Anda di halaman 1dari 9

KARAKTERISTIK SIFAT FISIKOKIMIA TEPUNG BENGKUANG (Pachyrhizus

erosus) DIMODIFIKASI SECARA ASETILASI DENGAN VARIASI KONSENTRASI


ASAM ASETAT SELAMA PERENDAMAN

PHYSICOCHEMICAL PROPERTIES OF YAM FLOUR CHARACTERISTICS (Pachyrhizus


erosus) MODIFIED BY ACETYLATION WITH ACETIC ACID CONCENTRATION
VARIATIONS DURING SOAKING

Novita Sari Dewi 1), Ir. Nur Her Riyadi Parnanto, MS1), Achmad Ridwan A., S.TP., M.Sc 1)
1)
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
email: novitasaridewi5@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the effect of variations concentration of acetic acid (0.10%,
0.15%, 0.20%, 0.25%) during the soaking of the physical properties (whiteness), chemical properties (moisture
content) and physicochemical ((absorption, solubility (sollubility), swelling power, and amilografi) yam flour
modified compared to control. Research method used Completely Randomized Design (CRD) with one factor
that variations concentration of acetic acid. Data obtained were analyzed using Analysis Of Variance (ANOVA)
at significance level of 5% and followed by Duncan Multiple Range Test (DMRT) at 5% significance level.
Physical properties (whiteness) flour modification showed the higher concentrations of acetic acid the more
value of the degree of white yam flour.Chemical properties (moisture content) in the modified starch showed the
higher concentrations of acetic acid the higher moisture content. The physicochemical properties of modified
starch showed the higher concentrations of acetic acid, the more value of water absorption, swelling power,
solubility and initial gelatinization temperature. But setback viscosity decreased.
Keywords: Acetilasy, Yam Bean, Yam Bean Flour
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi asam asetat (0,10%;
0,15%; 0,20%; 0,25%) selama perendaman terhadap sifat fisik (derajat putih), sifat kimia (kadar air) dan
fisikokimia ((daya serap, kelarutan (sollubility), swelling power, dan sifat amilografi) tepung bengkuang
termodifikasi dibandingkan dengan kontrol. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan satu faktor yaitu variasi konsentrasi asam asetat. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan Analysis Of Variance (ANOVA) dengan tingkat signifikasi 5%.Apabila terdapat beda nyata yang
signifikan antar perlakuan dilakukan uji dengan Duncan Multiple Range Test(DMRT) dengan tingkat signifikasi
5%. Hasil uji sifat fisik (derajat putih) tepung modifikasi menunjukkan semakin tinggi konsentrasi asam asetat,
maka nilai derajat putih tepung bengkuang semakin meningkat. Sifat kimia (kadar air) pada tepung modifikasi
menunjukkan semakin tinggi konsentrasi asam asetat maka nilai kadar air semakin meningkat. Sifat fisikokimia
tepung modifikasi menunjukkan semakin tinggi konsentrasi asam asetat maka nilai daya serap air, swelling
power, kelarutan dan suhu awal gelatinisasi semakin meningkat. Namun viscositas balik semakin menurun.
Kata Kunci :Bengkuang, Tepung bengkuang, Asetilasi

PENDAHULUAN jalar, talas, suweg, ganyong, gadung, gembili,


jagung, garut dan bengkuang.
Diversifikasi pangan sangat penting Komoditas tersebut, khususnya
untuk dikembangkan atau ditingkatkan di bengkuang yang dapat digunakan sebagai
Indonesia, mengingat bahwa potensi sumber alternatif dalam pengembangan diversifikasi
daya alamnya yang melimpah, yaitu pangan di Indonesia. Namun sampai saat ini
tersedianya berbagai bahan pangan yang pemenuhan kebutuhan keseharian manusia
memiliki nilai gizi yang dapat memenuhi tidak terlepas daripenggunaan tepung terigu
kebutuhan gizi masyarakat Indonesia. (salah satu sumber karbohidrat) yang berasal
Indonesia merupakan negara yang memiliki darigandum sebagai bahan utama makanan
ketersediaan komoditas pangan yang tambahan. Hal inilah yang menyebabkan
melimpah yang dapat digunakan sebagai ketergantungan masyarakat Indonesia dalam
bahan baku tepung, seperti ubi kayu, ubi mengkonsumsi tepung terigu sebagai bahan
pangan sehari-hari cukup tinggi. Meskipun

