Anda di halaman 1dari 47

MEKANIKA TANAH

TOPIK 1

SIFAT DAN
KLASIFIKASI
TANAH
KELOMPOK 1
SJ-5111 REKAYASA PERKERASAN DAN
GEOTEKNIK
SISTEM DAN TEKNIK JALAN RAYA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2020
Kelompok 1
• Eduardo Neno (26919701)
• Arthika Putri Syahfani (26920006)
• Muhammad Endy Adiyatma (26920011)
• Oktaviani Tri Handayani (26920016)
• Vita Vidyaning Viarsami (26920021)

2
Outline
• Siklus Batuan dan Asal Tanah
Tanah • Definisi Tanah

• Sifat Fisik (index properties)


Sifat-Sifat Tanah • Sifat Mekanis (engineering properties)

• Klasifikasi Tekstural menurut US Departement


of Agriculture (USDA)
• Klasifikasi AASHTO
Klasifikasi Tanah • Klasifikasi USCS (Unified Soil Classification
System)
• Perbandingan Klasifikasi AASHTO & USCS
3
Siklus Batuan
▪ Butir mineral yang Siklus Batuan
membentuk fase padat
suatu agregat tanah
Batuan
merupakan produk sedimen
pelapukan batuan. Ukuran
butir individu bervariasi
dalam kisaran yang luas.
Banyak sifat fisik tanah
ditentukan oleh ukuran,
bentuk, dan komposisi kimia
butir.
Batuan
▪ Berdasarkan asalnya, beku
batuan dapat dibagi menjadi
Batuan
tiga tipe dasar: beku, metamorf
sedimen, dan metamorf.

4
Asal Tanah
▪ Secara umum tanah terbentuk akibat proses pelapukan/penguraian batuan secara kimia, fisik dan
biologi.
▪ Pelapukan merupakan proses pemecahan batuan secara mekanik dan kimiawi menjadi partikel/butiran
yang lebih kecil. Proses pelapukan dapat terjadi pada batuan yang dihasilkan pada siklus batuan, yaitu
pada batuan beku, batuan metamorf dan batuan sedimen.
▪ Pelapukan fisik atau mekanik terjadi akibat erosi oleh angin, air, perubahan suhu atau cuaca. Hasil
pelapukan berupa partikel-partikel kecil yang masih memiliki komposisi yang sama dengan batuan induk,
dapat berupa lanau, pasir, kerikil dan boulder
▪ Pelapukan kimia umumnya terjadi di daerah yang memiliki curah hujan tinggi, mengandung asam yang
tinggi dan suhu yang tinggi. Proses pelapukan terjadi karena reaksi batuan dengan asam, basa, oksigen
dan karbon dioksida, yang hasil akhirnya akan berupa partikel/butiran cristalin berukuran colloid (<0,002
mm) yang dikenal sebagai mineral lempung yang memiliki komposisi yang berbeda dengan batuan
induknya.
▪ Mineral lempung tersebut memberikan properti plastis pada tanah. Jenis mineral lampung ada 3, yaitu :
(1) kaolinite, (2) illite, dan (3) montmorillonite.
▪ Tanah juga dapat berasal dari hasil pelapukan material organik seperti tumbuhan yang membusuk. Yang
disebut tanah organik, biasanya berupa tanah angkutan hasil pelapukan yang bercampur dengan
tanaman yang membusuk.

5
Tanah (Soil)
Merupakan material yang terdiri dari:
Agregat (butiran) mineral-mineral padat
yang tidak terikat secara kimia satu sama
Vs : Volume Tanah lain (uncemented/ partially cemented)
Vw : Volume Air yang dapat berupa lempung, lanau, pasir,
Va : Volume Udara kerikil, boulder atau campuran diantara
Vv : Volume Void material-material tersebut; serta terdapat
Ws : Berat butir Tanah / Solid Air dan Udara.
Ww : Berat Air Tanah berguna sebagai pendukung
W : Berat Total (Ws+Ww) pondasi bangunan dan dapat juga
V : Volume Total sebagai bahan bangunan itu sendiri.
6
Sifat Tanah dibedakan menjadi dua:
Sifat Fisik Tanah (Index Properties)

Sifat Mekanik Tanah (Engineering Properties)

Sifat-sifat Khusus Tanah:


• Pada jarak yang berbeda sifat-sifat tanah bisa
berbeda
• Tanah merupakan material yang heterogen
• Tanah merupakan material yang non-linier
• Tanah merupakan material yang tidak konservatif
(mempunyai memori penuh apabila dibebani) hal ini
sangat mempengaruhi engineering properties
tanah.

Diperlukan Soil Investigation untuk mengetahui sifat-sifat


tanah tersebut guna mendapatkan hasil perancangan yang
lebih ekonomis.
Sifat fisik (index properties) tanah menunjukkan sifat-sifat tanah
yang menggambarkan jenis dan kondisi tanah serta
memberikan hubungan terhadap sifat teknis (engineering
peoperties) seperti kekuatan dan pemampatan, kecenderungan
untuk mengembang, dan permeabilitas.
Parameter sifat fisik tanah antara lain kandungan air dalam
tanah, susunan butiran tanah, serta konsistensi tanah.
Sifat Fisik Tanah
(Index Properties)
Pengujian yang dapat dilakukan untuk mengetahui sifat fisik
tanah adalah sebagai berikut: Sifat fisik (index properties) tanah menunjukkan
sifat-sifat tanah yang menggambarkan jenis dan
1. Kadar air
kondisi tanah serta memberikan hubungan
2. Berat jenis terhadap sifat teknis (engineering peoperties)
3. Berat isi seperti kekuatan dan pemampatan,
4. Batas-batas Atterberg kecenderungan untuk mengembang, dan
permeabilitas.
5. Analisis ukuran butiran
Kadar Air
Kadar air adalah perbandingan antara berat air (Ww)
dengan berat butiran padat (Ws) yang dinyatakan dalam
persen (%).
Untuk dapat mengetahui kadar air suatu tanah dilakukan
uji kadar air di laboratorium.

Dimana,
w : kadar air (%)
Ww : massa air
Ws : massa tanah kering

9
Berat Jenis
Berat jenis (Gs) adalah berat jenis dari butiran tanah
padat yang diperoleh dari perbandingan antara berat
volume butiran padat (γs) dengan berat volume air (γw)
pada temperature 4o C.
Untuk dapat mengetahui berat jenis suatu tanah
dilakukan uji berat jenis di laboratorium.

Dimana,
Gs : berat jenis butiran tanah
Ws : berat butiran
Vs : volume butiran
γw : berat volume air

10
Berat Isi (Volume)
Berat volume (ϒ) didefinisikan sebagai berat tanah per Untuk dapat mengetahui berat volume suatu tanah dilakukan
satuan volume. Berat volume terdiri dari berat volume uji berat volume di laboratorium dimana dalam pengujian
kering (ϒd), berat volume basah (ϒb), dan berat volume tersebut akan dipeoleh juga nilai angka pori dan porositas
jenuh air (ϒs). tanah.
Berat volume merupakan petunjuk kepadatan tanah 𝑉𝑣 𝑉𝑣
dimana semakin padat suatu tanah, maka makin tinggi 𝑒= 𝑛=
𝑉𝑠 𝑉
berat volumenya. 𝑊 𝑊 𝑊𝑠 +𝑊𝑤
γ𝑑 = 𝑠 γ𝑏 = γ𝑠𝑎𝑡 =
Berat volume sangat berhubungan dengan berat jenis 𝑉 𝑉 𝑉
partikel, jika berat jenis partikel tanah sangat besar 𝑉 = 𝑉𝑠 + 𝑉𝑤 + 𝑉𝑎
maka berat volume juga besar. Namun apabila tanah 𝑉𝑣 = 𝑉𝑤 + 𝑉𝑎
memiliki tingkat kadar air (w) yang tinggi maka berat
jenis partikel dan berat volume akan rendah. Hal ini Dimana,
terjadi jika suatu tanah memiliki tingkat kadar air yang n : porositas
tinggi dalam menyerap air tanah, maka artinya pori-pori e : angka pori
di dalam tanah besar (kepadatan tanah rendah) Ws : berat air
sehingga tanah yang memiliki pori besar akan lebih Vs : volume butiran padat
mudah memasukkan air di dalam agregat tanah. Vw : volume air
Va : volume udara
γs : berat volume butiran padat
γd : berat volume kering
γb : berat volume basah
11
Pengujian Berat Isi (Volume)

12
Batas – batas Atterberg
Berdasarkan kadar air dalam tanah, tanah dapat
dibedakan menjadi 4 keadaan dasar: solid, semisolid,
plastic, dan liquid.
Nilai batas-batas Atterberg menggambarkan batas-batas
konsistensi dari tanah berbutir halus dengan
mempertimbangkan kandungan air tanah. Batas-batas
tersebut adalah batas cair (LL), batas plastis (PL), dan
batas susut (SL).
Batas cair (LL) didefinisikan sebagai kadar air tanah pada
batas antara keadaan cair dan plastis, yaitu batas atas dari
daerah plastis.

Batas plastis (PL) didefinisikan sebagai kadar air batas


ketika tanah berubah sifat dari plastis ke semi padat.

Batas susut (SL) didefinisikan sebagai kadar air pada


kedudukan antara daerah semi padat dan padat, yaitu
persentase kadar air dimana pengurangan kadar air
selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume tanah.

Pengujian yang dilakukan adalah pengujian batas-batas


Atterberg di laboratorium. 13
Batas – batas Atterberg
Dari pengujian diperoleh pula nilai indeks plastisitas dan
indeks cair.
Indeks plastisitas (PI) merupakan interval kadar air
dimana tanah masih bersifat plastis. Jika tanah mempunyai
PI tinggi, maka tanah mengandung banyak butiran
lempung. Jika PI rendah, maka sedikit pengurangan kadar
air berakibat tanah menjadi kering.
Indeks cair (LI) didefinisikan sebagai kadar air tanah pada
kedudukan plastis dan cair.

𝑃𝐼 = 𝐿𝐿 − 𝑃𝐿 dimana,
PI : indeks plastisitas
𝑤𝑁 −𝑃𝐿 LL : batas cair
𝐿𝐼 = PL : batas plastis
𝑃𝐼
wN : kadar air lapangan

Batas Susut (SL) didefinisikan dengan persamaan


beriikut:
SL= wi (%) − Δw (%)
𝑀1−𝑀2 𝑉𝑖 −𝑉𝑓
SL = 100 − 𝜌𝑤 (100)
𝑀2 𝑀2

dimana,
wi : kadar air awal ketika tanah diletakan piring uji SL
Δw : kadar air awal – kadar air saat SL
M1 : massa tanah di piring uji saat awal (g)
M2 : massa tanah kering / mass of the dry soil pat (g) 14
Pengujian Batas-batas Atterberg
Pengujian untuk Pasta tanah diletakkan dalam mangkok kuningan kemudian
mendapatkan Batas Cair (LL) digores tepat di tengahnya dengan menggunakan alat
pembuat alur. Dengan memutar alat pemutar, mangkok
kemudian dilepas dari ketinggian sekitar 0,3937 inci (10
mm). Kadar air (dalam persen) dari tanah yang dibutuhkan
agar sampel tanah menutup goresan yang berjarak 0,5 inci
(12,7 mm) sepanjang dasar di dalam mangkok sesudah 25
Alat Uji Batas Cair: Casagrande pukulan didefinisikan sebagai batas cair (Liquid Limit).

Pengujian untuk mendapatkan Pengujian untuk mendapatkan Batas Susut (SL)


Batas Plastis (PL)
Dalam pengujian tersebut,
batas plastis adalah kadar air
dalam persen di mana tanah
retak ketika dirol sampai
berbentuk elipsoida dengan
diameter 3-3,2 mm (1/8 inci).

15
Analisis Saringan dan Hidrometer
Sifat-sifat tanah sangat bergantung pada ukuran butirannya. Analisis ukuran butiran diperoleh dari kurva hasil
Besarnya butiran dijadikan dasar untuk pemberian nama dan pengujian di laboratorium. Beberapa notasi penting
klasifikasi tanah. Analisis ukuran butiran tanah adalah dalam analisis ukuran butiran adalah sebagai berikut:
penentuan persentase berat butiran pada satu unit saringan,
dengan ukuran diameter lubang tertentu. 1. Notasi (D10), didefinisikan sebagai 10% dari berat
butiran total berdiameter lebih kecil dari ukuran
Pada pengujian di laboratorium :
butiran tertentu. Sebagai contoh D10 = 0,45 mm,
▪ Distribusi ukuran butir untuk tanah berbutir kasar dapat artinya 10% dari berat butiran total berdiamater
ditentukan dengan cara menyaring, yaitu menghitung kurang dari 0,45 mm. Ukuran-ukuran lain seperti
massa persen tanah yang tertahan pada masing- D30 dan D60 didefinisikan dengan cara yang sama.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
masing saringan ( 𝑥100%) Ukuran D10 disebut sebagai Effective size.
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔

▪ Distribusi ukuran butir untuk tanah berbutir halus dapat 2. Koefisien keseragaman (Cu)
ditentukan dengan cara sedimentasi menggunakan
tabung hydrometer.
Umumnya tanah bergradasi baik jika distribusi ukuran
butirannya tersebar meluas (pada ukuran butirannya). Tanah 3. Koefisien gradasi (Cc)
bergradasi buruk jika jumlah berat butiran Sebagian besar
mengelompok dalam batas interval diameter butir yang sempit
(gradasi seragam). Tanah juga bergradasi buruk, jika butiran
besar maupun kecil ada, tetapi dengan pembagian butiran yang
relative rendah pada ukuran sedang. 16
Analisis Saringan dan Hidrometer

17
Kurva Analisis Ukuran Butiran
Persentase partikel kerikil, pasir,
lanau, dan tanah liat yang ada di
dalam tanah dapat diperoleh dari
kurva distribusi ukuran partikel.
Sebagai contoh, kita akan
menggunakan kurva distribusi
ukuran partikel yang ditunjukkan
pada Gambar untuk menentukan
partikel ukuran kerikil, pasir, lanau,
dan tanah liat sebagai berikut
(Menurut USCS).

18
Sifat-sifat Mekanik Tanah yaitu sifat-sifat tanah apabila
memperoleh pembebanan dan digunakan sebagai parameter
dalam perencanaan pondasi/subgrade.

Sifat-sifat Mekanik Tanah tersebut antara lain:


1. kepadatan
2. permeabilitas Sifat Mekanik Tanah
3. kuat geser (Engineering Properties)
4. konsolidasi
Sifat mekanik tanah didapatkan dengan
Pengujian, hal ini untuk memperoleh
gambaran menyeluruh dan rinci,
mengenai sifat mekanik tanah untuk
mendapatkan parameter desain.
Kepadatan
▪ Berat volume (ɣ) menyatakan kepadatan tanah
dimana semakin padat tanah maka makin
tinggi berat volumenya (kN/m3).
▪ Pemadatan tanah/ kompaksi merupakan salah
satu usaha secara mekanik untuk
meminimalkan angka pori, meningkatkan kuat
geser, meningkatkan sifat kedap air dan
mengurangi sifat kembag susut tanah.
▪ Parameter Kepadatan Tanah : Berat Volume
Kering Maksimum (ɣdmaks) dan Kadar Air
Optimum (W opt).
▪ Pengujian kepadatan/kompaksi dapat
dilakukan di laboratorium maupun di lapangan.
▪ Pengujian kepadatan di laboratorium
menggunakan Standard Proctor Test dan Prinsip Pemadatan:
Modified Proctor Test. Berat Volume Kering (ɣd) setelah kompaksi akan
▪ Pengujian kepadatan di lapangan dengan meningkat seiring meningkatnya kadar air (w) dan
menggunakan Sand Cone Test, Nuclear energi pemadatan yang diberikan. Namun kadar air
Gauge dan Ballon Densometer. yang berlebih setelah tercapai Wopt akan
menurunkan berat volume kering. 20
Kepadatan
Standard Proctor Test Berat volume basah: Berat volume kering:
𝑊
ɣb =
𝑉𝑚 ϒ
ϒd =
W: berat tanah yang dipadatkan di 𝑤 (%)
1+
dalam mold 100
Vm: volume mold (=1/30ft3 = 944cm3)
Gs ϒw
ϒd =
𝐺𝑠 𝑤
1+
𝑆
W (%): persen kadar air
Untuk suatu kadar air tertentu, berat volume kering maksimum secara
teoritis didapat bila pori-pori tanah sudah tidak ada udaranya lagi, yaitu di
mana derajat kejenuhan tanah sama dengan 100%. Jadi berat volume
kering maksimum (teoritis) pada suatu kadar air tertentu dengan kondisi
“zero air voids”

Mold Hamm Berat volume Zero Air Void (ɣzav):


