Aliran melalui pipa dianalisis menggunakan persamaan kontinuitas dan persamaan energi.
Persamaan kontinuitas untuk aliran mantap dalam pipa lingkaran dengan diameter D
adalah:
π
Q= D 2V (9.1)
4
Dimana V = kecepatan aliran rata-rata, dan Q = debit aliran. Persamaan energi untuk
aliran mantap adalah:
2 2
V V
z1 + h1 + 1 = z2 + h2 + 2 + hL (9.2)
2g 2g
Dimana z1 dan z2 = elevasi titik 1 dan 2 pada sumbu pipa (diukur dari garis datum), h1
dan h2 = energi tekanan, V1 dan V2 = kecepatan aliran rata-rata pada penampang 1 dan 2
(Gambar 9.1), g = percepatan gravitasi, dan hL = kehilangan energi antara penampang 1
dan 2. Kehilangan energi hL dibagi menjadi dua bagian, yaitu: hf = kehilangan energi
akibat tahanan/friksi permukaan saluran (disebut juga sebagai kehilangan energi primer),
dan hm = kehilangan energi akibat tahanan bentuk saluran, yang dapat berupa perubahan
bentuk saluran (disebut juga sebagai kehilangan energi sekunder). Dengan demikian,
hL = h f + hm (9.3)
Kehilangan energi sekunder hm adalah nol seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.1.
Nilai h + z disebut sebagai energi piezometrik, dan garis penghubung energi piezometrik
tersebut di sepanjang pipa disebut sebagai garis gradien hidrolik.
1
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
fLV 2
hf = (9.6)
2 gD
8 fLQ 2
hf = (9.7)
π 2 gD 5
Koefisien tahanan permukaan untuk aliran turbulen tergantung pada ketinggian rata-rata
proyeksi kekasaran, ε , dari dinding pipa. Kekasaran rata-rata dinding pipa untuk pipa
komersial ditunjukkan pada Tabel 9.1. Nilai-nilai ini disarankan untuk dicek di pabrik
pembuat pipa setempat.
2
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
Koefisien tahanan permukaan juga tergantung pada angka Reynolds Re dari aliran yang
dituliskan sebagai:
VD
Re = (9.8)
ν
−1
−6
T 1.165
ν = 1.792 x 10 1 + (9.9)
25
Dimana T = temperature air dalam °C. Eliminasi V antara persamaan (9.1) dan (9.8)
menghasilkan persamaan berikut:
4Q
Re = (9.10)
πνD
Untuk aliran turbulen (Re ≥ 4000), Colebrook (1938) menemukan persamaan implicit
berikut untuk nilai f:
−2
ε 2,51
f = 1.325ln +
(9.11)
3,7 D Re f
Untuk aliran laminar (Re ≤ 2000), nilai f hanya tergantung pada nilai Re dan diberikan
dalam persamaan Hagen – Poiseuille:
64
f = (9.12)
Re
3
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
Untuk nilai Re antara 2000 dan 4000 (disebut aliran transisi), tidak terdapat informasi
untuk menghitung nilai f. Swamee (1993) memberikan persamaan berikut untuk nilai f
yang berlaku pada aliran laminar, turbulen, dan transisi:
0 ,125
64 8 6 −16
ε 5,74 2500
f = + 9,5ln + 0,9 − (9.13)
Re
3, 7 D Re Re
−2
ε 5,74
f = 1,325ln + 0, 9 (9.14)
3,7 D Re
−2
ε νD
0,9
Contoh 1. Hitung kehilangan energi akibat tahanan permukaan pada sebuah pipa cast
iron (CI) berdiameter 300 mm yang mengalirkan air dengan debit 0,2 m3/det sejauh 1000
m sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 9.2.