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Agustus 2012 104


ketersediaan komoditas pangan sangat METODE PENELITIAN
banyak dan melimpah ternyata belum dapat
dimanfaatkan secara optimal. Salah satunya Bahan dan Alat
adalah pemanfaatan umbi bengkoang Bahan yang diteliti adalah umbi
(Pachyrhizus erosus) yang diolah menjadi bengkoang yang didapat dari pasar lokal
tepung. Surakarta. Selain itu juga digunakan bahan
Bengkuang (Pachyrhizus erosus) untuk analisa fisikokimia. Bahan yang
merupakan umbi tanaman atau umbi akar digunakan untuk analisa fisikokimia adalah
dankadang-kadang disebut juga ”buah tepung yang telah dimodifikasi dengan asam.
bengkuang”. Umbi bengkuang ini dapat Alat yang digunakan dalam
langsung dikonsumsisegar sebagai bahan modifikasi pembuatan tepung bengkuang
kelengkapan rujak tanpa melalui proses adalah Slicer, cabiner dryer, blender, ayakan
pengolahan. Meskipun keberadaannya sangat 80 mesh, pipet, propipet, erlenmeyer, kertas
melimpah, pemanfaatan bengkuang di saring, labu takar, water bath dan corong,
kalangan masyarakat masih sangat sederhana krus, oven, desikator, penjepit cawan dan
yang penyajiannya masih dalam bentuk buah neraca analitik, kertas saring, corong,
utuh.Umbi bengkuang segar termasuk umbi erlenmeyer, timbangan analitik, gelas ukur,
yang mudah rusak ditandai dengankandungan Chromameter Minolta, pipet, waterbath,
air yang cukup tinggi (85,1 g). Oleh karena sentrifuse dan timbangan analitik, kertas
itu diperlukan upaya untuk mengawetkan saring, oven, timbangan analitik dan
bengkuang dalam bentuk tepung yang desikator, Rapid Visco Analyzer.
memiliki keunggulan dapat disimpan lebih
lama, praktis dan volumenya lebih kecil. Tahapan Penelitian
Namun sampai saat ini tepung Tahapan penelitian terdiri dari
bengkuang yang belum dimodifikasi pembuatan tepung bengkuang dan tepung
memiliki banyak kekurangan. Zahda dan bengkuang yang dimodifikasi, kemudian diuji
Raharjo (2013) menyatakan pati alami yang sifat fisikokimia. Proses pembuatan tepung
terdapat pada tepung memiliki beberapa bengkuang dan tepung bengkuang yang
kekurangan pada karakteristiknya diantaranya dimodifikasi terdiri dari persiapan bahan,
pasta yang terbentuk keras serta tidak tahan perendaman dengan asam, pengeriingan dan
terhadap perlakuan panas dan asam. Dewasa penggilingan. Proses ini diuraikan pada
ini banyak metode yang digunakan untuk paragraf sebagai berikut.
memodifikasi tepung, sehingga memiliki
karaktersitik yang lebih baik dibandingkan Persiapan Tepung Bengkuang
dengan tepung yang tidak termodifikasi.Pada Bengkuang yang didapatkan dari pasar lokal
prinsipnya metode modifikasi tepung yang Surakarta, dibersihkan dari kotorannya
dilakukan yaitu dengan cara memodifikasi dengan cara dikupas dan dibelah kemudian
kandungan pati yang terkandung dalam dicuci sampai bersih. Setelah bengkuang
tepung. Modifikasi secara kimia dilakukan bersih, kemudian dilakukan pengecilan
dengan penambahan asam asetat yang ukuran dengan menggunakan slicer dengan
bertujuan untuk menggantikan gugus ketebalan ± 1 menit dan ditiriskan. Setelah
hidroksil (OH−) pati dengan gugus asetil dari penirisan bengkuang yang telah dikecilkan
asam asetat. Dengan adanya distribusi gugus ukurannya di blanching selama 1 menit
asetil yang menggantikan gugus OH− maka kemudian dimasukkan ke dalam oven pada
akan mengurangi kekuatan hidrogen di antara suhu 600C selama 16 jam. Kemudian setelah
pati dan menyebabkan granula pati menjadi pengeringan bengkuang dikecilkan
lebih mengembang (banyak menahan air), ukurannya dengan cara digiling dan
mudah larut dalam air (Teja dkk, 2008) kemudian diayak dengan menggunakan
ayakan 80 mesh.

