Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

ANALISI KASUS

A. Profil Lahan Praktik

Kecamatan Jatinegara adalah satu dari sepuluh kecamatan dalam

wilayah Kotamadya Jakarta Timur. Secara geografis, kecamatan Jatinegara

terletak pada bagian timur Provinsi DKI Jakarta. Pembentukan wilayah

administratif kecamatan didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 60

tahun 1990 tanggal 18 Desember 1990, tentang pembentukan Kecamatan

dalam wilayah daerah Khusus Ibu kota Jakarta. Luas wilayah Kecamatan

Jatinegara meliputi 1.063.52.

Batas wilayah kecamatan Jatinegara meliputi sebelah Utara:

Berbatasan dengan Kelurahan Rawa Terate, Selatan: Berbatasan dengan

Kelurahan Klender sebelah Timur: berbatasan dengan

Kelurahan Penggilingan  sebelah Barat: berbatasan dengan:

Kelurahan Jatinegara Kaum, Pulo Gadung.

Karakteristik wilayah Jatinegara, sesuai dengan Planalogi dan

berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Bagian

Wilayah Kota (RBWK) Tahun 1985-2005, wilayah kecamatan Jatinegara

ditetapkan sebagai wilayah pusat bisnis termasuk stasiun kereta saat ini pun

masih berfungsi sebagai alat transportasi yang menggerakkan roda ekonomi.

Dan pusat pasar beras Cipinang Besar hingga periode beberapa tahun
kemarin. Saat ini, pasar beras mungkin sudah tak seramai dulu. Namun

demikian denyut roda ekonomi tetaplah menjadi sumber mata pencaharian

masyarakat di daerah Jatinegara dan sekitarnya.

Kelurahan Cipinang Muara di sebelah barat dibatasi oleh Kelurahan

Cipinang Besar ; di sebelah timur dibatasi oleh Kecamatan Duren Sawi; serta

di sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kelurahan Cipinang Melayu.

Kelurahan Cipinang Muara sebagai salah satu kelurahan dari 65

kelurahan yang ada dalam wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur.

Kelurahan Cipinang Muara termasuk dalam wilayah koordinasi Pemerintah

Kecamatan Jatinegara. Kelurahan Cipinang Muara dibentuk berdasarkan Surat

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Propinsi DKI Jakarta Nomor 1251 Tahun

1986 tentang Pemecahan, Penggabungan dan Perubahan Batas-Batas Wilayah.

Berdasarkan peraturan tersebut maka luas wilayah Kelurahan Cipinang Muara

± 289,50 Ha.

B. Analisis Masalah Keperwatan dengan Konsep terkait

Keperawatan kesehatan masyarakat termasuk dalam lingkup

keperawatan komunitas, karena masyarakat merupakan komunitas yang tinggi

di daerah dengan semua keadaan dan kondisi yang ada di lingkungan. Perawat

kesehatan masyarakat memiliki peran dalam mengelola perawatan kesehatan

dalam daerah tersebut serta menjadi pendidik kesehatan dalam masyarakat

tersebut. Peran tersebut telah dilakukan cukup baik oleh perawat yang

bertugas di daerah Cipinang Bali. Puskesmas pondok bambu, lokasi tersebut


berada ditempat yang strategis dan mampu di akses oleh oleh masyarakat dari

wilayah manapun sehingga kemampuan perawat komunitas khususnya

perawat kesehatan masyarakat harus mampu dijalankan dengan optimal.

Peran perawat kesehatan masyarakat di Cipinang Muara sudah

berjalan dengan rutin dimana di adakan posyandu dan posbindu yang telah di

100
jadwalkan untuk mempermudah masyarakat untuk mengontrol kesehatan.

Pada masalah hipertensi yang terjadi di wilayah Rw 013, distribusi hipertensi

bias dikatakan hampir merata. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil skrining

yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan metode wawancara di

dapatkan 20 orang di wilayah Rw 013. Berdasarkan hasil pengamatan yang

dilakukan oleh penulis, faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi di

wilayah Rw 013 adalah tidak mengontrol makanannya dan juga karena ada

faktor keturunan, serta kuranngya kesadaran akan pentingya perilaku hidup

sehat, khususnya di keluarga Ny. W dan keluarga Ny.T.

