Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulilla atas segala limpahan karunia Allah Subhanahu Wa Ta’ala
berkat Ridho-Nya saya mampu merampungkan Artikel Keislaman ini dengan tepat
waktu. Tidak lupa juga kami haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi
Muhammad Shallallahu`alaihi Wa Sallam, beserta keluarganya, para sahabatnya dan
semua ummatnya yang selalu istiqomah sampai akhir zaman. Penulisan Artikel
Keislaman ini memiliki tujuan untuk memenuhi tugas individu mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani
S.Th.I.,M.Sos, sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam atas
bantuan dan bimbingannya.
Akhirul kalam, saya sadar bahwa Artikel Keislaman ini penuh dengan kekurangan.
Oleh karena itu, saya sangat berharap kritik dan saran konstruktif demi
penyempurnaan Artikel Keislaman ini. Harapan saya semoga makalah ini dapat
bermanfaat serta mampu memenuhi harapan berbagai pihah. Aamiin.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
COVER............................................................................................................ i
KATAPENGANTAR...........................................................................................................
.ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
iii
DAFTAR PUSTAKA.....
....................................................................................................25-27
iii
Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia.
Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-
Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu Allah, dan selain Allah. Subjektif
(hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon,
binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti
dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:
Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap
Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.
Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid
(monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan
yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika
memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun
sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-
Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan
masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha
besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut
timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad?
Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah
mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang
dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak
demikian kejadiannya. Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta
alam dikemukakan dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;
Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti
orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan bertuhan
kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti
konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu
Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta,
melainkan juga pengatur alam semesta. Pernyataan lugas dan sederhana cermin
manusia bertuhan Allah sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat
syahadat adalah pernyataan lain sebagai jawaban atas perintah yang dijaukan pada
surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah yang harus terbayang dalam kesadaran
manusia yang bertuhan Allah adalah disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran
sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah hasanah.
Kata sains dan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan satu sama
lain. Sains, menurut Baiquni, adalah himpunan pengetahuan manusia tentang alam
yang diperoleh sebagai konsensus para pakar, melalui penyimpulan secara rasional
mengenai hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data pengukuran yang diperoleh dari
observasi pada gejala-gejala alam. Sedangkan teknologi adalah himpunan
pengetahuan manusia tentang proses-proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari
penerapan sains, dalam kerangka kegiatan yang produktif ekonomis (Baiquni, 1995:
58-60).Al-Qur’an, sebagai kalam Allah, diturunkan bukan untuk tujuan-tujuan yang
bersifat praktis. Oleh sebab itu, secara obyektif, al-Qur’an bukanlah ensiklopedi sains
dan teknologi apalagi al-Qur’an tidak menyatakan hal itu secara gamblang. Akan
tetapi, dalam kapasitasnya sebagai huda li al-nas, al-Qur’an memberikan informasi
stimulan mengenai fenomena dalam porsi yang cukup banyak, sekitar tujuh ratus lima
puluh ayat (Ghulsyani, 1993: 78). Bahkan, pesan (wahyu) paling awal yang diterima
Nabi SAW mengandung indikasi pentingnya proses investigasi (penyelidikan).
Informasi al-Qur’an tentang fenomena alam ini, menurut Ghulsyani, dimaksudkan
untuk menarik perhatian manusia kepada Pencipta alam Yang Maha Mulia dan Maha
Bijaksana dengan mempertanyakan dan merenungkan wujud-wujud alam serta
mendorong manusia agar berjuang mendekat kepada-Nya (Ghulsyani, 1993). Dalam
visi al-Qur’an, fenomena alam adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Oleh sebab itu,
pemahaman terhadap alam itu akan membawa manusia lebih dekat kepada Tuhannya.
Pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi dapat ditelusuri dari
pandangan al-Qur’an tentang ilmu. Al-Qur’an telah meletakkan posisi ilmu pada
tingkatan yang hampir sama dengan iman seperti tercermin dalam surat al-Mujadalah
ayat 11:“… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Ayat-ayat al-Qur’an yang memerintahkan manusia mencari ilmu atau menjadi ilmuwan
begitu banyak. Al-Qur’an menggunakan berbagai istilah yang berkaitan dengan hal ini.
Misalnya, mengajak melihat, memperhatikan, dan mengamati kejadian-kejadian
(Fathir: 27; al-Hajj: 5; Luqman: 20; al-Ghasyiyah: 17-20; Yunus: 101; al-Anbiya’: 30),
membaca (al-‘Alaq: 1-5) supaya mengetahui suatu kejadian (al-An’am: 97; Yunus: 5),
supaya mendapat jalan (al-Nahl: 15), menjadi yang berpikir atau yang menalar
berbagai fenomena (al-Nahl: 11; Yunus: 101; al-Ra’d: 4; al-Baqarah: 164; al-Rum: 24;
al-Jatsiya
"Dia menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam) kemudian darinya Dia jadikan
pasangannya dan Dia menurunkan delapan pasang hewan ternak untukmu. Dia
menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan.
Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang memiliki kerajaan.
Tidak ada tuhan selain Dia; maka mengapa kamu dapat dipalingkan?"
