09e00019 PDF
09e00019 PDF
O
L
E
H
HENRY A.SIREGAR
NIM : 03 0402 035
Oleh :
HENRY A.SIREGAR
NIM : 030402035
Disetujui oleh :
Pembimbing,
Diketahui oleh :
Ketua Departemen Teknik Elektro FT USU,
Tegangan tiga phasa yang menyuplai motor induksi dapat ditemukan dalam
keadaan tidak setimbang. Penyebab dari ketidaksetimbangan tegangan tiga phasa ini
dapat disebabkan oleh adanya gangguan – gangguan asimetri pada sistem tenaga,
distribusi beban – beban satu phasa yang tidak merata pada sistem tenaga yang sama,
kegagalan operasi dari peralatan pengoreksi faktor daya, impedansi tidak setimbang
dari transformator penyuplai, dan lain sebagainya.
Hal di atas dapat mempengaruhi performansi dari motor induksi tiga phasa
tersebut, yang mana dalam hal ini lebih difokuskan akan mempengaruhi torsi dan
effisiensinya. Oleh karena itu dalam tugas akhir ini akan dijelaskan pengaruh
tegangan tidak setimbang terhadap torsi dan effisiensi motor induksi tiga phasa.
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Pertama - tama, penulis ingin sekali berterima kasih kepada Tuhan Yesus, yang oleh
Adapun tugas akhir ini berjudul “ Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap
Torsi dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa”, yang disusun dan diajukan sebagai
Sebagai manusia, penyusun menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh
Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis tidak terlepas dari bantuan banyak pihak.
Maka dalam kesempatan ini, penyusun juga ingin berterima kasih kepada :
(N. br Harahap), dan adik – adikku (Evelyn, David, dan Bella), yang selalu
2. Bapak Ir. Satria Ginting selaku dosen pembimbing tugas akhir yang telah
3. Bapak Ir. Nasrul Abdi, MT dan Bapak Rachmat Fauzi ST, MT selaku Ketua
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
5. Bapak Ir. Mustafrin Lubis, selaku Kepala Laboratorium Mesin – Mesin
Listrik
8. Saudara Eko (asisten laboratorium mesin – mesin listrik) yang telah banyak
9. Teman – teman nongkrong bareng : Eone , Teta, Riko, Teddy , Hans, Paniel ,
12. Teman – teman ’03 yang nama – namanya tak dapat disebutkan satu persatu
13. Teman – teman ’04, ’05, ’06, yang namanya tak dapat disebutkan satu persatu
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini masih belum sempurna. Oleh
karena penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bisa
membangun tugas akhir ini menjadi lebih baik lagi. Akhirnya penulis berharap
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
2.1 Umum 6
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
2.10 Disain motor induksi 30
3.4 Torsi Dan Daya Pada Motor Induksi Tiga Phasa Pada 46
4.1 Umum 48
Tegangan Setimbang 49
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
5.1 Kesimpulan 56
5. 2 Saran 56
BAB I
PENDAHULUAN
Motor induksi merupakan motor arus bolak – balik yang paling luas
diaplikasikan dalam dunia industri. Hal ini dikarenakan motor ini memiliki
konstruksi yang kuat, sederhana serta membutuhkan perawatan yang tidak banyak.
Selain itu motor ini juga menyediakan effisiensi yang baik dan putaran yang konstan
phasa adalah hal yang mungkin saja bisa terjadi dalam keadaan praktis dari
sistem tenaga, distribusi beban – beban satu phasa tidak merata pada sistem tenaga
yang sama, ataupun kegagalan operasi dari peralatan pengoreksi faktor daya, akan
motor induksi, yang mana dalam hal ini lebih ditekankan pada permasalahan torsi
dan effisiensi motor induksi tersebut. Hal ini dikarenakan tegangan merupakan salah
satu parameter terpenting dari torsi yang akan dibangkitkan motor induksi, dimana
torsi akan sebanding dengan kuadrat dari tegangan motor.Dengan demikian hal ini
akan menentukan daya output dari motor dan selanjutnya akan menentukan effisiensi
memberikan suatu kontribusi yang akan mempengaruhi torsi dan effisiensi dari
motor induksi, dan bagaimana relevansinya terhadap operasi motor induksi tersebut
tegangan tidak setimbang terhadap torsi dan effisiensi motor induksi tiga
phasa.
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
1.4 BATASAN MASALAH
sistem tenaga
3. Tidak membahas pengaruh tegangan tidak setimbang terhadap torsi start dan
4. Defenisi tegangan tidak setimbang yang digunakan dalam tulisan ini adalah
Energi Listrik
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah:
1. Studi literatur, berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku teks
pendukung.
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
3. Studi laboratorium, melakukan percobaan untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan.
BAB I : PENDAHULUAN
penulisan.
motor induksi tiga phasa, aliran daya pada motor induksi tiga phasa,
torsi motor induksi tiga phasa, dan effisiensi motor induksi tiga
phasa
TIGA PHASA
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
tegangan tidak setimbang, torsi dan daya pada motor induksi pada
TIGA PHASA
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
BAB II
2.1 UMUM
Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling luas
digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga.
Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan diperoleh dari
sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat adanya
perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field)
Motor ini memiliki konstruksi yang kuat, sederhana, handal, serta berbiaya
murah. Di samping itu motor ini juga memiliki effisiensi yang tinggi saat berbeban
penuh dan tidak membutuhkan perawatan yang banyak. Akan tetapi jika
dibandingkan dengan motor DC, motor induksi masih memiliki kelemahan dalam hal
sukar untuk dilakukan, sementara pada motor DC hal yang sama tidak dijumpai.
