PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah UUD 1945, perubahan UUD
merupakan sejarah baru bagi masa depan Konstitusi
Indonesia. Perubahan UUD 1945 dilakukan sebagai buah
dari amanat reformasi pembangunan nasional sejak
turunnya rezim Soeharto (1967-1998). Terdapat 4 kali
perubahan yang berturut-turut telah dilakukan sejak tahun
1999-2002.
Pada saat UUD 1945 diamandemen dengan
kesepakatan diantarannya tidak mengubah pembukaan
UUD 1945, akan tetapi mempertahankan susunan
kenegaraan kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal
sebagai Negara kesatuan republic Indonesia (NKRI), serta
mempertegas system pemerintahan presidensil.
B. Rumusan Masalah
1. Kapan lahirnya UUD 1945 ?
2. Periodesiasi apa saja yang dilalui oleh UUD 1945 ?
3. Apa saja kedudukan serta tujuan adanya UUD 1945 ?
4. Tujuan adanya UUD 1945 di MI/ SD ?
C. Tujuan
1. Agar siswa dapat mengetahui kapan lahirnya UUD 1945
2. Agar siswa mengetahui periodesiasi dalam UUD 1945
3. Agar siswa mengetahui kedudukan serta tujuan UUD
1945 dibentuk
4. Agar siswa mengetahui tujuan adanya UUD 1945 di
MI/SD
1
BAB III
PEMBAHASAN
2
menyatakan cita-cita bangsa dan merupakan dasar
organisasi kenegaraan suatu bangsa.1 Sedangkan
menurut Sir Jhon Laws, konstitusi adalah sebuah bagian
dari aturan hukum yang mengatur mengenai hubungan
dalam sebuah Negara antara yang mengatur dan yang
diatur. Sedangkan menurut Bogdanor V. Finer dan B.
Rudder, Konstitusi adalah aturan norma-norma yang
mengatur Alokasi kekuasaan, fungsi, dan tugas dari
berbagai lembaga dan petugas pemerintahan serta
mengatur mengenai hubungan antara lembaga dan
petugas tersebut dengan masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa Undang-udang dasar suatu
Negara ialah hanya sebagian dari hukum dasar Negara
itu, undang-undang dasar ialah hukum dasar yang
tertulis, sedangkan disampingnya UUD itu berlaku juga
hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan
dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik
penyelenggaraan Negara, meskipun tidak tertulis.2
1
A. Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan Pancasila,
Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada Media Group,
2012), hlm. 94
2
Feri Amsari, Perubahan UUD 1945, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2013),
hlm.14-15
3
seluruh rakyat sebagai landasan Hukum bagi pelaksanaan
kenegaraan di Indonesia.3
Undang-undang Dasar 1945 dirancang sejak 29 Mei
1945 sampai 16 Juli 1945 oleh badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau
dalam bahasa Jepang dikenal dengan Dokuritsu Zyunbi
Tyoosakai yang beranggotakan 62 orang, diketahui Mr.
Radjiman Widyodiningrat. Tugas pokok badan ini ialah
menyusun rancangan UUD. Namun dalam praktik
persidangan nya berjalan berkepanjangan, khususnya pada
saat membhas masalah dasar Negara.
Di akhir siding I, BPUPKI berhasil membentuk panitia
kecil yang disebut dengan panitia Sembilan. Panitia ini
pada 22 Juni 1945 berhasil mencapai kompromi untuk
menyetujui sebuah naskah mukadimah UUD. Hasil panitia
9 ini kemudian diterima dalam sidang II BPUPKI tanggal 11
Juli 1945. Setelah itu Soekarno membentuk panitia kecil
pada tanggal 16 Juli 1945 yang diketuai Oleh Soepomo
dengan tugas meyusun rancangan UUD dan membentuk
panitia untuk mempersiapkan Kemerdekaan, yaitu panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Keanggotaan PPKI berjumlah 21 orang dengan ketua
Ir. Soekarno dan Moh. Hatta sebagai Wakilnya. Para
anggota PPKI antara lain Mr. Radjiman Wedyodiningrat, Ki
Bagus Hadikoesoemo, Otto Iskandardinata, Pangeran
Purbowo, Pangeran Soerjohamidjojo, Soetarjo
Kartohamidjojo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs.
Yap Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir ( Sumatera), Mr.
AbdulAbbas (Sumatera), Dr. Ratu Langi, Andi Pangerang
3
Manulana Arafat, Pembelajaran PPKN di MI/SD, (Bandung: Manggu Makmur Tanjung Lestari,
2019), hlm. 71
4
( keduanya dari Sulawesi), Mr. Latuharhari, Mr. Pudja (Bali),
AH. Hamidan ( Kalimantan), R. P. Soeroso, Abdul Wachid
Hasyim, dan Mr. Mohammad Hassan (sumatera).
UUD 1945 sering disebut dengan “UUD Proklamasi”.
