Anda di halaman 1dari 11

Seorang laki-laki berumur 21 tahun datang ke praktek dokter gigi dengan

keluhan rasa sakit berdenyut di daerah gigi paling belakang sebelah kanan dan terasa
bengkak ± sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengalami kesulitan saat makan akibat
pembengkakan tersebut dan telah berusaha mengobatinya sendiri dengan meminum
obat yang dibelinya di warung, namun rasa sakit hanya hilang sementara dan
pembengkakan semakin besar. Pasien juga mengeluh badannya terasa demam 2 hari
belakangan ini. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan sebelumnya tidak
pernah melakukan perawatan gigi.
Pada pemeriksaan ekstraoral dijumpai pipi sebelah kanan terlihat sedikit
membengkak dan terasa hangat ketika dipalpasi. Pada pemeriksaaan intraoral terlihat
adanya gigi impaksi dengan posisi mesioangular pada gigi 36 dimana sebagian gusi
menutupi mahkota gigi dan sulit dipakai untuk mengunyah sehingg pasien hanya
mengunyah memakai satu sisi.
Tindakan awal yang dilakukan oleh dokter gigi tersebut adalah eksisi untuk
membantu jalan erupsi gigi tersebut. Kemudian, dokter gigi memberikan resep
sebagai berikut: antibiotik kapsul Clindamycin 300 mg 4 kai sehari selama 5 hari;
analgetik-antipiretik yaitu paracetamol tablet 500 mg selama 3 kali sehari selama 3
hari pada pasien tersebut. Pasien dijadwalkan untuk kontrol 7 hari lagi.

Pertanyaan:

1. Jelaskan pembagian saraf trigeminal !


2. Jelaskan anatomi persarafan gigi !
3. Jelaskan saraf yang menyampaikan informasi sensorik dari wajah/ rahang !
4. Bagaimana mekanisme terjadinya nyeri? dimana lokasi reseptor nyeri
(nosireseptor)?
5. Bagaimana jalur yang dilalui dalam susunan saraf, sehingga suatu stimulus yang
menyebabkan nyeri dapat disadari?
6. Jelaskan penggolongan antibiotik dan analgetik-antipiretik !
7. Jelaskan aspek farmakologi obat dari clindamycin dan paracetamol !
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembagian Saraf Trigeminal

Saraf trigeminal, sebagian besar berisi saraf aferen somatik dengan proporsi
serat eferen yang lebih kecil. Saraf trigeminal mempunyai tiga cabang, masing-
masing cabang memiliki tempat masuk dari cranial fossa bagian tengah:3
 Saraf opthalmicus (CN V1): masuk ke orbital melalui fissura orbitalis
superior
 Saraf maksilaris (CN V2): masuk ke fossa pterygopalatine melalui foramen
rotundum
 Saraf mandibularis (CN V3): masuk melalui foramen ovale

2.1.1 Saraf Opthalmicus

Saraf opthalmicus adalah cabang pertama yang bersifat sensoris, dibagi


menjadi tiga percabangan, dimana tiap namanya mengindikasikan distribusinya:3

1. Saraf lakrimalis, mempersarafi kulit dari kelopak mata bagian atas dan
konjungtiva
2. Saraf frontalis, bercabang menjadi:
1) Saraf supratroklearis, mempersarafi kulit dari kelopak mata bagian atas serta
dahi
2) Saraf supraorbitalis, mempersarafi kulit dari kelopak mata bagian atas, dahi,
serta sampai ke bagian belakang kepala
3. Saraf nasosiliaris, bercabang menjadi:
1) Saraf siliaris panjang, mempersarafi kornea; bersama serabut simpatik,
mempersarafi iris dan siliaris
2) Saraf siliaris pendek, mempersarafi kornea; bersama serabut simpatik
mempersarafi siliaris dan bersama serabut parasimpatetik mempersarafi iris
3) Saraf infratroklearis, mempersarafi kulit kelopak mata bagian atas, korunkula
lakrimalis, dan kantung lakrimal
4) Saraf etmoidal posterior dan anterior, mensuplai sinus etmoidal

