Anda di halaman 1dari 3

1.

Komplikasi
a. Sistem saraf. Pasien hipertiroid sering memberikan gejala kecemasan, perasaan
kejiwaan yang tertekan. Depresi, emosional yang labil, konsentrasi yang
menurun, mungkin mengalami penurunan prestasi sekolah dan pekerjaan. Pada
beberapa kasus yang jarang gangguan mental bisa sangat berat meliputi gejal
manik-depresi, schizoid, atau reaksi paranoid. Gejala karakteristik pasien
tirotoksikosis bisa menunjukkan hiperkinesia. Selama wawancara pasien bisa
menunjukkan gejala sering mengubah posisi, pergerakan yang cepat, jerky,
exaggerated, dan seringkali tanpa tujuan yang jelas. Peningkatan refleks dan
tremor mungkin pula didapatkan. Pada pasien anak-anak manifestasi gejala
klinik cenderung lebih berat, misalnya tidak mampu berkonsentrasi, penurunan
prestasi sekolah. Tremor halus tangan, lidah mungkin menyerupai gejala
parkinson. Pemeriksaan electroencephalogram menunjukkan peningkatan fast
wave activity, dan pada pasien dengan gangguan konvulsi, frekuensi kejang
semakin meningkat.
b. Sistem jantung. Hormon tiroid mempunyai efek langsung pada sistem konduksi
jantung, sehingga mungkin terjadi efek takhikardi dan biasanya jenis
supraventrikuler. Hipertiroidisme dan mungkin pula disertai ada dasar penyakit
jantung mungkin menjadi penyenab fibrilasi atrial.  Kardiomegali dan payah
jantung mungkin disebabkan tirotoksikosis yang telah berlangsung lama. Bising
jantung sering didapatkan. Jantung dalam keadaan hiperdinamik sering
menunjukkan suara jantung ekstrakardial. Suara jantung dapat meningkat,
terutama S1 dan scratchy systolic sound sepanjang batas kiri sternum,
menunjukkan adanya pleuropericardial friction rub (Mean-Lerman scratch).
Manifestasi klinik ini membaik jika status metabolik normal bisa dipulihkan.
Graves atau Hashimoto bisa terjadi prolaps katub mitral, dan proporsinya lebih
tinggi dibandingkan dengan orang normal. Aritmia kardial terutama jenis
supraventrikuler, dan sering pada pasien usia muda. Atrial fibrilasi tercatat antara
2 – 20% , dan pada populasi pasien atrial fibrilasi sejumlah 15% diantaranya
tergolong tirotoksik.  Pada populasi diatas 60 tahun, pada kelompok yang TSHnya
rendah atrial fibrilasi didapatkan pada 28% kasus.
c. Sistem Muskuloskeletal. Katabolisme otot yang berlebihan menyebabkan otot
atrofi, dan lemah. Kekuatan otot menjadi menurun sehingga kekuatan jalan,
mendaki, mengangkat barang, posisi jongkok ke berdiri mengalami penurunan.
Hipertiroidisme mungkin disertai Myasthenia gravis, atau Paralisis periodik
hipokalemia. Proses resorbsi tulang lebih dominan dari proses pembentukan
tulang, berakibat pada hipercalciuria dan kadang-kadang bisa terjadi
hipocalcemia. Hipotiroidism yang berlangsung lama dapat menyebabkan
osteopenia.
d. Sistem Gastrointestinal. Nafsu makan meningkat, dan beberapa pasien nafsu
makannya tidak terkendali. Meskipun demikian umumnya disertai penurunan
berat badan.  Motilitas usus besar meningkat, sehingga terkait hiperdefikasi, tetapi
jarang didapatkan diare. Hipertiroid tahap lanjut akan menyebabkan bisa
menyebabkan malnutrisi, dan berakibat fungsi hati abnormal.
e. Mata. Perubahan pada mata sangat bervariasi, abnormalitas bisa baru tampak
setelah dilakukan pemeriksaaan canggih, jika secara klinis mudah terdeteksi maka
