Anda di halaman 1dari 12

“TUGAS PRESENTASI VITAMIN DAN MINERAL”

DISUSUN OLEH :

Muhammad Raafi

191341123

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG


PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI
2019/2020
SOAL

1. Jelaskan tentang metabolisme vitamin A, D, E, K dan penyakit yang timbul akibat


defisiensi vitamin tersebut!
2. Jelaskan tentang metabolisme vitamin B1, B2, B3, B6 dan penyakit yang timbul akibat
defisiensi vitamin tersebut!
3. Jelaskan tentang metabolisme vitamin C dan penyakit yang timbul akibat defisiensi
vitamin tersebut! Dan jelaskan apa itu penyakit “Scurvy”!
4. Jelaskan tentang metabolisme vitamin B12 dan Asam Folat serta penyakit yang timbul
akibat defisiensi vitamin tersebut!
5. Jelaskan tentang metabolisme Zat Besi (Fe) dan Zinc (Zn) serta penyakit yang timbul
akibat defisiensi mineral tersebut!
6. Jelaskan tentang metabolisme Kalsium (Ca) dan Fosfor (P) serta penyakit yang timbul
akibat defisiensi mineral tersebut!
7. Jelaskan tentang metabolisme Magnesium (Mg) dan Sulfur (S) serta penyakit yang
timbul akibat defisiensi mineral tersebut!
8. Jelaskan tentang metabolisme Natrium (Na) dan Kalium (K) serta penyakit yang timbul
akibat defisiensi mineral tersebut!
9. Jelaskan tentang metabolisme Iodium (I) dan Selenium (Se) serta penyakit yang timbul
akibat defisiensi mineral tersebut!
10. Jelaskan tentang metabolisme Klorida (Cl) dan tembaga (Cu) serta penyakit yang timbul
akibat defisiensi mineral tersebut!

JAWABAN

1. Vitamin A
Vitamin A berfungsi untuk menjaga kesehatan mata. Vitamin ini membantu mata untuk
melihat dalam cahaya yang redup dan membedakan warna benda. Selain itu, vitamin A
juga berperan dalam menjaga kesehatan kulit dan membantu sistem imun melawan
infeksi. Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan penyakit rabun senja yang membuat
penderitanya sulit melihat ketika malam hari atau dalam cahaya yang redup. Selain itu,
kekurangan vitamin A juga bisa menyebabkan keratomalasia, yaitu kekeringan pada
kornea mata.
Metabolisme Vitamin A
Sebagian dari retinol yang akan disimpan, diubah menjadi