er 𝐺𝑠 ϒw ϒw
ϒzav = =
Bedanya dengan Modified Proctor Test 1 + 𝑤𝐺𝑠 𝑤 + 1/𝐺𝑠
adalah pada jumlah layer tanah saat
pengujian dan Energi Pemadatanyang
Gs: berat jenis tanah
diberikan (tinggi jatuh dan berat penumbuk) 21
Permeabilitas
▪ Permeabilitas/ Daya Rembesan adalah kemampuan
▪ Dengan demikian :
tanah untuk air dapat merembes.
▪ Permeabilitas dipengaruhi oleh ukuran butiran dan Q=VxA=kxixA
volume pori-pori tanah. Permeabilitas akan semakin (𝑐𝑚3 / detik)
besar pada butiran berukuran besar, begitu pula
sebaliknya dan juga akan berkurang bila kepadatan
ditingkatkan. dimana :
Q= debit air yang mengalir
▪ Parameter : Koefisien Permeabilitas (k) dengan satuan A = luas penampang yang dilalui air
cm/detik.
▪ Rembesan air di dalam tanah hampir selalu linear. Pengukuran Koef.Permeabilitas:
Menurut Hukum Darcy, kecepatan aliran air dalam 1. Constant Head Test
tanah sebanding dengan gradien hidraulik, yaitu : Dilakukan pada tanah yang mempunyai permeabilitas
tinggi seperti tanah yang berkerikil dan berbutir besar.
v=kxi 2. Falling Head Test
Tes ini biasa dilakukan pada tanah yang mempunyai
dimana :
koefisien permeabilitas rendah atau tanah berbutir halus.
v = kecepatan aliran air
k = konstanta permeabilitas
i = gradien hidraulik h Nilai k untuk suatu macam tanah relatif konstan, asalkan
i =
L temperaturnya konstan pula. Perubahan temperatur akan
h = beda tinggi (hidraulic head) pada kedua titik menyebabkan perubahan kekentalan air sehingga nilai k
dalam sampel tanah yang diukur tegangan airnya berubah pula. 22
Constant-Head Permeability Test
▪ Tes ini dapat dilakukan apabila cukup banyak air yang
dapat mengalir/merembes dalam sampel dalam waktu
yang relatif singkat. Suplai air pada inlet untuk tes ini
harus dijaga sedemikian rupa sehingga perbedaan
tinggi tekan antara inlet dan outlet konstan sepanjang
tes. Setelah dicapai kondisi permeabilitas yang tetap,
air dari outlet ditampung pada sebuah gelas ukur pada
waktu tertentu.
▪ Debit air yang didapatkan dapat dihitung sbb:
Q = A x v x t = A (k.i) t
dimana :
A = area potongan melintang spesimen tanah
t = durasi pengumpulan air
i = h/L

▪ Koef. Permeabilitas :

𝑄𝐿
k=
𝐴ℎ𝑡

23
Falling-Head Permeability Test
▪ Tes ini dapat dilakukan apabila air yang merembes dalam
sampel sangat sedikit. Pada tes ini air dari pipa tegak
mengalir melalui sampel tanah. Tinggi tekan awal h1 pada
saat to dicatat. Air mengalir melalui sampai mencapai
tinggi tekan h2 pada saat t. Data ini dan data-data dimensi
sampel tanah dan alat ukur dicatat kemudian
disubstitusikan ke rumus untuk mendapatkan harga k.

▪ Koef. Permeabilitas :

Dimana:
k : koefisien permeabilitas (cm/det)
a : luas penampang pipa tegak (cm2)
A : luas penampang sampel tanah (cm2)
t : selang waktu pengamatan tinggi tekan (detik)
h1 : tinggi tekan pada saat to (cm)
h2 : tinggi tekan pada saat t (cm)

24
Kuat Geser
▪ Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang
dilakukan oleh butir-butir tanah terhadap
desakan atau tarikan.
▪ Sifat kuat geser tanah ini diperlukan untuk
menganalisis masalah stabilitas tanah (bearing
capacity, slope stability dan lateral pressure)
▪ Parameter Kuat Geser Tanah: c (Cohession)
dan  (Friction Angle)
▪ Pengujian kuat geser tanah dapat dilakukan
dengan Direct Shear Test, Triaxial CU
(Consolidated Undrained) Test, Triaxial UU
(Unconsolidated Undrained) Test dan Triaxial
CD (Consolidated Drained) Test.
▪ Hubungan Kuat Geser dengan Tegangan
Normal :

25
Konsolidasi
▪ Konsolidasi adalah pemampatan tanah yang ▪ Secara umum. Penurunan tanah (settlement) akibat
disebabkan oleh adanya deformasi partikel tanah, pembebanan terbagi dalam 3 kategori sebagai
relokasi partikel dan keluarnya air atau udara dari berikut:
dalam pori secara berangsur-angsur akibat
pembebanan secara konstan.
1. Elastic Settlement / Immediate Settlement (Se):
disebabkan oleh deformasi elastic tanah kering,
▪ Kebalikannya, Pemuaian (Swelling) adalah lembab dan tanah jenuh tanpa ada perubahan
bertambahnya volume tanah secara perlahan-lahan kadar air.
akibat tekanan air pori berlebihan.
2. Primary Consolidation Settlement (Sc):
▪ Parameter Konsolidasi: Cv (Indeks Konsolidasi), Cc kompresi tanah akibat proses disipasi air pori.
(Indeks Kompresi). Cs (Indeks Pemuaian) dan Pc
(Tekanan Prakonsolidasi)
3. Secondary Consolidation Settlement (Ss):
kompresi setelah disipasi selesai dengan
▪ Parameter tersebut didapatkan dengan Pengujian One- tegangan efektif yang konstan.
Dimentional Laboratory Consolidation Test.
Total Penurunan / Settlement (St) :
▪ Pada umumnya konsolidasi ini berlangsung dalam satu
St = Sc + Ss + Se
arah saja atau disebut juga one dimensional
consolidation (kondisi regangan lateral nol). Pergerakan
dalam arah horizontal dapat diabaikan, karena tertahan
oleh lapisan tanah sekelilingnya. Selama peristiwa
konsolidasi berlangsung beban diatasnya akan
mengalami penurunan (settlement).
26
Konsolidasi
Prinsip Konsolidasi:

27
Konsolidasi
▪ Normally Consolidated : Tekanan prakonsolidasi atau tekanan
pra konsolidasi = tekanan overburden efektif
▪ Overconsolidated : Tekanan prakonsolidasi > Tekanan
overburden efektif yang ada.
▪ Overconsolidation Ratio (OCR):
Dimana:
𝜎 ′ 𝑐 = 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑝𝑟𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑜𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖
𝜎 ′ = 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 𝑣𝑒𝑟𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓

Kecepatan penurunan konsolidasi dihitung dengan


Koefisien Konsolidasi (Cv), Cv dihitung dengan
Log-Fitting Method atau dengan Square Root of
Time Method
28
Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi berguna untuk menentukan indeks
properti tanah (distribusi partikel dan plastisitas tanah)

Klasifikasi Tekstural

Klasifikasi Berdasarkan Perilaku


Engineering

AASHTO

USCS
Klasifikasi partikel yang dikembangkan oleh (Massachusetts Institute of
Technology, the U.S. Department of Agriculture, the American
Klasifikasi Tekstural Association of State Highway and Transportation Officials, and the U.S.
Army Corps of Engineers and U.S).

Tekstur tanah adalah keadaan tingkat


kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi
kandungan fraksi pasir, debu dan liat
yang terkandung pada tanah. Dari ketiga
jenis fraksi tersebut partikel Pasir
mempunyai ukuran diameter paling besar
yaitu (2 – 0.05 mm), Lanau dengan
ukuran (0.05 – 0.002 mm), dan
Clay/lempung dengan ukuran (< 0.002
mm) (USDA). Keadaan tekstur tanah
sangat berpengaruh terhadap keadaan
sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur
tanah, permeabilitas tanah, porositas dan
lain-lain.
Metode Klasifikasi
Tekstural USDA
Penggunaan segetiga tekstur tanah pada bagan
tersebut ditunjukkan dengan sebuah contoh. Jika
sebaran ukuran partikel tanah (A) menunjukkan 30%
pasir, (B) 40% lanau, dan (C) 30% partikel ukuran
tanah liat, klasifikasi teksturnya dapat ditentukan
dengan cara yang ditunjukkan oleh panah pada
gambar dibawah, tanah ini termasuk dalam zona
lempung liat (Clay Loam).
Perlu diingat bahwa bagan tersebut hanya untuk
fraksi tanah yang lewat saringan No.10. Namun, jika
terdapat persentase partikel tanah tertentu
berdiameter lebih dari 2 mm, maka perlu ada koreksi.
Misalnya, jika tanah B memiliki sebaran ukuran
partikel 20% kerikil, 10% pasir, 30% lanau, dan 40%
lempung, maka komposisi tekstur yang dimodifikasi
adalah:
Klasifikasi Tanah menurut USDA = Clay
(Lempung), karena persentase Gravel (kerikil)
besar maka dikatakan Gravelly Clay
* Jika fraksi berbatu dan bongkah (ukuran lebih besar
dari 75 mm) yang diuji, mereka dipisahkan dari bagian
Metode Klasifikasi dari sampel tanah dari mana klasifikasi tersebut dibuat.
AASHTO Namun, persentase material tersebut dicatat

fraksi lolos saringan 75-mm (3-inch )


Sistem klasifikasi AASHTO (American Association
dan tertahan pada saringan no 10 (2-
of State Highway And Transportation Officials) Kerikil mm)
mempertimbangkan distribusi ukuran partikel dan
plastisitas / Atterberg limit dalam analisisnya.
fraksi lolos saringan no 10 (2 mm)
Kriteria Klasifikasi AASHTO: Pasir dan tertahan pada saringan no 200
(0,075 mm)
Ukuran Butir
fraksi lolos saringan no 200
Lanau dan
Kriteria Klasifikasi Lempung
Tanah
fraksi halus tanah memiliki indeks
Berlumpur (Silty) plastisitas 10 atau kurang.
Plastisitas
fraksi halus tanah memiliki indeks
Tanah Lempung plastisitas 11 atau lebih.
(Clay
Sistem klasifikasi AASHTO pada tabel tersebut mengklasifikasikan tanah
Metode Klasifikasi dalam 7 kelompok A-1 s/d A-7.
• A-1, A-2 dan A-3 merupakan material berbutir (35% atau kurang tanah
AASHTO lolos saringan no.200).
• A-4, A-5, A-6 dan A-7 merupakan tanah berlumpur dan tanah berlempung
Tabel 1. Klasifikasi Tanah Untuk Lapisan Tanah Dasar (35% atau lebih tanah lolos saringan no.200).
Metode Klasifikasi
AASHTO
Grafik 1. Rentang dari batas cair (LL) dan indeks plastisitas (PI)

