Deka Listyanti, Bab I PDF
Deka Listyanti, Bab I PDF
BAB I
PENDAHULUAN
sikap serta filosofi, atau spiritualitas suku Jawa. Penganut ajaran kejawen
agama monotheistik, seperti Islam atau Kristen, tetapi lebih melihatnya sebagai
seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku
(mirip dengan ibadah). Ajaran kejawen biasanya tidak terpaku pada aturan yang
merupakan upaya untuk mencapai kehidupan yang harmonis baik dengan Tuhan,
alam, dan manusia. Di dalam hati manusia, keyakinan dan kepercayaan terhadap
Tuhan pasti ada dan berkembang keyakinan dengan agama dan kepercayaan yang
lebih jauh tentang agama. Agama hadir sebagai bentuk kebutuhan dasar manusia
terhadap hati dan jiwa sebagai pemberian yang ada dalam diri manusia, sebagai
rohani dan kehidupan sosial, keinginan menemukan jalan yang hakiki. Jiwa
semangat dan spirit dalam menjalani kehidupan. Manusia yang berusaha mencari
jati diri dari dalam jiwa dan lingkungan yang membentuk karakter keberagaman
melalui proses yang dilalui dalam pencarian, maka ia semakin dekat dan
mengenal diri sendiri akan lebih mengerti jiwanya dan mengenal Tuhan.
mendasar tentang sistem tata-kerja akal pikiran manusia (Moreno, 1994: 139).
Kepercayaan atau ritual yang dilakukan oleh orang Jawa disebut kejawen.
Berbakat dari kepercayaan akan gejolak alam, maka suku Jawa tidak lepas dari
ritual terhadap alam dan tradisi yang berkembang sebagai bagian bentuk
nilai-nilai baik dan memberikan kontrol atas keyakinan dan keagamaan mereka.
kekuatan yang besar dan dianggap sakral, tetapi memperkuat dan mempertegas
Kabunan (tempat keramat yang masih mempunyai kekuatan gaib) masih banyak
masyarakat yang berziarah untuk mendapatkan apa yang diinginkan atau dicita-
citakan.
Resek Kabunan yang dilaksanakan hari Senin Wage dan Kamis Wage. Sebelum
acara dimulai diadakan Resek Kabunan yang dilaksanakan oleh petugas dengan
lokasi Kabunan.
dari perasaan takut, segan, dan hormat terhadap leluhur. Perasaan ini timbul
karena masyarakat mempercayai adanya sesuatu kekuatan luar biasa yang berada
di luar kekuasaan dan kemampuan manusia yang tidak tampak oleh mata.
penghormatan terhadap roh leluhur dan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, juga sebagai sarana pelestarian budaya dalam menjaga nilai-nilai adat.
Kejawen merupakan tuntunan dan ajaran hidup yang didalamnya terdapat konsep
manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam seisinya (Suyono,
2009: 1).
Masyarakat Jawa dalam kehidupan sangat dekat dengan sebuah ritual atau
tradisi yang berkaitan dengan siklus kehidupan agar memperoleh kualitas hidup
yang baik. Kejawen adalah kepercayaan atau ritual yang dilakukan orang Jawa,
mempunyai ikatan yang kuat dan menjadi tatanan sosial dalam masyarakat Jawa
sekarang sudah tidak tahu lagi apa sadranan itu. Dulu Sadranan bagi masyarakat
Jawa, khususnya Jawa Tengah sangat populer. Biasanya saat bulan Sadran
makanan (nasi serta lauk pauk). Acara Sadranan yang sudah dilaksanakan ini
Dalam acara ini peserta sadranan tidak hanya warga dari desa Pekuncen saja,
tetapi dihadiri pula oleh warga dari luar. Maka dari itu, penulis melakukan
B. RumusanMasalah
Cilacap?
Kecamatan Kroya?
3. Bagaimana makna dan pengaruh dari tradisi sadranan bagi komunitas tradisi
C. Tujuan Penelitian
Agar penelitian ini lebih terfokus dalam membahas suatu penelitian, harus
dirumuskan adalah:
3. Makna dan pengaruh dari tradisi sadranan bagi komunitas tradisi sadranan
desa Pekuncen.
D. Manfaat Penelitian
2014 adalah:
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
a. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan akan menambah dan memperluas
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka harus dilakukan dalam sebuah penelitian. Hal ini sangat
penting dilakukan guna untuk mencari sumber dan data, bahan pertimbangan yang
sudah ada. Tradisi sadranan sudah populer di antara masyarakat Jawa karena
Jawa, tetapi penelitian yang dilakukan tentang tradisi sadranan yang dilakukan
Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Hari Yuliani (2003) dengan judul
keturunan ayah dan ibu sama), pendidikan formal yang ditempuh sebagian besar
hidup Kiai Murokhidin dari pertama beliau tiba di Mandala Giri sampai pada
pancariannya terhadap isteri muda yang pergi meninggalkan Mandala Giri karena
terbakar api cemburu melihat suami tercinta sedang duduk berdua bersama istri
tua yang terakhir dengan cerita pertemuan antara Kiai Murokhidin dengan Nyai
digunakan dalam doa kabul pada acara Sadranan Kabunan mempunyai makna
yang sama dengan doa kabul yang dilaksanakan pada acara Resek Kabunan,
Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Anggit Gilang Fajari (2014) dengan
judul Tradisi Jawa dalam Acara Pernikahan di desa Dukuh Bangsa Kecamatan
sosial ekonomi dan budaya desa Dukuhbangsa dari tahun ke tahun secara umum
berkembang cukup baik, tidak heran jika faktor tersebut mempengaruhi pemikiran
pernikahan memang telah berubah tidak lagi sama dengan pengaruh adat
tersebut hanya dijadikan sebagai warisan dan tidak terlalu mementingkan lagi.
Dukubangsa masih menjaga tradisi Jawa ini sebagai bentuk untuk menghormati
hasil dari pemikiran kearifan lokal serta sebagai sarana untuk mempererat
Pokoh sangat menghormati para leluhurnya. Selain itu, ungkapan syukur atas
segala nikmat yang telah diperoleh. Syukur dapat diungkapkan dengan berbagai
makna silaturahmi. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan suatu
penelitian tentang tradisi Sadranan yang ada di desa Pekuncen, Kecamatan Kroya,
Kabupaten Cilacap.
1. Landasan Teori
bentuk ketaatan terhadap agama dengan berziarah atau mengunjung makam para
leluhur yang bertujuan untuk berdoa kepada para leluhur dan meminta izin
sebelum melaksanakan ibadah puasa. Ibadah puasa yang ikut disyariatkan Islam
ikut mewarnai perilaku orang Jawa, pada umumnya dan masyarakat desa
kepercayaan yang berhubungan dengan roh atau pendewaan orang yang sudah
salah satu bentuk kepercayaan yang religius dan ritual yang menjadi dasar
lain di Indonesia tersebut, orang Jawa dari golongan ini juga yakin pada konsep-
konsep keagamaan lain, pada makhluk gaib, serta kekuatan sakti, dan mereka juga
melakukan berbagai ritual dan upacara keagamaan yang tidak ada atau sangat
tidak dapat dikatakan orang beragama Islam yang tidak banyak menghiraukan
agama sebab sebenarnya agama yang mereka anut adalah suatu varian dari agama
Islam, yaitu agami Jawi. Oleh sebab itu, seperti yang telah dilakukan oleh Geertz
(1960) dalam bukunya The Religion of Java, suatu deskripsi mengenai agama.
Orang Jawa harus membedakan antara dua buah manifestasi dari agama Islam
Jawa yang cukup banyak berbeda, yaitu agami Jawi dan agama Islam Santri.
Sebutan yang pertama berarti Agama orang Jawa, sedangkan yang kedua adalah
kejawen. Adapun asal-usul dari tradisi Sadranan berasal dari ajaran Hindu-
Buddha yang bertujuan untuk memohon bantuan dan memuja kepada para leluhur
dan nenek moyang. Pada zaman pra-Islam tradisi sadranan diselenggarakan untuk
memuja roh para leluhur sesuai dengan pegangan mereka, yakni sampai sekarang
berasal dari budaya Majapahit. Upacara sraddha oleh orang Jawa secara
Hal serupa juga tampak di jumpai pada daerah kekuasaan Banyumas yang
serta daerah kekuasaan Banyumas merupakan pola klasifikasi Jawa yang berusaha
(wangsit), pulung (wahyu) dan pemilihan daerah yang dianggap sakral dengan
dihubungkan dengan silsila Nabi Adam dengan Raja Majapahit (Priyadi, 2015:
106).
ingat bahwa di dalam kehidupan masyarakat, manusia hidup tidak hanya sendiri,
tetapi manusia hidup berkelompok guna melakukan apa yang dilakukan dalam
kehidupan bermasyarakat.
Salah satu tradisi yang melekat pada jiwa masyarakat, khususnya pada
sebelum menjelang Ramadhan, yaitu Sya’ban dan satu pekan menjelang bulan
Kecamatan Kroya.