105 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VII, No. 2, Agustus 2014
Pembuatan modifikasi tepung bengkuang tepung bengkuang termodifikasi dilakukan
dengan menggunakan Chromameter.
Tepung bengkuang yang telah diayak
Adanya perlakuan perendaman
kemudian direndam dalam larutan asam
menggunakan asam asetat dengan tingkat
asetat (0,10; 0,15; 0,20 dan 0,25% v/v)
konsentrasi yang berbeda-beda memiliki
selama 90 menit. Kemudian dikeringkan
perbedaan yang signifikan dibandingkan
dalam oven pada suhu 600C selama 12 jam
dengan kontrol atau tanpa perendaman asam
dan digiling. Proses modifikasi tepung
asetat. Dari hasil analisis derajat putih yang
bengkuang dapat dilihat pada Gambar 1.
dapat dilihat pada Tabel 1 menunjukan
Tepung
bahwa penambahan asam asetat berpengaruh
Bengkuang nyata terhadap nilai derajat putih tepung
bengkuang. Nilai derajat putih berturut-turut
Direndam dalam larutan asam asetat (0,10; 0,15; adalah 75,837%; 76,643%; 77,228%;
0,20 dan 0,25% (v/v) selama 90 menit pada suhu 77,473%; 78,450%. Perendaman dengan
450C menggunakan asam asetat ternyata dapat
mempengaruhi nilai derajat putih tepung
Dikeringkan dalam cabinet dryer 60 0C bengkuang termodifikasi ini dikarenakan
selama 12 jam asam asetat dapat menghambat reaksi
pencoklatan enzimatis yang disebabkan oleh
Digiling dan diayak 80 mesh
enzim fenolase yang terdapat pada umbi,
terutama umbi bengkuang. Asam asetat dapat
mencegah reaksi antara gula pereduksi
Tepung bengkuang dengan asam amino. Gugus gula pereduksi
termodifikasi asam tidak mempunyai kesempatan untuk bereaksi
dengan asam amino.Hal ini sesuai dengan
Analisis Fisikokimia
pendapat Menurut Winarno, F.G (1883)
dalam Fajriyatul (2013) menyatakan bahwa
adanya perendaman dengan asam asetat dapat
Analisis Fisikokimia
menghambat reaksi pencoklatan enzimatis
Analisi fisikokimia terdiri dari Swelling yang disebabkan oleh enzim fenolase yang
powerdengan metode Sentrifugasi (Artiani terkandung dalam buah sukun.
dan Yohanita, 2010), Solubilitydengan
Karakteristik Kimia Tepung Bengkuang
metode Gravimetri (Fardiaz dkk, 1992), Daya
Termodifikasi
Serap Air dengan metode Pengujian
sederhana (Fardiaz dkk, 1992), Derajat Putih Kadar air
dengan metode Chromameter(Agarisma, Kandungan air dalam bahan makanan
2008 dalam Gilang , 2013), Amilograf ikut menentukandan daya tahan bahan
dengan metode Rapid Visco Analyzer itu.Menurut Fardiaz (1989), batas kadar air
(Brookfield, 2005), Kadar Air dengan metode mikroba tidak dapat tumbuh ialah 14-
Thermogravimetri (SNI-3751:2009). 15%.Kadar air tepung dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu perlakuanyang dialami
HASIL DAN PEMBAHASAN serta lama dan kondisi penyimpanan
produk.Hasil penelitian ini menunjukkan
Karakteristik Fisik Tepung Bengkuang bahwa variasi konsentrasi asam asetat
Termodifikasi berpengaruh nyata terhadap kadar air tepung
Derajat Putih bengkuang termodifikasi.Perlakuan
perendaman dengan asam asetat memiliki
Warna merupakan atribut yang
nilai kadar air yang lebih tinggi daripada
penting pada industri makanan.Warna
kontrol atau tanpa perendaman. Tepung
merupakan karakteristik utama dari sebuah
bengkuang tanpa perendaman memiliki nilai
produk. Pengukuran warna sampel pada
kadar air sebesar 10,609% sedangkan untuk
konsentrasi asam asetat

