Anda di halaman 1dari 65

Dasar-Dasar Menajemen

Proyek
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. PENGERTIAN MANAJEMEN

Makin majunya cara-cara pelaksanaan perwujudan konstruksi-konstruksi di


dalam abad modern sekarang ini, maka terasa makin perlunya menerapkan
prinsip-prinsip manajemen yang sehat di dalam mencapai sasaran kegiatan-
kegiatan pelaksanaan Jalan dan Jembatan.

Hal ini terutama disebabkan oleh penggunaan cara-cara mekanisasi yang


merupakan ciri yang khas kehidupan kita di abad modern sekarang ini, yang
memerlukan investasi yang besar sekali kalau dibandingkan dengan cara-
cara konvensional (baik didalam hal modal/benda, maupun ilmu dan
ketrampilan personal).

Di samping itu, maka waktu yang tersedia untuk mencapai hasil karya yang
diminta, makin pendek saja, disebabkan makin cepatnya tempo
penghidupan kita, di mana orang mulai menghargai waktu sebagai suatu
dimensi yang penting sekali.

Dengan demikian, maka hasil produksi optimal dengan mutu yang


memenuhi persyaratan teknis/ilmiah dan ekonomi di dalam waktu yang
minimal, merupakan tuntutan yang wajar.

Kemajuan elektronika memberikan kemungkinan-kemungkinan cara


penyelenggaraan pengendalian pelaksanaan yang lebih sempurna dan
efektif, yang berupa komputerisasi pengolahan data-data yang sebaliknya
menuntut adanya suatu sistematika tertentu di dalam rangkaian kegiatan
manajemen ini.

Dipandang dari segi-segi yang demikian ini, maka orang berkesimpulan


bahwa manajemen yang kita perlukan untuk mengendalikan usaha-usaha
pelaksanaan konstruksi itu, dapat pula mempergunakan sistem manajemen

1
yang juga dimanfaatkan di dalam industri, yang telah sejak lama dirintis
secara praktis maupun ilmiah.

Sehubungan dengan itu, maka bidang usaha yang bergerak di dalam


kegiatan-kegiatan pembangunan konstruktip ini, biasanya juga disebut
'construction industry'. Sudah barang tentu terdapat perbedaan-perbedaan
yang cukup besar di dalam meletakkan titik berat (= stress) permasalahan
di antara kedua industri itu; construction industry antara lain tidak perlu
memusingkan masalah pemasaran hasil-hasil produksinya, akan tetapi
vaiiasi-variasi yang dijumpai di dalam proses produksinya memerlukan lebih
banyak kekenyalan (=flexibility) di dalam menanggapinya, sehingga
masalah pengetahuan dan ketrampilan personal yang lebih merata dan
mendalam menuntut adanya syarat-syarat yang lebih berat mengenai latar
belakang pendidikan dan latihan serta peiigalaman kerja bagi masing-
masing tingkatan di dalam organisasi. Masih banyak lagi perbedaan-
perbedaan letak titik berat/stress yang dapat dikemukakan, namun asas-
asas manajcmennya tetap mempunyai ciri-ciri yang sama.

Dengan beberapa modifikasi dan penyesuaian, asas-asas manajemen ini


dapat diterapkan pada pengendalian organisasi-organisasi besar maupun
kecil, sehingga untuk mencapai hasil yang optimal tadi, baiklah diketahui
asas-asas ini.

1.2. TUJUAN
Untuk menerapkan prinsip-prinsip manajemen yang sehat di dalam mencapai
sasaran kegiatan-kegiatan pelaksanaan Jalan dan Jembatan sehingga dicapai
hasil produksi optimal dengan mutu yang memenuhi persyaratan
teknis/ilmiah dan ekonomi di dalam waktu yang minimal, merupakan
tuntutan yang wajar
BAB II

DASAR-DASAR MANAJEMEN PROYEK (PROJECT MANAGEMENT)

2.1 ASPEK PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1.1 Aspek Keselamatan Kerja

Penyedia Jasa pekerjaan jalan dan/atau jembatan harus memperhatikan


ketentuan kesehatan dan Undang-Undang Keselamatan Kerja. Ketentuan-
ketentuan tersebut harus diadopsi oleh pelaksana pekerjaan dalam
prosedur/manual pekerjaan secara menyeluruh untuk setiap tahapan
pekerjaan, mulai dari tahap pekerjaan persiapan hingga pemeliharaan
setelah penyerahan pekerjaan.