Setelah asam retinoat terbentuk, maka akan berkonversi menjadi bentuk yang siap untuk
dikeluarkan melalui urine atau melalui empedu.
Vitamin D
Vitamin D berfungsi untuk membantu penyerapan kalsium guna pertumbuhan tulang,
terutama pada anak-anak. Selain itu, vitamin ini juga membantu sistem imun dalam
melawan infeksi. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan Anda mengalami pelunakan
tulang (osteomalacia), rakitis, dan rentan terkena infeksi.
Metabolisme
a.Enzim 25 hidroksilase bekerja tanpa kontrol yang ketat, sedangkan enzim
1α,25(OH)2D3 hidroksilase dikontrol oleh beberapa mekanisme kontrol dan umpan
balik.
b.Ginjal akan menghasilkan hormon steroid
– Melalui enzim 1 hidroksilase (atau 1α,25(OH)2D3 hidroksilase) dihasilkan
1α,25(OH)2D3 (kalsitriol)
– Bila kalsitriol sudah cukup tersedia, maka enzim 24 hidroksilase (atau
24R,25(OH)2D3hidroksilase) akan akan meningkat di ginjal untuk membentuk
24R,25(OH)2D3  yang diduga berperan pada mineralisasi tulang
c.Regulasi hormon 1α,25(OH)2D3 diatur oleh :
– ↑ PTH
– Kadar kalsium rendah
– Kadar fosfat rendah
– Status vitamin
d. D 25(OH)D3 ->aktivitas biologi 5x lebih kuat daripada vitamin D3 1,25(OH)2D3
->aktivitas biologi 10x lebih kuat daripada vitamin D3
Vitamin E
Vitamin E adalah antioksidan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melindungi sel-sel dari
kerusakan. Selain itu, vitamin E juga memiliki fungsi untuk memperkuat sistem
kekebalan tubuh, membantu pembentukan sel darah merah, memperlambat penuaan, serta
mengurangi risiko penyakit katarak dan radang sendi. Meski jarang terjadi, kekurangan
vitamin E dapat menyebabkan anemia hemolitik.
Metabolisme
Vitamin E diserap dalam usus halus dan masuk dalam sirkulasi tubuh melalui sistem
limfatik, diserap bersama lipid dalam bentuk kilomikron, menuju ke hati. Setelah
melewati hati, α-T lebih banyak terkandung dalam plasma karena adanya seleksi spesifik
oleh hepatik α-T Transfer Protein (αTTP). Sedangkan β-, γ-, dan δ-T disekresi ke dalam
empedu dan ekskresi melalui feses.
Vitamin K
Vitamin K merupakan vitamin yang berperan penting dalam proses pembekuan darah,
dan menjaga kekuatan tulang. Kekurangan vitamin K dapat membuat Anda berisiko
mengalami perdarahan dan patah tulang.
Metabolisme
Sebagaimana vitamin yang larut lemak lainnya, penyerapan vitamin K dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan lemak, antara lain cukup tidaknya sekresi
empedu dan pankreas yang diperlukan untuk penyerapan vitamin K. Hanya sekitar 40
-70% vitamin K dalam makanan dapat diserap oleh usus. Setelah diabsorbsi, vitamin K
digabungkan dengan kilomikron, diangkut melalui saluran limfatik, kemudian melalui
saluran darah ditranportasi ke hati. Sekitar 90% vitamin K yang sampai di hati disimpan
dalam bentuk menaquinone. Dari hati, vitamin K disebarkan ke seluruh jaringan tubuh
yang memerlukan melalui darah. Saat di darah, vitamin K bergabung dengan VLDL
dalam plasma darah.Setelah disirkulasikan berkali-kali, vitamin K dimetabolisme
menjadi komponen larut air dan produk asam empedu terkonjugasi. Selanjutnya, vitamin
K diekskresikan melalui urin dan feses. Sekitar 20% dari vitamin K diewkskresikan
melalui feses. Pada gangguan penyerapan lemak, ekskresi vitamin K bisa mencapai 70
-80 %.

2. A.Vitamin B1 atau dikenal sebagai tiamin memiliki fungsi untuk metabolisme


karbohidrat dan menghasilkan respon imun protektif sehingga meningkatkan ketahanan
terhadap infeksi bakteri. Tiamin dapat mengaktivasi PPAR-γ didalam makrofag sehingga
mampu meningkatkan efek antimikobakteri. Vitamin B1 dimetabolisme di hepar, dan
menghasilkan metabolit-metabolit aktif, yaitu tiamin pirofosfat, tiamin monofosfat, dan
tiamin trifosfat. Tiamin difosfat merupakan metabolit aktif utama, yang bertindak sebagai
koenzim dalam proses metabolisme karbohidrat, melalui reaksi transketolasi. Kekurangan
vitamin B1 dapat menyebabkan penyakit beri-beri dan penyakit Wernicke. Beri-beri
dapat dikenali dari gejala sesak napas, gerakan mata yang tidak normal, detak jantung
meningkat, kaki bengkak, dan muntah-muntah.

B.Vitamin B2 juga berperan dalam metabolisme beberapa vitamin, seperti sintesis dan
aktivasi  piridoksin, niasin, dan asam folat. Vitamin B2 juga mudah diserap dan larut
dalam air. Vitamin B2 berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein,
selain itu juga berperan dalam pembentukan sel darah merah, produksi antibodi, dan
regulasi pertumbuhan dan reproduksi.
Metabolisme
Vitamin B2 dimetabolisme di hepar kemudian masuk dalam sel dan diubah bentuk dari
flavin mononukleotida menjadi flavin adenine dinukleotida.
Kekurangan vitamin B2 dapat dikenali dengan munculnya gejala berupa anemia, mata
merah, kulit kering, bibir pecah-pecah, infeksi mulut, hingga sensitif terhadap cahaya.

c. Metabolisme vit B3
Niasin di metabolisme di hepar melalui jalur konjugasi sederhana Bersama dengan
glisin untuk membentuk asam nikotinurik (nicotinuric acid/NUA). Jalur lainnya adalah
dengan pembentukan nicotinamide adenin dinucleotide (NAD) sebagai prekursor
nikotinamid. Selanjutnya nikotinamid di metabolisme menjadi N-methylnicotinamide
(MNA) dan 2-pyridone-5-carboxamide (2PY) dan N-methyl-4-pyridone-5-carboxamide
(4PY).
kekurangan vitamin B3 jenis ini bisa menimbulkan penyakit pellagra yang ditandai
dengan ruam bersisik pada area kulit yang terkena matahari, muntah, diare, sakit kepala,
tubuh sering lelah, depresi, mulut bengkak, lidah memerah cerah, dan kesulitan
berkonsentrasi.

D. Farmakologi dari vitamin B6 atau piridoksin mencakup fungsinya sebagai koenzim


yang bekerja pada keseimbangan metabolisme tubuh. Dalam metabolismenya, vitamin
B6 akan dikonversi menjadi piridoksal-5-fosfat yang berfungsi sebagai koenzim dalam
sintesis asam amino, neurotransmitter, sfingolipid, dan asam aminolevulinat. Kurangnya
vitamin B6 juga dapat meningkatkan risiko gangguan otak seperti depresi, kejang dan
kebingungan, mual, otot berkedut, luka di sudut bibir, kesemutan dan nyeri pada tangan
dan kaki.

3. Farmakologi vitamin C atau asam askorbat sebagai antioksidan yang membatasi


kerusakan oksidatif pada tubuh, dan berperan dalam metabolisme asam amino. Vitamin C
mengalami metabolisme utama di hati dan sebagian di ginjal. Metabolisme utamanya
terjadi dengan penghilangan dua buah elektron yang dimiliki senyawa ini. Senyawa
radikal bebas antara yang terbentuk dari metabolisme vitamin C adalah dalam bentuk
asam dehidroaskorbat yang masih bersifat reversibel. Kemudian akan menjadi asam 2,3-
diketogulonat yang bersifat ireversibel dan secara fisiologis inaktif. Senyawa ini
kemudian akan membelah menjadi beberapa metabolit.
Akibat kekurangan vitamin c
1. Masalah kulit
Kurang asupan vitamin C akan menurunkan kadar kolagen dalam tubuh, yang
kemudian berpotensi menimbulkan berbagai masalah pada kulit, misalnya kulit kasar
dan kering. Kurang vitamin C juga dapat membuat kuku menjadi rapuh, bergaris
putih, dan tampak ada titik-titik merah.
2. Luka sulit sembuh
kekurangan vitamin C akan membuat luka lebih sulit sembuh. Selain itu, kekurangan
vitamin C juga membuat luka lebih rentan terkena infeksi.
3. Mudah memar
Kekurangan vitamin C dapat membuat pembuluh darah mudah pecah karena
berkurangnya jumlah kolagen. Akibatnya, darah bocor ke area sekitarnya dan
menyebabkan memar.
4. Tubuh mudah Lelah
Sama seperti mudah memar, tubuh terasa lemas juga merupakan salah satu gejala
kekurangan vitamin C. Pasalnya, kekurangan vitamin C dapat menggangu proses
pengubahan lemak menjadi energi di dalam tubuh, serta mengurangi kemampuan
tubuh dalam menyerap zat besi.Kekurangan vitamin C yang memiliki sifat
antioksidan ini juga dapat membuat mood mudah berubah.
5. Gusi mudah berdarah dan gigi copot
Sama seperti mudah memar, tubuh terasa lemas juga merupakan salah satu gejala
kekurangan vitamin C. Pasalnya, kekurangan vitamin C dapat menggangu proses
pengubahan lemak menjadi energi di dalam tubuh, serta mengurangi kemampuan
tubuh dalam menyerap zat besi.Kekurangan vitamin C yang memiliki sifat
antioksidan ini juga dapat membuat mood mudah berubah.
6. Berat badan naik
Terdapat penelitian yang mengemukakan bahwa rendahnya kadar vitamin C dalam
tubuh dapat meningkatkan pembentukan lemak, terlebih di perut. Akibatnya, risiko
obesitas pun akan meningkat.
7. Sistem kekebalan tubuh lemah
Beberapa penelitian menemukan bahwa kurangnya asupan vitamin C dapat
melemahkan sistem kekebalan tubuh. Kondisi ini membuat seseorang lebih rentan
terhadap infeksi, seperti flu dan pneumonia.
8. Nyeri sendi
Kurangnya asupan vitamin C diyakini dapat menimbulkan rasa nyeri dan
pembengkakan pada sendi. Bahkan di kasus yang parah, gangguan pada sendi ini bisa
menyebabkan penderitanya sulit untuk berjalan.

Skorbut atau scurvy adalah kondisi yang dapat terjadi apabila tubuh mengalami
kekurangan vitamin C yang parah. Kondisi ini dapat dikenali dengan munculnya
gejala berupa tubuh lemas, nafsu makan hilang, mual, diare, dan demam.
Jika tidak diobati, skorbut berpotensi mendatangkan penyakit yang berbahaya, seperti
penyakit jantung. Bahkan kemungkinan terburuknya, skorbut yang tidak
mendapatkan penanganan dapat menyebabkan kematian.

4. A. Vitamin B12
Pada proses eritropoiesis, dibutuhkan vitamin B12, asam folat dan zat besi. Apabila
terjadi defisiensi vitamin B12 akan menghambat sintesis purin dan timidilat. Sintesis
DNA juga akan rusak, menyebabkan maturasi sel yang tidak sinkron antara nukleus dan
sitoplasma, yang tampak sebagai megaloblast. Selanjutnya dapat terjadi apoptosis
eritroblas sehingga terjadi anemia. Tidak memadainya jumlah vitamin B12 dalam tubuh
ditandai dengan penyakit kuning (jaundice), anemia, kehilangan nafsu makan, gangguan
penglihatan, susah buang air besar, detak jantung tidak teratur, hingga napas sesak.Jika
tidak mendapatkan penanganan, kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan komplikasi
berupa kemandulan, pikun, cacat tabung saraf pada janin, gangguan penglihatan, hingga
ataksia.
B. Asam folat
Folat pada dasarnya didapatkan dari tubuh kita. Folat dari eksogen dibutuhkan untuk
menjaga eritropoiesis normal dan untuk sintesis nukleoprotein.[3] Asam folat
menstimulasi produksi sel darah putih, sel darah merah, dan platelet pada anemia
megaloblastik. Selain itu, perannya dalam sintesis nukleotida pada replikasi DNA
membuat asam folat berperan penting dalam pembentukan neural tube saat
embriogenesis. Oleh karena itu dapat mencegah defek pembentukan tabung saraf pada
bayi baru lahir, seperti spina bifida dan anensefali. Kekurangan asam folat akan
menyebabkan kurangnya produksi sel darah merah.

5. A. Zat Besi (Fe)


Keperluan besi tubuh sebenarnya sangat sedikit. Karena tubuh mengelola besi dalam
badan kita dengan cara yang amat tepat guna dengan mengambil elemen-elemen sisa
misalnya dari pemecahan eritrosit tua. Dari 3000 s/d 5000 mg besi yang ada dalam tubuh
seseorang yang sehat, yang diekskresi tubuh setiap hari hanya 1 mg. Dan 3000-5000 mg
besi tubuh kita 60%, (1800-3000 mg.) berada dalam eritrosit, 30% berada sebagai besi
cadangan dan hanya 20% berada dalam berbagai organ lainnya seperti otot, enzim dan
lain-lain. Walaupun pengelolaan besi oleh tubuh dilakukan secara amat tepat guna,
namun kenyataannya 10-20% penduduk dunia ini menderita anemi karena defisiensi besi.
Penderita anemi defisiensi besi temyata tidak hanya ditemukan di negara berkembang,
namun juga di negara maju.Untuk mengatur masuknya besi dalam tubuh maka tubuh
memiliki suatu cara yang amat tepat guna. Besi hanya dapat masuk ke dalam mukosa
usus apabila ia dapat bersenyawa dengan apoferitin. Jumlah apoferitin yang ada dalam
mukosa usus bergantung pada kadar besi tubuh. Bila besi dalam tubuh sudah cukup maka
semua apoferitin yang ada dalam mukosa usus terikat dengan Fe ++ menjadi feritin.
Dengan demikian tidak ada lagi apoferitin yang bebas sehingga tidak ada besi yang dapat
masuk ke dalam mukosa Besi yang ada dalam mukosa usus hanya dapat masuk ke dalam
darah bila ia dapat berikatan dengan G-globulin yang ada dalam plasma. Gabungan Fe
dengan B-globulin disebut feritin. Apabila semua G-globulin dalam plasma sudah terikat
Fe" (menjadi feritin) maka Fe'' yang terdapat dalam mukosa usus tidak dapat masuk ke
dalam plasma dan turut lepas ke dalam lumen usus saat sel mukosa usus lepas dan diganti
dengan sel baru. Hanya Fe++ yang terdapat dalam transferin dapat digunakan dalam
eritropoesis, karena sel "eritroblas" dalam sumsum tulang hanya memiliki "reseptor"
untuk feritin. Kelebihan besi yang tidak digunakan disimpan dalam stroma sumsum
tulang sebagai feritin. Besi yang terikat pada B-globulin (feritin) selain berasal dari
mukosa usus juga berasal dari limpa, tempat eritrosit yang sudah tua (berumur 120 hari)
dihancurkan sehingga besinya masuk ke dalam jaringan limpa untuk kemudian terikat
pada B-globulin (menjadi transferin) dan kemudian ikut aliran darah ke sumsum tulang
untuk digunakan eritroblas membentuk hemoglobin. Zat Besi (Fe)Berguna mengantarkan
oksigen, metabolisme energi, kofaktor enzim, fungsi otak dan otot, serta memperkuat
sistem imunitas dalam tubuh. Kekurangan zat besi dapat mengakibatkan anemia,
pertumbuhan terhambat, lemah, dan lesu.
B. Zinc (Zn)
Peran penting dari farmakologi zinc adalah sebagai suatu kofaktor enzim dan melindungi
membran sel terhadap lisis yang disebabkan oleh aktivasi komplemen dan pelepasan zat
toksin. Zinc juga berperan dalam pertumbuhan sel, metabolisme dan diferensiasi sel, serta
pertahanan terhadap infeksi. Mekanisme zinc yang memberikan dampak antidiare tidak
sepenuhnya diketahui. Diduga zinc memberikan efek profilaktik dan terapeutik terhadap
diare, dengan efek langsung terhadap aktivitas vili usus, mempengaruhi aktivitas enzim
disakaridase pada permukaan perbatasan mikrovili usus, berperan dalam transportasi air
dan elektrolit usus halus, dan mempengaruhi fungsi sel T sehingga memperbaiki
imunitas. Zinc (Zn)Berguna untuk menjaga fungsi membran, sistem imun, kofaktor
enzim untuk ekspresi gen, dan berfungsi sebagai antioksidan. Defisiensi zind dapat
menyebabkan gangguan kulit, pertumbuhan terhambat, menurunnya kadar kolesterol baik
HDL, serta menurunnya nafsu makan.

6. A. Metabolisme kalsium
Ca diabrospsi duodenum dan jejunum proksimal oleh protein pengikat Ca yang disintesis
sebagagi respon terhadap kerja 1,25-dihidroksikolekalsiferol (1,25-dihidroksi vitamin D).
Abrospsi dihambat oleh senyawa yang membentuk garam Ca yang tidak larut. Kalsium
diekskresi melalui ginjal bila kadarnya diatas 7 mg/100 ml. Sejumlah besar diekskresi
melalui usus dan hampir semuanya hilang dalam feses. Kalsium (Ca) Berfungsi sebagai
pembentuk tulang, bekerjanya saraf, kontraksi otot, dan metabolisme sel. Salah satu
dampak kekurangan kalsium adalah risiko osteoporosis.
B. Metabolisme fosfor
Fosfor dalam bentuk fosfat banyak terdapat dalam bahan biologi; defisiensi fosfat tidak
akan mungkin terjadi jika makanan cukup dengan kalori dan protein. Kebanyakan bentuk
fosfat dalam makanan adalah ortofosfat atau fosfat organic yang kemudian menjadi
ortofosfat dalam saluran pencernaan. Berbeda dengan Ca maka P diserap di bagian
belakang usus halus. Beberapa faktor yang memepengaruhi penyerapan Ca berlaku pula
untuk P, seperti bentuk senyawa P dalam makanan, pH dari cairan usus, perbandingan Ca
: P dan vitamin D. Dalam biji-bijian dengan sampai pertiga dari P berada dalam bentuk
phytin, hal ini saja menggangu penyerapan P tetapi juga penyerapan mineral lain seperti
Ca dan Zn. Sampai derajat tertentu phytosa dapat membantu pencernaannya. Seperti juga
Ca, tulang bertindak pula sebagai gudang persendian P. Exresi utama unsur ini adalah
sebagai air seni.Fosfatase anorganik diexresi melauli urine dan feses, tergantung factor
yang mempengaruhi absorbsinya melalui usus. Fosfat anorganik unrine berasal terutama
dari plasma darah, meskipun bisa juga berasal dari hydrolisa fosforic acid oleh aktifitas
fosforilase dalam ginjal. Bila intake Ca. menurun, Exresinya melalui urine bertambah.
Reabsorbsi dalam tubulus dihambat oleh parathormon. Pemberian hormone ini
mempertinggi exresinya. Meskipun vitamin D menyebabkan pengaruh yang serupa dalam
percobaan (missal: binatang parathyroidectomy), rupanya dalam keadaan normal
pengaruhnya berlawanan yaitu mempertinggi reabsorbsi tubulus terhadap fosfat. Fosfor
(P)
Berfungsi untuk pembentukan tulang, mempertahankan pH darah, dan untuk
metabolisme energi. Kekurangan mineral ini dalam tubuh dapat menimbulkan gangguan
tulang, proses pertumbuhan, dan fertilisasi.

7. A. Magnesium (Mg)
Metabolisme
Metabolisme Mg serupa dengan Ca dan P. Absorbsi ini juga tergantung dari faktor
lain.Diet yang banyak mengandung fat, fosfat, Ca dan alkali menghalangi absorbsi Mg.
diet yang banyak mengandung Mg menyebabkan bertambah banyakanya sexresi Co
urine.Absorsbsi Mg terjadi dalam usus halus dan sedikit, tidak dalam usus besar.
Absorbsi ini tidak tergantung dari adanya Mg dalam badan. Antagonisme dari Mg dan Ca
ditunjukkan dengan percobaan suntikan Mg i.v yang cukup untuk menaikan kadar ion
Mg serum menyebabkan anaesthesia yang nyata disertai paralysa otot-otot volunter.
Suntikan i.v Ca terjadi bila makanan kurang Mg disebabkan oleh kadar serum Mg yang
rendah, sedang kadar Ca serum tetap normal.Berfungsi sebagai zat pembentuk sel darah
merah yang mengikat oksigen dan hemoglobin. Juga sebagai kofaktor enzim, fungsi otot,
dan saraf. Kekurangan magnesium menimbulkan risiko kejadian penyakit jantung
koroner, diabetes tipe-2, serta gangguan fungsi otot dan saraf.
B. Sulfur (S)
Sulfat anorganik diserap begitu saja dalam usus, demikian pula dengan cystain dan
methionine yang dihasilkan oleh pemecahan protein. Sedikit sulfide juga terbentuk oleh
bakteri usus tetapi bila diabsorbsi, terlebih dahulu dioksidasikan menjadi sulfat (S)
diserap melalui darah portal kehepar. Dalam hepar terjadi perubahan sebagai berikut :
1. Sebagian S organic tidak dioksidar, kemudian dipergunakan untuk membuat bahan-
bahan yang mengandung S, seperti insulin, melamin, dan glutathione. Selebihnya
diexresi melalui urine dalam bentuk netral sulfur.
2. Sebagian dari organic S dioksidir di dalam hepar menjadi anorganik sulfat dan ini
bersama-sama dengan anorganik sulfat yang diserap dari usus, masuk kedalam
sistema sirkulasi dan exresi melalui urine. Sebagai tambhan dimana anorganik sulfat
berguna untuk proses detoksikasi cystein (dibentuk dari cystane), pun dapat
berkonjungasi dengan senyawa toxin seperti brombenzena yang menghasilkan
mercapturic acid. Metabolisme sulfat pada senyawa organis memerlukan ―aktivasi‖.

Berfungsi membentuk protein dan jaringan dalam tubuh. Defisiensi sulfur akan
menimbulkan gangguan otot, sendi, dan kulit.

8. A. Natrium (Na)
Pada herbivora yang makanannya tumbuh-tumbuhan yang banyak sekali mengandung K,
hewan itu akan selalu mencari NaCL. Hal ini disebut salt lick‖ (haus garam). Bila
makanan secara tiba-tiba banyak mengandung garam K, maka segera akan terjadi exresi
NaCL yang banyak melalui urine. Bila makanan banyak mengandung K, maka badan
akan kekurangan Na. Tetapi bila intake K yang tinggi dilanjutkan untuk beberapa hari,
exresi NaCL akan berkurang bahkan sampai dibawah jumlah yang dimakan. Manusia
membutuhkan lebih banyak Na dibandingkan dengan K. Metabolisme Na dipengaruhi
oleh streoid adrenocortical. Pada insufficiancy adrenocortical serum Na rendah dan
exresinya bertambah. Pada penyakit ginjal yang kronis akan terjadi gangguan reabsorbsi
Na dan hilangnya Na untuk membuffarkan asam.Kalau banyak berkeringat maka Na
banyak hilang melalui keringat akibatnya : kram otot-otot extremita dan abdomen, sakit
kepala dan diarre. Hewan yang makan 7% NaCL atau lebih akan mengalami syndroma
dengan gejala-gejala pedema dan hipertensi, anemis, lipomis, hypoproteinemia dan
akhirnya hewan matiBerfungsi membantu kerja saraf dan memperbaiki pertahanan
cairan. Kekurangan natrium menimbukkan risiko kejadian penyakit yang menyebabkan
bisa mengalami kelelahan, pusing, mual, muntah, kram otot, kejang otot, dan
kebingungan.
B. Kalium (K)
Perubahan kadar K extraseluler mempengaruhi aktifitas otot saraf lintang, sehingga bisa
terjadi paralisa otot skelet dan abdominalis, konduksi dan aktifitas otot jantung.
Meskipun Na terdapat di dalam sel terutama dalam kartiligo dan otot. K terdapat dalam
kadar jauh lebih besar. Tidak ada satu pun kation lain yang dapat menggantikan K untuk
dapat menjalankan fungsi seluler. Jadi dapat dikatakan bahwa K adalah elemen yang
harus ada. K dapat bergerak kedalam dan keluar sel lebih mudah dibandingkan Na.
Menurut kebutuhan pergeseran keseimbangan membran mungkin keseimbangan asam
basa mempengaruhi pergeseran ini. Dalam pembuatan diperlukan K, jadi K esensial
untuk pertumbuhan. Misalnya, retensi K yang tinggi terjadi pada masa kanak-kanak,
selama mengandung dan laktasi.Waktu kontraksi otot maka K keluar dari sel otot ke
cairan extraseluler kemudian fraksi yang keluar ini akan kembali lagi ke jaringan otot.
Dalam keadaan normal K yang hilang dalam kontraksi sama dengan yang kembali.
Gerakan K ini dipengaruhi oleh proses kontraktil dan bukan pacuan neuromuskuler. K
esensial untuk rythme jantung, K juga diperlukan untuk aktifitas syaraf dan terjadi
gerakan ion yang serupa. Serabut syaraf banyak mengandung ion ini, bila syaraf dipacu,
K akan berdifusi ke
cairan sekeliling, K akan berdifusi kembali.K juga erat hubugannya dengan metabolisme
karbohidrat. Kadar K plasma naik dan turun sesuai dengan kadar lactic acid, kadar gula
darah. Kadar K turun setelah pemberian insulin dan naik setelah diberi apinaphrine.
Pembentukan glycogen baik dari glucose maupun dari pyruvate, memerlukan K.
Pengaruhnya terhadap glycogenesis dalam hapar belum diketahui. Ion-ion yang mungkin
diperlukan ialah : Mg, Ca, bikarbonat dan Cl. Karena penyimpanan glycogen dalam
hepar disertai dengan penyimpanan K, simpanan nitrogen sebagai protein otot
memerlukan tambahan K. Kehilangan 5 kg protein otot memerlukan 600 mEq K
bersama-sama dengan nitrogen protein yang diperlukan untuk penggantinya. Dengan
alasan ini pemberian K bersama-sama dengan asam amino sangat dianjurkan.Biasanya
diberikan 5 Meq K untuk tiap gram nitrogen asam amino memperoleh reteansi nitrogen
yang optimal.Dibutuhkan sebagai pembentuk aktivitas otot jantung, regulasi osmosis,
fungsi otot dan saraf, kofaktor enzim, dan sebagai metabolisme energi. Kekurangan
kalium akan memunculkan gejala seperti diare, muntah, lemah otot, serta turunnya
tekanan darah.

9. A. Iodium (I)
Iiodium diabsorpsi saangat cepat oleh usus dan kelenjar tiroid digunakan untuk
memperoduksi horon thyroid. Aluran ekskresi utama iodiumdigunakan unuk
memproduksi
hormon thyroid. Salurana ekskresi utama iodium adalah melaluisaluran kencing (urin)
dan
cara ini merupakan indikator utama pengukuran jumlah pemasukan dan status iodium.
Tingkat ekskresi (status iodium) yang rendah (25-20 μg I/g creatin) menunjukkan risiko
kekuranganiodium dan bahkan tingkatan yang lebih rendah menunjukkan risiko yang
lebioh berbahaya (Brody, 1999).Dalam saluran pencernaan iodium dalam bahan makanan
dkonversikan menjadi iodida yang mudah diserap dan ikut bergabung deengan pool-
iodida intra / ekstraseluler. Iodium tersebut kemudian memasuki kelenjar tiroid duntuk
dismpan. Setelah mengalami peroksidasi akan melekat dengan residu tirosin dari
tiroglobulin. Strukttur cincin hidrofenil ari resdio tirosin adalah iodinate ortjo pada gugus
hidroksil dan berbentuk hormon drikelenjar tiroid yang dapat dibebaskan (T3 dan T4)
(Linder, 1992). Iodium adalah suatu bagian integgral dari hormon triiodothyronine tiroid
(T3) dan Thyroxin (T4). Hormon tiroid kebanyak menggunakan jika tidak semua efeknya
melalui pengendalian sintesis protein. Efek-efek tersebut adalah efek kalorigenik,
kardiovaskular, mettabolisme daan efek inhibitor pada pengeluaran thyrotropin oleh
pituitary (Sauberlichh, 1999).Berfungsi sebagai pembentu zat tirosin yang terbentuk pada
kelenjar tiroid. Selain itu, berguna dalam fungsi reproduksi, metabolisme, dan
pertumbuhan. Kasus terbanyak dari kurangnya mineral iodium adalah gondok.
Kekurangan iodium juga menyebabkan tubuh kerdil, pertumbuhan terhambat, serta
gangguan mental.
B. Selenium (Se)
Pemecahan antara absorbsi selenium dan ketersediaan selenium mengakibatkan
perbedaan besar dalam post-absorbsi metabolism antara selenomethionin dan sumber lain
selenium (burk et al., 2001). Hal ini menimbulkan efek pada retensi selenium, ekskresi
dan transfer pada plasenta dan mammary. Berfungsi sebagai komponen antioksidan,
mengatasi racun seperti hidrogen peroksida, membantu hormon, sistem imun, dan
melindungi sel dari proses oksidasi sendiri. Gangguan yang akan muncul akibat
kekurangan selenium adalah masalah jantung dan gangguan sistem kekebalan tubuh.
10. A. Klorida (Cl)
Hampir seluruhnya terdapat sebagai NaCl, maka intake Cl adalah cukup selama diet Na
memadai (adequat). Umumnya intake dan exresi kedua-duanya tidak dapat
dipisahpisahkan. Pada diet garam yang rendah, Na dan Cl keduanya rendah dalam
urine.Berguna sebagai elektrolit dan memproduksi asam lambung. Juga berfungsi sebagai
imun, kofaktor enzim di hati untuk metabolisme komponen toksin. Kekurangan klorida,
tubuh mengalami gangguan pertumbuhan, timbul rasa pusing, lemah, dan kram.
B. Tembaga (Cu)
Mekanisme penyerapan dan perpindahan metabolik unsur tembaga ini belum diketahui.
Seperti halnya dengan mineral-mineral lain penyerapannya dipengaruhi oleh banyak hal
misalnya molibdat dan sulfat anorganik merendahkan penyerapan dan meninggikan
exrasi unsur ini. Adanya kalsium karbonat dan sulfida-sulfida mengganggu juga
penyerapannya. Penyelidikan dengan radio aktif, ternyata hanya 5 –10% unsur tembaga
yang ada dalam makanan diserap dan kemudian dipergunakan oleh tubuh. Cu terdapat
banyak bersama-sama fraksi albumin plasma. Setelah diserap dari usus : 24 jam
kemudian, kebanyakan terdapat dalam fraksi globulin, bersama-sama dengan
ceruloplasmin. Karena Cu kebanyakan terikat dengan protein dalam plasma, maka Cu
sangat sedikit dapat diexresikan melalui urine.Serupa dengan zat besi, tembaga berfungsi
sebagai kofaktor enzim, metabolisme energi, membantu fungsi saraf, bersifat antioksidan,
dan melakukan sintesis jaringan pengikat. Defisiensi tembaga dapat mengakibatkan
anemia, gangguan fungsi saraf, depigmentasi rambut, serta gangguan tulang.

Anda mungkin juga menyukai