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Agustus 2012 106


0,10%;0,15%;0,20%;0,25% berturut-turut rantai yang lebih pendek (Wawan, 2006).
adalah 11,106%, 11.,798%, 12,294%, dan Setelah pati terhidrolisis maka pati akan lebih
12,712%. mudah mengalami depolimerisasi.
Kadar air tertinggi terdapat pada Depolimerisasi ditandai dengan adanya
konsentrasi asam asetat 0,25%, sedangkan putusnya ikatan rantai utama sehingga
kadar air terendah terdapat pada konsentrasi menyebabkan pemendekan panjang rantai
asam asetat 0,10%. Tingginya kadar air pada dan penurunan bobot molekul. Dengan
tepung modifikasi ini diduga pada saat proses adanya penurunan bobot molekul pati
perendaman atau pada saat proses asetilasi tersebut, secara tidak langsung maka ukuran
terjadi penyerapan air oleh granula tepung molekul pati menjadi lebih kecil. Kecilnya
bengkuang. Granula-granula pati akan ukuran molekul pati memudahkan air untuk
mengembang karena menyerap air dengan masuk ke dalam molekul pati sehingga daya
adanya pemanasan, sehingga semakin banyak serap air meningkat.
gugus OH- pati yang tersubstitusi oleh gugs
asetil (Anjar, 2013). Adanya asam akan Swelling power
menghidrolisis rantai pati, akibatnya rantai Daya kembang pati atau swelling power
pati tereduksi sehingga rantai pati cenderung didefinisikan sebagai pertambahan volume
lebih pendek dan mudah menyerap air (Hee- dan berat maksimum yang dialami pati dalam
Joung An, 2005 dalam Pudjihastuti 2010). air (Balagopalan, 1988). Data dari tabel
Hal ini sesuai dengan penelitian Mutmaniah menunjukkan bahwa swelling power tertinggi
(2013) yang menyatakan bahwa semakin terdapat pada perlakuan konsentrasi asam
tinggi konsentrasi asam asetat yang asetat 0,25% yaitu 9,518 sedangkan swelling
digunakan maka semakin tinggi pula kadar power terkecil terdapat pada perlakuan
air yang dihasilkan. konsentrasi asam asetat 0,10% yaitu 6,408.
Hal ini telah sesuai dengan penelitian Anjar
Karakteristik Fisikokimia Tepung
(2013) yang menyatakan bahwa perlakuan
Bengkuang Termodifikasi
dengan penambahan asam asetat akan
Daya Serap Air meningkatkan swelling power tepung labu
Daya absorbsi air dari pati umbi- kuning termodifikasi dibandingkan dengan
umbian perlu diketahuikarena jumlah air kontrol. Semakin tinggi konsentrasi asam
yang ditambahkan pada patimempengaruhi asetat maka semakin tinggi juga swelling
sifat dari system pati.Daya serap air tepung power yang terkandung dalam tepung labu
bengkuang termodifikasi dapat dilihat pada kuning termodifikasi.
tabel diatas. Tepung bengkuang tanpa Daya mengembang mengalami
perendaman memiliki daya serap air sebesar kenaikan seiring dengan kenaikan konsentrasi
3,437%. Pada perlakuan konsentrasi asam asetat. Hal ini dikarenakan asam dapat
perendaman 0,10%; 015%; 0,20% dan 0,25% mengakibatkan ikatan hidrogen dalam pati
memiliki nilai daya serap air berturut-turut melemah, sehingga air mudah masuk
3,943%; 3,997%; 4,012%; 4,178%.Tingginya kedalam granula pati. Proses tersebut dapat
daya serap air, diduga adanya penambahan membuat granula pati menjadi lebih besar
asam dan dilakukan proses pemanasan. dan mengembang, ini dikarenakan granula
Asam akan merusak danmemutus ikatan patiakan menyerap air sehingga
polimer terutama bagianamorf terlebih lamakelamaan patitersebut menjadi
dahulu dan reaksi akan lebihcepat pada suhu mengembang (swelling powernyameningkat).
tinggi Murphy (2000) didalam Phillips dan Kelarutan
William (2000).
Kelarutan merupakan suatu
Dengan penambahan asam maka
kemampuan bahan untuk larut dalam
gugus asetil pada asam akan menyerang
air.Karakteristik kelarutan dalam
gugus OH- pada pati sehingga mengakibatkan
airmenunjukkan jumlah tepung (gram)
pati terhidrolisis. Ketika pati terhidrolisis,
yangdapat larut pada per mililiter pelarut (air)
makromolekulnya akan terdegradasi menjadi
(Hidayat, 2009).Dari hasil analisis kelarutan
molekul-molekul yang lebih kecil dengan