Dalam tafsir dijelaskan dijelaskan bahwa tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam
perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak
dalam rahim. Dalam Biologi dijelaskan bahwa sebenarnya embrio dalam rahin
mengalami tiga fase perkembangan yang disebut dengan fase morula, blastula,
gastrula.
Δ. Perhatikan juga QS 23:12-14 yang berbicara secara cukup detail mengenai proses
penciptaan manusia.
ُك هَّللا ُ أَحْ َسن َ ً ُث َّم َخلَ ْق َنا ال ُّن ْط َف َة َعلَ َق ًة َف َخلَ ْق َنا ْال َعلَ َق َة مُضْ غ ًَة َف َخلَ ْق َنا ْالمُضْ غَ َة عِ َظاما ً َف َك َس ْو َنا ْال ِع َظا َم لَحْ ما ً ُث َّم أَن َشأْ َناهُ َخ ْلقا
َ آخ َر َف َت َب
َ ار
َ ْال َخالِق
ِين
"Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari
tanah.Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kukuh (rahim).Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu
yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.
Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah,
Pencipta yang paling baik."
هّٰللا
َ ص َّع ُد فِى ال َّس َمٓا ِء ۗ َك ٰذ ِل
ك َّ ض ِّي ًقا َح َرجً ا َكا َ َّن َما َي َ ص ْد َرهٗ ِلاْل ِ سْ اَل ِم َۚ و َمنْ ي ُِّر ْد اَنْ يُّضِ لَّ ٗه َيجْ َع ْل
َ ٗص ْد َره َ َْف َمنْ ي ُِّر ِد ُ اَنْ َّي ْه ِد َي ٗه َي ْش َرح
س َعلَى الَّ ِذي َْن اَل ي ُْؤ ِم ُن ْو َن هّٰللا
َ َْيجْ َع ُل ُ الرِّ ج
"Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan
membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya
menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang)
mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang
tidak beriman."
Secara Fisika, semakin ke atas (ruang angkasa) maka kandungan oksigen semakin
berkurang. Perhatikan juga QS67:3 tentang keseimbangan sistem kosmos.
ُ ُص َر ۙ َه ْل َت ٰرى مِنْ ف
ط ْو ٍر ٍ ُت طِ َبا ًقا ۗ َما َت ٰرى فِيْ َخ ْل ِق الرَّ حْ ٰم ِن مِنْ َت ٰفو
َ ت ۗ َفا رْ ِج ِع ْال َب ٍ الَّذِيْ َخلَقَ َسب َْع َس ٰم ٰو
"yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi,
adakah kamu lihat sesuatu yang cacat?"
َ ۖ اَلَ ْم َت َر َكي
َ ْف َف َع َل َرب
ُّك ِب َعا ٍد
"dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan dan
penyelam,"
Perhatikan juga tentang megahnya kerajaan nabi Sulaiman pada QS 27:44, yang
"Dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala dia melihat lantai
istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya.
Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca".
Berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap
diriku
dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam".
bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan."
Jika kita mencoba untuk menulusuri Hadits-Hadits Nabi SAW, maka kita akan temukan
sangat banyak dari Hadits-Hadits tersebut yang memiliki keterkaitan secara langsung
dengan ilmu pengetahuan, baik itu yang berkaitan dengan ilmu kesehatan dan
kedokteran, atau hasil-hasil riset ilmiyah yang sangat berkembang pada teknologi,
ataupun juga pada prediksi masa depan yang sudah terbukti secara ilmiah oleh para
ilmuan hari ini. Berikut ini penulis ingin memberikan beberapa contoh Hadits Nabi yang
memiliki korelasi dengan ilmu pengetahuan dan sains modern:
Dalam Hadits ini Rasulullah SAW memberikan perbedaan yang sangat prinsip antara
bersin dan menguap di mana bersin adalah sesuatu yang baik dan disukai Allah
sehingga harus dibalas dengan pujian, sementara menguap adalah sesuatu yang tidak
baik dan dibenci karena datangnya dari syaithan, sehingga seseorang dianjurkan untuk
berupaya menghindarinya. Ternyata kebenaran ungkapan Rasul yang mulia tersebut
dapat dibuktikan
: هل: قال، ح ُم ر
Hadits ini berkaiatan daengan adnya kemungkinan turunnya karakter dan warna dari
bapak atau kakek kepada cucunya. Dan kebenaran ini dapat dibuktikam secar ilmiah
pada hari ini.
artinya: dari Abu Said Al-Khudri (ra) sesungguhnya Nabi SAW melarang untuk minum
dalam keadaan berdiri” (HR. Muslim). Dan dari Anas dan Qatadah (ra) dari Nabi SAW
sesungguhnya Beliau melarang untuk minum dalam keadaan berdiri, Qatadah berkata:
bagaimana dengan makan? Ia menjawab: itu lebih buruk lagi” (HR. Imam Muslim
dalam kitab shohehnya, 5359).