2.1.2 Saraf maksilaris

Saraf maksilaris, bercabang menjadi:

1. Saraf zigomatikus, masuk ke orbita melalui fisura orbitalis inferior, lalu bercabang
menjadi zigomaticofacial dan zigomaticotemporal, yang mempesarafi lengkungan
zigomatik dan pelipis
2. Saraf infraorbitalis, juga melalui fisura orbitalis inferior dan masuk ke infraorbital
foramen, kemudian bercabang menjadi:
1) Cabang palpebra inferior, mempersarafi kulit kelopak mata bagian bawah
2) Cabang supralabial, mempersarafi bibir bagian atas
3) Cabang nasal, mempersarafi hidung
4) Cabang lainnya membentuk plexus dental superior, yang mempersarafi gigi-gigi
maksila:
a. Cabang alveolar superior-anterior, mempersarafi insisivus dan kaninus
b. Cabang alveolar superior-medii, mempersarafi gigi premolar dan gingiva di
sekitarnya
c. Cabang alveolari superior-posterior, mempersarafi molar dan gingiva di
sekitarnya

Saraf infraorbitalis juga memberikan cabangnya pada pterygopalatin ganglion yang


selanjutnya bercabang menjadi
a. Cabang nasal superior-posterior
- Cabang medial: dinding nasal cavity bagian tengah
- Cabang lateral: dinding nasal cavity bagian lateral
- Cabang nervus nasopalatina: palatum durum bagian anterior
b. Cabang nasofaringeal, mempersarafi nasofaring
c. Cabang orbital: mempersarafi orbital cavity
d. Cabang palatina posterior: mempersarafi palatum mole, uvula
e. Cabang palatina anterior, mempersarafi palatum durum bagian posterior

2.1.3 Saraf mandibularis

Saraf mandibularis bercabang menjadi:

1. Saraf auriculotemporal, mempersarafi telinga eksternal dan pelipis.


2. Saraf lingual, mempersaradi 2/3 bagian anterior lidah
3. Saraf bucalis, mempersarafi kulit pipi dan lateral pterygoid
4. Saraf alveolaris inferior
a. Serabut aferen (sensorik): masuk ke foramen mandibula, bercabang menjadi:
1) Cabang inferior dentalis, mempersarafi gigi pada mandibula
2) Cabang mentalis, mempersarafi kulit dagu, bibir bagian bawah, serta
mandibula
3) Saraf tensor tymphanii, mempersarafi tensor tymphanii (membantu mastikasi,
mengurangi bunyi saat mengunyah
b. Serabut eferen (motorik), sebelum masuk ke foramen mandibular, bercabang
menjadi saraf mylohyoid, mempersarafi muskus mylohyoid dan digastric anterior
belly
Saraf motorik yang sebenarnya, bercabang menjadi:

1. Saraf masseteris, mempersarafi muskus masseter


2. Saraf temporalis, mempersarafi muskus temporalis
3. Saraf pterygoid, mempersarafi muskus pterygoid

2.2 Anatomi Persarafan gigi


Saraf sensoris pada gigi berasal dari cabang saraf kranial ke-5 atau saraf
trigeminal pada maksila dan madibula.3
Gigi-gigi pada maksila dipersarafi oleh saraf alveolaris superior:
1. Gigi insisivus dan kaninus dipersarafi oleh saraf alveolaris superior anterior
2. Gigi premolar dan molar I bagian mesial dipersarafi oleh saraf alveolaris superior
medii
3. Gigi molar I bagian distal serta molar I dan II dipersarafi oleh saraf alveolaris
superior posterior

Gigi-gigi pada mandibula dipersarafi oleh plexus dental inferior. Saraf alveolaris
inferior berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah akar gigi molar sampai ke
tingkat foramen mental. Cabang pada gig ini tidaklah merupakan sebuah cabang
besar, tetapi merupakan 2 atau3 cabang yang lebih besar yang membentuk plexus
dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap akar gigi pada mandibula.3