Dikatakan demikiankarena kemunculannya bersamaan
dengan lahirnya Negara Indonesia melalui Proklamasi
Kemerdekaan RI, 17Agustus 1945. Fakta sejarah
menunjukkan bahwa pergulatan pemikiran, khususnya
pengaturan HAM dalam konstitusi begitu intens terjadi
dalam persidangan BPUPKI dan PPKI.
Satu hal menarik bahwa meskipun UUD 1945 adalah
hokum dasar tertulis yang didalamnya memuat hak-hak
dasar manusia Indonesia serta kewajiban-kewajiban yang
bersifat dasar pula, namun istilah perkataan HAM itu
sendiri sebenarnya tidak dijumpai dalam UUD 1945, baik
dalam pembukaan, batang tubuh, maupun penjelasannya.
Yang ditemukan bukanlah HAM tetapi hanyalah hak dan
kewajiban warga Negara(HAW).
5
1. Periode 1945 – 1959 demokrasi dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik dibawah sistem
parlementer. Pada periode ini sempat berlaku 3
konstitusi atau UUD, yakni UUD 1945(1945 – 1949),
Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950. Dari ukuran-
ukuran umum tentang bekerja demokrasi (misalnya
diukur dari peran parlemen, kebebasan pers, peran
parpol dan netralitas pemerintah pada periode ini)
demokrasi tumbuh subur meski berlaku tiga UUD
yang berbeda.
2. Periode 1959 – 1966 demokrasi dapat dikatakan mati
sebab dengan demokrasi terpimpin pemerintah
tampil secara sangat otoriter yang ditandai dengan
pembuatan pempres dibidang hukum, pembubaran
lembaga perwakilan rakyat, pembredelan pers secara
besar-besaran, penangkapan tokoh-tokoh politik
tanpa prosedur hukum, dan sebagainya. Pada periode
ini berlaku UUD 1945 berdasarkan Dekrit Presiden 5
Juli 1959 yang dituangkan didalam Kepres No. 150
dan ditempatkan di dalam Lembaran Negara No. 75
Tahun 1959.
3. Periode 1966 – 1998 demokrasi juga tidak dapat
hidup dengan wajar karena yang dikembangkan
adalah demokrasi prosedural semata-mata, yakni
demokrasi yang dibatasi dan diatur dengan UU, tetapi
isi UU itu melanggar substansi demokrasi. Akibatnya
tidak ada control yang kuat terhadap pemerintah,
pemeran utama politik nasional adalah militer dengan
sutradara utamanya Presiden Soeharto, dan KKN
6
merajalela sampai menjerumuskan Indonesia
kedalam krisis multidimensi yang sulit diatasi. 4
4
Moh. Mahmud MD, Konstitusi Dan Hukum Dalam Kontroversi Isu, (Jakarta: Rajawali
Pers,2012),hlm.139-140
7
1. Pada masa Orde Baru kekuasan tertinggi ditangan
MPR dan bukan terletak pada rakyat,
2. Kekuasan yang sangat besar pada Presiden,
3. Adanya pasal-pasal yang terlalu luas (dapat
menimbulkan multitafsir ).
8
1. Untuk mengembalikan UUD 1945 berderajat tinggi
dan menjiwai konstitusionalisme serta negara
berdasarkan atas hukum dan keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia.
2. Menyempurnakan UUD 1945.
3. Menciptakan era baru dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang lebih
baik dalam arti demoratis, lebih berkeadilan sosial
dan lebih berkemanusiaan sesuai dengan komitmen
bangsa Indonesia.5
9
tetapi UUD tersebut tak pernah dimasukkan di dalam
LN. UUD 1945 baru dimasukkan di dalam BERITA
Negara (BN) pada 15 Februari 1946, yakni dengan
menempatkannya di dalam BN No. 7 Tahun II, 1946.
Konstitusi Negara Republik Indonesia Serikat (KRIS)
1949 yang tetap mempertahankan Soekarno-Hatta
sebagai Presiden dan Wapres juga berlaku tanpa
pernah dimasukkan di dalam LN tetapi toh keabsahan
mereka secara konstitusional tak pernah
dipersoalkan.
2. Ketentuan Yuridis
Secara yuridis tak ada satu pun peraturan
perundang-undangan yang mengharuskan
dimasukkannya UUD di dalam LN. Peraturan No. 1
Tahun 1945 yang dikeluarkan 16 Oktober 1945 hanya
menyebut UU dan Perpres yang dimasukkan di dalam
Berita Negara (BN). Dengan demikian, penempatan
UUD 1945 di dalam BN itu pun bukan kewajiban
hukum, bukan pemberlakuan (promulgation),
melainkan kreasi pemerintah untuk sekadar publikasi
(publication).
3. Landasan Filsofis
Dari sudut filosofis pun tak ada logika untuk
mengharuskan UUD ditempatkan di dalam LN.