Dari sisi kesehatan Hadits sangat mendapat tempat bagi kalangan para dokter,
dikarenakan oleh pesan yang ada dihadits ini sangat sejalan dengan teori kesehatan
pencernaan. Seperti yang pernah dikatakan oleh dr. Abdurrazzaq Al-Kailani, bahwa
cara makan dan minum yang paling tepat dan selamat adalah dengan cara duduk,
tidak dengan cara berdiri, sebab minum dan makan dengan cara berdiri akan
mempersulit proses pencernaan, karena minumam dan makanan itu akan terhempas
lebih kuat ke dinding lambung, dan itu berulang-ulang secara terus menerus akan
menyebabkan kesulitan pada pencernaan. Inilah beberapa contoh Hadits Nabi yang
memiliki relevansi dengan perkembangan sain dan teknologi hari ini. Penulis sangat
yakin bahwa jika ditelusuri lebih jauh literatur-literatur Hadits Nabi maka akan
ditemukan lebih banyak lagi Hadits Nabi yang diungkapkanya sekian abad yang lalu
namun sangat relevan dengan teori sain modern yang diungkapkan oleh para ilmuan
hari in
Islam pernah menjadi ahli dan penemu di berbagai bidang sains dan teknologi pada
masa klasik, namun sekarang kemajuan sains dan teknologi dalam berapa dasawarsa
abad XX telah menempatkan negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim
dalam posisi pinggiran. Langkah awal yang harus ditempuh adalah membongkar
kembali pemahaman umat Islam terhadap agama yang dianutnya. Misalnya, beberapa
terminologi keagamaan seperti jihad, ilmu, taqwa, amal shalih, dan ihsan perlu
ditafsirkan dalam konteks yang lebih luas dari sekedar terminologi ibadah dalam arti
sempit. Terminologi jihad yang sementara ini dipahami dalam konteks ‘perang’
melawan orang kafir dengan harapan pahala dan mati syahid, harus diperluas dalam
konteks jihad menuntut ilmu.
Generasi terbaik umat ini adalah para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka adalah sebaik-baik manusia. Lantas disusul generasi berikutnya, lalu generasi
berikutnya. Tiga kurun ini merupakan kurun terbaik dari umat ini. Dari Imran bin
Hushain radhiyallahu ‘anhuma, bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
َ َخي َْر أ ُ َّمتِـي َقرْ نِي ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُو َن ُه ْم ُث َّم الَّذ
ِين َيلُو َن ُه ْم
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-
orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik,
Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan
bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (At-Taubah: 100)
Bahkan para sahabat khususnya telah direkomendasikan Allah Ta’ala sebagai umat
terbaik dalam firman-Nya yang artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih
baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al Imran/3 : 110)
Setiap orang yang membaca sejarah kehidupan para salaf dan merenungi keadaan
10
mereka, pasti akan mengerti dan mendapatkan kehebatan dan keagungan mereka.
Mereka memiliki akhlak yang sangat mulia dan sangat kuat dan teguh dalam
meneladani sikap dan prilaku Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam segala
keadaannya. Disamping juga mereka sangat menjaga keimanan dan sangat takut
berbuat dosa dan kemaksiatan serta senantiasa berlomba-lomba dalam mengamalkan
amal shalih dan kebaikan. Keagungan dan kehebatan mereka sebagai generasi terbaik
dilukiskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam penuturannya : “Siapa yang lebih
dekat kemiripannya dengan mereka maka akan lebih sempurna”.
Hal ini tidaklah mengherankan, karena Allah telah memilih mereka sebagai
pendamping perjuangan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dalam menegakkan
dan membela agama Islam ketika beliau Shallallahu’alaihi Wasallam hidup dan setelah
kematian beliau. Mereka telah mengorbankan harta dan jiwa mereka untuk
menyebarkan ajaran yang mulia ini dengan melakukan penaklukan-penaklukan
terhadap negeri-negeri disekitar jazirah Arabia. Dalam perjuangan mereka tersebut
nampak sangat jelas kekuatan iman, kedalaman ilmu, kesucian hati dan kebersihan
jiwa mereka.
Pantaslah bila Allah berfirman yang artinya: “Maka jika mereka beriman kepada apa
yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan
jika mereka berpaling, Sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan
kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. dan Dia-lah yang Maha
mendengar lagi Maha mengetahui“. (QS. Al Baqarah: 137).
1. Sahabat
Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan beliau. para Khulafaur
Rasyidin ; Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi
Thalib. Sahabat yg dijamin masuk surga; Thalhan bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam
Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, Sa'id bin Zaid bin Amu bin Naufal, Abu
Ubaidillah bin Jarrah. Sahabat Nabi; Abdullah bin Umar, Abu Dzar al-Giffar, Abu
Hurairag, Abu Thufail al- Laitsi, Abu Ubaidah bin al-Jarrah, Bilal bin Rabbah, Hakim bin
Hazm, Hamzah bin Abdul Muthalib, Imran bin Husein, Khalid bin Walid, Salman al-
Farisi Wahsyi bin Harb, Said bin Zayd bin Amr, Mu'awiyah bin Abu Sufyan, Mus'ab bin
Umair, Mua'dz bin Jabal, Sa'ad bin 'Ubadah, Amru bin Ash
11
2. Tabi’in
Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau setelah
beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta melihat para
sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari para
sahabat Rasulullah. Uwais Al Qarn, pernah disebutkan secara langsung melalui lisan
Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi tapi terkenal di langit. Bahkan Rasulullah
memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali, untuk mencari Uwais dan meminta untuk di
doakan, karena ia merupakan orang yang memiliki doa yang diijabah oleh Allah.