Motor induksi pada dasarnya memiliki konstruksi stator yang sama dengan
motor sinkron, dan hanya terdapat perbedaan pada konstuksi rotor. Stator dibentuk
dari laminasi – laminasi tipis yang terbuat dari aluminium ataupun besi tuang, dan
kemudian dipasak bersama – sama untuk membentuk inti stator dengan slot seperti
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
yang ditunjukkan gambar dua satu. Kumparan ( coil ) dari konduktor – konduktor
yang terisolasi ini kemudian disisipkan ke dalam slot – slot tersebut. Sehingga grup
dari kumparan ini beserta dengan inti yang mengelilinginya membentuk rangkaian
hubungan internal dari belitan stator, yang mana bila belitan ini disuplai dengan
Gambar 2.1
Rotor motor induksi tiga phasa dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu rotor
sangkar (squirrel cage rotor) dan rotor belitan (wound rotor). Rotor sangkar terdiri
dari susunan batang konduktor yang dibentangkan ke dalam slot – slot yang terdapat
pada permukaan rotor dan tiap – tiap ujungnya dihubung singkat dengan
Gambar 2.2
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
a) Rotor Sangkar b) Motor induksi rotor sangkar
Sementara itu pada rotor belitan, rotornya dibentuk dari satu set belitan tiga
phasa yang merupakan bayangan dari belitan statornya. Biasanya belitan tiga phasa
dari rotor ini terhubung Y dan kemudian tiap - tiap ujung dari tiga kawat rotor
tersebut diikatkan pada slip ring yang berada pada poros rotor. Pada motor induksi
rotor belitan, rangkaian rotornya dirancang untuk dapat disisipkan dengan tahanan
eksternal, yang mana hal ini akan memberikan keuntungan dalam memodifikasi
Gambar 2.3
Ketika belitan tiga phasa dari motor induksi diberi suplai maka medan
magnet yang berputar akan dihasilkan. Medan magnet ini dibentuk oleh kutub –
kutubnya yang berada pada posisi yang tidak tetap pada stator tetapi berubah – ubah
mengelilingi stator. Adapun magnitud dari medan putar ini selalu tetap yaitu sebesar
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Untuk melihat bagaimana medan putar dibangkitkan, maka dapat diambil
contoh pada motor induksi tiga phasa dengan jumlah kutub dua. Dimana ke-tiga
phasanya R,S,T disuplai dengan sumber tegangan tiga phasa, dan arus pada phasa ini
ditunjukkan sebagai IR, IS, dan IT, maka fluks yang dihasilkan oleh arus – arus ini
adalah :
i ii
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
iii iv
Gambar 2.6
Medan putar pada motor induksi tiga phasa
(i) Pada keadaan 1 ( gambar2.6 ), ωt = 0 ; aru s d alam phasa R bern ilai nol
sedangkan besarnya arus pada phasa S dan phasa T memiliki nilai yang sama dan
arahnya berlawanan. Dalam keadaan seperti ini arus sedang mengalir ke luar dari
konduktor sebelah atas dan memasuki konduktor sebelah bawah. Sementara resultan
fluks yang dihasilkan memiliki besar yang konstan yaitu sebesar 1,5 Φm dan
3
ΦR = 0 ; ΦS = Φm sin ( -120o ) = − Φm ;
2
3
ΦT = Φm sin ( -240o ) = Φm
2
Oleh karena itu resultan fluks, Φr adalah jumlah phasor dari ΦT dan – ΦS
3
Sehinngga resultan fluks, Φr = 2 x Φm cos 30o = 1,5 Φm
2
pada R dan phasa T bernilai 0,5 maksimum pada phasa R dan phasa T, dan pada saat
ini ωt = 30o, oleh karena itu fluks yang diberikan oleh masing – masing phasa :
ΦS = Φm sin ( -90o ) = - Φm
Maka jumlah phasor ΦR dan - ΦT adalah = Φr’ = 2 x 0,5 Φm cos 60 = 0,5 Φm.
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Sehingga resultan fluks Φr = 0,5 Φm + Φm = 1,5 Φm.
Dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks berpindah
( iii ) Pada keadaan ini ωt = 60o, arus pada phasa R dan phasa T memiliki besar
yang sama dan arahnya berlawanan ( 0,866 Φm ), oleh karena itu fluks yang
3
ΦR = Φm sin ( 60o ) = Φm
2
3
ΦS = Φm sin ( -60o ) = − Φm
2
ΦT = Φm sin ( -180o ) = 0
3
Maka magnitud dari fluks resultan : Φr = 2 x Φm cos 30o = 1,5 Φm
2
Dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks berpindah
( iv ) Pada keadaan ini ωt = 90o, arus pada phasa R maksimum ( positif), dan arus
ΦR = Φm sin ( 90o ) = Φm
Maka jumlah phasor - ΦT dan – ΦS adalah = Φr’ = 2 x 0,5 Φm cos 60 = 0,5 Φm.
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Sehingga resultan fluks Φr = 0,5 Φm + Φm = 1,5 Φm.
Dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks berpindah
Pada motor induksi tidak terdapat hubungan listrik antara stator dengan
rotor, karena arus pada rotor merupakan arus induksi. Jika belitan stator diberi
tegangan tiga phasa, maka pada stator akan dihasilkan arus tiga phasa, arus ini
sinkron.
tersebut akan diinduksikan ggl yang sama seperti ggl yang diinduksikan dalam lilitan
tertutup, baik melalui cincin ujung maupun tahanan luar. Ggl induksi menyebabkan
arus mengalir di dalam konduktor rotor. Sehingga dengan adanya aliran arus pada
konduktor rotor di dalam medan magnet yang dihasilkan stator, maka akan
Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi tiga phasa, maka dapat
1. Pada keadaan beban nol ketiga phasa stator yang terhubung dengan sumber
tegangan tiga phasa yang setimbang akan menghasilkan arus pada tiap belitan
phasa arus pada tiap phasa menghasilkan fluksi bolak – balik yang berubah –
ubah .
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
2. amplitudo fluksi yang dihasilkan berubah secara sinusoidal dan arahnya tegak
3. akibat fluksi yang berputar timbul ggl pada stator motor yang besarnya :
dΦ
E1 = − N1 ( volt) ...............................................( 2.2 )
dt
5. resultan dari ketiga fluksi bolak – balik tersebut menghasilkan medan putar
120 x f
ns = (rpm) ......................................................( 2.4 )
p
6. fluksi yang berputar tersebut akan memotong batang konduktor pada rotor.
Dimana:
E2 = tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam (volt)
7. karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl tersebut akan
menghasilkan arus I2
8. adanya arus I2 di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya F pada rotor
9. bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untuk memikul
kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar stator.
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
10. perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekati kecepatan
sinkron. Perbedaan kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatan rotor
ns − nr
s= x 100 % ................................................( 2.6 )
nr
11. pada saat rotor dalam keadaan berputar, besarnya tegangan yang terinduksi
dimana :
12. bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada
kumparan rotor, sehingga tidak akan dihasilkan kopel. Kopel akan dihasilkan
Operasi dari motor induksi tergantung pada induksi arus dan tegangan di
dalam rangkaian rotor yang berasal dari rangkaian stator karena adanya aksi
transformator. Karena induksi arus dan tegangan pada motor induksi pada dasarnya
sama dengan operasi transformator, maka rangkaian ekivalen motor induksi akan
sangat menyerupai rangkaian ekivalen dari transformator. Motor induksi disebut juga
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
sebagai singly excited machine, sebab daya hanya disuplai dari rangkaian stator.
operasi dari motor induksi. Sebagaimana halnya pada transformator, maka akan
terdapat tahanan (R1) dan induktansi sendiri (X1) pada belitan stator yang
transformator ideal dengan rasio belitan effektif aeff. Rasio belitan ini dengan mudah
dapat ditentukan pada motor induksi rotor belitan, yang mana pada dasarnya rasio ini
merupakan banyaknya konduktor per phasa pada stator terhadap jumlah konduktor
per phasa pada rotor. Akan tetapi tidak demikian halnya pada motor induksi sangkar
terhubung singkat.
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Impedansi rangkaian primer dan arus magnitisasi dari motor induksi sama
halnya dengan komponen - komponen yang dijumpai pada transformator. Hal yang
terdapatnya variasi frekuensi pada tegangan rotor (ER), impedansi rotor RR dan jXR.
diinduksikan pada belitan rotornya. Pada umumnya, gerak relatif yang lebih besar di
antara rotor dan medan putar stator, akan menghasilkan tegangan dan frekuensi rotor
yang lebih besar juga. Gerak relatif yang terbesar terjadi saat rotor dalam keadaaan
diam atau disebut juga dalam keadaan blocked rotor. Sebaliknya, frekuensi dan
tegangan terendah timbul saat rotor berputar pada kecepatan yang sama dengan
frekuensi tegangan induksi rotor pada saat berputar sebanding dengan slip dari
rotornya. Sehingga, besarnya tegangan induksi rotor dalam kondisi rotor terkunci
disebut ERO, sedangkan untuk slip pada suatu putaran tertentu dirumuskan dengan:
ER = sERO............................................................(2.8)
fr = sfe..................................................................(2.9)
sementara itu pada reaktansi rotor besarnya akan dipengaruhi oleh slip.
rotor dan arus pada rotor. Bila induktansi rotor LR, maka reaktansi rotor adalah :
XR = ωr LR = 2 π fr LR : fr = sfe
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Sehingga
XR = 2 π sfe LR
= sXRO.........................................................................(2.10)
LR = induktansi rotor
ER
IR = ..........................................(2.12)
RR + jsX RO
E RO
IR = ..........................................(2.13)
RR / s + jX RO
IR = arus rotor ( A )
RR = tahanan rotor ( Ώ )
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
XR = reaktansi rotor ( Ώ )
gambar 2.8 dapat dilihat dari sisi stator, seperti gambar 2.9 :
sekunder dapat digantikan ke sisi primer sesuai dengan rasio belitannya, sehingga hal
Vp = Vs = a Vs ........................................................(2.14)
Ip = I’s = Is/a............................................................(2.15)
Z’s = a2Zs.................................................................(2.16)
Secara eksak urutan transformasi yang sama dapat dilakukan untuk rangkaian rotor
motor induksi. Jika rasio belitan effektif dari motor induksi adalah aeff, kemudian
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Atau dapat juga didefenisikan dengan :
Gambar 2.10 Rangkaian ekivalen motor induksi dengan adanya pemisahan rugi – rugi rotor
induksi yang bekerja dalam keadaan normal, karena adanya celah udara yang
menjadikan perlunya suatu arus magnetisasi yang sangat besar (30% sampai 40%
dari arus beban penuh). Untuk itu dalam rangkaian ekivalen RC dapat diabaikan.