107 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VII, No. 2, Agustus 2014
Tabel 1 Karakteristik Fisik Tepung Bengkuang Termodifikasi
Konsentrasi Derajat Kadar Daya Swelling Kelarutan Suhu Viscositas
Asam Putih Air Serap Power (%) Gelatini Balik(Cp)
Asetat (%) (%wb) Air(g/g) (g/g) sasi(C0)
Kontrol 75,837a 10,609a 3,437a 5,966a 11,757a 70,0 815,0
0.10% 76,643b 11,106b 3,943b 6,408b 21,386b 76,8 590,0
0.15% 77,228c 11,798c 3,997bc 7,626c 31,311c 73,7 470,0
0.20% 77,473c 12,294d 4,012bc 8,405d 33,338d 74,4 460,0
0.25% 78,450d 12,712e 4,178c 9,518e 34.020d 69,6 685,0
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan adanya beda nyata
pada taraf sig α = 0,05

dapat diketahui bahwa variasi konsentrasi penambahan asam memiliki suhu


asam asetat dapat meningkatkan nilai gelatinisasi yang lebih tinggi daripada
kelarutan tepung bengkuang. Kelarutan kontrol atau tanpa penambahan asam. Hal
tertinggi terdapat pada konsentrasi asam ini diduga karena asam dapat
asetat 0,25% yaitu 34,020% dan kelarutan menghidrolisis pati sehingga
terendah yaitu pada konsentrasi asam asetat mengakibatkan molekul-molekul pati
0,10% yaitu sebesar 21,386%. menjadi berukuran lebih kecil. Sehingga
Peningkatan kelarutan tepung diduga memiliki suhu gelatinisasi yang lebih
karena tepung telah terhidrolisa oleh asam tinggi dibandingkan dengan kontrol.
asetat sehingga mengakibatkan ukuran Suhu gelatinisasi tiap-tiap pati
molekul pati yang lebih kecil, dengan ukuran berbeda dan merupakan suatu kisaran.Hal
molekul yang lebih kecil tersebut maka ini disebabkan karena populasi granula
mudah untuk larut dalam air, semakin yang bervariasi dalam ukuran,bentuk, dan
rendahpanjang polimer rantai pati maka energi yang diperlukan untuk
semakintinggi kelarutannya. Molekul amilosa mengembang (Angelia, 2008).Pada saat
mudah terpecah dibandingkan dengan granula pati yang terdapat di dalam
molekul amilopektin sehingga saat hidrolisa tepung mulai pecah, maka akan diperoleh
asam berlangsung akan menurunkan gugus suhu gelatinisasi pati dalam tepung umbi
amilosa. Dengan semakin mudahnya airyang bengkuang. Semakin rendah suhu
masuk maka kecenderungan gelatinisasi, waktu gelatinisasi juga
untukmembentuk ikatan hidrogen antara pati semakin pendek.
denganmolekul air lebih besar.Ikatan b. Viscositas Balik
hidrogen inilahyang menahan air untuk Viskositas atau kekentalan adalah satu
keluar dari granula patisehingga pati tersebut parameter penting yang berpengaruh pada
dapat larut. kualitas dari sejumlah besar produk
pangan. Viskositas menunjukkan daya
Sifat Amilograf
tahan aliran pada suatu aliran cairan.
a. Suhu Gelatinisasi Untuk itu dibutuhkan energi guna
Suhu gelatinisasi menunjukkan suhu merusak struktur molekul yang terikat
awal meningkatnya viskositas pati saat kuat antara bahan padatan dengan
dipanaskan atau awal terjadinya cairannya (Harrington, 1984 dalam
gelatiniasi. Dari Tabel 1 dapat dilihat Alsuhendra, 2009). Secara keseluruhan
bahwa secara keseluruhan bahwa viscositas balik, dimana tepung tanpa
penambahan asam memberikan pengaruh perlakuan perendaman menggunakan
terhadap suhu gelatinisasi. Tepung asam asetat memiliki viscositas balik
bengkuang tanpa perendaman (kontrol) lebih tinggi dibandingkan dengan tepung
mempunyai suhu gelatinisasi sebesar dengan perendaman asam asetat.
700C. Dari keseluruhan suhu gelatinisasi Perlakuan modifikasi asam pada
yang didapat bahwa tepung dengan tepung umbi bengkuang ternyata dapat

