Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Laporan Kasus Minor Ilmu Penyakit Mulut

Disusun oleh:
Nur Alim
160112190046

Pembimbing:
drg. Theodora Adhisty

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2020
JUDUL : How Do Local/Systemic Innate or Adaptive Immune Cells
Alter the Oral Microbiome ? And How Does Immune Compromised Conditions or
Vaccination Influence the Oral Microbiome ?
PEMBICARA : Faul Fidel
PENYUSUN : Nur Alim

Bandung, September 2020


Menyetujui,
Pembimbing,

drg. Theodora Adhisty


RESUME 1

Jumat, 13 September 2019


How Do Local/Systemic Innate or Adaptive Immune Cells Alter the Oral
Microbiome ?
And
How Does Immune Compromised Conditions or Vaccination Influence the Oral
Microbiome ?
Laksman ‘ Sam’ Samaranayake
Profesor Emeritus University of Hong Kong
Oleh : Paul Fidel

Sistem imun manusia telah berevolusi bersama (co-evolved) dengan

kolonisasi mikrobiota dan mikrobioma. Sekitar 10 kali lipat lebih sel mikrobial

termasuk sel eukariotik berada dalam tubuh manusia, dan sel bakteri ini mengandung

100 kali sebagai gen-gen yang seluruhnya menjadi genom manusia. Karenanya

mikrobiota memodulasi sistem imun bawaan atau adaptif, misalnya :

- Respon yang tidak teregulasi dari berbagai mikrobiota yang imunnya

memediasi penyakit seperti penyakit Crohn (Elson, 2006)

- Clostridia tertentu telah dikaitkan dengan peningkatan jumlah regulator cell-

T dalam usus tikus ( Atarashi, 2011)

- Segmented filamentous becteria (SFB) telah dikaitkan dengan pembentukan

T-helper 17 (Th17) dalam usus kecil murine (Ivanov et al 2009)

Mikrobio didalam rongga mulut memiliki hubungan dengan sistem imun

individu. Sel imun bawaan maupun adaptif berperan penting terhadap keadaan

mikrobio rongga mulut. Beberapa contoh diatanranya penyakit periodontal yang

disebabkan oleh dysbiosis mikrobio sangat mungkin dipengatuhi oleh sistem

kekebalan tubuh bawaan dan adaptif. Namun demikian, hubungan antara mikrobio

dan kesehatan oral yang telah menjadi fakta umum harus diteliti lebih lanjut karena

data pasti masih dibutuhkan.


Apabila terdapat kondisi pada rongga mulut individu, maka sistem kekebalan

akan memperlihatkan sebuah reaksi, diantaranya ketika seseorang mengidap kanker

maka akan terjadi inflammation induced carcinogenesis. Selain itu, pasien

hematological maligenesis akan menyebabkan terganggunya fungsi imun.

Seseorang yang sedang dalam kondisi imunodefisiensi dapat memicu disregulasi

sistem imun.

Rongga mulut merupakan gerbang awal masuknya benda asing seperti makanan,

karenanya kavitas oral pun memiliki sistem imun. Sistem imun yang berperan

adalah Imunoglobulin A (IgA). IgA memiliki peran terhadap pembentukan profil

mikrobio (barrier effect). IgA berdasarkan penelitian merupakan antibodi yang

paling banyak ditemukan didalam mukosa mulut. IgA menjadi penghalang untuk

mencegah bakteri berbahaya yang merusak inangnya, dengan ini IgA memodulasi

kolonisasi mikrobio rongga mulut. Sel plasma IgA+ dapat mensekresi inos dan tnf-a

dan bereaksi sebagai sel efektor. Mikrobio dengan defisiensi IgA memiliki

perbedaan yang cukup dominan apabila dibandingkan dengan individu yangs sehat.

Selain IgA, interleukin pun mempengaruhi mikrobiota rongga mulut pada

individu yang terkena diabetes. Penelitian yang dilakukan pada tikus dengan kondisi

diabetes mengungkapkan beberapa pernyataan diantaranya adalah diabetes dapat

memicu tingginya resorpsi tulang periodontal dan kehilangan tulang sehingga

meningkatkan inflamasi periodontal dan IL-17 level. Mikrobio rongga mulut pada

kondisi diabetes menginduksi periodontitis ganas dengan tipe germ-free recipients.

Mekanisme ini dilakukan dengan cara mengeblok IL-17 mereduksi pengaruh

pathogen mikrobio rongga mulut.

Kondisi seseorang yang sedang sakit dapat dilihat dari keadaan ususnya. Banyak

peneliti yang menyatakan bahwa sistem imun dan mikrobio dalam usus memiliki

hubungan kuat. Perbedaan pengaturan atau sistem regulasi dalam regulator sel T dan

efektor sel T merespon langsung spesies mikrobio spesifik didalam usus. Hubungan
simbiosis ini dapat mengakibatkan disbiosis selama stase patologi inflamasi dalam

usus berlangsung.