2.1.2 Aspek Lingkungan

Sebelum melaksanakan kegiatan fisik di lapangan, Penyedia Jasa harus


membuat program dampak lingkungan yang terjadi akibat pelaksanaan
kegiatan dengan mengacu pada Dokumen Rencana Pengelolaan
Lingkungan (RKL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) atau Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
atau manual prosedur pengelolaan/ pemantauan lingkungan (jika RKL/RPL
atau UKL UPL tidak ada). Program ini harus mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan.

2.1.3 Aspek Administrasi

Penyedia Jasa pekerjaan jalan dan/atau jembatan harus memiliki prosedur


dan tata cara administrasi yang baku dalam bentuk surat menyurat, surat
pengumuman, surat undangan dan surat-surat lainnya untuk menunjang
seluruh kegiatan pekerjaan. Seluruh dokumen pekerjaan mulai dari
pekerjaan persiapan, pelaksanaan, serah terima, dan pemeliharaan harus
didokumentasikan secara sistematis sesuai dengan kelompok pekerjaan,
urutan waktu, atau kategori lain yang dianggap penting. Dokumentasi ini
diperlukan guna menunjang laporan proyek (Laporan Harian, Mingguan,
Bulanan serta Triwulan maupun Tahunan).

2.1.4 Aspek Ekonomis

Penyedia Jasa pekerjaan wajib memperhatikan efektifitas dan efisiensi


pelaksanaan. Termasuk dalam hal ini aspek SDM, Peralatan, dan pengadaan
bahan. SDM yang digunakan harus secara efektif dapat memenuhi
kebutuhan jadwal dan kualitas pekerjaan. Jumlah dan jenis peralatan-
peralatan pendukung pekerjaan harus diperhitungkan dengan seksama
sesuai jadwal pekerjaan terutama bila peralatan-peralatan tersebut
diadakan dengan sewa. Pengadaan bahan/material harus diupayakan efektif
sesuai pekerjaan yang dijadwalkan. 5) Aspek Kelancaran dan Keselamatan
Lalu Lintas

Penyedia Jasa pekerjaan jalan dan/atau jembatan harus menjamin


kelancaran dan keselamatan lalu lintas selama pelaksanaan pekerjaan.
Untuk mewujudkan hal ini, Penyedia Jasa harus memastikan adanya
manual pengelolaan lalu lintas selama pekerjaan dan audit keselamatan
jalan. Penyedia Jasa pekerjaan berkewajiban untuk melaksanakan
pekerjaan sesuai manual pengelolaan lalu lintas, melakukan audit
keselamatan jalan, melakukan kaji ulang terhadap manual rencana
pengelolaan lalu lintas, dan melaksanakan rekomendasi perbaikan sesuai
hasil audit keselamatan jalan.

2.1.5 Aspek Sosial Dan Budaya

Penyedia Jasa pekerjaan jalan dan/atau jembatan berkewajiban


memperhatikan kondisi sosial dan budaya masyarakat di lokasi pelaksanaan
pekerjaan. Hal-hal yang cukup sensitif, seperti gangguan kebisingan pada
waktu ibadah, waktu istirahat, hal-hal yang ditabukan, atau lokasi-lokasi
yang dianggap suci oleh masyarakat setempat sedapat mungkin
dihindarkan dari gangguan pekerjaan atau personil yang terlibat dalam
pekerjaan.
2.2 TAHAPAN MANAJEMEN

Seperti telah dikemukakan tadi, maka manajemen sebagai usaha untuk


mengendalikan perusahaan dengan tujuan mencapai keuntungan yang
maksimal, pada hakekatnya bukanlah barang yang baru, dan malahan
sudah ada sejak manusia mulai mempekerjakan manusia lain untuk usaha-
usaha yang sal ing menguntungkan. Sebelum orang mengembangkan
sistematika manajemen ini secara ilmiah, maka kita hanya mengenai
adanya suatu kepemimpinan pribadi (= personal management) yang sudah
barang tentu sifatnya pribadi pula; dengan perkataan lain, berhasilnya
usaha di bawah pimpinan seseorang tergantung dari pribadi orang itu.