Adapun diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi’in lainnya yakni; Umar bin
Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al Husein, Muhammad bin Al
Hanafiyah, Hasan Al Bashri, Abu Hanifah, Ali bin al-Husain Zainal Abidin, 'Alqamah bin
Qais an-Nakha'i, Al-Qasim bin Muhammad, Ibnu Abi Mulaikah, Muhammad bin al-
Hanafiyah, Muhammad bin Sirin, Muhammad bin Syihab az-Zuhri, Salim bin Abdullah,
Said bin al-Musayyib, Rabi'ah ar-Ra'yi, Ubaidillah bin Abdullah, Umar bin Abdul Aziz,
Urwah bin az-Zubair, Ibnu Syihab az-Zuhri, Qatadah bin Da'amah, Sulaiman bin
Mihran al-A'masy, Said bin al-Musayyab
3.Tabi’ut Tabi’in
Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau setelah
mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan generasi
tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari
para tabi’in. Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah; Imam
Malik bin Anas, Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad
Malik bin Anas, Al-Auza’iy, Sufyan Ats-Tsauriy, Sufyan bin Uyainah Al-Hilaliy, Al-Laits
bin Saad, Abdullah bin Al-Mubaarok, Waki’, Asy Syafi’i, Abdurrahman bin Mahdiy,
Yahya bin Said Al-Qathan, Yahya bin Ma’in, Ali bin Al-Madiniy.
12
Definisi Salaf ( ُ )ال َّسلَفMenurut bahasa (etimologi), Salaf ( ُ ) اَل َّسلَفartinya yang terdahulu
(nenek moyang), yang lebih tua dan lebih utama. Salaf berarti para pendahulu. Jika
dikatakan ( ) َسلَفُ الرَّ ج ُِلsalaf seseorang, maksudnya kedua orang tua yang telah
mendahuluinya. Menurut istilah (terminologi), kata Salaf berarti generasi pertama dan
terbaik dari ummat (Islam) ini, yang terdiri dari para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in
dan para Imam pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang
dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda
اس َقرْ نِيْ ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم
ِ خ ْي ُر ال َّن.
َ
“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Sahabat), kemudian
yang sesudahnya (masa Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).”
Menurut al-Qalsyani: “Salafush Shalih adalah generasi pertama dari ummat ini yang
pemahaman ilmunya sangat dalam, yang mengikuti petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan menjaga Sunnahnya. Allah memilih mereka untuk menemani Nabi-Nya
Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan menegak-kan agama-Nya…” Syaikh Mahmud Ahmad
Khafaji berkata di dalam kitabnya, al-‘Aqiidatul Islamiyyah bainas Salafiyyah wal
Mu’tazilah: “Penetapan istilah Salaf tidak cukup dengan hanya dibatasi waktu saja,
bahkan harus sesuai dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush
Shalih (tentang ‘aqidah, manhaj, akhlaq dan suluk-pent.). Barangsiapa yang
pendapatnya sesuai dengan Al-Qur-an dan As-Sunnah mengenai ‘aqidah, hukum dan
suluknya menurut pemahaman Salaf, maka ia disebut Salafi meskipun tempatnya jauh
dan berbeda masanya. Sebaliknya, barangsiapa pendapatnya menyalahi Al-Qur-an
dan As-Sunnah, maka ia bukan seorang Salafi meskipun ia hidup pada zaman
Sahabat, Ta-bi’in dan Tabi’ut Tabi’in.Penisbatan kata Salaf atau as-Salafiyyuun
bukanlah termasuk perkara bid’ah, akan tetapi penisbatan ini adalah penisbatan yang
syar’i karena menisbatkan diri kepada generasi pertama dari ummat ini, yaitu para
Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in. Ahlus Sunnah wal Jama’ah dikatakan juga as-
Salafiyyuun karena mereka mengikuti manhaj Salafush Shalih dari Sahabat dan Tabi’ut
Tabi’in. Kemudian setiap orang yang mengikuti jejak mereka serta berjalan
berdasarkan manhaj mereka -di sepanjang masa-, mereka ini disebut Salafi, karena
dinisbatkan kepada Salaf. Salaf
13
bukan kelompok atau golongan seperti yang difahami oleh sebagian orang, tetapi
merupakan manhaj (sistem hidup dalam ber-‘aqidah, beribadah, berhukum, berakhlak
dan yang lainnya) yang wajib diikuti oleh setiap Muslim. Jadi, pengertian Salaf
dinisbatkan kepada orang yang menjaga keselamatan ‘aqidah dan manhaj menurut
apa yang dilaksanakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat
Radhiyallahu anhum sebelum terjadinya perselisihan dan perpecahan. Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyyah rahimahullah (wafat th. 728 H) berkata: “Bukanlah merupakan aib bagi
orang yang menampakkan manhaj Salaf dan menisbatkan dirinya kepada Salaf,
bahkan wajib menerima yang demikian itu karena manhaj Salaf tidak lain kecuali
kebenaran.” [8] D. Definisi Ahlus Sunnah wal Jama’ah Ahlus Sunnah wal Jama’ah
adalah: Mereka yang menempuh seperti apa yang pernah ditempuh oleh Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum. Disebut Ahlus
Sunnah, karena kuatnya (mereka) berpegang dan berittiba’ (mengikuti) Sunnah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya Radhiyallahu anhum. As-Sunnah
menurut bahasa (etimologi) adalah jalan/cara, apakah jalan itu baik atau buruk.[9]
Sedangkan menurut ulama ‘aqidah (terminologi), As-Sunnah adalah petunjuk yang
telah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya,
baik tentang ilmu, i’tiqad (keyakinan), perkataan maupun perbuatan. Dan ini adalah As-
Sunnah yang wajib diikuti, orang yang mengikutinya akan dipuji dan orang yang
menyalahinya akan dicela. Pengertian As-Sunnah menurut Ibnu Rajab al-Hanbali
rahimahullah (wafat 795 H): “As-Sunnah ialah jalan yang ditempuh, mencakup di
dalamnya berpegang teguh kepada apa yang dilaksanakan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan para khalifahnya yang terpimpin dan lurus berupa i’tiqad (keyakinan),
perkataan dan perbuatan. Itulah As-Sunnah yang sempurna. Oleh karena itu generasi
Salaf terdahulu tidak menamakan As-Sunnah kecuali kepada apa saja yang mencakup
ketiga aspek tersebut. Hal ini diriwayatkan dari Imam Hasan al-Bashri (wafat th. 110
H), Imam al-Auza’i (wafat th. 157 H) dan Imam Fudhail bin ‘Iyadh (wafat th. 187 H).”
Disebut al-Jama’ah, karena mereka bersatu di atas kebenaran, tidak mau berpecah-
belah dalam urusan agama, berkumpul di bawah kepemimpinan para Imam (yang
berpegang kepada) al-haqq (kebenaran), tidak mau keluar dari jama’ah mereka dan
mengikuti apa yang telah menjadi kesepakatan Salaful Ummah. Jama’ah menurut
ulama ‘aqidah (terminologi) adalah generasi pertama dari ummat ini, yaitu kalangan
Sahabat, Tabi’ut Tabi’in serta orang-orang yang mengikuti dalam kebaikan hingga hari
Kiamat, karena berkumpul di atas kebenaran. Imam Abu Syammah asy-Syafi’i
rahimahullah (wafat th. 665 H)
14
Jadi, Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah orang yang mempunyai sifat dan karakter
mengikuti Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi perkara-perkara
yang baru dan bid’ah dalam agama. Karena mereka adalah orang-orang yang ittiba’
(mengikuti) kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti
Atsar (jejak Salaful Ummah), maka mereka juga disebut Ahlul Hadits, Ahlul Atsar dan
Ahlul Ittiba’. Di samping itu, mereka juga dikatakan sebagai ath-Thaa-ifatul
Manshuurah (golongan yang mendapatkan per-tolongan Allah), al-Firqatun Naajiyah
(golongan yang selamat), Ghurabaa’ (orang asing). Tentang ath-Thaa-ifatul
Manshuurah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ber-sabda:
ِ هللا الَ َيضُرُّ ُه ْم َمنْ َخ َذلَ ُه ْم َوالَ َمنْ َخالَ َف ُه ْم َح َّتى َيأْ ِت َي ُه ْم أَمْ ُر
َ ِهللا َو ُه ْم َعلَى َذل
ك ِ الَ َت َزا ُل مِنْ أ ُ َّمتِيْ أُم ٌَّة َقا ِئ َم ٌة ِبأ َ ْم ِر.
“Senantiasa ada segolongan dari ummatku yang selalu menegakkan perintah Allah,
tidak akan mencelakai mereka orang yang tidak menolong mereka dan orang yang
menyelisihi mereka sampai datang perintah Allah dan mereka tetap di atas yang
demikian itu.”
ُ َف،ً َو َس َيع ُْو ُد َك َما َبدَ أَ غَ ريْبا،ً َبدَ أَ ْاإلسْ الَ ُم غَ ريْبا. “
ط ْو َبى ل ِْل ُغ َر َبا ِء ِ ِ ِ
"Islam awalnya asing, dan kelak akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka
beruntunglah bagi al-Ghurabaa’ (orang-orang asing).”
15
bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu ketika suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa
اس س ُْو ٍء َك ِثي ٍْر َمنْ َيعْ صِ ي ِْه ْم أَ ْك َث ُر ِممَّنْ يُطِ ْي ُع ُه ْم ُ َ ٌأ ُ َناس.
ِ صالِح ُْو َن فِيْ أ َن
“Orang-orang yang shalih yang berada di tengah banyaknya orang-orang yang jelek,
orang yang mendurhakai mereka lebih banyak daripada yang mentaati mereka.”
Dalam riwayat yang lain disebutkan: …الَّ ِذي َْن يُصْ لِح ُْو َن َما أَ ْف َسدَ ال َّناسُ مِنْ َبعْ دِي مِنْ ُس َّنتِي.
“Yaitu orang-orang yang memperbaiki Sunnahku (Sunnah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam) sesudah dirusak oleh manusia.”
16
Radhiyallahu anhum dan setiap orang yang mengikuti manhaj mereka dari para Tabi’in
yang terpilih, kemudian ashhaabul hadits dan yang mengikuti mereka dari ahli fiqih dari
setiap generasi sampai pada masa kita ini serta orang-orang awam yang mengikuti
mereka baik di timur maupun di barat.”
Sejarah Munculnya Istilah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Penamaan istilah Ahlus Sunnah
ini sudah ada sejak generasi pertama Islam pada kurun yang dimuliakan Allah, yaitu
generasi Sahabat, Tabi’in dan Tabiut Tabi’in. ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu
anhuma berkata ketika menafsirkan firman Allah Azza wa Jalla:
َي ْو َم
“Pada hari yang di waktu itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang
hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka
dikatakan): ‘Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah adzab
disebabkan kekafiranmu itu.’” [Ali ‘Imran: 106] “Adapun orang yang putih wajahnya
mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, adapun orang yang hitam wajahnya
mereka adalah Ahlul Bid’ah dan sesat.” Kemudian istilah Ahlus Sunnah ini diikuti oleh
kebanyakan ulama Salaf رحمهم هللا, di antaranya:
1. Ayyub as-Sikhtiyani rahimahullah (wafat th. 131 H), ia berkata: “Apabila aku
dikabarkan tentang meninggalnya seorang dari Ahlus Sunnah seolah-olah
hilang salah satu anggota tubuhku.”
2. Sufyan ats-Tsaury rahimahullah (wafat th. 161 H) berkata: “Aku wasiatkan
kalian untuk tetap berpegang kepada Ahlus Sunnah dengan baik, karena
mereka adalah al-ghurabaa’. Alangkah sedikitnya Ahlus Sunnah wal Jama’ah.”
3. Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah (wafat th. 187 H) berkata: “…Berkata Ahlus
Sunnah: Iman itu keyakinan, perkataan dan perbuatan.”
4. Abu ‘Ubaid al-Qasim bin Sallam rahimahullah (hidup th. 157-224 H) berkata
dalam muqaddimah kitabnya, al-Iimaan: “…Maka sesungguhnya apabila
engkau bertanya kepadaku tentang iman, perselisihan umat tentang
kesempurnaan iman, bertambah dan berkurangnya iman dan engkau
menyebutkan seolah-olah
17
18
Faktor manusia merupakan sesuatu yang sangat penting dalam mencapai keadilan
hukum. Keadilan hukum sangat didambakan oleh siapa saja termasuk pelaku
kejahatan sekalipun. Jika dalam suatu negara ada yang cenderung bertindak tidak adil
secara hukum, termasuk hakim, maka pemerintah harus bertindak mencegahnya.
Pemerintah harus menegakkan keadilan hukum, bukan malah berlaku zalim terhadap
rakyatnya. Sehingga keadilan sosial dapat tercipta dalam kehidupan masyarakat,
selain terdapat saling tolong-menolong sesamanya dalam berbuat kebaikan. Terdapat
naluri saling ketergantungan satu dengan yang lain dalam kehidupan sosial
(interdependensi).
Penegakan hukum dalam konteks law enforcement sering diartikan dengan
penggunaan force (kekuatan) dan berujung pada tindakan represif. Dengan demikian
penegakan hukum dalam pengertian ini hanya bersangkutan dengan hukum pidana
saja. Dalam tulisan ini dikehendaki pengertian penegakan hukum itu dalam arti luas
secara represif, maupun preventif. Konsekuensinya memerlukan kesadaran hukum
secara meluas pula baik warga negara, lebih-lebih para penyelenggara negara
terutama penegak hukumnya. Adapun penegak hukum meliputi instrumen administratif
yaitu pejabat administratif di lingkungan pemerintahan. Sedangkan dalam lingkungan
pidana dimonopoli oleh negara melalui alat-alatnya mulai dari kepolisian, kejaksaan
dan kehakiman sebagai personifikasi negara.Penegakan hukum saja tidaklah cukup
tanpa tegaknya keadilan. Karena tegaknya keadilan itu diperlukan guna kestabilan
hidup bermasyarakat, hidup berbangsa dan bernegara. Tiap sesuatu yang melukai
rasa keadilan terhadap sebagian dari masyarakat bisa mengakibatkan
rusaknya kestabilan bagi masyarakat keseluruhan, sebab rasa keadilan adalah unsur
19
fitrah kelahiran seseorang sebagai manusia. Kepastian hukum akan tercapai jika
penegakan hukum itu sejalan dengan undang-undang yang berlaku dan rasa keadilan
masyarakat yang ditopang oleh kebersamaan tiap individu di depan hukum (equality
before the law). Bahwa hukum memandang setiap orang sama, bukan karena
kekuasaan dan bukan pula karena kedudukannya lebih tinggi dari yang lain.
Persamaan setiap manusia sesuai fitrah kejadiannya:
“Manusia itu adalah umat yang satu, maka Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi
kabar gembira dan peringatan dan beserta mereka Dia turunkan kitab dengan
membawa kebenaran, supaya kitab itu memberi keputusan antara manusia tentang
apa yang mereka perselisihkan" (QS.2:213).