Individu yang sedang mengalami imunokompromi akan memengaruhi kondisi

mikrobio didalam tubuh terutama pada kasus ini yang berada di kavitas oral.

Contohnya pada penyakit klasik seperti HIV, radioterapi atau sitotoksis menginduki

kekebalan tubuh lokal dan penyakit sjorgen, kondisi mikrobio akan infeksi.

Perubahan ini memicu pertumbuhan secara berlebih dari jamur. Hal ini dapat dilihat

pada pasien HIV yang mengalami trush dan kandidiasis.

Perubahan mikrobio rongga mulut juga mengalami perubahan pada pasien Acute

Lymphoblastic Leukemia (ALL). Kondisi ini menyebabkan sedikitnya jumlah

mikrobio daripada biasanya. Ketidakseimbangan struktur dan pengurangan

keanekaragaman mikrobio rongga mulut memungkinkan adanya infeksi sistemik.

Belum ada penelitian yang menjelaskan apakah penggunaan vaksin dapat

mempengaruhi mikrobio rongga mulut. Vaksin dengan antigen protein I/II, III dan

keseluruhan sel streptococcus mutans menyebabkan immunogenicity. Berbeda

dengan mikoba rongga mulut, mikroba usus berperan sangat krusial terhadap

perkembangan sistem imun. Oleh karena itu, mikrobio usus mungkin akan

mempenagruhi respon individu terhadap vaksin. Sebuah penelitian menunjukan

sebuah kelimpahan tinggi dari pilum actinobacteria dan firmicutes yang berasosiasi

dengan tingginya humoral dan respon dari vaksin selular.


JUDUL : Management of Third Molar Surgery in HIV Positive
Patients
PEMBICARA : Syarufah Nova Amiza, DDS
PENYUSUN : Nur Alim

Bandung, September 2020


Menyetujui,
Pembimbing,

drg. Theodora Adhisty


7

RESUME 2
Sabtu, 14 September 2019

Management of Third Molar Surgery in HIV Positive Patients

Oleh : Syarufah Nova Amiza, DDS

HIV adalah jenis retrovirus yang terdiri dari lapisan studded dengan

glikoprotein. Lapisan ini mengelilingi bantalan protein yang mana mengandung

viral genetic material. Material ini terdiri dari 2 molekul single-stranted RNA dan

sebuah enzim yang berjenis trankriptase. Enzim transkiptase yang terbalik yang

memungkin virus untuk membuat DNA dari template RNA disebut sebagai

retrovirus. HIV merusak secara besar dari sel T4 dengan menggunakan

glikopotein yang didalamnya terdapat envelope untuk merekognasi dan mengikat

molekul reseptor diatas sel T4.

Latar belakang dari penelitian ini adalah pasien HIV merupakan salah satu

orang yang mengalami imunodefisiensi. Pencabutan gigi molar ketiga pada pasien

ini dapat diprediksi dan diduga terdapat komplikasi. Prosedur pembedahan pada

gigi ini dapat menyebabkan perdarahan sehingga akan meningkatkan resiko

terjadinya infeksi. Oleh karena itu operator perlu berhati-hati dan harus

mengetahui prosedur yang benar mengenai kasus ini.

Pasien yang akan menjalankan perawatan pnvabutan gigi molar ketiga

sebelumnya perlu dilihat bagaimana kondisi kebersihan mulutnya. Dalam tahap

ini perlu dilakukan skeling untuk membersihkan rongga mulut pasien dari plak
dan kalkulus. Setelah itu, pasien datang kembali kemudian diberikan profilaksis

yang mengandung antibiotk. Pasien pun dierikan terapi anti-retroviral dalam

bentuk sediaan obat.

Laporan Kasus

Terdapat 7 kasus pembedahan gigi molar ketiga yang telah ditangani di

Departemen Bedah Mulut selama kurun waktu Januari sampai Juni tahun 2019.

Dari 7 pasien tersebut dilakukan pemeriksaan intraoral dan pada salah satu pasien

ditemukan kondisi klinis seperti perikoronitis gigi molar ketiga, kandidiasis oral,

hairy leukoplakia, necrotizing ulcerative periodontitis, dan ulser. Secara radiograf,

perikotonitis terlihat sebagai radiolusen di kanan dan kiri molar ketiga pasien

yang mengalami impaksi.

Prosedur yang dilakukan untuk kasus ini adalah pembedahan elektif

dengan anestesi umum. Sebelum dibedah, pasien diberikan profilaksis antibiotik.

Teknik aseptik dilakukan untuk menimalisir kontaminasi dari patogen melalui

sterilisasi intrumen, disinfeksi operator, dan persiapan bedah oleh operator.