Di dalam kategori manajemen ini, maka pemimpin.-pemimpin yang berhasil


di dalam usahanya adalah mereka yang biasanya mulai jenjang kariernya
dengan tingkatan terendah dari usahanya dan dengan demikian
mengetahui dan memahami benar-benar seluk-beluk usaha itu; terutama
mereka yang tergolong 'dilahirkan sebagai pemimpin' (born leader) dan
berbakat untuk itu, dapat mencapai hasil-hasil yang tinggi sekali.

Di dalam kategori ini, maka seseorang manajer hanya mengerjakan hal-hal


yang tidak dapat didelegasikan kepada bawahannya: dari belakang meja
tulis, dia mengendalikan usahanya berdasarkan penilaian/evaluasi data
yang masuk sebagai laporan sistematika yang telah tersusun rapih.

Juga dengan manajemen yang demikian ini, orang telah mencatat hasil-
hasil yang sangat memuaskan. Keputusan-keputusan kepemimpinan
dilakukan/diberikan berdasarkan hasil-hasil penilaian statistis dan/atau
komputer yang jarang salah, sehingga di sini tidak lagi menonjol sifat-sifat
'pemimpin berbakat' yang memang langka.

Di dalam construction industry, manajemen manakah yang paling cocok?


Pertanyaan ini sebenarnya agak sulit untuk dijawab dengan pasti, karena
menurut orang-orang yang telah lama berkecimpung di dalam masalah ini,
hasil manajemen yang paling baik dicapai dengan 'mengawinkan' kedua
sistem tadi. Seperti juga halnya dengan pada perkawinan manusia, maka
anak hasil perkawinan itu dapat mirip dengan bapaknya alaupun mirip
dengan ibunya, dan malahan mungkin tidak mirip dengan kedua-duanya;
sesuai dengan kondisi yang terpengaruh oleh demikian banyak faktor,
maka kadang-kadang kita memiJih sesuatu sistem yang condong kepada
personal management, kadang-kadang juga lebih menitik beratkan kepada
administrative leadership, dan kadang-kadang juga dengan cara yang baru
sama sekali.

Adapun pokok-pokok tahap kegiatan construction management (seperti


juga halnya dengan manajemen pada umumnya) dapat dikelompokkan
pada bidang-bidang sebagai berikut :

a) Perencanaan (= planning) pelaksanaan pekerjaan, yang pada


hakekatnya meliputi antara lain kegiatan-kegiatan antisipasi dan tugas
dan kondisi (= apresiasi/tanggapan), menentukan hasil-hasil yang
hams dicapai sebagai sasaran operasi, menentukan kebijaksanaan-
kebijaksanaan pelaksanaan, program-program serta jadwal-jadwal
waktu (= schedules) dan prosedur pelaksanaan administratip dan
operatip, alokasi anggaran biaya kepada masing-masing pos anggaran,
dan sebagainya.

b) Organisasi aparat pelaksanaan, yangmeliputi antara lain identifikasi dan


pengelompokan jenis-jenis pekerjaan, menentukan pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab, meletakkan dasar bagi hubungan
antara masing-masing unsur organisasi, dan sebagainya.

c) Menggerakkan organisasi, yang pada hakekatnya adalah hubungan


antara manajer dan personal bawahannya dengan tujuan mendapatkan
jaminan bantuan yang diperlukan di dalam pelaksanaan tugasnya,
antara lain dengan membangkitkan partisipasi dan rasa tanggung
jawab terhadap pekerjaannya masing-masing (= motivation), memilih
personal yang tepat untuk masing-masing jabatan coaching dan
training,
penghargaan/pujian dan tegoran-tegoran yang tepat, penyaluran, dan
sebagainya.

d) Koordinasi, dengan tujuan mencapai keseimbangan dan keserasian


kerja di dalam menuju kepada tujuan bersama, memilih waktu/saat
yang tepat (- timing), integrasi ke dalam organisasi, dan sebagainya.

e) Pengawasan (=controle), untuk dapat memelihara norma-norma kerja


yang telah ditetapkan, penilaian dan evaluasi untuk mengadakan
koreksi-koreksi pada cara-cara kerja bagian dan personil, dan
sebagainya.

Didalam memimpin dan mengarahkan kegiatan-kegiatan personal


bawahannya, seorang manajer menerapkan asas-asas manajemen pada
unsur-unsurnya tadi diselaraskan dengan pengalaman-pengalaman yang
telah dimilikinya pada pekerjaan sebelumnya.

Ciri yang khas bagi sesuatu manajemesi yang baik ialah, bahwa meskipun
seseorang manajer dapat mendelegasikan wewenang, namun dia tidak
dapat dan tidak boleh ingkar dari pertanggung jawaban terhadap baik atau
buruknya hasil karya organisasi yang dipimpinnya. Untuk itu, maka
sebagian terbesar dari keputusan-keputusan pokok yang berhubungan
dengan pekerjaan yang dihadapi itu, diambil olehnya sendiri dan
diusahakan agar dapat dipertahankan secara konsekuen.

Arah dan tujuan operasi-operasi perlu sekali dipelihara (maintain objective)


dan sama sekali tidak dapat dipertanggung jawabkan tindakan manajer
yang tiap kali merubah keputusannya (apalagi kalau tidak ada alasan yang
dapat dimengerti oleh para bawahannya), yang akan menyebabkan
hilangnya orientasi personal di dalam menjalankan perannya masing-
masing. Cara kepemimpinan seperti ini mengakibatkan ketergantungan
yang keterlaluan kepada sang pemimpin, yang dapat dimengerti, tidak
selalu ada di mana- mana.
2.3 JADWAL PELAKSANAAN

Untuk perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan yang sebagaimana


mestinya atas pekerjaan, Penyedia Jasa harus mempersiapkan jadwal
pelaksanaan. Jadwal tersebut diperlukan untuk menjelaskan kegiatan-
kegiatan pekerjaan setelah kegiatan dalam program mobilisasi telah selesai.

2.3.1 Detail Jadwal pelaksanaan

(1) Penyedia Jasa harus membuat Jadwal Kemajuan Keuangan dalam


bentuk diagram balok horizontal dan dilengkapi kurva yang
menggambarkan seluruh kemajuan pekerjaan dengan karakteristik berikut :

 Setiap jenis Mata Pembayaran atau kegiatan dari kelompok Mata


Pembayaran yang berkaitan, harus digambarkan dalam diagram balok
yang terpisah, dan harus dibentuk sesuai dengan urutan dari masing-
masing kegiatan pekerjaan.

 Skala waktu dalam arah horisontal harus dinyatakan berdasarkan


satuan bulan.

 Setiap diagram balok horisontal harus mempunyai harus mempunyai


ruangan untuk mencatat kemajuan aktual dari setiap pekerjaan
dibandingkan dengan kemajuan rencana.

 Skala dan format dari Jadwal Kemajuan Keuangan harus sedemikian


rupa hingga tersedia ruangan untuk pencatatan, revisi dan
pemutakhiran mendatang. Ukuran lembar kertas minimum adalah A3.

Jika diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyediakan


Analisa Jaringan yang menunjukkan awal dan akhir setiap tanggal mulainya
suatu kegiatan, sehingga dapat diperoleh suatu jadwal jalur kritis (critical
path schedule) dan dapat diperoleh jadwal untuk menentukan jenis-jenis
pekerjaan yang kritis dalam seluruh jadwal pelaksanaan. Penyedia Jasa
harus menyediakan jadwal untuk instalasi Pencampur Aspal dan Peralatan
Pendukung secara terpisah, disertai dengan suatu perhitungan yang
menunjukkan bahwa hasil produksi instalasi Pencampur Aspal dapat
tercapai
sesuai rencana kebutuhan. Penyedia Jasa harus membuat jadwal yang
terpisah untuk lokasi semua sumber bahan, bersama dengan rencana
tanggal penyerahan contoh-contoh bahan dan rencana produksi bahan dan
jadwal pengiriman.