2.3 Saraf yang menyampaikan informasi sensorik rahang/ wajah


Saraf trigeminal merupakan saraf campuran dimana sebagian besar merupakan
serat saraf sensoris wajah, dan sebagian lain merupakan serat saraf motoris dari otot
mastikasi. Untuk serat saraf sensoris terbagi menjadi tiga, yakni saraf opthalmicus,
saraf maksilaris, dan saraf mandibularis,3 seperti yang sudah dijelaskan pada
pembahasan 2.1.
2.4 Mekanisme Nyeri dan Lokasi Nosireseptor
Mekanisme nyeri melibatkan empat proses:
1. Transduksi, proses konversi stimulasi nyeri menjadi bentuk yang dapat diakses
oleh otak. Proses ini dimulai saat nosireseptor teraktivasi oleh stimulus yang
datang, misalnya kerusakan jaringan.4,9
2. Transmisi, proses membawa impuls listrik melalui sitem saraf ke area otak. Saraf
aferen akan ber-akson pada dorsal horn di spinalis. Selanjutnya transmisi ini
dilanjutkan melalui sistem contralateral spinalthalamic melalu ventral lateral dari
talamus menuju korteks serebral.4
3. Modulasi, proses mengontrol jalur transmisi nosireseptor yang melibatkan sistem
saraf yang kompleks. Ketika impuls nyeri sampai di pusat saraf, sistem saraf pusat
akan mengontrol transmisi ini dan mentrasmisikan impuls nyeri ini ke bagian lain
dari sistem saraf sepeti korteks. Untuk selanjtnya ditransmisikan melalui saraf-
saraf desen ke tulang belakang untuk memodulasi efektor.4,9
4. Persepsi, suatu proses yang tidak hanya melibatkan proses fisiologis dan anatomis
saja, tetapi juga melibatkan pengenalan dan ingatan.10,11 Maka dari itu, respon
nyeri juga muncul sebagai pengaruh faktor psikologis, emosional, dan perilaku.4

Reseptor nyeri atau disebut nosireseptor terletak pada semua ujung saraf bebas. Ujung
saraf bebeas terletak dan tersebar pada permukaan kulit dan organ visera.5

2.5 Jalur Nyeri


Jalur nyeri di sistem saraf pusat terdiri atas jalur asenden dan desenden.12
1. Jalur Asenden
- Serabut saraf C dan A delta halus, yang masing-masing membawa nyeri akut
tajam dan kronik lambat, bersinap di substansia gelatinosa komudorsalis,
memotong medula spinalis dan naik ke otak di cabang neospinotalamikus atau
cabang paleospinotalamikus traktus spinotalamikus anterolateralis.
- Traktur neospinotalamikus yang terutama diaktifkan oleh aferen perifer A
delta bersinap di nukleus ventropostero lateralis (VPN) talamus dan
melanjutkan diri secara langsung ke kortek somatosensorik girus pasca
sentralis, tempat nyeri dipersepsikan sebagai sensasi yang tajam dan berbatas
tegas.
- Cabang paleospinotalamikus, yang terutama diaftifkan oleh aferen perifer
serabt saraf C adalah suatu jalur difus yang mengirim kolateral-kolateral ke
formatio retikularis batang otak dan struktur lain
- Serat-serat ini mempengaruhi hipotalamus dan sistem limbik serta korteks
serebri.
2. Jalur Desenden, mencakup 3 komponen, yaitu
a. Bagian pertama adalah substansia grisea periaquductus (PAG) dan substansia
grisea periventrikel mesensefalon dan pons bagian atas yang mengelilingi
aquaductus sylvius.
b. Neuron-neuron di daerah satu mengirim impuls ke Nukleus Ravemaknus
(NRM) yang terletak di pons bagian bawah dan medulla oblongata bagian ats
dan nukleus retikularis paragigantoseularis (PGL) di medula lateralis.
c. Impuls ditransmisikan ke bawah menuju kolumna dorsalis medula spinalis ke
suatu komplek inhibitori nyeri yang terletak di kornu dorsalis medulla spinalis.