4Q
Re =
πνD
Diasumsikan air pada temperatur 20°C dan menggunakan persamaan (9.9), viskositas
kinematik air adalah:
−1
20 1,165
ν = 1,792 x 10 1 + = 1,012 x 10− 6 m 2 / det
−6
25
4
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
4 x 0,2
Re = = 838.918
3,14159 x 1,012 x 10-6 x 0,3
Karena Re lebih besar dari 4000, maka alirannya adalah turbulen. Menggunakan Tabel
9.1, tinggi koefisien untuk pipa CI adalah ε = 0,25 mm. Substitusi nilai Re dan ε dalam
persamaan (9.14), factor gesekan adalah:
−2
2,5 x 10- 4 5,74
f = 1,325ln +
5 0, 9
= 0,0193
3,7 x 0,3 (8,389 x 10 )
Kehilangan energi akibat tahanan bentuk saluran dapat terjadi akibat belokan, elbow,
katup, pembesaran dan penyempitan penampang, dan lainnya. Ketidakteraturan
permukaan dalam pipa akibat pekerjaan pemipaan yang tidak sempurna juga dapat
menyebabkan terjadinya kehilangan energi. Kehilangan energi juga dapat terjadi pada
pertemuan pipa dimana banyak pipa bertemu atau dapat juga pada sambungan pelayanan
(service connection). Semua kehilangan energi ini dijumlahkan dan disebut sebagai total
kehilangan energi sekunder. Dalam jaringan pipa penyedia air, kehilangan energi
sekunder memainkan peranan penting. Namun demikian, kehilangan energi sekunder
menjadi tidak penting dalam pipa transmisi air yang sangat panjang. Pada kondisi
demikian, kehilangan energi primer menjadi sangat dominan. Sebaliknya, kehilangan
energi sekunder dapat diabaikan. Kehilangan energi sekunder ditulis sebagai:
V2
hm = k f (9.16)
2g
8Q 2
hm = k f (9.17)
π 2 gD 4
Dalam kasus belokan pipa, nilai kf tergantung pada sudut α dan jari-jari belokan R
(Gambar 9.3). Dengan nilai α dalam radian, Swamee (1990) memberikan persamaan
berikut untuk koefisien kehilangan energi sekunder:
5
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
D 0,5
3, 5
Harus diperhatikan bahwa persamaan (9.18) menjadi tidak akurat untuk R mendekati nol.
Dalam kasus demikian, persamaan (9.19) dapat digunakan untuk kehilangan energi
sekunder akibat elbow.
9.2.2. ELBOW
Elbow digunakan untuk belokan tajam pada pipa (Gambar 9.4). Koefisien kehilangan
energi sekunder untuk elbow diberikan sebagai:
9.2.3. KATUP
Katup digunakan untuk mengatur debit aliran dengan mengatur kehilangan energi akibat
katup tersebut. Untuk katup pintu yang terbuka 20%, koefisien kehilangan energi sebesar
31. Bahkan untuk katup terbuka penuh, masih terdapat kehilangan energi. Tabel 9.2
memberikan nilai kf untuk katup yang terbuka penuh. Katup yang umumnya digunakan
6
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
dalam sistem penyediaan air adalah katup pintu dan katup berputar yang ditunjukkan pada
Gambar 9.5 dan Gambar 9.6.
Untuk katup yang tertutup sebagian, Swamee (1990) memberikan koefisien kehilangan
energi sebagai berikut:
a. Katup Pintu
Katup pintu yang tertutup sebagian ditunjukkan pada Gambar 9.5. Swamee (1990)
mengembangkan persamaan berikut untuk koefisien kehilangan energi sekunder:
2
e
k f = 0,15 + 1,91 (9.20)
D−e
b. Katup berputar
Katup berputar yang sebagian tertutup ditunjukkan pada Gambar 9.6. Koefisien
kehilangan energi sekunder dapat diperkirakan menggunakan persamaan berikut
(Swamee, 1990):
7
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
2,3
α
k f = 133 (9.21)
π − 2α
Perubahan penampang atau transisi dapat terjadi sebagai pembesaran penampang dan
penyempitan penampang. Dalam kasus perubahan penampang, kehilangan energi
diberikan sebagai:
(V1 − V2 ) 2
hm = k f (9.22)
2g
8( D2 − D1 ) 2 Q 2
2 2
hm = k f (9.23)
π 2 gD14 D2 4
Dimana angka 1 dan 2 mengacu kepada awal dan akhir dari perubahan penampang.