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Agustus 2012 108


(a) (b)

(c) (d)

(e)
Gambar 2. Kurva Amilograf

menurunkan viskositas pada saat granula kekuatan mengikat air dan dapat
pati pecah. Penurunan tersebut sangat menyebabkan penurunan viskositas.
nyata terjadi. Menurut Windrati et al. Viskositas balik yang rendah menunjukkan
(2000) dalam Alsuhendra (2009), asam bahwa pasta tepung mempunyai stabilitas
dapat menyebabkan terjadinya hidrolisis melawan retrogradasi (Daramola dan
rantai pati, sehingga gel yang terbentuk Osanyinlusi, 2005).
tidak kuat. Sejumlah pati yang
dimodifikasi asam diduga telah c. Kurva Amilografi
terhidrolisis.Hal in juga disampaikan oleh Berdasarkan grafik amilograf maka
(Lawal dkk., 2004) bahwa gugus asetat masing-masing perlakuan dengan
yang teresterifikasi menggantikan gugus penambahan asam asetat dapat masuk ke
hidroksil membatasi pembentukan dalam tipe kurva amilograf. Menurut

109 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VII, No. 2, Agustus 2014
Chen (2003), terdapat empat jenis kurva Jurusan IKK FT UNJ Kampus UNJ
amilogram yaitu tipe A, B, C dan D.Dari Rawamangun
keempat tipe kurva amilograf diatas maka Argasasmita, T.U. 2008. Karakteristisasi
untuk tepung bengkuang baik dengan Sifat Fisikokimia dan Indeks Glikemik
penambahan asam maupun tidak Varietas Beras Beramilosa Rendah dan
tergolong dalam tipe C. Hal ini Tinggi.Skripsi Fakultas Teknologi
dikarenakan nilai viscositas puncak tidak Pertanian Bogor. Bogor.
terdeteksi baik ditambah dengan asam
maupun tidak. Selain dilihat dari profil Balagopalan, C., Padmaja, G., Nanda, S.K.,
viscositasnya penggolongan tipe dan Moorthy, S.N. 1988.Cassava
amilograf juga bisa dilihat dari kurva inFood, Feed, and Industry.CRC Press,
amilografnya, jika kurva amilografnya Baco Raton, Florida.
cenderung menunjukkan peningkatan Brookfield. 2005. Operating Instruction
maka bisa digolongkan masuk ke dalam Manual. No m/03 165 A0404 Brookfield
tipe C, namun jika kurva cenderung datar DV-II Pro Progammable Viscometer
maka tergolong tipe D.
Chen, Z. 2003. Physicochemical Properties of
KESIMPULAN Sweet Potato Starches and
TheirAplication in Noodle Product.Ph.D
1. Semakin tinggi konsentrasi asam asetat Thesis. Wageningen University,
maka semakin tinggi nilai fisik yaitu TheNetherlands.
derajat putih (75,837%-78,450%) begitu Fajriyatul Mutmainah. 2013. Kajian
pula sebaliknya jika semakin rendah Karakteristik Fisikokimia Tepung Sukun
konsentrasi asam asetat maka nilai derajat (Artocarpus Communis) Termodifikasi
putih semakin rendah. Dengan Variasi Lama Perendaman Dan
2. Peningkatan konsentrasi asam asetat Konsentrasi Asam Asetat. Jurnal
memberikan pengaruh terhadap kenaikan Teknosains Pangan Vol 2 No 4
nilaiswelling power(5,966%-9,518%),
kelarutan (11,757%-34,020%), daya serap Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan I. IPB
air (3,437%-4,178%) , kadar air Press. Bogor.
(10,609%-12,72%), dan suhu gelatinisasi Hee-Young An. 2005. Effects of Ozonation
(69,6-76,80C). and Addition of Amino Acid on
3. Semakin tinggi ingginya konsentrasi Properties of Rice Starches. A
asam asetat akan menurunkan nilai Dissertation Submitted to the Graduate
viscositas baliknya (815,0-460,0Cp). Faculty of the Lousiana state University
and Agricultural and Mechanical College
DAFTAR PUSTAKA
Herlina, Sari Nasmi dan Yuli, Asmara Panca.
2008. Pengaruh Asam Asetat Terhadap
Aini, Nur; Hariyadi, Purwiyatno. 2010. Sifat
Korosi Di Lingkungan CO2. Jurnal
Sensori Marsmallow Creamyang
Volume 9 No 1, Juni 2008
Menggunakan Pati Jagung Putih
Termodifikasisebagai Pengganti Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna
Gelatin.Seafast Center Ipb Dan Indonesia Jilid Ke-3. Yayasan Sarana
Departemen Ilmu Dan Teknologi Pangan WanaJaya, Jakarta.
IPB. Bandung Hidayat, Beni., Kalsum Nurbani dan
Alsuhendradan Ridawati. 2009. Pengaruh Surfiana. 2009. Karakterisasi Tepung
Modifikasi Secara Pregelatinisasi, Ubi Kayu Modifikasi Yang Diproses
Asam, Dan Enzimatis Terhadap Sifat Menggunakan Metode Pragelatinisasi
Fungsional Tepung Umbi Gembili Parsial (Characterization of Modified
(Dioscorea Esculenta). PS Tata Boga Cassava Flour Processed THROUGH
Partial Pregelatinisation Method).