2.6 Penggolongan Antibiotik dan Analgetik-Antipiretik


2.6.1 Penggolongan Antibiotik
Berdasarkan aktivitasnya, antibiotika dapat dibedakan menjadi dua golongan
besar, yaitu:6
a. Antibiotik kerja luas (broad spectrum), yaitu agen yang dapat menghambat
pertumbuhan dan mematikan sebagian besar bakteri, baik bakteri gram
positif maupun bakteri gram negatif.
Contoh: tetrasiklin dan derivatnya, kloramfenikol, ampisilin, sefalosporin,
carbanepen, dll.
b. Antibiotik kerja sempit (narrow spectrum), hanya aktif terhadap beberapa
bakteri saja.
Contoh: penisilin. Streptomisin, neomisin, basitrasin.

Berdasarkan cara kerjanya pada bakteri, antibiotika dapat dibedakan


menjadi:6,7

a. Antibiotik yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri.


Contoh: penisilin, sefalosporin, carbapenem, basitrasin, vankomisin,
sikloserin.
b. Antibiotik yang mengganggu keutuhan kembaran sel mikroba.
Contoh: polimiksin, golongan polien, serta berbagai antibakteri
kemoterapik.
c. Antibiotik yang bekerja denga menghambat sintesa protein.
Contoh: kloramfenikol, eritromisilin, linkomisin, tetrasiklin, dan
antibiotika golongan aminoglikosida.
d. Antibiotik yang bekerja dengan menghambat sintesis asam nukleat bakteri.
Contoh: asam nalidiksat, rifampisin, sulfonamid, trimetoprim.
e. Antibiotik yang menghambat metabolisme sel mikroba.
Contoh: sulfonmid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon.

Berdasarkan struktur kimianya, antibiotika digolongkan menjadi:13

a. Senyawa beta-laktam dan menghambat sintesis dinding sel lainnya.


Contoh: penisilin, sefalosporin, sefamisin, dan beta-laktam lainnya.
b. Kloramfenikol, tetrasiklin, makrolida, klindamisin, streptogramin,
oksazolidinon.
c. Aminoglikosida
Contoh: streptomisin, neomisin, kanamisin, amikasin, gentamisin,
tobramisin, sisomisin, etilmisin, dll.
d. Sulfonamida, trimetophilin, dan quinolones
- Sulfonamida menghambat sintesis dihidropteroat.
Contoh: sulfasitin, sulfisokzale, sulfamethizole, sulfadiazine,
sulfamethoksazole, sulfapiridin, sulfadoxine.
- Trimethoprim dan kombinasi trimetophrim-sulfametoksazole
menghambat bakteri melalui jalur asam dihidrofolat reduktase dan
menghambat aktivitas reduktase asam dihidrofolik protozoa sehingga
menghasilkan efek sinergis.
- Fluoroquinolon adalah quinolones yang mempunyai mekanisme
menghambat sintesis DNA bakteri pada topoisomerase II (DNA
Girase) dan topoisomerase IV.
Contoh: asam nalidiksilat, asam oksolinat, sinosaksin, siprofloksasin,
levofloksasin, slinafloksasin, enoksasin, gatifloksasin, iomefloksasin,
neofloksasin, ofloksasin, sparflosaksin, trovafloksasin, dll.

2.6.2 Penggolongan Analgetik-Antipiretik


Analgetik-antipiretik adalah obat yang secara serentak menurunkan suhu tubuh
yang tinggi. Penggolongan analgetik dibagi dalam dua kelompok besar atas
dasar farmakologinya yaitu:8
1. Analgetik perifer (non-narkotik) yang terdiri dari obat-obat yang tidak
bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
Contoh: parasetamol, asetosal, methampyron, da ibu profen.
2. Analgetik narkotik, khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,
seperti pada fractura dan kanker.
Contoh: tramadol

Obat golongan analgetik-antipiretik: parasetamol (acetaminofen), asetosal,


antalgin (methampyron), tramadol.