1.Penegakan Hukum
Terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung tegaknya hukum di suatu Negara
antara lain: Kaidah hukum, Penegak hukum, Fasilitas dan Kesadaran hukum warga
Negara. Dalam pelaksanaannya masih tergantung pada sistem politik Negara yang
bersangkutan. Jika sistem politik Negara itu otoriter maka sangat tergantung penguasa
bagaimana kaidah hukum, penegak hukum dan fasilitas yang ada. Adapun warga
Negara ikut saja kehendak penguasa (lihat synopsis). Pada sistem politik demokratis
juga tidak semulus yang kita bayangkan. Meski warga Negara berdaulat, jika sistem
pemerintahannya masih berat pada eksekutif (Executive heavy) dan birokrasi
pemerintahan belum direformasi, birokratnya masih “kegemukan” dan bermental
mumpung, maka penegakan hukum masih mengalami kepincangan dan kelambanan
(kasus “hotel bintang” di Lapas).Belum lagi kaidah hukum dalam hal perundang-
undangan yang simpang siur penerapannya (kasus Prita). Agar suatu kaidah hukum
berfungsi maka bila kaidah itu berlaku secara yuridis, maka kemungkinan besar kaidah
tersebut merupakan kaidah mati (dode regel), kalau secara sosiologis (teori
kekuasaan), maka kaidah tersebut menjadi aturan pemaksa (dwang maat regel). Jika
berlaku secara filosofi, maka kemungkinannya hanya hukum yang dicita-citakan yaitu
ius constituendum.Kaidah hukum atauperaturan itu sendiri, apakah cukup sistematis,
cukup sinkron, secara kualitatif dan kuantitatif apakah sudah cukup mengatur bidang
kehidupan tertentu. Dalam hal penegakan hukum mungkin sekali para petugas itu
menghadapi masalah seperti sejauh mana dia terikat oleh peraturan yang ada, sebatas
mana petugas diperkenankan memberi kebijaksanaan. Kemudian teladan
20
macam apa yang diberikan petugas kepada masyarakat. Selain selalu timbul masalah
jika peraturannya baik tetapi petugasnya malah kurang baik. Demikian pula jika
peraturannya buruk, maka kualitas petugas baik.Fasilitas merupakan sarana dalam
proses penegakan hukum. Jika sarana tidak cukup memadai, maka penegakan hukum
pun jauh dari optimal. Mengenai warga negara atau warga masyarakat dalam hal ini
tentang derajat kepatuhan kepada peraturan. Indikator berfungsinya hukum adalah
kepatuhan warga. Jika derajat kepatuhan rendah, hal itu lebih disebabkan oleh
keteladanan dari petugas hukum.
2. Keadilan
Pengertian keadilan dapat ditinjau dari dua segi yakni keadilan hukum dan keadilan
sosial. Adapun keadilan mengandung asas kesamaan hukum artinya setiap orang
harus diperlakukan sama di hadapan hukum. Dengan kata lain hukum harus
diterapkan secara adil. Keadilan hukum ternyata sangat erat kaitannya dengan
implementasi hukum di tengah masyarakat. Untuk mencapai penerapan dan
pelaksanaan hukum secara adil diperlukan kesadaran hukum bagi para penegak
hukum. Dengan demikian guna mencapai keadilan hukum itu, maka faktor manusia
sangat penting. Keadilan hukum sangat didambakan oleh siapa saja termasuk
penjahat (pembunuh, pemerkosa, dan koruptor). Jika dalam suatu negara ada yang
cenderung bertindak tidak adil secara hukum, termasuk hakim, maka pemerintah harus
bertindak mencegahnya. Pemerintah harus menegakkan keadilan hukum, bukan
malah berlaku zalim terhadap rakyatnya. Keadilan sosial terdapat dalam kehidupan
masyarakat, terdapat saling tolong-menolong sesamanya dalam berbuat kebaikan.
Terdapat naluri saling ketergantungan satu dengan yang lain dalam kehidupan sosial
(interdependensi). Keadilan sosial itu diwujudkan dalam bentuk upah yang seimbang,
untuk mencegah diskriminasi ekonomi. Keadilan sosial adalah persamaan
kemanusiaan, suatu penyesuaian semua nilai, nilai-nilai yang termasuk dalam
pengertian keadilan. Kepemilikan atas harta seharusnya tidak bersifat mutlak. Perlu
dilakukan pemerataan, distribusi kekayaan anggota masyarakat. Bagaimana pemilik
harta seharusnya menggunakan hartanya. Penimbunan atau konsentrasi kekayaan,
sehingga tidak dimanfaatkan dalam sirkulasi dan distribusi akan merugikan
kepentingan umum. Sebaiknya harta kekayaan itu digunakan sebaik mungkin dan
memberikan manfaat bagi pemiliknya maupun bagi masyarakat.Hukum dan Keadilan
Dalam Islam Menurut M. Natsir (demokrasi dibawah hukum cet.III, 2002) adalah suatu
penegasan, ada undang-undang yang disebut
21
Tidak mungkin hukum dan keadilan dapat tegak berdiri keadilan dapat tegak berdiri
kokoh apabila konsep persamaan itu diabaikan. Implementasi keadilan hukum di
masyarakat dewasa ini banyak ditemui sandungan yang menyolok atas pandangan
lebih terhadap orang yang punya kedudukan tinggi, yang punya kekayaan melimpah,
sehingga rakyat banyak telah menyimpan imej bertahun-tahun bahwa di negeri ini
keadilan itu dapat dibeli. Lebih jauh kesamaan itu dijabarkan Rachman di bukunya
Political Science and Government dalam Ramly Hutabarat di bukunya Hukum dan
Demokrasi (1999) yaitu, yakni:
22
c. Semua warga negara memiliki hak yang sama mendapatkan lapangan pekerjaan
d. Semua warga Negara sama kedudukannya dalam politik.