itu sidah kondisi yang mungkin mengancam penglihatan. Pada Graves mungkin
terjadi retraksi pada kelopak mata, jika terjadi inflamasi jaringan lunak maka bisa
memberikan epifora, fotopobia, rasa ngeres pada kornea, dan nyeri retro orbita.
Selain itu disertai dengan tanda-tanda edema, kelopak mata khemosis,
lagopththalmus, lemak orbita keluar  melalui septum orbita dan adanya inflamasi
pada tempat inserasi dari muskulus rektus horisontal. Perubahan akibat inflamasi
ini memegang peranan penting dalam menentuka aktifitasa penyakit. Proptosis
terjadi pada 20 – 30% penderita penyakit Graves. Proptosisi terjadi pada 20-30%
pasien Graves da secara klinis tampak bilateral  pada 80 – 90% pasien. Proptosis
ialah apabila eksoptalmus yang terjadi melebihi > 2 mm dari batas atas harga
normal. Proptosis adalah manifestasi dari abnormalitas oftalmopati Graves yang
paling persisten dan sulit ditangani.  Proptosis, pembengkakan dan fibrosis
menyebabkan keterbatasan pergerakan mata dan diplopia.  Mata yang terpapar
berwarna kemerahan. Tekanan pada nervus optikus dan keratitis dapat
menyebabkan buta. Pada Graves hipertiroidisme dan kelainan mata biasanya
terjadi paralel, tetapi bisa pula berjalan sendiri. Penyebab kelainan umumnya
terkait otoimun. Sangat jarang oftalmopati terjadi pada Hashimoto dan pada
pasien eutiroid yang tidak terkait dengan gejala klinik penyakit tiroid, disebut
sebagai Penyakit Graves Eutiroid.
f. Manifestasi kulit. Kulit pasien adalah hangat, lembab, dan berminyak. Telapak
tangan berkeringan dan lebih terasa panas dibandingkan dengan dingin.
Hipertiroidisme jangka lama bisa menyebabkan Onycholysis (kuku terangkat pada
ujung jari).  Bisa sekali-sekali ditemukan dermopati penyakit Graves, yaitu
“orange-peel thickening” pada daerah pretibial.
g. Sistem reproduksi. Hipertiroidisme mengganggu kesuburan pada wanita usia
subur, dan mungkin menyebabkan oligomenore. Pada Pria, jumlah absulut sperma
menurun dan munkin terjadi impoten. Hormon testosterone yang tinggi disertai
dengan peningkatan konversi androgen menjadi estrogen menyebakan
ginekomasti. Hormon tiroid meningkatkan sex-hormone binding globulin,
sehingga menyebabkan peningkatan kadar total testosteron dan estradiol. Hormon
Folicle stimulating hormone (FSH), dan Leutenizing hormone (LH) mungkin
meningkat atau normal.
h. Sistem metabolik.  Pasien usia lanjut bisa bisa timbul anoreksia, dan bisa
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dewasa muda dan remaja bisa
kehilangan kontrol dalam mengendalikan nafsu makan, bisa terjadi peningkatan
berat badan.  Hormon tiroid yang tinggi dapat meningkatkan produksi panas
tubuh, peningkatan keringat tubuh dan mungkin ada polidipsi ringan. Banyak
pasien merasa tidak tahan dengan udara panas, dan lebih menyukai udara yang
dingin. Pasien diabetes mungkin kebutuhan insulin meningkat.
i. Sistem respiratorik. Tirotoksikosis yang berat bisa menyebabkan dyspneu, dan
beberapa faktor lainnya bisa terkait.  Kekuatan otot pernafasan umumnya
menurun, dan berakibat penurunan vital capacity.
j. Kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid umumnya membesar. Konsistensi dan pembesaran
kelenjar tergantung proses patologis yang mendasarinya.Kelenjar yang sangat
besardisertai dengan peningkatan aliran darah bisa menyebabkan  bising tiroid.

Anda mungkin juga menyukai