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Agustus 2012 110


Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Maryadi, Y Supriyanto, Sunartono, Nunu
Pertanian Volume 14, No 2 Noviandi. 2010. Peningkatam
Kemampuan dan Kapasitas Pengguna
Indrasti, F. 2004. Pemanfaatan Tepung Talas
Inovasi Teknologi Pengolahan Pangan
Belitung (Xanthosomasaginifolium)
Berbasis Karbohidrat (94). Pusat
dalam Pembuatan Cookies.Skripsi
Pengkajian Kebijakan Peningkatan
Fakultas TeknologiPertanian, Institut
Daya Saing. http// km.ristek.go.id
Pertanian Bogor. Bogor
Indrasti, F. 2004. Pemanfaatan Tepung Talas Nur Faridah, Didah dkk. 2010. Perubahan
Struktur Pati Garut (Maranta
Belitung (Xanthosoma saginifolium)
arundinaceae) Sebagai Akibat
dalam Pembuatan Cookies. Skripsi
Modifikasi Hidrolisis Asam, Pemotongan
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Titik Percabangan Dan Siklus
Pertanian Bogor. Bogor.
Pemanasan-Pendinginan. J.Teknol dan
Indrastuti, Erning; Harijono; Bambang Industri Pangan, Vol. XXI No.2 Th.2010
Susilo. 2012. Karakteristik Tepung Uwi
Ungu (Dioscorea Alata L.) Yang Perez, L. A, Meraz, F. G., Suarez, F.G.,
Tovar, J., Huicochea, E.F., Saguilan,
Direndam Dan Dikeringan Sebagai
A.A. 2005. Resistant starch-rich
Bahan Edible Paper. Jurnal Teknologi
powders prepared by autoclaving of
Pertanian Vol. 13 No. 3 [Desember
native and lintnerized banana starch:
2012] 169-176
Partial Characterization. Journal of
Karuniawan, Agung; Noladhi, Wicaksana. Starch 57 : 405-412.
2006. Kekerabatan Genetik
PopulasiBengkuang Pachyrhizus Pudjihastuti, Isti dan Siswo Sumardiono.
2011. Pengembangan Proses Inovatif
erosusBerdasarkan Karakter Morfologi
Kombinasi Reaksi Hidrolisis Asam dan
Bunga dan Daun. Bul. Agron. (34) (2)
Reaksi Photokimia UV untuk Produksi
98 – 105 (2006)
Pati Termodifikasi dari Tapioka.
Kearsley, MW, Dziedzic. 1995. Handbook of Prosiding Seminar Nasional Teknik
Starch Hydrolysis Product and Their Kimia Kejuangan ISSN 1693 – 4393: 1 –
Derivatives. Blackie Academic & 6.
Professional, Glasgow.
Safrizal, Refli. 2010. Kadar Air Bahan.
Khomsatin, siti; Sugiyono; Bambang Teknik Pasca Panen. Jurusan Teknik
Haryanto. 2012. Kajian Pengaruh Pertanian, Fakultas Pertanian,
Pengukusan Bertekanan (Steam Universitas Syiah Kuala
Pressure Treatment) Terhadap Sifat
Fisikokiia Tepung Jagung. J. Teknol dan Sarasvati, T. 2008. Rainbow diet: 60 resep
sajian warna-warni lezat & sarat