Selanjutnya untuk mengontrol rasa nyeri dan ketakutan pada pasien harus

memerhatikan bahwa mukosa tetap terisolasi dengan kering dan mengaplikasikan

anestesi topikal kepada pasien yang kemudian dilakukan anestesi lokal. Kemudian

tahapan selanjutnya dilakukan insisi dan flap.

Pembahasan

Dalam menangani pembedahan gigi molar ketiga pada pasien HIV,

operator harus memerhatikan beberapa faktor diantaranya adalah riwayat terapi


anti-retroviral pasien, profilaksis antibiotik, penilaian terhadap fungsi hemostatis

(pendarahan), dan teknik aseptik serta atraumatik.

Rencana perawatan kasus ini hampir sama dengan pada pasien yang tidak

terinfeksi HIV. Namun ada beberapa kondisi yang menjadi ekstra perhatian

diantaranya adalah meminimalkan pendarahan, menghindari pathogen dan

menghilangkan infeksi lokal yang ada.

Indikasi pemberian profilaksi antimikroba diberikan untuk pasien yang

memiliki neutropenia. Kondisi ini ditandai dengan jumlah CD4 dibawah 100

cell/mm3 dan riwayat panjang kemoterapi. Neutrophil berjumlah kurang dari 500

cell/mm3.

Ketika pasien kontrol 1 hari maka operator melakukan pemeriksaan klinis,

saat kontrol 7 hari dilakukan pencabutan benang dan pemeriksaan klinis,

kemudian kontrol 6-8 minggu dilakukan pemeriksaan klinis dan radiografi, dan

kontrol 6 bulan dilakukan juga pemeriksaan klinis dan radiografi.


10

Judul : Apakah taksonomi atau DNA cukup dengan pendekatan ini


mengurukur mikrobio rongga mulut ?
Pembicara : Peneliti dari King Collage, Inggris
Penyusun : Nur Alim

Bandung, September 2020


Menyetujui,
Pembimbing,

drg. Theodora Adhisty


11

RESUME 3

Sabtu, 14 September 2019


Apakah taksonomi atau DNA cukup dengan pendekatan ini mengurukur
mikrobio rongga mulut ?
Oleh: Peneliti King Collage, Inggris
Pendekatan molekular baru untuk mikrobio
Pendekatan molekular baru untuk mikrobio sedang dilakukan penelitian terus
menerus dan memiliki beberapa sudut pandang positif. Pendekatan semacam ini dapat
menjelaskan gen yang ada sekarang dan sangat baik dalam membedakan identifikasi
spesies. Dalam pendekatan molecular ini memakai metode sekuensing 16S rRNA.
Metode ini bekerja dengan cara sebagai berikut :

Mengambil DNA dari sampel


Polymerase Chain Reaction
Persiapan (PCR) atau test swab
secara teori memperkuat 16S rRNA gen

Membersihkan produk PCR

Sekuensi/urutan hasil PCR


Pengurutan
Mengurutkan hasil
pembersihan

Mendeteksi pengurutan

Pengurutan Data dikumpulkan dan


dianalisis Taksonomi
Pendekatan omik untuk menilai mikrobio
Pendekatan omic dalam melihat mikrobio rongga mulut dapat diukur dengan
melihat setiap fase DNA dan RNA.
Metagenomik Memberikan kita semua
gen dan DNA yang
sekarang
Masalah dengan
kontaminasi host dan
membutuhkan annotation
yang baik dari genomes

Metatatranskip Memberikan kita kombinasi Belum ada penelitian


transkip-tidak hanya apa dipublikasikan
yang ada, tapi apa yang
diekspresikan.
Masalah dengan
kontaminasi host
Masalah dengan
mengetahui kemana
transkip berasal-
membetuhukan good
annotation

Proteomik Memberikan kita protein Belum ada penelitian


yang diproduksi dipublikasikan
Masalah-resolusi dan
varibel tinggi

Metabolomik Produk akhir dari semua 5 penelitian


proses dipublikasikan
Masalah- kamu tidak akan
dengan mudah
mendapatkan semuanya
Cara penembakan metagonik yang targetkan
Mikrobio yang menjadi sampel

Ekstraksi atau purifikasi asam nukleat


Sekuensing rRNA 16S Sekuensing total
mikrobio DNA
ku

PCR memperkuat tes Generasi selanjutnya


gen rRNA sekuensing total DNA
dari sampel mikrobio

Sequensi
Menyaring sekuensi
host DNA
Kelompokan sequensi
kedalam OUT Membandingkan
(Operational sekuensi mikrobio
Taksonomi Unit) database dan referensi
genom yang ada
Bandingkan sequensi
OUT ke database
Identifikasi

Identifikasi spesiesis -spesies


dan relatifkan spesies -spesies yang ada
yang ada dengan direlatifkan dengan
sampel sampel
-gen
-jenis
-polymorphoisis
-informasi fungsi
Menelaah data metagonik untuk analisis mikobio

Anda mungkin juga menyukai