Cilacap, adalah acara tahunan kegiatan resek kuburan (makam) leluhur atau nenek
Pekuncen. Setelah masakan gulai kambing selesai, acara Sadranan pun dimulai.
Agung, Santri Agung, Mantri Agung, Mbah Gusti Agung beserta para sahabat
(Siti Jenar, Sunan Ampel, Sunan Kajoran, Jumadil Kubra, Sendhang Lautan), dan
yang terakhir adalah Eyang Ayu. Masyarakat yang ingin sowan dapat melalui juru
kunci atau dapat melakukan sendiri. Setelah acara pisowanan selesai dimulailah
dengan doa selamatan dilanjutkan dengan doa kabul yang penuh dengan
kesakralan.
paling sedikit dua organisasi. Pertama, yaitu organisasi yang tidak dibentuk
dengan sengaja, tetapi telah terbentuk ikatan norma yang sejak dulu telah tumbuh
dengan tidak sengaja. Kedua, organisasi yang dibentuk dengan sengaja sehingga
aturan-aturan dan sistem norma yang mengikat anggota juga disusun dengan
Bentuk agama Islam orang Jawa yang disebut agami Jawi atau kejawen
cenderung ke arah mistik, yang tercampur menjadi satu dan diakui sebagai ajaran
Islam. Varian agami Islam Santri, yang walaupun juga tidak sama sebebas dari
penduduk Jawa yang menganut agami Jawi dan yang menganut agami Islam
varian agami Jawi Islam Santri lebih dominan di daerah Banyumas dan daerah
pesisir, Surabaya, daerah pantai utara. Ujung timur Pulau Jawa, serta daerah-
daerah pedesaan di lembah Sungai Solo dan Sungai Brantas, tidak ada daerah-
daerah yang khusus membatasi daerah tempat tinggal para penganut dari kedua
varian tersebut. Orang kejawen dan santri terdapat dalam segala lapisan
masyarakat Jawa; tempat-tempat yang dominasi oleh orang kejawen juga didiami
orang santri yang telah disebut di atas, tinggal di suatu daerah khusus yang
orang-orang santri umumnya tidak ada bagian-bagian khusus didalam suatu kota
1998: 312-313).
sejarah persebaran agama Islam di Jawa, dan telah diperlihatkan, bahwa agama
dan bahwa (Peradaban Pesisir) yang hidup di kota-kota pelabuhan yang makin
makmur dan makin kuat itu, tumbuh bersama dengan suatu kekuatan politik yang
313-314).
pesantren mungkin pada waktu itu juga mengandung banyak unsur mistik, hingga
dinyatakan dalam bahasa dari sebuah kebudayaan dan dikandung, serta dimengerti
dalam istilah-istilah kognitif yang substantif dari sebuah kebudayaan. Karena itu
lain adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga masyarakat,
yaitu proses akulturasi. Konsep dinamika masyarakat dan kebudayaan yang sangat
sebagai suatu hal yang bersifat umum dalam benak sekrumpulan orang-orang
lingkungan masyarakat memiliki banyak gagasan, nilai dan gambar yang sama,
singkatnya mereka memiliki perwakilan yang bersifat kolektif pada diri mereka
yang tidak dijumpai pada kumpulan orang lain (Vansina, 2014: 194).
masa sekarang menjadi perhatian khusus dari suatu sub ilmu antropologi, yaitu
dan representasi ini biasanya melibatkan konotasi spasial. Sama seperti waktu,
ruang adalah sebuah gagasan relatif yang secara tidak langsung mengatakan
tentang sebuah titik dalam kaitannya dengan titik yang lain, sama seperti yang
dinyatakan dalam tata bahasa. Ruang-ruang yang paling penting dikaitkan dengan
tempat penciptaan, sebuah tempat yang memiliki nilai temporer dan juga spasial
2. Pendekatan
dan cara berlaku yang telah merupakan ciri khas suatu bangsa atau masyarakat
tertentu. Sehubungan dengan itu, kebudayaan terdiri dari hal-hal seperti bahasa,
2000: 7).
adanya adat-istiadat dan sistem norma yang mengatur interaksi itu, dengan adanya
mempunyai ciri tambahan, yaitu organisasi dan sistem pimpinan, dan selalu
2009: 125).
wujud kebudayaan, yaitu wujudnya berupa sistem budaya, berupa sistem sosial,
dan berupa unsur-unsur budaya fisik. Demikian juga sistem religi, misalnya,
mempunyai wujud sebagai sistem keyakinan, dan gagasan tentang Tuhan, dewa,
roh halus, neraka, surga, dan sebagainya, tetapi mempunyai juga wujud berupa
upacara, baik yang bersifat musiman maupun kadangkala, dan selain itu setiap
sistem religi juga mempunyai wujud sebagai benda-benda suci dan benda-benda
beragam. Istilah kebudayaan umumnya digunakan seni rupa, sastra, filsafat, ilmu
alam, dan musik yang menunjukan semakin besarnya kesadaran bahwa seni dan
dari cipta, rasa, dan karsa. Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan
konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok
besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Kata
budaya disini dipakai sebagai singkatan dari kebudayaan dengan pengertian yang
hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau sekelompok
bersifat kompleks dan kebudayaan itu kuat sekali pengaruhnya terhadap cara
hidup serta cara berlaku yang akan di ikuti selama hidup. Kebudayaan tidak
tergantung dari transmini biologis atau pewarisan melalui unsur genetis. Semua
manusia dilahirkan dengan tingkah laku yang digerakan oleh insting dan naluri
observasi langsung di tempat yang akan diteliti sesuai dengan antropologi budaya
atau fenomena-fenomena budaya yang ada di desa Pekuncen. Dalam penelitian ini
Kepercayaan (HPK), dimana dari penelitian ini nanti peneliti hanya mengambil
atau memfokuskan bahasan pada tradisi itu sendiri, makna dan fungsi tradisi
G. Metode Penelitian
sejarah, atau data sejarah. Ketiga istilah itu dianggap sama atau data sejarah
terdapat pada sumber atau jejak sejarah sehingga data sejarah sama dengan teks
dari itu, penelitian sejarah harus menelusuri sumber tertulis atau bahan-bahan
interpretasi dan sintesis atas fakta-fakta tersebut menjadi kisah yang dapat
dipercaya. Metode sejarah biasanya dibagi atas empat kelompok kegiatan, yaitu
mendapatkan data, atau materi sejarah. Tahap ini menyita banyak waktu tenaga
diperlukan wawancara kepada sumber atau informan yang terpercaya. Selain itu,
peneliti juga melakukan observasi langsung pada objek peneliti sehingga data
Verifikasi atau kritik adalah suatu langkah kedua yang diambil oleh
dua yaitu kritik ekstern dan intern. Kritik ekstern terhadap data atau sumber
sejarah lisan ditinjau melihat dan penyaksi sebagai informan kunci. Kritik ekstern
juga menuntut terhadap sumber sejarah lisan dalam hal keautentikan sumber,
maka sejarawan dapat meminta kesaksian pelaku lain, apakah benar seseorang itu
pelaku yang terlibat dalam peristiwa tersebut (Priyadi, 2014: 96). Kritik ekstern
untuk artifact bisa ditempuh dengan melihat bahan yang dipakai, misalnya, batu
yang dipakai untuk menhir, punden berundak dll (Priyadi, 2013 : 118-119).
Verifikasi dalam penelitian kali ini, mengkritik sumber lisan dari proses
wawancara yang sudah dilakukan, ditinjau dari apakah nara sumber tersebut sehat,
tidak pelupa dan berkata jujur. Kegiatan observasi juga mengalami tahapan
verifikasi dengan meninjau jenis kegiatan tersebut, apakah benar kegiatan tersebut
verifikasi dan heuristik. Peneliti melakukan penafsiran terhadap fakta yang sudah
dikritik secara internal dan eksternal sehingga sumber yang diperoleh mempunyai
kredibilitas yang kuat. Fakta tersebut sudah dapat ditafsirkan sehingga peneliti
Pada tahap penulisan, peneliti menyajikan laporan hasil penelitian dari awal
simpulan. Penulisan sejarah sebagai laporan sering kali disebut karya historiografi
dan ini suatu cara yang utama untuk memahami sejarah. Ketika sejarawan
akhirnya harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian atau
Keberartian (signifikansi) semua fakta yang dijaring melalui metode kritik baru
dapat dipahami hubungannya satu sama lain setelah semuanya ditulis dalam suatu
sejarah) karena ada pengertian lain untuk istilah historiografi yaitu (sejarah
H. Sistematika Penyajian
Bab I pendahuluan, pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan
Bab II keadaan umum desa Pekuncen. Pada bab ini peneliti menjelaskan
bagimana terbentuknya desa Pekuncen, keadaan geografis, dan keadaan sosial dan
Bab IV mengenai makna dan pengaruh tradisi sadranan bagi komunitas penganut