Gambar 2.11 Rangkaian ekivalen motor induksi jika rugi – rugi inti diabaikan
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
2.6 ALIRAN DAYA PADA MOTOR INDUKSI TIGA PHASA
Daya listrik disuplai ke stator motor induksi diubah menjadi daya mekanik
pada poros motor. Berbagai rugi – rugi yang timbul selama proses konversi energi
PCORE = 3 E12GC......................................................(2.23)
Jika dilihat pada rangkaian rotor, satu – satunya elemen pada rangkaian ekivalen
yang mengkonsumsi daya pada celah udara adalah resistor R2/s. Oleh karena itu daya
R2
PAG = 3I 2
2
.........................................................(2.27)
s
Apabila rugi – rugi tembaga dan rugi – rugi inti dikurangi dengan daya input motor,
maka akan diperoleh besarnya daya listrik yang diubah menjadi daya mekanik.
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Besarnya daya mekanik yang dibangkitkan motor adalah:
1 − s
Pconv = 3 I 2 R 2
2
.........................................(2.28)
s
Dari persamaan 2.25 dan 2.27 dapat dinyatakan hubungan rugi – rugi tembaga
Karena daya mekanik yang dibangkitkan pada motor merupakan selisih dari daya
pada celah udara dikurangi dengan rugi – rugi tembaga rotor, maka daya mekanik
Pconv = (1 – s ) PAG..........................................................(2.30)
Daya output akan diperoleh apabila daya yang dikonversikan dalam bentuk daya
mekanik dikurangi dengan rugi – rugi gesek dan angin. Gambar 2.12 menunjukkan
Gambar 2.12
Diagaram aliran daya pada motor induksi
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
2.7 TORSI MOTOR INDUKSI TIGA PHASA
Dari rangkaian ekivalen dan diagram aliran daya motor induksi tiga phasa
yang telah diperoleh sebelumnya dapat diturunkan suatu rumusan unum untuk torsi
induksi sebagai fungsi dari kecepatan. Torsi motor induksi diberikan oleh persamaan:
Pconv
τind = ..........................................................(2.31)
ωm
PAG
τind = ..........................................................(2.32)
ωsync
selalu bernilai konstan untuk tiap – tiap frekuensi dan jumlah kutub yang diberikan
motor. Karena kecepatan sinkron selalu tetap, maka daya pada celah udara akan
2.11, untuk menentukan besarnya arus I2, kemungkinan penyelesaian yang paling
gambar tersebut.
ekivalen motor induksi, pertama – tama terminal X’s dihubung buka (open - circuit ),
impedansi Thevenin, maka tegangan phasa dihubung singkat ( short – circuit ) dan
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Gambar 2.13 Tegangan ekivalen Thevenin pada sisi rangkaian input
mendapatkan tegangan ekivalen Thevenin. Oleh karena itu dengan aturan pembagi
tegangan diperoleh :
VTH = VΦ ZM
Z M + Z1
jX M
= VΦ
R 1 + jX1 + jX M
VTH = VΦ XM ................................(2.33)
R1 + ( X 1 + X M )
2 2
Karena reaktansi magnetisasi XM >> X1 dan XM >> R1, harga pendekatan dari
ekivalen Thevenin dibentuk oleh impedansi paralel yang terdapat pada rangkaian.
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Gambar 2.14 impedansi ekivalen Thevenin pada sisi rangkaian input
Z1 Z M
ZTH =
Z1 + Z M
jX M (R 1 + jX1 )
ZTH = RTH + jXTH = ...............................(2.35)
R 1 + j(X1 + X M )
Karena XM >> X1 dan XM + X1 >> R1, tahanan dan reaktansi Thevenin secara
RTH ≈ R1
XTH ≈ X1
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Dari gambar di atas arus I2 diberikan oleh :
VTH VTH
I2 = ; I2 =
Z TH + Z 2 R TH + R 2 / s + jX TH + jX 2
VTH
I2 = .............................................(2.36)
(R TH + R 2 / s ) 2
+ (X TH + X1 )
2
2
R2 3V TH R 2 / s
PAG = 3 I22
s
; PAG =
[
(R TH + R 2 )2 + (X TH + X 2 )2 ]
..................(2.37)
P 3V 2 TH R 2 / s
τind = AG
ωsync
; τind =
[
ωsync (R TH + R 2 ) + (X TH + X 2 )
2 2
]..............(2.38)
Gambar kurva torsi kecepatan (slip) pada motor induksi ditunjukkan pada
gambar 2.16
Gambar 2.16
Karakteristik torsi – slip pada motor induksi
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Sedangkan kurva torsi - kecepatan motor induksi yang menunjukkan
Gambar 2.17
Dari kedua kurva karakteristik torsi motor induksi di atas dapat diambil beberapa
1. Torsi motor induksi akan bernilai nol pada saat kecepatan sinkron
2. kurva torsi – kecepatan mendekati linear di antara beban nol dan beban
penuh. Dalam daerah ini, tahanan rotor jauh lebih besar dari reaktansi rotor,
oleh karena itu arus rotor, medan magnet rotor, dan torsi induksi meningkat
3. Akan terdapat torsi maksimum yang tak mungkin akan dapat dilampaui. Torsi
ini disebut juga dengan pull – out torque atau break down torque, yang
karena itu motor ini akan start dengan suatu beban tertentu yang dapat
5. torsi pada motor akan memberikan harga slip yang bervariasi sebagai harga