Masalah hipertensi yang ditemukan penulis di keluarga Ny. W terjadi

pada keluarga Ny.T. Saat pengkajian kasus pertama, Ny. W mengatakan

bahwa sering susah tidur, mudah lelah, terasa kaku di tengkuk leher, lemas,

sakit kepala dan pada kasus kedua Ny.T mengatakan mudah lelah, cepat

lemas, sakit kepala dan terasa kaku pada tengkuk leher . Hasil observasi

memperlihatkan Ny. W tampak lemas, TD : 160/110 mmHg. mengatakan

sudah mengalami hipertensi selama 3 tahun sedangkan Ny.T tampak lemas


TD: 170/100 mmHg Ny.T mengatakan sudah mengalami hipertensi sejak 2

tahun.

C. Analisis Intervensi Keperawatan dengan Konsep dan Penelitian Terkait

Salah satu intervensi yang yang telah dilakukan penulis untuk

mengatasi masalah kesehatan Ny. w dan Ny.T adalah terapi seduhan air

bawang putih. Intervensi tersebut dilakukan penulis berdasarkan keluhan Ny.

W mudah lelah, sering lemas, pusing, sakit kepala dan terasa kaku pada

tengkuk leher dan juga keluhan Ny.T terasa kaku pada leher dan mudah lelah.

Penulis melakukan intervensi tersebut berdasarkan konsep dan teori yang di

kemukakan oleh beberapa ahli di antaranya menurut Syamsiah dan Tajjudin,

(2003) mengatakan bahwa zat alisin dan scordinin yang terdapat dalam

seduhan air bawang putih menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic

dengan mengurangi aktifitas angiotensin coverting enzyme (ACE) Ini

merupakan mekanisme di mana obat inhibitor ACE berperan dalam

menurunkan tekanan darah dengan meminum satu gelas air seduhan bawang

putih rutin setiap pagi selama 7 hari.

Hasil yang di dapatkan setelah Ny. W dan Ny.T diberikan air seduhan

bawang putih adalah pernyataan Ny. W mengatakan sudah bias tidur dengan

baik, lemas berkurang dan Ny.T mengatakan rasa tegang pada tengkuk leher

sudah mulai berkurang. Hasil observasi menunjukkan tekanan darah Ny. W

mulai menurun yaitu TD : 140/80 mmHg dan Ny.F 150/75 mmHg. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan dari Syamsiah dan Tajjudin, (2003) yakni

pemberian air seduhan bawang putih secara signifikan dapatkan menurunkan

tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi.

D. Impilikasi Asuhan Keperawatan pada Klien

Berdasarkan studi kasus yang dilakukan pada 2 klien penderita

hipertensi, bahwa masalah ketidakstabilan tekanan darah sangatlah

berpengaruh. Saat pengkajian pada kedua kasus tersebut klien nampak

bertanya- tanya tentang hipertensi pada penulis. Untuk mengatasi masalah

ketidakstabilan tekanan darah penulis melakukan diskusi bersama keluarga

dan klien mengenai defenis, penyebab, tanda gejala, dan pencegahan

hipertensi serta pengobatan herbal yang dapat dilakukan oleh keluarga kepada

pasien.

Disaat melakukan asuhan keperawatan pendidikan kesehatan

hipertensi kepada Ny. W dan Ny.T dapat mengatasi masalah ketidakstabilan

tekanan darah. Edukasi yang dilakukan terhadap klien dan keluarga sebaiknya

dilakukan setiap pertemuan. Edukasi yang diberikan tentang defenis,

penyebab, tanda gejala, dan pencegahan hipertensi serta pengobatan herbal

yang dapat dilakukan oleh keluarga terhadap klien diharapkan saat perawat

mengingatkan kembali klien sudah memahami dengan baik.

Penatalaksanaanke perawatan untuk penderita hipertensi diaataranya

adalah pendidikan kesehatan tentang hipertensi, pemberian seduhan air

bawang putih. Namun penulis memutuskan untuk melakukan pemberian air


seduhan bawang putih sebagai intervensi inovasi karena air seduhan bawang

putih dirasa intervensi paling tepat untuk diterapkan kepada Ny. W dan Ny.T.

Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Syamsiah dan Tajjudin, (2003) yakni

pemberian air seduhan bawang putih secara signifikan didapatkan

menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic pada penderita hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai