Xi Mipa 6. Puan Faiza Nurianada. 25
Xi Mipa 6. Puan Faiza Nurianada. 25
No. Absen : 25
Kelas : XI MIPA 6
TUGAS SEJARAH
OPINI MENGENAI POLITIK ETIS, DAN KAUM TERPELAJAR
Mereka memiliki pikiran yang maju serta semakin sadar terhadap penindasan-
penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Selain itu, golongan
elite baru berhasil mengubah corak perjuangan masyarakat dalam melawan
penindasan pemerintah kolonial, dari yang tadinya bersifat kedaerahan menjadi
bersifat nasional. Inilah titik di mana masa pergerakan nasional dimulai.
Golongan terpelajar mempunyai ruang gerak sosial yang lebih luas. Mereka mendapat
kesempatan bergaul dengan berbagai orang dari daerah dan kebudayaan lain. Dengan
demikian, selain dapat meluaskan pandangan hidup juga mempunyai hubungan yang
luas. Hubungan baru ini jauh lebih luas, tidak hanya terbatas pada hubungan keluarga,
kedaerahan, atau bersifat kesukuan. Proses ini akan makin melembaga sebagai pola
hubungan baru yang kemudian berkembang menjadi jaringan sosial sehingga
terciptalah ruang sosial. Dengan demikian, integrasi nasional secara lambat laun
terbentuk. Golongan terpelajar dalam posisi sosialnya memungkinkan berfungsi
sebagai perintis nasionalisme dan pelopor dalam modernisasi.
Contohnya yaitu dr.Wahidin Sudirohusodo
Beliau melakukan kegiatan menghimpun dana dengan melakukan propaganda
berkeliling di Jawa tahun 1906 (untuk mengatasi hambatan dalam kebijakan politik
etis edukasi yaitu kekurangan dana) . Beliau merupakan pembangkit semangat
organisasi Budi Utomo. Sebagai lulusan sekolah dokter Jawa di Weltvreden (sesudah
tahun 1900 dinamakan STOVIA), ia merupakan salah satu tokoh intelektual yang
berusaha memperjuangkan nasib bangsanya.
Saat ini, akses terhadap pendidikan bukan lagi menjadi masalah, meski masih banyak
juga masyarakat di daerah-daerah pedalaman dan terpencil, jauh dari pusat-pusat kota,
yang belum mendapatkan akses pendidikan yang memadai. Negeri ini punya banyak
sekali para cerdikiawan pandai yang bersekolah di luar negeri. Bahkan sebagian dari
mereka tidak kembali ke Tanah Air dan
bekerja di negara-negara tempat mereka menimba ilmu. Negeri ini pun tidak
kekurangan orang-orang terpelajar. Namun yang kurang adalah semangat persatuan
untuk mencapai tujuan kemajuan, bagi negeri ini. Betapa pun banyaknya orang-orang
terpelajar, jika tidak ada semangat ini, rasanya bangsa ini tidak akan pernah bergerak.
Kalaupun bergerak, tetapi pelan.
Seperti perkataan Ir. Soekarno yang pernah saya baca yaitu “Beri aku seribu orang tua
niscaya akan kucabut sumeru dari akarnya, dan beri aku sepuluh pemuda niscaya akan
ku guncangkan dunia”.
Maksud dari kata "pemuda" pada kalimat tersebut yaitu pemuda-pemuda terpelajar
yang punya semangat dan cinta terhadap Tanah Air, serta punya visi progresif untuk
kemajuan Indonesia, bukan pemuda-pemuda sebaliknya atau pemuda-pemuda
terpelajar tetapi bermental sama dengan penjajah, misalnya kemaruk harta, mengeruk
kekayaan negara untuk kepentingan pribadi dan golongan, lewat korupsi atau perilaku
lainnya yang merugikan negara.