Grafik tersebut untuk mengeplot rentang nilai


LL dan PI tanah yang masuk ke kelompok A-
2, A-4, A-5, A-6 dan A-7.
Penulisan klasifikasi AASHTO:
Kelompok tanah (Nilai Group Index).
Contoh: Tanah A-7-6 (42)
Metode Klasifikasi
AASHTO
Peraturan dalam menentukan Group Index:
Indeks kelompok (group index) dalam tabel tersebut
1. Jika persamaan (1) tsb bernilai negative maka nilai
digunakan untuk mengevaluasi lebih lanjut tanah-tanah
GI dianggap nol.
dalam kelompoknya. Indeks kelompok dihitung dengan
2. Jika hasil nilai GI bernilai decimal maka dibulatkan
persamaan sebagai berikut :
menjadi satu angka yang mendekati keseluruhan
GI = (F200 – 35)[0,2 + 0,005(LL – 40)] + 0,01(F200 – 15)(PI -10)
angka (contoh: GI=3,4 bulatkan menjadi 3; GI= 3,5
bulatkan menjadi 4.
Dengan: 3. Tidak ada batas atas untuk Group Index.
GI = indeks kelompok (group index) 4. GI tanah kelompok A-1-a, A-1-b, A-2-4, A-2-5 dan
F200 = persen material lolos saringan no. 200 A-3 selalu bernilai nol.
LL = batas cair 5. Ketika menghitung GI untuk tanah kelompok A-2-6
PI = indeks plastisitas dan A-2-7, gunakan rumus parsial GI untuk PI
berikut:
Bila nilai indeks kelompok (GI) semakin tinggi, makin GI = 0,01 (F200 – 15) (PI - 10)
berkurang ketepatan penggunaan tanahnya.
UNIFIED SOIL CLASSIFICATION
SYSTEM (USCS)

Coarse grained Soil / berbutir kasar


Yaitu tanah yang kurang dari 50 % melewati saringan
no 200. Setiap grup dibagi menjadi 4 golongan yaitu
Dibagi menjadi dua grup tanah : • Gradasi Baik / Well Graded ( W)
▪ Kerikil/ Gravel (G) • Gradasi tidak baik / Poorly Graded (P)
▪ Pasir / Sand (S) • Lanau / Silt ( M)
• Lempung / Clay (C)

Fine grained Soil / berbutir halus


Yaitu tanah yang lebih dari 50 % melewati saringan no 200.
Dibagi menjadi beberapa grup tanah : Untuk golongan M, C, O dibagi
▪ Lanau anorganik / Inorganic Silt (M) berdasarkan batas cair:
▪ Lempung anorganik/ Inorganic Clay (C) ❑ Batas cair < 50 % (L)
▪ Lanau dan Lempung Organic / Organic (O) ❑ Batas cair > 50 % (H)
▪ Organik Tinggi / Highly Organic, Peat (Pt)
KATEGORI TANAH USCS Tabel klasifikasi tanah USCS dari ASTM D2487
MAJOR DIVISION Group Symbol Typical Names

retained no
GW Well Graded Gravels & Gravel-sand Mixture, Little or No fines
50 % retained no
Coarse Grained

Gravel
4 sieve
Gravel

Clean
50 %
GP Poorly Graded Gravels & Gravel-sand Mixture, Little or No fines
200 Sieve
Soil

passin

Grave
g no 4

Fines
Sand

GM Silty Gravels, Gravel sand silt Mixture


sieve
50 %

With
ls
s

GC Clayey Gravels, gravel-sand-clay mixture


ML Inorganic Silt, very fine sands, rock flour, silty or clay fine sands
50% or more passes no 200

