Anda di halaman 1dari 6

1.

Karena Kajian epistemologis terhadap gagasan dan pemikiran para pakar PIPS di Indonesia,
khususnya tentang pendefinisian hakikat PIPS, baik sebagai bidang kajian, disiplin ilmiah,
program sekolah, maupun sebagai profesi (Saxe, 1991; Nelson, 2001) merupakan keniscayaan
akademik. Hal ini, secara epistemologis merupakan persoalan mendasar karena terkait dengan
kejelasan dan kepastian bagi setiap anggota komunitas PIPS mengenai ways of seeing the world
and of practicing science in it (Kuhn, 1970:4); dan adanya perubahan ke arah paradigma baru
yang berimplikasi lebih lanjut terhadap perlunya a new and more rigid definition of the field.
Realitasnya, kajian seperti itu belum pernah dilakukan di Indonesia, kecuali sebatas sebagai
rujukan dalam membuat karya-karya ilmiah. Kesulitan akademis terbesar yang harus dihadapi
oleh pakar atau peneliti untuk melakukan kajian epistemologis selama ini adalah karena kajian
epistemologis seperti itu “memerlukan analisis yang kompleks dan beraneka ragam, mencakup
analisis filosofis, konseptual, sosiologis, dan historis (Stanley, 1985b). Dalam studi PIPS, kajian
ini diakui masih langka atau relatif baru, dan merupakan isu atau masalah yang masih belum
banyak dikaji. Sementara signifikansinya bagi PIPS sangat penting, karena secara epistemologis
mampu “mendeskripsikan, mereviu, menganalisis sejumlah aspek PIPS di masa lampau, dan
makna berbagai istilah yang digunakan oleh para profesional PIPS, beserta landasan-landasan
pemikiran mereka” (Wallen & Fraenkel, 1988:2). Dalam historisitas PIPS, kajian epistemologis
atas pendefinisian hakikat PIPS oleh seorang pakar atau kelompok pakar, baru mulai dilakukan
medio-1970an oleh Barr, Barth dan Shermis (1978); dan belakangan oleh Evans (2004) dan Ross
(2006) atas perkembangan kurikulum PIPS. Studi Barr et al., berhasil merekonstruksi tradisi-
tradisi utama di dalam PIPS sebagai field of study dari berbagai definisi yang tumpang-tindih
dan kontroversi dengan keberagaman aliran dan keyakinan teori/filsafat yang bersebrangan.
Studi Evans dan Ross juga berhasil merekonstruksi tradisi-tradisi dan pemikiran-pemikiran
utama di kalangan pakar PIPS tentang definisi dan hakikat kurikulum PIPS. Ketiga studi mereka
menyediakan eksemplar dan model penting dalam kajian-kajian epistemologis atas pemikiran
seorang pakar atau kelompok pakar PIPS di dalam membangun definisi dan hakikat pemikiran
dan kurikulum PIPS sebagai salah satu bidang kajian atau ontologi keilmuan yang sangat
mendasar bagi PIPS sebagai disiplin ilmu terintegrasi. Atas dasar itu pula, kajian epistemologis
atas pemikiran-pemikiran Nu’man Somantri tentang pendefinisian hakikat PIPS sangat
mendasar, dan tidak bisa diabaikan begitu saja. Mengabaikannya berarti mengabaikan hal-hal
penting yang sesungguhnya sangat menentukan bagi PIPS sebagai bidang kajian dan disiplin 130
Cakrawala Pendidikan, Februari 2015, Th. XXXIV, No. 1 ilmiah. Kajian ini juga sangat penting
karena bersangkut-paut dengan pembentukan dan perkembangan definisi-definisi paradigmatik
yang di dalamnya memuat berbagai rasional, tujuan, konsepsi, landasan filosofi, dan isu-isu
normatif tentang PIPS sebagai objek-objek studi dan fondasi utama terbentuknya
tradisi/paradigma PIPS (Stanley, 1985a; 1985b). Sifat materi atau masalah PIPS—juga disiplin
ilmu-ilmu sosial sebagai sumbernya—yang terdiri dari ranah yang tak tersusun secara baik
(Cornbleth, 1985:29) adalah alasan lain mengapa pendefinisian hakikat PIPS sangat penting
dilakukan untuk membangun dan memantapkan PIPS sebagai disiplin ilmu.
2. Pada tahun 1921, di Washington DC dibentuklah National Counsel for the Social Studies,
dengan tugas mengembangkan pendidikan social studies. Sebagai medium komunikasi, lembaga
ini menerbitkan jurnal yang diberi nama Social Education. Tuntutan masyarakat pada waktu itu
terhadap social studies sebagai program pendidikan adalah untuk dapat memberikan bekal
kepada siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan masyarakat. Hal ini sangat mudah
dimengerti apabila diingat bahwa masyarakat Amerika Serikat adalah masyarakat pluralistis
yang sangat kompleks. Bangsa yang terbentuk dari berbagai ras dan kebudayaan ini
menghendaki suatu program pendidikan khusus untuk memberi bekal kepada siswa agar dapat
membentuk nation Amerika. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila sampai tahun 1955
warna pendidikan kewarganegaraan sangat dominan dalam program social studies di Amerika.
Setelah tahun 1955 terjadi perkembangan baru dalam kurikulum social studies di Amerika
Serikat. Persaingan teknologi angkasa luar antara Amerika Serikat dengan Rusia melahirkan
peluncuran Sputnik yang pertama oleh Rusia. Peristiwa ini sangat menyinggung rasa kebangsaan
rakyat Amerika Serikat. Mereka yang sangat bangga akan keunggulan teknologi negaranya
merasa terkejut dan terhina oleh keunggulan Rusia. Akibatnya, masyarakat berpaling ke sekolah
dan menuduh program pendidikan sekolah tidak mampu menjawab tantangan kemajuan zaman.
Perubahan kurikulum sekolah menjadi tuntutan utama masyarakat dalam mengejar ketinggalan
Amerika Serikat.