kuadrat dari tegangan yang diberikan. Hal ini sangat penting dalam
6. jika rotor motor induksi digerakkan lebih cepat dari kecepatan sinkron,
kemudian arah dari torsi induksi di dalam mesin menjadi terbalik dan mesin
7. jika motor induksi bergerak mundur relatif arah dari medan magnet, torsi
induksi mesin akan menghentikan mesin dengan sangat cepat dan akan
mencoba untuk berputar pada arah yang lain. Karena pembalikan arah medan
putar merupakan suatu aksi penyaklaran dua buah phasa stator, maka cara
seperti ini dapat digunakan sebagai suatu cara yang sangat cepat untuk
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
2.8 TORSI MAKSIMUM MOTOR INDUKSI
Karena torsi induksi bernilai τind = PAG/ωsync, maka torsi maksimum yang
mungkin terbentuk jika daya pada celah udara maksimum. Karena daya pada celah
udara sama dengan daya yang dikonsumsi oleh resistor R2/s, torsi induksi akan
Transfer daya terhadap resistor R2/s akan maksimum jika magnitud dari
impedansi sama dengan magnitud dari impedansi sumber. Dari rangkaian ekivalen
R 2TH + ( X TH + X 2 )
R2
=
2 ..........................................(2.40)
s
Oleh karena itu slip dari rotor saat torsi maksimum secara langsung sebanding
dengan tahanan rotor. Sedangkan torsi maksimum dapat ditentukan sebagai berikut :
3V 2TH ...................(2.42)
τ max =
2ω sync RTH + + ( X TH + X 2 )
2 2
R
TH
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
2.9 EFFISIENSI MOTOR INDUKSI TIGA PHASA
keeffektifan motor induksi untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik
yang dinyatakan sebagai perbandingan / rasio daya output ( keluaran ) dengan daya
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa effisiensi motor tergantung pada
besarnya rugi – rugi. Pada dasarnya metode yang digunakan untuk menentukan
effisiensi motor induksi bergantung pada dua hal apakah motor itu dapat dibebani
beban nol dan pengujian hubung singkat. Dari pengujian beban nol akan diperoleh
rugi – rugi rotasi yang terdiri dari rugi – rugi mekanik dan rugi – rugi inti. Rugi –
rugi tembaga stator tdk dapat diabaikan sekalipun motor berbeban ringan ataupun
tanpa beban. Persamaan yang dapat digunakan untuk motor tiga phasa ini adalah :
Dari ke dua rumus di atas dapat dinyatakan bahwa rugi – rugi daya = total
daya input – rugi tembaga stator. Situasi ini tepat karena rotor tidak dibebani sewaktu
sedang beroperasi sehingga slipnya sangat kecil oleh karena itu arus, dan rugi – rugi
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Dari pengujian hubung singkat akan dihasilkan parameter rotor. Daya total
didissipasikan dalam rugi – rugi tembaga stator dan rugi – rugi tembaga rotor.
empat kelas yakni disain A,B,C, dan D. Karakteristik torsi – kecepatannya dapat
Gambar 2.18
Karakteristik torsi kecepatan motor induksi
Pada berbagai disain
Kelas A : disain ini memiliki torsi start normal (150 – 170%) dari nilai
ratingnya) danarus start relatif tinggi. Torsi break down nya merupakan yang
paling tinggi dari semua disain NEMA. Motor ini mampu menangani beban
lebih dalam jumlah besar selama waktu yang singkat. Slip < = 5%
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Kelas B : merupakan disain yang paling sering dijumpai di pasaran. Motor
ini memiliki torsi start yang normal seperti halnya disain kelas A, akan tetapi
motor ini memberikan arus start yang rendah. Torsi locked rotor cukup baik
untuk menstart berbagai beban yang dijumpai dalam aplikasi industri. Slip
motor ini < =5 %. Effisiensi dan faktor dayanya pada saat berbeban penuh
tinggi sehingga disain ini merupakan yang paling populer. Aplikasinya dapat
dijumpai pada pompa, kipas angin/ fan, dan peralatan – peralatan mesin.
Kelas C : memiliki torsi start lebih tinggi (200 % dari nilai ratingnya) dari
motor ini mendekati kecepatan penuh tanpa overload dalam jumlah besar.
Kelas D : memiliki torsi start yang paling tinggi. Arus start dan kecepatan
beban penuhnya rendah. Memiliki nilai slip yang tinggi ( 5 -13 % ), sehingga
motor ini cocok untuk aplikasi dengan perubahan beban dan perubahan
dan ekstraktor.
induksi dapat diperoleh dari hasil pengujian tanpa beban, pengujian rotor tertahan,
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
2.11.1 Pengujian Tanpa Beban ( No Load Test )
berupa besarnya arus magnetisasi dan rugi – rugi tanpa beban. Biasanya pengujian
tersebut dilakukan pada frekuensi yang diizinkan dan dengan tegangan tiga phasa
dalam keadaan setimbang yang diberikan pada terminal stator. Pembacaan diambil
pada tegangan yang diizinkan setelah motor bekerja cukup lama, agar bagian –
rotasional keseluruhan pada frekuensi dan tegangan yang diizinkan pada waktu
dibebani biasanya dianggap konstan dan sama dengan rugi – rugi tanpa beban.
