Para ahli kurikulum selama ini telah mendapatkan sejumlah pendekatan umum dalam
pengembangan kurikulum masing-masing berdasarkan fokus utama tertentu. Cara
pengelompokan oleh para ahli itu agak berlainan, namun apa yang dikemukakan disini boleh
dikatakan telah mencakup kebanyakan dari pendekatan utama dewasa ini. Beberapa Pendekatan
tersebut ialah:
1. Pendekatan bidang studi (pendekatan subjek atau disiplin ilmu)
Pada pendekatan subjek akademik menggunakan bidang studi atau mata pelajaran
sebagai dasar organisasi kurikulum, misalnya matematika, sains, sejarah, geografi, atau IPA, IPS,
dan sebagainya seperti yang lazim didapati dalam system pendidikan sekarang ini disemua
sekolah dan perguruan tinggi. Yang diutamakan dalam pendekatan ini adalah penguasaan bahan
dan proses dalam disiplin ilmu tertentu. Karena setiap ilmu pengetahuan memiliki sistematisasi
tertentu dan berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya. Pengembagan kurikulum subyek
akademik dilakukan dengan cara menetapkan terlebih dahulu mata pelajaran apa yang harus
dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu.
Dari pendekatan subjek akademik ini diharapkan agar peserta didik dapat menguasai
semua pengetahuan yang ada di kurikulum tersebut. Karena kurikulum sangat mengutamakan
pengetahuan maka pendidikan lebih bersifat intelektual. Kurikulum subjek akademik tidak
berarti hanya menekankan pada materi yang disampaikan, dalam perkembangannya secara
berangsur-angsur memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar yang
dipilih sangat bergantung pada hal apa yang terpenting dalam materi tersebut.
Sekurang-kurang ada tiga pendekatan dalam perkembangan Kurikulum Subjek
Akademis:[2]
- Pendekatan pertama, melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Murid-murid belajar
bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan sekadar mengingat-ingatnya.
- Pendekatan kedua, adalah studi yang bersifat integrative. Pendekatan ini merupakan
respons terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model-model pengetahuan
yang lebih komprehensif-terpadu. Pelajaran tersusun atas satuan-satuan pelajaran, dalam
satuan-satuan pelajaran tersebut batas-batas ilmu menjadi hilang. Pengorganisasian tema-
tema pengajaran didasarkan atas fenomena-fenomena alam, proses kerja ilmiah dan
problema-problema yang ada.
- Pendekatan ketiga, adalah pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah
fundamentalis. Mereka tetap mengajar berdasarkan mata-mata pelajaran dengan
menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah-masalah matematis.
Pelajaran-pelajaran lain seperti ilmu kealaman, ilmu sosial, dan lain-lain dipelajari tanpa
dihubungkan dengan kebutuhan praktis pemecehan masalah dalam kehidupan.
Daftar pustaka
- S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 43.
- Nana Syaodih sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 83-84.
- Ibid, h. 84-85.
- Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), h. 225.
- Baharuddin & Makin, Pendidikan Humanistik:Konsep, Teori, dan Aplikasi Praktis dalam
Dunia Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), h. 192.
- Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), h. 144.
- Ibid., hlm. 144
- Ibid., hlm. 145
- Ibid, h. 148
- Nana Syaodih sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 97-98
- Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya), 2008, h. 146.
- S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 50
- Ibid., hlm. 43.