3. Sumber daya alam dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan tetap
memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidupnya. Sumber daya alam memiliki peran
ganda ,yaitusebagai modal pertumbuhan ekonomi dan penopang sistem kehidupan .Atas dasar
fungsi ganda tersebut ,sumber daya alam senantiasa harus dikelola secara seimmbanguntuk
menjamin keberlanjutan pembangunan nasional. Berbagai permasalahan muncul dan memicu
terjadinjnya kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga dikhawatirkan
berdampak besar bagi kehidupan makhluk dibu,mi terutama manusia yang populasinya semakin
besar.

4. - Lingkungan Alam

Jenis lingkungan yang pertama adalah jenis lingkungan alam. Lingkungan alam merupakan
lingkungan yang terjadi dengan sendirinya dan tanpa adanya campur tangan dari manusia.
dengan kata lain lingkungan alam merupakan lingkungan yang sudah ada dari saat seseorang
belum dilahirkan. Lingkungan alam merupakan lingkungan yang diciptakan oleh Tuhan. Ada
banyak sekali contoh lingkungan alam yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari- hari.
contoh dari lingkungan alam antara lain seperti bukit, rawa, laut atau pantai (baca: ekosistem
pantai), gunung, sungai (baca: ekosistem sungai), macam- macam danau, dan lain sebagainya.
Lingkungan- lingkungan alam tersebut merupakan hal yang sangat wajar dan dapat kita temukan
dimana saja.

- Lingkungan Buatan
Berbeda dengan lingkungan alam yang dapat terbentuk dengan sendirinya, lingkungan buatan
justru melibatkan kreativitas dan keuletan dari tangan manusia. Ya, lingkungan buatan
merupakan kebalikan dari lingkungan alam. Lingkungan buatan merupakan lingkungan yang
terbentuk karena adanya tindakan oleh manusia. Sehingga tanpa adanya tindakan dari manusia,
maka lingkungan buatan tidak akan ada untuk digunakan manusia atau masyarakat banyak. Ada
berbagai macam contoh lingkungan buatan yang dapat kita temui dalam kehidupan sehari- hari
pula. Beberapa contoh dari lingkungan buatan antara lain taman bunga, kebun buah, waduk,
bendungan, dan lain sebagainya. Lingkungan buatan yang semacam ini juga meruapakan
lingkungan yang tidak asing dan sering kali kita temui di sekitar tempat tinggal kita.