Pada keadaan tanpa beban, besarnya arus rotor sangat kecil dan hanya
Karenanya rugi – rugi I2R tanpa beban cukup kecil dan dapat diabaikan. Pada
transformator rugi – rugi I2R primernya tanpa beban dapat diabaikan, akan tetapi
rugi – rugi stator tanpa beban motor induksi besarnya cukup berarti karena arus
magnetisasinya lebih besar. Besarnya rugi – rugi rotasional PR pada keadaan kerja
normal adalah :
Karena slip pada keadaaan tanpa beban sangat kecil, maka akan
mengakibatkan tahanan rotor R2/s sangat besar. Sehingga cabang paralel rotor dan
cabang magnetisasi menjadi jXM di shunt dengan suatu tahanan yang sangat besar,
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
dan besarnya reaktansi cabang paralel karenanya sangat mendekati XM. Sehingga
besar reaktansi yang tampak Xnl yang diukur pada terminal stator pada keadaan
tanpa beban sangat mendekati X1 + XM, yang merupakan reaktansi sendiri dari stator,
sehingga
Xnl = X1 + XM...............................................................(2.46)
Maka besarnya reaktansi diri stator, dapat ditentukan dari pambacaan alat ukur pada
keadaan tanpa beban. Untuk mesin tiga phasa yang terhubung Y besarnya impedansi
Vnl
Znl = ....................................................................(2.47)
3 I nl
Pnl
Rnl = ......................................................................(2.48)
3 I 2 nl
Pnl merupakan suplai daya tiga phasa pada keadaan tanpa beban, maka besar
Xnl = Z 2 nl − R 2 nl ..................................................(2.49)
sewaktu pengujian beban nol, maka rangkaian ekivalen motor induksi seperti gambar
2.19
Gambar 2.19 rangkaian ekivalen motor induksi pada percobaan beban nol
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
2.11.2 Pengujian tahanan stator ( DC test )
Pada dasarnya tegangan DC diberikan pada belitan stator motor induksi. Karena arus
yang disuplai adalah arus DC, maka tidak terdapat tegangan yang diinduksikan pada
rangkaian rotor sehingga tidak ada arus yang mengalir pada rotor. Dalam keadaan
demikian, reaktansi dari motor juga bernilai nol, oleh karena itu, yang membatasi
Untuk melakukan pengujian ini, arus pada belitan stator diatur pada nilai
rated, yang mana hal ini bertujuan untuk memanaskan belitan stator pada temperatur
yang sama selama operasi normal. Apabila tahanan stator dihubung Y, maka besar
3 VDC
R1 = ..............................................................................................( 2.51 )
2 I DC
Dengan diketahuinya nilai dari R1, rugi – rugi tembaga stator pada beban nol
dapat ditentukan, dan rugi – rugi rotasional dapat ditentukan sebagai selisih dari daya
input pada beban nol dan rugi – rugi tembaga stator. Gambar 3.4 menunjukkan salah
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Gambar 2.20 rangkaian pengukuran untuk test DC
2.11.3. Pengujian Rotor Tertahan ( Block Rotor Test )
induksi, dan biasa juga disebut dengan locked rotor test. Pada pengujian ini rotor
yang mengalir diatur mendekati beban penuh. Ketika arus telah menunjukkan nilai
beban penuhnya, maka tegangan, arus, dan daya yang mengalir ke motor diukur.
Gambar 2.21 rangkaian ekivalen motor induksi pada percobaan block rotor test
Saat pengujian ini berlangsung s = 1 dan tahanan rotor R2/s = R2. Karena
nilai R2 dan X2 begitu kecil, maka arus input akan seluruhnya mengalir melalui
tahanan dan reaktansi tersebut. Oleh karena itu, kondisi sirkit pada saat ini terlihat
seperti kombinasi seri X1, R1, X2, dan R2. Sesudah tegangan dan frekuensi diatur,
arus yang mengalir pada motor diatur dengan cepat, sehingga tidak timbul kenaikan
temperatur pada rotor dengan cepat. Daya input yang diberikan kepada motor
VT
Z BR = ................................................................................( 2.53 )
3 IL
X1’ + X2’ adalah reaktansi stator dan rotor pada frekuensi pengujian
Nilai dari R1 ditentukan dari test DC. Karena reaktansi berbanding langsung dengan
frekuensi, maka reaktansi ekivalen total ( XBR ) pada saat frekuensi operasi normal
f .rated
X BR = x X' BR = X1 + X 2 ....................................................( 2.57 )
f .test
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Rotor belitan 0,5 XBR 0,5 XBR
BAB III
PHASA
Karakteristik pengoperasian motor induksi dalam keadaan steady state secara grafis
menujukkan variasi kecepatan, faktor daya, arus stator, dan effisiensi sebagai fungsi
dari daya output, yang bervariasi dari beban nol hingga ke beban penuh.