Silt & Clays

50% or less
Liquid Limit

CL Inorganic Silt, low to medium plasticity, gravelly clay, sandy clay,


Fine-Grained Soil

silty clay, lean clay


sieve

OL Organic Silt & clay of low plasticity


Gretaer than
Silt & Clays

MH Inorganic silts, micaceous or diatomeceous fine sands or slit,


Liquid Limit

elastic silt
50%

CH Inorganic clays of high plasticity, fat ;ays


OH Organic clays of medium to high plasticlty
Highly organic Soils PT Peat, Muck, and other highly organic soils
KATEGORI TANAH USCS USCS (Berdasarkan material lolos saringan 76,2 mm)
KATEGORI TANAH USCS Grafik Plastisitas
KATEGORI TANAH USCS
Berbutir Kasar
(Prosedur Klasifikasi)
%
% Passing % of C.F
passing # Klasifikasi USCS USCS Name
# 200 passing # 4
200
< 50 % > 50 % 0-5 % Cu > 6 & Ya SW Well Graded Sand
1 < Cc < 3
No SP Poorly Graded Sand
5-12 % SP-SM Poorly Graded Sand with Silt

SP-SC Poorly Graded Sand with Clay


Dual Classification
SW-SM Well graded sand with silt
SW-SC Well graded sand with clay

12-50% PI> 0.73 (LL-20)% Ya SC Clayed sand


No SM Silt Sand
KATEGORI TANAH USCS
Berbutir Kasar
(Prosedur Klasifikasi)
%
% Passing % of C.F
passing # Klasifikasi USCS USCS Name
# 200 passing # 4
200
Ya GW Well Graded Gravel
0-5 % Cu > 4 & 1 Cu < 3
No GP Poorly Graded Gravel
GP-GM Poorly Graded with silt

GP-GC Poorly Graded Gravel with Clay

< 50 % < 50 % 5-12 % Dual Classification


GW-GM Well graded gravel with silt

GW-GC Well graded Gravel with clay

Ya GC Clayed Gravel
12-50% PI> 0.73 (LL-20)%
No GM Silt Gravel
KATEGORI TANAH USCS
Berbutir Halus
(Prosedur Klasifikasi)
% Passing # 200 LL > 50 % PI > 0.73 (LL-20)% USGS SYmbol USCS Name
CH Fat Clay
Ya
Ya
Tidak MH Elastic Clay

> 50 % CL Lean Clay


Ya
Tidak ML Lean Silt
Tidak
KATEGORI TANAH USCS
(Prosedur Klasifikasi)
Contoh Klasifikasi
SARINGAN PERSEN LOLOS Liquid Limit : 38
4 98 Plastic Limit : 26
10 90
40 76
200 34
Penyelesaian :
1. Material lolos saringan no 200 adalah 34 %, < 50% maka gradasi kasar
2. Material lolos saringan no 4 adalah 98 %, > 50 %, maka material merupakan pasir
3. Material lolos saringan no 200 adalah 34%, 12% - 50%
4. Dihitung PI . PI=LL-PI = 38-26 = 12,
5. Dihitung .0.73 (LL-20), 0.73(38-20) =13.4
6. Didapat PI < 0.73(LL-20), maka tanah termasuk SM (Silty Sand)
Perbandingan Sistem AASHTO
dan USCS

Persamaan
1. Klasifikasi tanah berdasarkan tekstur (distribusi ukuran) dan plastisitas tanah
2. Mengelompokkan tanah menjadi 2 kategori yaitu tanah berbutir kasar dan berbutir halus yang ditentukan
oleh saringan No. 200
Perbedaan
Parameter AASHTO Unified System
Tanah berbutir halus > 35% lolos saringan No. 200 > 50% lolos saringan No. 200
Tanah berkerikil a. Dikelompokkan berdasarkan a. Dikelompokkan berdasarkan saringan
dengan tanah saringan No. 10 No. 4
berpasir b. Pengelompokkan masih kurang b. Pengelompokkan lebih jelas dan
jelas (hanya dikelompokkan pemisahan jenis tanahnya juga jelas
sebagai grup A-2 (nilai GI)) yaitu pengelompokan dengan simbol
dimana dalam A-2 masih berisi GW, SM, CH, dan lainnya.
jenis tanah yang bervariasi
Tanah Organik Tidak ada pengelompokkan Terdapat pengelompokkan dengan sibol
seperti OL, OH, dan Pt
Perbandingan Sistem AASHTO
dan USCS
Perbandingan Sistem AASHTO
dan USCS
Thank You
Referensi
Principles of Geotechnical Engineering, 8 th
Edition, Braja M. Dias, Khaled Shoban

Modul Geoteknik Tingkat Dasar (Pusat


Pendidikan dan Pelatihan SDA dan
Konstruksi, Kementerian PUPR, 2017)

Modul Praktikum Mekanika Tanah Teknik


Sipil ITB, 2014

Mekanika Tanah 1 Ir. Djatmiko


Soedarmo

Hary Christady Hardiyatmo. Mekanika


Tanah 1. 2010

Anda mungkin juga menyukai