Koefisien kehilangan energi tergantung pada perubahan penampang tersebut, apakah
berangsur-angsur atau mendadak. Untuk perubahan secara berangsur-angsur yang lurus,
Swamee (1990) memberikan persamaan berikut untuk nilai kf.
k f = 0,315α c
1/ 3
(9.24)
D1 − D2
α c = 2 tan −1 (9.25)
2L
8
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
0 , 533 r − 2 , 6 −0 , 5
0,25 0,6 π − α e
k f = 3 1 + 1, 67 (9.26)
α e r α e
Dimana r = rasio pembesaran D2/D1, dan αe = sudut pembesaran (dalam radian) yang
diberikan sebagai:
D2 − D1
α e = 2 tan −1 (9.27)
2L
−1
L 1, 786
D = D1 + ( D2 − D1 ) − 1 + 1 (9.28)
x
9
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
kf =1 (29)
D 2,35
k f = 0,51 − 2 (9.30)
D1
Sedikit sekali informasi yang tersedia untuk kehilangan energi akibat sambungan pipa
dimana banyak pipa bertemu. Kehilangan energi pada sambungan pipa dapat diambil
sebagai:
2
V
hm = k f max (9.31)
2g
Dimana Vmax = kecepatan maksimum dalam suatu cabang pipa yang bertemu pada
sambungan. Karena tidak adanya informasi, nilai kf dapat diasumsikan sebagai 0,5.
10
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
Terdapat kehilangan energi pada masukan pipa (Gambar 9.12). Swamee (1990)
memperoleh persamaan berikut untuk koefisien kehilangan energi pada masukan pipa:
−1
R
1, 2
Dimana R = jari-jari perubahan masukan. Harus diperhatikan bahwa untuk masukan yang
tajam (secara mendadak), nilai kf = 0,5.
Kehilangan energi juga dapat terjadi pada keluaran pipa. Untuk keluaran berbentuk curat
(Gambar 9.13), Swamee (1990) menemukan persamaan berikut untuk koefisien
kehilangan energi:
D
k f = 4,5 − 3,5 (9.33)
d
Mengetahui berbagai koefisien kehilangan energi sekunder kf1, kf2, kf3, …, kfn dalam
suatu pipa, total kehilangan energi sekunder kf dapat diperoleh dengan menjumlahkan
seluruh nilai kf tersebut yang dapat ditulis sebagai:
k f = k f 1 + k f 2 + k f 3 + ... + k fn (9.34)
Mengetahui kehilangan energi primer hf dan kehilangan energi sekunder hm, total
kehilangan energi hL dapat diperoleh dengan persamaan (9.3). Menggunakan persamaan
(9.6) dan persamaan (9.34), persamaan (9.3) dapat disederhanakan menjadi:
fL V 2
hL = k f + (9.35)
D 2g
11
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
Atau
fL 8Q 2
hL = k f + 2 4 (9.36)
D π gD
Latihan 1. Rancang pembesaran penampang pipa optimal untuk pipa dengan diameter
1,0 m menjadi 2,0 m sepanjang 2 m seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.15.
Latihan 2. Sebuah sistem pompa dengan sambungan pipa yang berbeda seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 9.16. Hitung sisa energi tekanan pada akhir pipa jika pompa
menghasilkan input energi 50 m pada debit aliran 0,1 m3/det. Jenis pipa adalah cast iron
(CI) dengan diameter D = 0,3 m. Ukuran diameter penyempitan pipa pada titik 3 adalah
0,15 m, diameter pipa antara titik 6 dan 7 adalah 0,15 m, dan diameter curat d = 0,15 m.