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Gambar 3.1
Karakteristik operasi motor induksi
3.1.1 Kecepatan
Dalam keadaan tanpa beban, kecepatan rotor mendekati kecepatan sinkron, oleh
karena itu slip beban nol bernilai sangat kecil. Hal ini menyebabkan torsi beban nol
yang dihasilkan hanya cukup untuk mengatasi torsi yang dibutuhkan rugi – rugi
gesek dan angin. Apabila torsi beban ditingkatkan, torsi elektromagnetik akan
meningkat dengan seketika. Dalam keadaan ini kecepatan rotor harus turun karena
Dalam keadaan tanpa beban, arus stator Io terdiri dari komponen arus magnetisasi Iφ
dan komponen arus rugi – rugi beban nol. Arus magnetisasi Iφ tertinggal dari
tegangan stator 90o dan komponen rugi – rugi beban nol sephasa dengan V1. Karena
arus magnetisasi Iφ merupakan komponen yang dominan membentuk Io, maka arus
beban nol akan tertinggal dari tegangan stator dengan sudut θo yang bernilai antara
80o – 85o. Sebagai akibatnya faktor daya stator pada beban nol sangat rendah, yang
mungkin saja akan bernilai 0.1 – 0.3, dan akan bernilai lebih rendah lagi, jika ukuran
motornya lebih besar lagi. Dalam keadaan berbeban, dua buah komponen di atas
akan mendapat tambahan dari arus stator untuk mengimbangi mmf yang
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Karena motor dibebani maka arus rotor I2 akan terbentuk sedemikian untuk
menyuplai torsi beban. Komponen arus beban I1’ jika dijumlahkan dengan Io,
memberikan arus stator OA pada faktor daya cosθ1. Dengan adanya penambahan
beban pada motor, maka arus rotor meningkat dan komponen arus beban I1’ akan
dijumlahkan dengan Io, yang akan memberikan harga arus stator OB pada faktor
daya cos θ1. dari gambar diagram vektor tersebut dapat dilihat, bahwa faktor daya
stator akan meningkat apabila beban pada motor meningkat. Faktor daya stator
bernilai antara 0,85 hingga 0,88 yang diperoleh pada kondisi 80 hingga 90 persen
Gambar 3.2
Perbaikan faktor daya dengan adanya pertambahan beban
3.1.3 Effisiensi
Sama halnya dengan mesin – mesin listrik yang lain, pada motor induksi rugi – rugi
terdiri dari rugi – rugi tetap dan rugi – rugi variabel. Pada kondisi beban nol, daya
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
outputnya sama dengan nol, sehingga effisiensinya bernilai nol. Apabila motor
induksi berbeban ringan, maka rugi – rugi tetap akan lebih besar jika dibandingkan
effisiensinya juga akan meningkat dan akan menjadi maksimum sewaktu rugi – rugi
variabel sama dengan rugi – rugi inti. Effisiensi maksimum terjadi saat 80 hingga 95
persen dari rated output. Jika beban ditingkatkan secara terus – menerus hingga
arus beban nol stator bernilai antara 30 – 50 persen dari arus rated. Apabila beban
PHASA
3.2.1 Umum
Dalam sistem tiga phasa yang setimbang, tegangan line – netral memiliki
magnitud yang sama dan tiap – tiap sudut phasanya berbeda 120 derajat satu sama
lain. Apabila terdapat tegangan tiga phasa yang magnitudnya tidak sama dan sudut
fasanya mengalami pergeseran sehingga tidak berbeda 120 derajat satu sama lain,
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Penyebab dari tegangan tidak setimbang termasuk impedansi saluran
transmisi dan saluran distribusi yang tidak sama, distribusi beban – beban satu phasa
yang tidak merata dalam jumlah besar, dan lain – lain. Ketika beban tiga phasa
setimbang dihubungkan dengan sistem suplai yang tidak setimbang, maka arus yang
dialirkan ke beban juga menjadi tidak setimbang. Oleh karena itu sangat sulit / tidak
mungkin untuk menyediakan suatu sistem suplai setimbang yang sempurna kepada
konsumen.
i ii
Gambar 3.3
Diagram vektor untuk sistem tegangan setimbang (i) ; diagram vektor untuk sistem tegangan
tidak setimbang (ii)
Metode yang biasa digunakan dalam menganalisa baik arus ataupun tegangan
simetris yaitu suatu metode yang secara matematis memecahkan suatu sistem yang
tidak setimbang menjadi tiga buah sistem yang setimbang. Sistem tersebut adalah
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
urutan positif, urutan negatif dan urutan nol. Untuk sistem yang setimbang sempurna,
i ii iii
Gambar 3.4
Diagram vektor tegangan urutan positif (i) ; diagram vektor tegangan urut negatif (ii) ;
Diagram vektor tegangan urut nol (iii)
Sistem urutan ini dapat dilukiskan secara fisika. Arah perputaran dari motor
induksi tiga phasa ketika diaplikasikan dengan tegangan urutan negatif akan
dengan tegangan urutan positif. Sementara itu sistem urutan nol tidak akan
menimbulkan perputaran pada motor induksi, karena tidak ada perbedaan phasa pada
Oleh karena itu ada dua defenisi ketidaksetimbangan pada komponen - komponen
negatif, dan urutan nol ). Sistem arus urutan nol tidak dapat mengalir pada sistem
tiga phasa, misalnya motor induksi, oleh karena itu faktor ketidaksetimbangan urutan
menunjuk pada besarnya tegangan yang mencoba untuk memutar arah motor induksi
tiga phasa pada arah yang berlawanan terhadap yang diberikan oleh tegangan urutan
positif.
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Adapun faktor ketidaksetimbangan urutan negatif menurut IEC 60034 – 26 adalah :
..............................................3.1
Dimana :
.......................................................3.2
.....................................................3.3
Dimana dan
^ _
VLL −V ll
voltage unbalance = _
x100 % .........................................3.4
Vll
Sesuai dengan rumusan yang telah diberikan, dapat dilihat bahwa defenisi tegangan
Maka menurut persamaan 3.2 dan 3.3, maka besarnya Vab1 dan Vab2 adalah :
dan
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Maka besarnya ketidaksetimbangan menurut IEC adalah :
Tegangan tidak setimbang dalam persentase yang kecil akan menghasilkan arus tidak
seimbang dalam jumlah besar, yang mana hal ini akan menimbulkan kenaikan
temperatur pada motor. Jika tegangan yang tidak setimbang menyuplai motor
induksi, maka daya kuda nominal dari motor harus dikalikan dengan suatu faktor
Gambar 3.5
Kurva penurunan rating motor induksi NEMA
Sewaktu motor induksi tiga phasa bekerja pada keadaan tegangan tidak
setimbang , maka besarnya slip yang dibangkitkan tegangan urutan positif adalah :
...........................................................................3.5
Ns = kecepatan sinkron
Nr = kecepatan rotor
Sementara itu besarnya slip yang dibangkitkan oleh tegangan urutan negatif :
..............................................................................3.6
..................................................................3.7
Dari rumus di atas dapat dilihat bahwa dalam keadaan normal slip urutan positif s1
bernilai sangat kecil, sedangkan slip urutan negatif sangat besar. Impedansi motor
induksi sangat tergantung pada slip, di mana pada saat slip yang tertinggi (misalnya
pada saat start ataupun dalam keadaan rotor terblok) impedansinya kecil dan
sebaliknya pada slip yang rendah akan memiliki impedansi yang besar.
