Tugas Kel GCG BAB I
Tugas Kel GCG BAB I
PENDAHULUAN
perusahaan, perlu ditetapkan pernyataan yang jelas tentang tujuan yang akan dicapai
dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan. Laba bukan saja sebagai indikator
didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan yang dibuat sesuai dengan
informasi yang dapat digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan karena
merupakan data paling umum yang tersedia untuk menilai prestasi suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba, walaupun seringkali tidak mewakili hasil dan kondisi
1
2
menunjukkan kondisi perusahaan dalam keadaan baik atau buruk. Saat kondisi
keuangan perusahaan dalam keadaan buruk, para stakeholder akan memakai analisis
laporan keuangan untuk menilai kinerja di masa lalu, posisi perusahaan sekarang
serta menilai potensi dan resiko perusahaan di masa mendatang. Apabila kinerja
keuangan suatu perusahaan baik maka investor akan tertarik untuk menginvestasikan
dana yang mereka miliki kepada perusahaan sehingga nilai perusahaan juga akan
meningkat. Keadaan ini akan membuat perusahaan dapat bertahan dalam menghadapi
organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya,
agar memperoleh tindakan dan hasil yang diinginkan. Selain itu penilaian mengenai
kinerja keuangan perusahaan akan menjadi salah satu informasi yang sangat
mempengaruhi berinventasi.
maupun rasio pasar. Salah satu rasio yang dinilai bisa memberikan informasi yang
paling baik adalah Tobin’s Q. Tobin’s Q digunakan sebagai ukuran penelitian pasar
(Klapper dan Love, 2002 dalam Darmawati, dkk. 2004). Nama Tobin’s Q berasal
3
dari James Tobin dari Yale University setelah dia memperoleh hadiah nobel. Morck,
alasan bahwa dengan Tobin’s Q, maka dapat diketahui nilai pasar perusahaan, yang
prospek pertumbuhan yang baik dan memiliki intangible asset (aktiva tidak
berwujud) yang semakin besar. Hal ini bisa terjadi karena semakin besar nilai pasar
yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut. Brealey dan Myers (2000) dalam
tinggi biasanya memiliki brand image perusahaan yang sangat kuat, sedangkan
perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s Q yang rendah umumnya berada pada
sensitif terhadap setiap perubahan kondisi. Selain itu jumlah perusahaan manufaktur
yang cukup besar sehingga motivasi untuk memperoleh sampel yang cukup dalam
penelitian dapat terpenuhi (Tarjo dan Hartono, 2003). Berikut ini deskriptif rata-rata
perusahaan manufaktur yang diukur dengan Tobin’s Q pada tahun 2005 mencapai
dibandingkan pada tahun 2003 yang jauh lebih baik, dimana nilai Tobin’s Q
mendekati 1, artinya rasio pasar pada perusahaan manufaktur cenderung sangat baik
mencapai hingga 100%. Nilai Tobin’s Q pada tahun 2003-2006 kurang dari 1
tinggi pada umumnya berkisar pada hal-hal yang sifatnya fundamental yaitu: (1)
secara efektif dan efisien, yang mencakup seluruh bidang aktivitas (sumber daya
sistem pemisahan antara manajemen dan pemegang saham, sehingga secara praktis
manajemen dan pemegang saham dan (3) Perlunya kemampuan perusahaan untuk
tersebut digunakan secara tepat dan seefisien mungkin serta memastikan bahwa
memiliki suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik, melalui penerapan good
merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang
para pemegang saham dan stakeholder lainnya. GCG juga dapat digunakan untuk
Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan tersebut
implementasi GCG merupakan bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja
GCG akan mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahaan. Didalam
pemegang saham. Namun di sisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk
ini sering kali menimbulkan masalah yang disebut dengan masalah keagenan.
6
institusional dan kepemilikan manajerial adalah dua mekanisme utama GCG yang
institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada akhir tahun (Shien, et
al. 2006 dalam Sabrinna, 2010). Menurut Wening (2009), kepemilikan institusional
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung
institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi
yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja keuangan
perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh
atau alat untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim (claim holder)
manajerial dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi masalah keagenan yang
merupakan keinginan dari para pemegang saham. Ross, et al. (1999) dalam Putri
pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Kepemilikan saham
saham, sehingga manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan
yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari
Kepemilikan manajerial yang terlalu tinggi juga tidak baik untuk perusahaan,
manajerial tinggi, mereka memiliki posisi yang kuat untuk melakukan kontrol
terhadap perusahaan dan pihak pemegang saham eksternal akan mengalami kesulitan
untuk mengendalikan tindakan manajer. Hal ini disebabkan tingginya hak voting
Salah satu permasalahan dalam penerapan GCG adalah adanya CEO (Chief
Executive Officer) yang memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan
dewan komisaris. Fungsi dari dewan komisaris ini adalah untuk mengawasi kinerja
dari dewan direksi yang dipimpin oleh CEO tersebut. Efektivitas dewan komisaris
independensi dari dewan komisaris tersebut (Lorsch, 1989; Mizruchi, 1983; Zahra &
8
Pearce, 1989 dalam Wardhani, 2006). Konteks independensi ini menjadi semakin
Pfeffer & Salancik (1978) dalam Wardhani (2006) menyatakan bahwa dengan
dukungan dari luar juga semakin meningkat. Selain itu, Daily & Dalton (1994) dalam
Wardhani (2006) menyatakan bahwa apabila ada resistensi dari CEO untuk
menerapkan strategi yang agresif untuk mengatasi kinerja keuangan perusahaan yang
terus menurun, maka adanya direksi dari luar akan mendorong pengambilan
bahwa semakin tinggi representasi dewan dalam (insider board) maka keterlibatan
direksi dalam pengambilan keputusan yang strategis akan semakin rendah (Judge &
Fama dan Jensen (1983) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007), menyatakan
penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan
sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: 117/M-
dan laporan keuangan, GCG memerintahkan bahwa komite audit harus memiliki
dividen.
Bukti penelitian empiris dalam Jurnal Ekonomi & Bisnis (2009) dalam Purba
antara lain: (1) Penelitian yang dilakukan oleh Ashbaugh, et al. (2004) terhadap 1500
yang signifikan. (2) Penelitian yang dilakukan oleh Alexakis, et al. (2006) terhadap
rata-rata return saham, dan mengalami penurunan risiko yang signifikan. (3)
perusahaan
10
performance) yang signifikan. (4) Penelitian yang dilakukan oleh Cornett, et al.
Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Brown & Caylor (2004) di Georgia,
Sanda, et al. (2005) menemukan bukti empiris bahwa (1) Kepemilikan saham
secara signifikan negatif terkait dengan ROA, ROE, Rasio PE, dan Tobin’s Q (2)
Ukuran Dewan menunjukkan ada hubungan yang signifikan dengan ROA, ROE, dan
Rasio PE (3) Ukuran Dewan secara signifikan berhubungan positif dengan Tobin’s Q
(4) Kepemilikan Konsentrasi memiliki efek positif yang signifikan dalam semua
kecuali satu kasus, rasio PE (5) Direktur luar tidak menunjukkan hubungan
signifikan dengan kinerja perusahaan (6) Leverage yang memiliki pengaruh positif
kinerja operasi (ROE) tetapi secara statistik tidak mempengaruhi kinerja pasar
(Tobin’s Q). Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa struktur kepemilikan
dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dalam kaitan ini maka penulis
2009)”.
12
dan komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur
dengan Tobin's Q?
5. Untuk mengetahui pengaruh secara positif antara komite audit terhadap kinerja
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
b. Bagi Investor
dipublikasikan.