Katup putar pada titik 5 terbuka penuh. Panjang pipa pada beberapa titik adalah sebagai
berikut:
Titik 1 dan 2 = 100 m, titik 2 dan 3 = 0,5 m, dan titik 3 dan 4 = 0,5 m
Titik 4 dan 6 = 400 m, titik 6 dan 6 = 20 m, dan titik 7 dan 8 = 100 m
12
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
Energi tekanan pada semua penampang pipa direpresentasikan oleh jarak vertikal antara
garis gradien hidrolik dan sumbu pipa. Jika garis gradien hidrolik di atas sumbu pipa,
tekanan air dalam pipa adalah di atas tekanan atmosfer. Dengan kata lain, jika garis
gradien hidrolik di bawah sumbu pipa, tekanan air di bawah tekanan atmosfer. Dengan
demikian, dapat dilihat pada Gambar 9.17 bahwa pada titik b dan c, tekanan air adalah
tekanan atmosfer (permukaan bebas). Pada titik tertinggi yaitu titik e, tekanna air adalah
yang terkecil. Jika energi tekanan pada titik e kurang dari -2,5 m, air mulai menguap dan
menyebabkan aliran terhenti (kontinuitas aliran terganggu). Dengan demikian, saluran
pipa tidak boleh berada 2,5 m di atas garis gradien hidrolik.
Dalam aliran pipa, terdapat tiga masalah utama, yaitu (a) menentukan energi tekanan titik
(nodal head), (b) debit aliran dalam pipa, dan (c) diameter pipa. Masalah (a) dan (b)
diselesaikan dengan analisis, dimana masalah (c) merupakan bagian dari rancangan.
fL 8Q 2
h2 = h1 + z1 − z 2 − k f + (9.37)
D π 2 gD 4
13
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
ε 1,78ν
Q = −0,965D 2 gDh f / L ln + (9.38)
3,7 D D gDh f / L
Persamaan (9.38) adalah eksak. Untuk aliran laminer, diberikan oleh persamaan Hagen-
Poiseuille sebagai:
πgD 4 h f
Q= (9.39)
128νL
Swamee (2008) memberikan persamaan berikut untuk debit aliran pipa yang berlaku
untuk aliran laminer, transisi, dan turbulen:
−4 −0 , 25
4
8
128ν 415ν
Q = D2
gDh f / L + 1,153 − ln ε + 1,775ν
πD gDh f / L D gDh f / L 3,7 D D gDh f / L
(9.40)
Persamaan (9.40) hampir eksak dimana kesalahan maksimum dalam persamaan tersebut
adalah 0,1%.
0 , 04
2
4 , 75
L
5, 2
1, 25 LQ
D = 0,66 ε + νQ 9 , 4 (9.41)
gh gh
f f
0 , 25
128νQL
D= (9.42)
πgh
f
Swamee (2008) memberikan persamaan berikut untuk menghitung diameter pipa yang
berlaku untuk aliran laminer, transisi, dan turbulen:
14
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
0 , 04
ν lQ
6 , 25
LQ 2
4 , 75
5, 2
D = 0,66 214,75 +ε 1, 25 + νQ 9 , 4 L (9.43)
gh f gh
f
gh
f
Contoh 2. Pipa CI sepanjang 1000 m dengan diameter 0,3 m mengalirkan air secara
gravitasi dengan debit sebesar 0,1 m3/det seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.18.
Sebuah katup pintu ukuran 0,3 m dipasang di dekat titik B. Elevasi titik A dan B masing-
masing adalah 10 m dan 5 m. Diasumsikan temperatur air adalah 20°C. Hitung:
a) Energi tekanan h2 pada titik B dan kehilangan energi sepanjang pipa jika energi
tekanan h1 di titik A adalah 25 m.
b) Debit aliran dalam pipa jika kehilangan energi adalah 10 m.
c) Diameter pipa CI jika kehilangan energi dalam pipa adalah 10 m dan debit aliran
0,1 m3/det.
Penyelesaian
4Q
Re = = 419.459
πνD
15
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
0 ,125
6 −16
0,25 x 10 -3 5,74 2500
8
64
f = + 9,5ln + −
0,9 = 0,0197
419 . 459
3, 7 x 0,3 419 . 459 419.459
fL 8Q 2
h2 = h1 + z1 − z 2 − k f +
D π 2 gD 4
0,0197 x 1000 8 x 0,12
= 25 + 10 − 5 − 0,15 + 2 5
0,3 3,14159 x 9,81 x 0,3
= 30 − (0,015 + 6,704) = 23,281 m
b) Jika total kehilangan energi dalam pipa ditentukan sebesar 10 m, debit aliran
dalam pipa CI berdiameter 0,3 m dapat dihitung menggunakan persamaan (9.38):
ε 1,78ν
Q = −0,965D 2 gDh f / L ln +
3,7 D D gDh f / L
0,25 x 10-3 1,78 x 1,012 x 10 -6
= − 0,965 x 0,32 9,81 x 0,3 x (10/1000) ln +
3,7 x 0,3 0,3 9,81 x 0,3 x (10/1000)
= 0,123 m / det.
3
0 , 04
2
4 , 75
L
5, 2
1, 25 LQ
D = 0,66 ε + νQ 9 , 4
gh gh
f f
0 , 04
2 4 , 75
5, 2
1, 25 1000 x 0,1 9,4 1000
= 0,660,00025 + 1,012 x 10 x 0,1
-6
9,81 x 10 9,81 x 10
= 0,284 m
8 fLQ 2
hL = (9.44)
π 2 gD 5
16
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
Gambar 9.19b menunjukkan bahwa dengan debit aliran Q yang sama yang mengalir dari
titik A ke titik B melalui serangkaian pipa dengan panjang L1, L2, dan L3 dan
mempunyai diameter masing-masing D1, D2, dan D3. Perhatikan, debit aliran adalah
sama, namun kehilangan energi yang terjadi pada setiap pipa akan berbeda. Total
kehilangan energi dari titik A sampai ke titik B merupakan penjumlahan kehilangan
energi pada ketiga pipa tersebut:
hL = hL1 + hL 2 + hL 3
Pada Gambar 9.19c ditunjukkan bahwa total debit aliran di antara dua pipa yang disusun
secara paralel dengan panjang L dan diameter D1 dan D2 adalah:
Q = Q1 + Q2
Sebagaimana energi tekanan di titik A dan titik B akan sama, maka kehilangan energi di
kedua pipa juga akan sama.
Beberapa pipa yang disusun baik secara seri maupun paralel dapat diganti dengan pipa
tunggal yang memiliki kehilangan energi pada titik A dan titik B, dan juga total debit
aliran yang sama. Pipa yang demikian disebut sebagai pipa ekivalen.
hL = hL1 + hL 2 + hL 3 + ...
Q = Q1 = Q2 = Q3 = ...
17
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
N 8 fLi Q 2
hL = ∑ (9.45)
i =1 π gD
2 5
i
Apabila diameter pipa ekivalen adalah De, persamaan di atas dapat ditulis sebagai:
8 fQ 2 N
hL = 2 ∑ Li (9.46)
π gDe 5 i =1
0, 2
N
∑L
De = Ni =1
i
(9.47)
Li
∑ 5
i=1 Di
Contoh 3. Tiga pipa disusun secara seri yang menghubungkan tangki A dan tangki B
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.20. Hitung diameter pipa ekivalen dan debit
aliran. Diasumsikan faktor gesekan Darcy-Weisbach f = 0,02 dan kehilangan energi
sekunder diabaikan.
0, 2
N
∑L
De = Ni =1
i
Li
∑ 5
i=1 Di
18
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
0, 2
500 + 600 + 400
De = = 0,185 m.
500 600 400
0,25 + 0,45 + 0,155
Dan
8 fL 8 x 0,02 x 1500
Ke = 2 e 5 = = 11.450,49 det 2 / m 5 .