Oleh karena itu secara pendekatan, ratio dari impedansi urutan positif terhadap
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
..........................................................................3.8
...........................................................................3.9
Jika dimisalkan motor dalam keadaan rotor terblok memberikan arus sebesar
6 kali arus nominal maka akan memberikan ketidakseimbangan pada arus saluran
Rangkaian ekivalen motor induksi tiga phasa dalam keadaan tidak setimbang :
Gambar 3.6
Rangkaian ekivalen urutan positif pada motor induksi
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Gambar 3.7
Rangkaian ekivalen urutan negatif pada motor induksi
3.3 Torsi Dan Daya Pada Motor Induksi Tiga Phasa Pada Keadaan
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa medan putar yang dihasilkan
tegangan urutan positif dan tegangan urutan negatif berada dalam arah yang
berlawanan, maka pengaruh dari tegangan urutan negatif akan mengurangi daya
Dari rangkaian ekivalen ,daya internal yang dibangkitkan per phasa adalah
r2 r2 .............................................................3.10
Pg = I 22p − I 22n
Sp 2 − sp
1− s p 1− s p
P = I 22p r2 − I 22n r2 .............................................................3.11
sp 2 − sp
3 I 22p I2 .............................................................3.12
Te = r2 − 2n
2π ns s p 2 − s p
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
BAB IV
4.1 UMUM
Untuk dapat melihat pengaruh tegangan tidak setimbang terhadap torsi dan
effisiensi motor induksi tiga phasa, maka diperlukan suatu percobaan pembebanan
pada motor induksi yang bekerja dalam keadaan normal dan juga dalam keadaan
motor induksi tiga phasa rotor belitan, di mana defenisi yang digunakan untuk
MG1.1993.
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
1. Motor induksi tiga phasa
- 1410 rpm, 50 Hz
- Kelas isolasi : B
2. Mesin DC
3. Ampermeter
4. Voltmeter
5. Tahanan geser
7. Timbangan torsi
8. Tachometer
1. Rangkaian percobaan
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Gambar 4.1 Rangkaian percobaan pembebanan motor induksi dengan tegangan setimbang
2. Prosedur percobaan
f. Percobaan selesai
V = 330 volt
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
4.4 Percobaan Pembebanan Motor Induksi Dengan Tegangan Tidak
Setimbang
Rangkaian percobaan
Gambar 4.2 Rangkaian percobaan pembebanan motor induksi dengan tegangan tidak setimbang
1. Prosedur percobaan
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
b. Seluruh switch berada dalam keadaan terbuka. Tahanan R2 dan posisi
tertentu
pada posisi maksimum. Pada saat ini penunjukan tiap – tiap voltmeter,
h. Percobaan selesai
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Tabel 6 Data percobaan pembebanan motor induksi dengan tegangan tidak setimbang
Dari harga VRS = 325 V ; VST = 335 V ; VRT = 294 V , maka besarnya tegangan
_
rata – rata V adalah :
_
325 + 335 + 294
V= = 318 volt
3
335 − 318
% unbalancevoltage = x 100 % = 5,34 %
318
Harga di atas menunjukkan suatu harga di mana motor induksi sudah tidak
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
T = (m . g .l) /1000 ; T = ( 200 . 10 . 0,5)/1000 = 1 N.m
Gambar 4.3
Karakteristik torsi berbeban – kecepatan dengan tegangan setimbang
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Gambar 4.4
Karakteristik torsi berbeban – kecepatan dengan tegangan tidak setimbang
Kurva karakteristik yang menunjukkan effisiensi motor induksi sebagai fungsi dari
Gambar 4.5
Karakteristik Pout – effisiensi dengan tegangan setimbang
Sedangkan kurva karakteristik dari effisiensi sebagai fungsi dari daya output pada
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
Gambar 4.6
Karakteristik Pout – effisiensi dengan tegangan tidak setimbang
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
karakteristik torsi kecepatan tersebut dapat dilihat bahwa pada saat motor
yang berarti terhadap putaran motor. Apabila beban terus bertambah, maka
akan lebih besar daripada motor yang beroperasi dengan keadaan normal.
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
dapat dilihat bahwa effisiensi maksimum motor induksi berkurang dari 83%
menjadi 78%.
5.2 SARAN
1. Untuk analisis selanjutnya, pengaruh tegangan tidak setimbang ini dapat dilihat
DAFTAR PUSTAKA
3. Lister, Eugene C. & Golding, Michael R., “Electric Circuits and Machines”,
4. Theraja, B.L. & Theraja, A.K., “A Text Book of Electrical Technology”, New
2001.
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009
7. Bimbra,P.S,”Generalized Circuit Theory of Electrical Machines”, Khanna
Induction Motors “
Henry A. Siregar : Pengaruh Tegangan Tidak Setimbang Terhadap Torsi Dan Effisiensi Motor Induksi Tiga Phasa,
2008.
USU Repository © 2009