Pengertian Masalah lingkungan sosial


Masalah sosial ialah suatu keadaan yang bisa berbentuk dari kondisi masyarakat yang kurang
atau tidak abstrak, mengenai tersebut akan terus ada dalam kehidupan ketika masih diperoleh
keperluan masyarakat yang tidak terlaksana.

a. Masalah sosial konvensional


Kemiskinan,  wanita rawan sosial ekonomi, keluarga berumah tak layak huni,  keterlantaran
(balita, anak dan lanjut usia), keterasingan, kecacatan, ketunaan sosial (gelandangan, tuna susila),
anak remaja nakal, bencana.

b. Masalah kontemporer

Kerusuhan sosial, korban tindak kekerasan/perlakuan salah,  anak jalanan, keluarga dengan
masalah sosial psikologis, Korban penyalahgunaan Napza, penyandang penyakit HIV/AIDS,
keluarga rentan.

Faktor Penyebab Masalah Sosial


Berikut ini terdapat beberapa mengenai faktor penyebab masalah sosial, yakni sebagai berikut:

 Faktor Ekonomi
Ialah kemiskinan dan pengangguran. Masalah sosial yang berlangsung efek dari faktor ekonomi
umumnya yang berkomitmen merupakan tugas dari pemerintah.

 Faktor Budaya
Kultur yang semakin meningkat dalam masyarakat akan memiliki fungsi yang bisa
mengakibatkan suatu masalah sosial. Masalah sosial yang diakibatkan oleh faktor budaya yakni,
perceraian dan pernikahan usia dini.

 Faktor Biologis
Masalah sosial yang berlangsung karena faktor biologis yakni gizi buruk dan penyakit menular.
Semua masalah sosial tersebut bisa berlangsung dampak kurangnya akomodasi kesehatan yang
pantas ataupun sesuai dengan keadaan ekonomi dan juga pendidikan masyarakat yang tidak
terlaksana.

 Faktor Psikologis
Masalah sosial bisa berlangsung dampak dari faktor psikologis yakni masyarakat yang sangat
lesu. Umumnya faktor psikologis berbentuk apabila beban hidup yang dialami masyarakat sangat
berat, pekerjaan yang bertambah sehingga mengakibatkan strees, lalu akan muncul gejolak emosi
yang akan berdapak pada pertikaian antar anggota masyarakat.

5. - Lingkungan keluarga.

Selain itu, pada remaja cenderung muncul gangguan tingkah laku yang terbatas pada lingkungan


keluarga. Tingkah laku yang ditampilkan umumnya adalah perilaku dissosial atau agresif,
mencuri dari rumah sendiri, dan seringkali mengincar uang atau harta anggota keluarga
tertentu.  Hal ini biasanya disertai dengan perilaku merusak yang ditujukan kepada anggota
keluarga tertentu seperti merusak mainan atau hiasan, mencabik-cabik pakaian, merusak
mebel, bahkan membakar rumah sendiri. Penyebab gangguan tingkah laku ini adalah adanya
gangguan interaksi antara remaja dengan seorang atau lebih anggota keluarga.
Pada dasarnya, keluarga merupakan lingkungan yang sangat penting bagi remaja
untuk belajar bersosialisasi.  Lingkungan keluarga yang sehat dapat memunculkan perilaku
positif pada remaja. Lingkungan keluarga yang sehat nampak dari adanya kelekatan antar
seluruh anggota keluarga, pengawasan dan dukungan, kontrol perilaku, komunikasi yang positif,
melibatkan kasih sayang dalam berinteraksi, menekankan pada moral, serta kesempatan untuk
mengekspresikan perasaan di dalam lingkungan keluarga. Ketika hal-hal tersebut kurang
terpenuhi, maka remaja akan mengalami penyimpangan perilaku.

Berbeda dengan lingkungan keluarga sehat, pada lingkungan keluarga yang tidak


sehat terdapat konflik fisik maupun verbal, tidak ada kelekatan antar anggota keluarga,
komunikasi yang negatif, penerapan disiplin yang keras, penolakan, dan lain-lain sehingga dapat
meningkatkan kemunculan permasalahan perilaku pada remaja. Oleh karena hal tersebut,
anggota keluarga terutama orang tua wajib memberikan dukungan, perlindungan, serta
bimbingan bagi para remaja untuk mengatasi munculnya kenakalan remaja. Sikap dan cara orang
tua menangani remaja, metode pengasuhan, dan kualitas relasi antar orang tua dengan remaja
memberikan pengaruh besar terhadap muncul atau tidaknya permasalahan perilaku remaja.

- Lingkungan pendidikan.

a. Empati, yaitu kemampuan untuk memposisikan perasaan orang lain pada diri sendiri.
b. Kesadaran diri, adalah kemampuan untuk mengenal diri sendiri tentang karakter, kekuatan,
kelemahan, keinginan dan tidak keinginan.

c. Pengambilan keputusan, adalah kemampuan yang dapat membantu kita untuk mengambil
keputusan secara konstruktif dengan membandingkan pilihan alternatif dan efek samping yang
menyertainya.

d. Pemecahan masalah, adalah kemampuan untuk memungkinkan kita dapat menyelesaikan


masalah secara konstruktif.

e. Berpikir kreatif, yaitu kemampuan unuk menggali alternatif yang ada dan berbagai
konsekuensinya dari apa yang kita lakukan.

f. Berpikir kritis, yaitu kemampuan menganalisa informasi dan pengalaman-pengalaman secara


objektif.

h. Komunikasi efektif, yaitu kemampuan untuk mengekspresikan diri secara verbal maupun non
verbal yang mengikuti budaya dan situasi

i. Hubungan interpersonal, yaitu kemampuan yang dapat menolong kita beroteraksi dengan
sesama secara positif dan harmonis.

j. Mengatasi emosi, yaitu kemampuan keterlibatan pengenalan emosi dalam diri sendiri dan
orang lain.

k. Mengatasi stres, yaitu kemampuan pengenalan sumber-sumber yang menyebabkan stres dalam
kehidupan, bagaimana efeknya dan cara mengontrol terhadap derajat stres. keterampilan hidup
sehat pada remaja dilakukan dengan:

- Lingkungan agama.

Pertama adalah soal peningkatan pendidikan agama. Pendidikan agama harus dimulai dari rumah
tangga, sejak si anak masih kecil. Kadang-kadang orang menyangka bahwa pendidikan agama
itu terbatas kepada ibadah, sembahyang, puasa, mengaji dan sebagainya. Padahal pendidikan
agama  harus  mencakup  keseluruhan hidup  dan menjadi pengendali dalam segala tindakan.
Bagi orang yang menyangka bahwa agama itu sempit, maka pendidikan agama terhadap anak-
anak dicukupkannya saja dengan memanggil guru mengaji ke rumah, atau menyuruh  anaknya
pergi  belajar  mengaji  ke sekolah  atau  ke  tempat-tempat kursus lainnya. Padahal yang
terpenting dalam pembinaan jiwa agama, adalah keluarga, dan harus terjadi melalui pengalaman
hidup si anak dalam keluarga. Apa yang dilihat, didengar dan dirasakan oleh si anak sejak ia
kecil, akan mempengaruhi pembinaan mentalnya.

Menurut  Zakiah  Daradjat,  "supaya  pembinaan  jiwa  agama  itu betul-betul dapat membuat
kuatnya jiwa si anak untuk menghadapi segala tantangan  zaman  dan  suasana  di kemudian
hari,  hendaknya  ia  dapat terbina sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan sampai ia
mencapai usia dewasa dalam masyarakat. Untuk itu, kiranya pemerintah, pemimpin masyarakat,
alim ulama dan para pendidik juga mengadakan usaha peningkatan pendidikan agama bagi
keluarga, sekolah dan masyarakat".

Perkembangan agama pada masa anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam
keluarga, di sekolah dan dalam masyarakat lingkungan. Semakin banyak pengalaman yang
bersifat agama, (sesuai dengan ajaran agama) dan semakin banyak unsur agama, maka sikap,
tindakan, kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.
Kedua, Orang tua harus mengerti dasar-dasar pendidikan. 
Menurut Zakiah Daradjat apabila pendidikan dan perlakuan yang diterima oleh si anak sejak
kecil merupakan sebab-sebab pokok dari kenakalan anak-anak, maka setiap orang tua haruslah
mengetahui dasar-dasar pengetahuan, minimal tentang jiwa si anak dan pokok-pokok pendidikan
yang harus dilakukan dalam menghadapi bermacam-macam sifat si anak. Untuk membekali
orang tua dalam menghadapi persoalan anak-anaknya yang dalam umur remaja, orang tua perlu
pengertian sederhana tentang ciri-ciri remaja atau psikologi remaja.

Anda mungkin juga menyukai