QS.4:135.”Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang tegak
menegakkan keadilan, menjadi saksi kebenaran karena Allah, biarpun terhadap dirimu
sendiri atau ibu bapakmu atau kerabatmu”.
Seorang raja dan hati pemuda dalam synopsis di awal tulisan ini tak akan ada lagi
dalam alam demokrasi sekarang ini. Namun bisa lebih dari hanya sekedar
pembunuhan fisik, malah sering terjadi pembunuhan karakter dan pengorbanan hati
nurani yang paling dalam. Mudah-mudahan jika bangsa ini mulai berpaling kepada
ajaran Islam yang sempurna, insyaAllah tegaknya hukum dan keadilan itu suatu
keniscayaan
24
DAFTAR PUSTAKA
I. Daradjat, Zakiah, Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 55-
152 Abdurrahim, Muhammad, Imaduddin, Kuliah Tauhid, (Jakarta: Yayasan Sari Insan,
1989), h. 16-21, 54-56.
III. Miftah,H. Yusufpati. 2020. Generasi Terbaik Adalah Masa Nabi, Bagaimana dengan
Masa Kini?.
IV. Al-Ustadz, Yazid, bin, Abdul, Qadir Jawas. Definisi Salaf , Definisi Ahlus Sunnah
wal Jama’ah
Lisaanul ‘Arab (VI/331) karya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) rahimahullah.
Lihat al-Mufassiruun bainat Ta’wiil wal Itsbaat fii Aayatish Shifaat (I/11) karya
Syaikh Muhammad bin ‘Abdurrahman al-Maghrawi, Muassasah ar-Risalah, th.
1420 H. [3]. Muttafaq ‘alaih. HR. Al-Bukhari (no. 2652) dan Muslim (no. 2533
(212)), dari Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu.
Al-Mufassiruun bainat Ta’wiil wal Itsbaat fii Aayatish Shifaat (I/11).
Al-Mufassiruun bainat Ta’-wiil wal Itsbaat fii Aayatish Shifaat (I/13-14) dan al-
Wajiiz fii ‘Aqiidah Salafush Shaalih (hal. 34).
Mauqif Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah min Ahlil Ahwaa’ wal Bida’ (I/63-64) karya
Syaikh Dr. Ibrahim bin ‘Amir ar-Ruhaili, Bashaa-iru Dzawi Syaraf bi Syarah
Marwiyyati Manhajis Salaf (hal. 21) karya Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali dan
Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah fil ‘Aqiidah.
Beliau adalah Ahmad bin ‘Abdul Halim bin ‘Abdussalam bin ‘Abdillah bin Khidhir
25
bin Muhammad bin ‘Ali bin ‘Abdillah bin Taimiyyah al-Harrani. Beliau lahir pada
hari Senin, 14 Rabi’ul Awwal th. 661 H di Harran (daerah dekat Syiria)
Majmu’ Fataawaa Syaikhil Islam Ibni Taimiyyah (IV/149).
Lisaanul ‘Arab (VI/399).
Buhuuts fii ‘Aqidah Ahlis Sunnah (hal. 16).
Jaami’ul ‘Uluum wal Hikam (hal. 495) oleh Ibnu Rajab, tahqiq dan ta’liq Thariq
bin ‘Awadhullah bin Muhammad, cet. II-Daar Ibnul Jauzy-th. 1420 H.
Mujmal Ushuul Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah fil ‘Aqiidah.
Syarhul ‘Aqiidah al-Waasithiyyah (hal. 61) oleh Khalil Hirras.
M. Rais, Ahmad. 2013. Penegakan Hukum Atas Keadilan Dalam Pandangan Islam
Natsir,M Demokrasi dibawah Hukum, Media Dakwah, Jakarta Cet.III 2002.
_____________________________
https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03
http://repository.uin-malang.ac.id/1783/7/1783.pdf
http://www.journal.walisongo.ac.id/index.php/teologia/article/viewFile/405/371
https://core.ac.uk/download/pdf/297921818.pdf
https://kalam.sindonews.com/read/31183/69/generasi-terbaik-adalah-masa-nabi-
bagaimana-dengan-masa-kini-1589555128
https://qurandansunnah-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/qurandansunnah.wordpress.com/2009/07/29/tiga-
generasi-terbaik-umat-manusia/amp/?
amp_js_v=a6&_gsa=1&usqp=mq331AQFKAGwASA
%3D#aoh=16031777911259&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F
%2Fqurandansunnah.wordpress.com%2F2009%2F07%2F29
26
%2Ftiga-generasi-terbaik-umat-manusia%2F
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/al-fikra/article/download/5336/3169
https://almanhaj.or.id/3428-definisi-salaf-definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html
27