Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dari
kelompok VIII dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga “Asuhan
Keperawatan Keluarga Klien dengan Osteomilitis”.

Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca.
Dan apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan kiranya pembaca dapat
memakluminya. Akhir kata dengan kerendahan hati, kritik, dan saran sangat kami harapkan demi
penyempurnaan makalah ini. Sekian dan terima kasih.

Martapura, November 2017

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................1

BAB I.............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..........................................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................3

B. TUJUAN................................................................................................................................3

1. Tujuan Umum.....................................................................................................................3

2. Tujuan Khusus....................................................................................................................3

BAB II............................................................................................................................................4

PEMBAHASAN.............................................................................................................................4

A. DEFINISI...............................................................................................................................4

B. ANATOMI FISIOLOGI........................................................................................................5

C. Klasifikasi Osteomielitis........................................................................................................6

D. Etiologi..................................................................................................................................7

E. Patofisiologi...........................................................................................................................9

F. Manifestasi Klinis.................................................................................................................10

G. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................................10

H. Penatalaksanaan Medis........................................................................................................11

I. Komplikasi............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulit di sembuhkan dari pada infeksi jaringan
lunak, karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi , tingginya
tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (Pembentukan tulang baru disekeliling
jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi
kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Infeksi disebabkan oleh
penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain ( misalnya : tonsil
yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas). Osteomielitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi di tempat di mana terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi
rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus
dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang ( misalnya :
fraktur terbuka, cedera traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang). Pasien yang
beresiko tinggi mengalami Osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,
kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artitis
rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka
panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami
sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka
mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau memerlukan
evakuasi hematoma pascaoperasi.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang asuhan
keperawatan osteomielitis
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi, etiologi, dan patofisiologi dari osteomielitis
b. Menjelaskan manifestasi klinis dan pengobatan dari osteomielitis

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada
infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Brunner,
suddarth. (2001).
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, atau proses spesifik (m.tuberkulosa, jamur) (Lukman Dan Nurna N.
2009).
Osteomielitis merupakan infeksi tulang ataupun sum-sum tulang, biasanya disebabkan
oleh bakteri piogenik atau mikobakteri. Osteomielitis bisa mengenai semua usia tetapi
umumnya mengenai anak-anak dan orang tua. Osteomielitis juga mengenai orang dengan
gangguan kondisi kesehatan yang serius. Ketika tulang terinfeksi maka sumsum tulang akan
membengkak dan menimbulkan tekanan pada dinding tulang, namun karena dinding tulang
bersifat rigid maka pembuluh darah yang ada di di dalam sumsum tulang tersebut akan
terkompresi sehingga menurunkan suplai darah ke tulang. Tanpa suplai darah yang cukup,
bagian-bagian tulang dapat mengalami nekrosis. Bagian tulang yang mati tersebut sulit untuk
diobati karena sel-sel leukosit dan antibiotik sulit untuk mencapainya. Infeksi pada tulang
dapat juga menyebar dengan terbentuknya pus dan menginfeksi jaringan lunak disekitarnya
seperti otot (Mutataqin, Arif. 2008).

4
B. ANATOMI FISIOLOGI
Pada umumnya penyusun tulang diseluruh tubuh kita semuanya berasal dari
material yang sama. Dari luar ke dalam kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan berikut
ini :
a. Periosteum
Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya periosteum. Periosteum
merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel
pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan
tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam memberikan
nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
b. Tulang Kompak (Compact Bone)
Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang ini teksturnya
halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak
mengandung kapur (Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi
padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur
dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang yang
lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak
ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.
c. Tulang Spongiosa (Spongy Bone)
Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai dengan namanya
tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang
dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang
disebut trabekula. Tulang ini terdiri atas batang yang halus atau selubung yang halus yaitu
trabekula (L. singkatan dari trabs = sebuah balok) yang bercabang dan saling memotong ke
berbagai arah untuk membentuk jala-jala seperti spons dari spikula tulang, yang rongga-
rongganya diisi oleh sumsum tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang
berongga seperti spon (busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat
memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut
trabekula.

5
d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah sumsum tulang.
Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh
tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang
berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada
dalam tubuh.

C. Klasifikasi Osteomielitis
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu :
1. Osteomielitis Primer
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain
dan beredar melalui sirkulasi darah.
2. Osteomielitis Sekunder
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan
sebagainya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu :
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak
penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari
pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah.
(osteomielitis hematogen) Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis
hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang
jauh. Kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa
merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis
dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis
hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
b. Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau
pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi

6
bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis
setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih
terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organism.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit
pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau
sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada
orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis
kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :
1. Staphylococcus (orang dewasa)
2. Streplococcus (anak-anak)
3. Pneumococcus dan Gonococcus

D. Etiologi
Adapun penyebab – penyebab osteomielitis ini adalah :
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomyelitis adalah Staphylococcus
aureus (70% -80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas,
Klebsiella, Salmonella, dan Proteus
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C,  2002)
Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000)
yaitu :
1. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi
di tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa
membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Pada anak-anak, infeksi

7
biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa
biasanya terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
2. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera
traumatik seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar
yang menembus tulang.
3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi
pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau
minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena
cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya
pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi). Osteomyelitis dapat timbul akut
atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun
manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat dari
osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Osteomyelitis kronis akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka tusuk
pada jaringan lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan
intramuskular dapat menyebabkan osteomyelitis eksogen. Osteomyelitis akut biasanya
disebabkan oleh bakteri, maupun virus, jamur, dan mikroorganisme lain. Pasien yang
beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia,
kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis
rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, menjalani  pembedahan ortopedi,
mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami osteomyelitis.

8
E. Patofisiologi
Menurut Smeltzer, Suzanne (2001), Staphylococcus aureus merupakan penyebab terbesar
infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi
Haemophylus influenza, bakteri colli, salmonella thyposa, proteus, pseudomonas. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobic.
Awitan osteomilitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama ( akut
fulminan stadium 1 ) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi
superficial. Infeksi awitan lambat ( stadium 2 ) terjadi antara 4 - 24 bulan setelah pembedahan.
Osteomielitis awitan lama ( stadium 3 ) biasanya akibat penebaran hematogen dan terjadi 2
tahun atau lebih setelah pembedahan. Respons inisial tahap infeksi adalah salah satu dari
inflamasi, peningkatan faskularisasi dan edema, setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang
sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan dan medulla. Infeksi kemudian berkembang
ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau
sendi disekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk
abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya,
jaringan tulang mati ( sequestrum ) tidak mudah mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak
dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi
pertumbuhan luka baru ( involukrum ) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak
terjadi proses penyembuhan namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

9
F. Manifestasi Klinis
1. Fase akut
Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang dekat sendi, tidak
dapat menggerakan anggota tubuh.
2. Fase kronik
Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak dengan pus
yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat
kurangnya asupan darah

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah.
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji  
sensitivitas.
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh
bakteri  salmonella.
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk
serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik.
Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan
tulang dan pembentukan tulang yang baru.
7. Pemeriksaan tambahan :
a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama.

10
b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka
kemungkinan besar adalah osteomielitis.

H. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi
Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan evaluasi tepat terhadap
mikroorganisme penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu terapi
antibiotic yang tepat.
Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat diketahui. Anjuran pengobatan
sekarang jarang memerlukan debridement. Bagaimana jika terapi antibiotic gagal,
debridement dan pengobatan 4-6 minggu dengan antibiotic parenteral sangat diperlukan.
Setelah kultur mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen] +
cefotaxime lain [claforan] atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi gejala klinis
organism tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui, regimen antibiotic ditinjau kembali.
Anak-anak dengan osteomielitis akut harus menjalani 2 minggu pengobatan dengan
antiniotik parenteral sebelum anak-anak diberikan antibiotic oral.
Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumnya diobati
dengan antibiotic dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk
digunakan. Tergantung dari jenis osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati dengan
antibiotik parenteral selama 2-6 minggu. Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus,
osteomielitis kronis tidak akan merespon terhadap kebanyakan regiment antibiotic, berapa
lama pun terapi dilakukan. Terapi intravena untuk pasien rawat jalan menggunakan kateter
intravena yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter hickman) akan
menurunkan masa rawat pasien di rumah sakit.
Terapi secara oral menggunakan antibiotic fluoroquinolone untuk organism gram
negative sekarang ini digunakan pada orang dewasa dengan osteomielitis. Tidak ada
fluoroquinolone yang tersedia digunakan sebagai antistaphylococcus yang optimal,
keuntungan yang paling penting dari insidensi kebalnya infeksi nosokomial yang didapat
dengan bakteri staphylococcus. Untuk lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone tidak
menyediakan pengobatan. Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi

11
ketidak nyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin
hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, Kultur darah
dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi organisme dan memilih
antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu pathogen. Begitu
spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan
asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik
atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah
tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus
sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus
menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang
diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah
terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk
meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena
harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu
diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah.
Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat
mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan
rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan
kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang
permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau dipasang
tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting dikemudian hari.
Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris.
Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi
samping dengan pemberian irigasi ini. Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft
tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga
dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot
diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah

12
mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan
memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat
dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat
melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi
interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
Pemberian antibiotic dapat dilakukan :
a. Melauli oral (mulut)
b. Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama 2 minggu,
kemudian diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24 jam pertama gejala tidak membaik,
maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan
yang terjadi dan untuk mengeluarkan nanah yang ada. Setelah itu dilakukan irigasi secara
kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan pemberian antibiotik selama 3-4 minggu hingga
nilai laju endap darah (LED) normal.

I. Komplikasi
1. Dini :
a. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
b. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya
sembuh
c. Atritis septic
2. Lanjut :
a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tubuh
yang terkena.
b. Fraktur patologis
c. Kontraktur sendi
d. Gangguan pertumbuhan

13
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC

Lukman Dan Nurna N. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Muskuloskeletal.


Jakarta: Salemba Medika

Mutataqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Syaifudin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2. Jakarta:


Slemba Medika

Zairin Noor H. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

14

Anda mungkin juga menyukai