π gDe 3,14 x 9,81 x 0,185
2 5
Dimana Le = ΣLi dan Ke adalah konstanta pipa. Debit aliran dalam pipa dapat dihitung:
0, 5 0, 5
h 20
Q= L = = 0,042 m 3 / det.
Ke 11.450,49
Ukuran diameter pipa ekivalen hasil hitungan sebesar 0,185 m merupakan ukuran yang
tidak tersedia pada pipa komersial. Dengan demikian, ukuran pipa tersebut dapat diganti
dengan ukuran pipa tersedia yang paling dekat yaitu 0,2 m. Selanjutnya, debit aliran pipa
kembali dihitung menggunakan diameter yang baru.
hL = hL1 = hL 2 = hL 3 = ...
Q = Q1 + Q2 + Q3 + ...
Energi tekanan di titik A dan titik B pada tiap pipa akan sama. Menggunakan persamaan
Darcy-Weisbach dan mengabaikan kehilangan energi sekunder, debit aliran Qi dalam
pipa i dapat dihitung sebagai:
0, 5
gD h
Qi = πDi i L
2
(9.48)
8 fLi
0, 5
gD h
N
Q = π ∑ Di i L
2
(9.49)
i =1
8 fLi
19
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
0,5
gD h
Q = πDe e L
2
(9.50)
8 fL
Dimana L adalah panjang pipa ekivalen. Panjang pipa ini dapat berbeda dibandingkan
panjang pipa L1, L2, L3, dan pipa lainnya. Dengan menyamakan persamaan (9.49) dan
(9.50) diperoleh:
0, 4
N L 0 , 5 2 ,5
De = ∑ Di (9.51)
i =1 Li
Contoh 4. Pipa disusun secara paralel seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 9.21.
Hitung diameter pipa ekivalen dan debit aliran. Diasumsikan faktor gesekan Darcy-
Weisbach f = 0,02 dan kehilangan energi sekunder diabaikan. Panjang pipa ekivalen L
dapat diasumsikan 500 m.
0, 4
N L
0, 5
De = ∑ Di 2,5
i=1 Li
Substitusi nilai panjang pipa dan diameter pipa ke dalam persamaan di atas:
0,4
500 0,5 500
0,5
De = x 0,25 +
2,5 2,5
x 0,20 = 0,283 ≈ 0,28 m.
700 600
0,5
gD h
Q = πDe e L
2
8 fL
20
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
Substitusi nilai diameter pipa, panjang pipa, kehilangan energi, dan faktor gesekan ke
persamaan di atas, sehingga:
0,5
9,81 x 0,28 x 20
Q = 3,14 x 0,28 x 0,28 = 0,204 m 3 / det.
8 x 0,02 x 500
TUGAS
1. Hitung kehilangan energi sepanjang 500 m pipa CI dengan diameter 0,4 m yang
mengalirkan air dengan debit aliran 0,2 m3/det. Diasumsikan temperatur air adalah
20°C.
2. Hitung koefisien kehilangan energi sekunder dan kehilangan energi sekunder pada
pipa berikut. Debit aliran adalah 0,15 m3/det.
a) Belokan pipa dengan diameter 0,3 m; jari-jari 0,1 m; dan sudut belokan adalah 0,3
radian.
b) Katup pintu dengan kondisi 2/3 terbuka dan berdiameter 0,4 m.
c) Pembesaran penampang secara berangsur-angsur, dimana diameter awal adalah
0,2 m dan diameter akhir adalah 0,4 m. Panjang transisi 0,5 m.
d) Penyempitan penampang secara tiba-tiba dari diameter 0,4 m menjadi 0,2 m.
21
Teknik Penyediaan Air Minum
Jurusan Teknik Sipil FT Unsri M. Baitullah Al Amin
REFERENSI
Swamee, P.K., dan Ashok K.S., 2008, Design of Water Supply Pipe Networks, John
Wiley & Sons, Inc., USA.
22