Perintah penempatan di dalam LN ini adalah tradisi
hukum Eropa Kontinental yang berpatokan pada
legisme. Di dalam pandangan ini peraturan
perundang-undangan yang bersifat “normatif”, yakni
10
yang memuat perintah dan larangan yang disertai
ancaman “sanksi hukum” harus ditempatkan di dalam
LN sesuai dengan asas “fictie”. Asas ini
mengasumsikan, setiap orang dianggap tahu hukum
dan diancam sanksi hukum jika sebuah peraturan
sudah ditempatkan di dalam LN.
Karena masih merupakan hukum dasar dan
himpunan asas-asas maka UUD tak perlu dimasukkan
di dalam LN sebab ia belum diturunkan dalam bentuk
norma yang disertai ancaman sanksi hukum.
Pelanggaran atas konstitusi hanya dapat dihukum
dengan sanksi politik, sedangkan pelanggaran atas isi
konstitusi hanya dapat dihukum jika isi konstitusi itu
sudah diturunkan ke dalam bentuk norma yang
disertai ancaman sanksi hukum.
4. Belum Sempurna
Perbandingan UUD 1945 sebelum dan sesudah
amandemen diatas menegaskan pandangan atau
penilaian penulis bahwa UUD 1945 hasil amandemen
sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan UUD 1945
yang asli, baik dalam konsep dasarnya maupun dalam
kenyataan praktisnya. Krisis-krisis yang sekarang
muncul, apalagi berbagai bencana yang muncul
secara beruntun, tidaklah ada kaitannya dengan
perubahan konstitusi. Ini perlu ditegaskan karena
masih sering kita mendengar pernyataan-pernyataan
yang manipulatif bahwa bangsa ini dilanda krisis dan
berbagai bencana karana kita mengkhianati para
pendiri negara dengan mengamandemen UUD 1945.
11
5. Masalah Pilihan Politik
Apa pun wujudnya, yang disepakati dan ditetapkan
sebagai konstitusi oleh lembaga yang berwenang
itulah yang berlaku mengikat tanpa dikait-kaitkan
dengan teori atau pembanding di negara lain. Namun,
pernyataan ini tak dapat diartikan bahwa kita tak
boleh mengikuti teori atau konstitusi yang berlaku di
negara lain. Prinsipnya, boleh ikut dan boleh juga
tidak.6
12
kebangsaan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD
1945. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu
ditanamkan kepada siswa MI/SD ataupun seluruh
komponen bangsa Indonesia, khusunya generasi muda
sebaagai generasi penerus.
Kehidupan yang demokratis di dalam kehidupan
sehari-hari di limngkungan sekolah, masyarakat,
pemerintahan, dan organisasi-organisasi non-
pemerintahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi dan
diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip
demokrasi. Selain itu, perlu pula ditanamkan kesadaran
bela Negara, penghargaan terhadap hak asasi manusia,
kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup,
tanggung jawab social, ketaatan pada hukum, ketaatan
membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi,
kolusi, dan nepotisme. Sehingga menjadikan siwa yang
cermat, terampil dan berkarakter sesuai dengan Pancasila
dan UUD 1945.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
dalam bahasa Jepang dikenal dengan Dokuritsu Zyunbi
Tyoosakai yang beranggotakan 62 orang, diketahui Mr.
Radjiman Widyodiningrat.
UUD 1945 memiliki kedudukan yang tetap dan melekat
bagi negara Republik Indonesia. Oleh sebab itu,
pembukaan UUD 1945 tidak dapat diubah oleh siapapun,
termasuk DPR dan MPR sesuai dengan sifat konstitutifnya
pasal 3 dan pasal 37 UUD 1945. Mengubah UUD 1945
berarti meniadakan negara Republik Indonesia. Hal ini
disebabkan pembukaan UUD 1945 merupakan:
1. Sumber dari motivasi dan inspirasi perjuangan dan
tekad bangsa Indonesia.
2. Sumber dari cita-cita hukum dan cita-cita moral yang
ingin ditegakkan dalam lingkungan Internasional dan
Nasional.
Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendalam dan
komitmen yang kuat serta konsisten terhadap prinsip dan
semangat kebangsaan dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pada
Pancasila dan UUD 1945. Konstitusi Negara Republik
Indonesia perlu ditanamkan kepada siswa MI/SD ataupun
seluruh komponen bangsa Indonesia, khusunya generasi
muda sebaagai generasi penerus.
B. Saran
Di dalam makalah yang kami buat kami
membutuhkan saran, kritik, serta tanggapan, atau pun
masukan, sebagai perbaikan dalam makalah kami ini.
Saran yang diutarakan sangatlah penting bagi kami untuk
lebih teliti dan sebagai masukan kepada kami.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
El-Muhtaj, 2005. Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia.
Jakarta: Kencana.
PETA KONSEP
MATERI PENGEMBANGAN