Industri Pangan , Vol. .XXIII No. 1
khasiat. PT Gramedia Pustaka Utama,
Legowo, Anang Mohammad. 2004. “Analisis Jakarta.
Pangan” (Diklat Kuliah). Semarang:
Universitas Savitri, Emma. 2004. Penentuan
Fakultas Peternakan
KondisiOptimumSintesis Selulosa Asetat
Diponegoro
DariSerat Garut (Marantha
Mahendra, B., Krisnatuti, D., Tobing, A. dan Arundinaceae L) Dengan Metode
Boy, Z. A. 2008.Care your self, Diabetes Response Surface.Jurusan Teknik Kimia,
Melitus. Penebar Plus, Jakarta Universitas Surabaya
Marwan, wawan setiawan. 2006. “Produksi Singh, J. S. L. K. N. 2004. Effect of
Hidrolisat Pati Dan Serat PanganDari Acetylation on Some Properties of Corn
Singkong Melalui Hidrolisis DenganΑ- and Potato Starches. Starch - Stärke vol
Amilase Dan Asam Klorida” (Skripsi). 56: 586-601.
Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor

111 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. VII, No. 2, Agustus 2014
Smith, P.S. 1982.Starch Derivatives and
Their Use in Foods.In : Lineback, D.R.
dan Paschall, G.E. 1982. Food
Carbohydrates. (eds) avi
PublishingCompany. Inc. Westport.
Connecticut
Soekarto, S. T. 1979. Pangan Semi Basah:
Keamanan dan Potensinya dalam
Perbaikan Gizi Masyarakat. Seminar
Teknologi Pangan IV, 15-17 Mei1979.
Suarni dan Patong.1999, dalam Danik. 2009.
Substitusi tepung terigu dengan tepung
kecambah dalam pembuatan cookies.
IPB-Press. Bogor.
Teja, Albert. 2008. Karakteristik Pati Sagu
Dengan MetodeModifikasi
AsetilasiDanCross-Linking.Jurnal
Teknik Kimia Indonesia vol. 7 (3): 836-
843.
Tranggono , 1989. Petunjuk Laboratorium
Biokimia Pangan, Yogyakarta, PAU
Pangan Gizi .UGM.
Triyani, Anjar. 2013.”Kajian Karakteristik
Fisikokimia Tepung LabuKuning
(Cucurbita Moschata) Termodifikasi
Dengan Variasi LamaPerendaman Dan
Konsentrasi Asam Asetat”.(Skripsi).
Surakarta:Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Van Steenis, CGGJ. 2005. Flora. PT Pradnya
Paramita. Jakarta
Winarno, F G. 1983. Enzim Pangan.
Gramedia. Jakarta.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan Dan
Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Yanuwardana. 2013. “Kajian Karakteristik
Fisikokimia Tepung Labu Kuning
(Cucurbita Moschata) Termodifikasi
Dengan Variasi Lama Perendaman Dan
Konsentrasi Asam Laktat”. (Skripsi).
Surakarta. Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. V, No. 2, Agustus 2012 112

Anda mungkin juga menyukai