak, ada
juga yang susah punya temen
2. Tindakan apa yang dilakukan guru untuk mengatasi siswa yang sulit bergaul?
Hmm… ya paling diajak ngobrol, sering-sering diajak curhat, ditanya apa
punya masalah? Kita kasih bimbingan konseling, supaya dia juga nyaman
nanti belajarnya, tidak keganggu sama hal-hal yang berbau negatif ya
3. Apakah di sekolah ada siswa yang memiliki kelompok atau genk tertentu
khususnya di kelas XI IPS 5?
Pada umumnya manusia itu kan pasti berkelompok ya, apa lagi ini sekolah
yang notabennya anak remaja. Ada yang sifatnya lebih ke sosialnya, untuk
kepentingan bermasyarakat, ada yang untuk mementingkan kelompoknya
sendiri untuk mencari jati diri. Contoh ya belum lama ada perilaku bullying
terhadap beberapa kelompok atau genk ya terhadap kelompok yang lain. Nah
perilaku yang seperti ini pasti ada dan tidak bisa dipungkiri lagi karena
memang pada umumnya anak seusia mereka mempunyai sifat seperti itu.
Tapi dari pihak sekolah tentunya sudah mengatasi permasalahan ini ya
sampai selesai, sekolah juga sudah memberikan sanksi buat pelaku bullying
itu.
4. Hal apa yang biasa dilakukan oleh kelompok atau genk tersebut?
Ya seperti saya yang bilang tadi, namun disini tidak semua tidak mayoritas
seperti itu ya. Hanya sebagian kecil saja yang melakukan bullying itu. Kalau
di sekolah ini Alhamdulillah kebanyakan siswa-siswa yang berkelompok itu
sifatnya positif ya, seperti kelompok dia belajar, kelompok dia di eskul atau
juga di OSIS
5. Apakah dengan siswa yang membuat kelompok atau genk tersebut dapat
memberikan dampak positif atau negatif untuk siswa yang lainnya?
Alasannya?
Menurut saya itu sih tergantung ya, tergantung siswa menyikapinya seperti
apa, dan juga tergantung kelompoknya seperti apa. Namanya anak remaja
kan pasti cepet terpengaruhnya
6. Apakah sekolah pernah mengadakan kegiatan sosial?
Pernah, saya yakin juga semua sekolah pasti pernah ngadain kalau untuk
kegiatan sosial
7. Kegiatan sosial apa yang biasa dilakukan?
Kalau untuk tahunan kita punya acara sendiri ya, Gixcup. Kalau ada musibah
atau bencana kita juga ikut serta biasnya
8. Apakah kegiatan itu dilakukan secara rutin?
Yang rutin setiap tahunnya ya itu acara Gixcup, kalau tidak salah sejak 2012
sampai sekarang masih berjalan setiap tahunyya
9. Apakah semua siswa khususnya siswa kelas XI IPS ikut serta dalam kegiatan
sosial tersebut?
Ikut. Harus ikut semuanya, di wajibkan. Kan itu untuk pembelajaran juga ya
buat para siswa, supaya dari sejak sekarang sudah tertanam rasa pedulinya
terhadap orang lain yang membutuhkan
10. Apakah banyak siswa yang berpacaran di SMA Negeri 6 Tangsel khususnya
siswa kelas XI IPS?
Ada pasti, tapi saya tidak terlalu memperhatikan banget. Mungkin yang
paham guru-guru yang perempuan ya, karena biasanya mereka juga ada yang
curhat-curhat, kalau sama saya mana mungkin berani hehehe…
11. Hal apa yang biasa dilakukan oleh siswa yang berpacaran di lingkungan
sekolah?
Mungkin mengobrol di kantin atau di taman-taman yang ada di lingkungan
sekolah ya, coba nanti tanyakan ke guru yang perempuan, atau bu Rasma,
pasti mereka sangat tahu jawabannya apa
12. Apa tanggapan para guru memgenai siswa yang berpacaran di lingkungan
sekolah?
Saya sih tidak begitu mempermasalhkan, hanya saja harus tahu aturan dan
berperilakunya yang sewajarnya saja
13. Peraturan apa yang dibuat oleh sekolah dalam kebijakan yang
memperbolehkan penggunaan handphone di lingkungan sekolah?
Peraturan sekolah sih membolehkan siswa membawa handphone, namun
tidak mengaktifkan atau bahkan bermain handphone pada saat KBM, tetapi
sekarang ini sangat sulit bagi mereka untuk tidak mengaktifkan handphone di
sekolah. Lagi ngapain saja pasti yang dilihat handphone-nya terus
14. Seberapa sering siswa bermain handphone ketika KBM berlangsung?
Sangat sangat sering ya, kadang tergantung gurunya juga sih. Kalau saya
yang ngajar pasti takut untuk buka handphone, jangan kan handphone
ngobrol aja mereka takut hehehe… kalau guru yang lain apa lagi yang terlalu
santai ngajarnya pasti bukan belajar tapi belajarnya di handphone
15. Bagaimana tanggapan para guru mengenai siswa yang bermain handphone
ketika KBM berlangsung?
Tergantung gurunya siapa, ada yang langsung di ambil, ada yang hanya di
tegus, bahkan ada juga yang tidak terlalu memperdulikan kalau murid lagi
asyik dengan handphone-nya
16. Teguran atau sanksi apa yang diberikan guru ketika kedapatan siswa yang
bermain handphone ketika KBM berlangsung?
Di sita, dan di kembalikan lagi pada saat UAS, seharusnya sih seperti itu ya.
Tapi balik lagi semua tergantung gurunya itu siapa
17. Apakah ada siswa yang sering memakai seragam tidak sesuai dengan
peraturan yang ada di sekolah?
Ada saja ya, seragam pasti semuanya sama. Palingan yang mereka langgar
itu kalau baju di kecilin, celana di kecilin
18. Teguran atau sanksi apakah yang diberikan oleh sekolah ketika ada siswa
yang mengenakan seragam yang terlalu kecil atau sangat ketat?
Kalau saya seringnya menemukan siswa laki-laki ya yang seperti itu, saya
pasti langsung ambil gunting saya robek itu celana sampai lutut, biar gak bisa
dipake lagi
TRANSKIP WAWANCARA PERILAKU SOSIAL DAN GAYA HIDUP
REMAJA (STUDI KASUS: SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 6
TANGERANG SELATAN)
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
Pelaksana Wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan:
Pelaksana Wawancara:
1. Hari/Tanggal :
2. Jam :
3. Tempat :
4. Nama Informan :
5. Kelas :
Pertanyaan-pertanyaan:
Skripsi yang berjudul “Perilaku Sosial dan Gaya Hidup Remaja (Studi Kasus: Siswa Kelas
XI IPS Di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan)” ini di bawah bimbingan Bapak Dr. Abdul
Rozak, M.Si dan Ibu Cut Dhien Nourwahida, MA. Diharapkan skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi semua masyarakat.