2.7 Aspek Farmakologi Clindamycin


Aspek Farmakologi Clindamycin14
- Clindamycin merupakan antimikroba yang spektrumnya merupakan
linkomisin namun aktivitasnya lebih besar terhadap organisme yang
sensitif
- Clindamycin aktif terhadap staphylococcus aureus, D. Pneumoniae,
streptococcus pyogenes, streptococci (kecuali streptococcus faecalis),
streptococcus viridans, dan avtinomyces israelli, serta aktif terhadap
bacteroides fragilis dan kuman patogen anaerob yang peka lainnya.
- Clindamycin menghambat sintesa protein dengan cara mengikat pada
gugus 50 s sub unit ribosomal bakteri.
- Clindamycin diabsorpsi hampir lengkap pada pemberian per oral dan
kadar punvak 2-3 mcg/ml dicapai dalam 1 jam setelah pemberian 150 mg.
Adanya makanan dalam lambung tidak memperngaruhi absorpsinya;
waktu paruhnya 2,7 jam.
- Clindamycin didistribusi secara baik ke berbagai cairan tubuh, jaringan
dan tulang, kecuali ke cairan serebrospinal dan dieksresi melalui urin dan
feses.
BAB III

KESIMPULAN

1. Saraf trigeminal terbagi atas saraf opthalmicus, saraf maksilaris, dan saraf
mandibularis.
2. Gigi-gigi pada maksila dipersarafi oleh saraf alveolaris superior, sedangkan gigi-gigi
pada mandibula dipersarafi oleh saraf alveolaris inferior.
3. Saraf yang menyampaikan informasi sensorik dari wajah/rahang adalah saraf
trigeminal.
4. Mekanisme nyeri melibatkan empat proses, yaitu transduksi, transmisi, modulasi, dan
persepsi. Nosireseptor terletak di ujung saraf bebas di permukaan kulit dan organ
visera.
5. Jalur nyeri di sistem saraf pusat, terdiri dari jalur asenden dan desenden.
6. Antibiotik dapat digolongkan berdasarkan aktivitas, cara kerja, serta struktur
kimianya. Analgetik-antipiretik antara lain terdiri dari parasetamol, asetosal, antalgin,
tramadol.
7. Clindamycin merupakan antimikroba yang spektrumnya merupakan linkomisin
namun aktivitasnya lebih besar terhadap organisme yang sensitif.
DAFTAR PUSTAKA

1. Feriyawati L. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi Kontraksi Otot
Rangka. Medan: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 2006.
2. Bahrudin M. Neurologi Klinis. Malang: UMM Press, 2013.
3. Schumke M, Schulte E, Schumaker U. Atlas of Anatomy: Head, Neck, and
Neuroanatomy. 2nd edition. New York: Thieme Medical Publisher, Inc; 2016.
4. Ardinata D. Multidimensional Nyeri. Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara
2007;2 (2): 77-81.
5. Bahrudin M. Patofisiologi Nyeri. Saintika Medika 2017; 13 (1): 7-13.
6. Ganiswara SG. Faramakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta: UI Press, 1995.
7. Lullmann H, Mohr K, Hein L, Bieger N. Color Atlas of Pharmacology Third Edition.
New York: USA, 2005.
8. Tan Hoan T, Rahardja K. Obat-Obat Penting. Jakarta: Gramedia, 2007: 70-88.
9. Turk DC, Flor H. Chronic pain: A Biobehavioral Perspective. In: Gatchel RJ, Turk
DC (Ed.): Physicosocial Factors in Pain. New York: The Gullford Press, 1999: 18-34.
10. McGuire DB, Sheilder VR. Pain. In: Groen SL, Fragge MH, Goodman, Yarbro CH
(Ed.): Cancer Nursing: Principles and Practice (3rd edition). Boston: Jones and Bartett
Publisher, 1993: 499-556.
11. Davis MP. Cancer and Pain. The Cleveland Clinic Foundation. http://
www.clevelandclinicmeded.com. (04 mei 2020).
12. Price SA. Patofisiologi. Jakarta: EGC, 2006.
13. Katzung BG. Basic and Clinical Pharmacology. 10 th edition. Boston: McGraw Hill,
2007.
14. Dexa Medica. Clindamycin. https://www.dexa-medica.com/OGB/Clindamycin. (04
mei 2020)

Anda mungkin juga menyukai