Penyedia Jasa harus menyediakan jadwal pelaksanaan setiap jembatan


dengan skala balok horisontal untuk setiap jenis pekerjaan dan
pelengkapnya untuk pencatatan kemajuan pekerjaan (progress) aktual
terhadap program untuk setiap mata pembayaran.

2.4 REVISI JADWAL PELAKSANAAN.

Revisi semua jadwal pelaksanaan yang diuraikan pada Pasal 1.1.3.6).b).


bilamana kemajuan keuangan aktual berbeda lebih dari 20 (dua puluh)
persen dari kemajuan keuangan rencana atau bilamana terdapat perubahan
kuantitas yang menyolok setelah diterbitkannya Variasi atau Addenda.

Pada saat menyerahkan Revisi Jadwal Pelaksanaan, maka Penyedia Jasa


harus melengkapi laporan ringkas yang memberikan alasan-alasan
timbulnya revisi, yang harus meliputi :

1. Uraian Revisi, termasuk pengaruh pada seluruh jadwal karena adanya


perubahan cakupan, revisi dalam kuantitas atau perubahan jangka
waktu kegiatan dan perubahan lainnya yang dapat mempengaruhi
jadwal.

2. Pembahasan lokasi-lokasi yang bermasalah, termasuk faktor-faktor


penghambat yang sedang berlangsung maupun yang harus
diperkirakan serta dampaknya.

2.5 RAPAT PEMBUKTIAN KETERLAMBATAN (SHOW COUSE MEETING)

Pertemuan ini diadakan dalam hal terjadinya keterlambatan progres phisik


oleh Penyedia Jasa berdasarkan schedule kontrak (Contract Schedule).
Dalam hal terjadinya keterlambatan progres phisik oleh Penyedia Jasa ,
maka prosedur ini harus diikuti dalam mengambil keputusan :
 Jika terjadinya keterlambatan progres phisik antara 5% - 7%, maka
Rapat Pembuktian Keterlambatan (SCM) akan dilaksanakan antara
Pemimpin Proyek, Konsulyan pengawas Lapangan (Supervisor
Engineer) dan Penyedia Jasa.

 Jika terjadinya keterlambatan progres phisik antara 7% - 10%, maka


rapat Pembuktian Keterlambatan (SCM) akan dilaksanakan antara
Kepala Dinas Pekerjaan Umum atau Pejabat Eselon II pada Pemerintah
Provinsi yang memiliki kewenangan Pembinaan Jalan, Pemimpin
Proyek, Konsultan Kepala Pengawas Lapangan (Chief Supervision
Engineer Consultant) dan Penyedia Jasa.

 Jika terjadinya keterlambatan progres phisik lebih besar dari 10% dan
tidak boleh lebih besar dari 15%, maka Rapat Pembuktian
Keterlambatan (SCM) akan dilaksanakan di tingkat Pusat dengan
Direktur Pelaksana pada Direktorat Jenderal yang bersangkutan,
dengan kegiatan untuk mengambil keputusan apakah Penyedia Jasa
dapat melanjutkan pekerjaannya/kontraknya. Bilamana antara ketiga
belah pihak sepakat, maka Penyedia Jasa dapat melanjutkan
pekerjaannya atau bilamana tidak, maka Penyedia Jasa akan
diberhentikan kontraknya.

Semua kegiatan Rapat Pembuktian Keterlambatan (SCM) harus dibuat


dalam Berita Acara Rapat Pembuktian Keterlambatan. Yang ditandatangani
oleh Pemimpin dari masingmasing pihak sebagai catatan untuk membuat
persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan berikutnya

2.6 MANAJEMEN PELAKSANAAN KEGIATAN

Ciri-ciri yang khaS Manajemen Pelaksanaan Kegiatan seperti yang telah


dikemukakan sebelumnya, menyebabkan bahwa tindakan-tindakan yang
diambil oleh seseorang Penanggung Jawab Kegiatan konstruksi agak
berlainan dengan seseorang manajer sebuah pabrik misalnya, meskipun
prinsip-prinsipnya tetap sama juga. Hal ini disebabkan oleh ciri-ciri yang
khas bagi masing-masing industri, baik di dalam pengembangan dan urut-
urutan
kegiatan penyelenggaraannya, cara-cara pelaksanaannya sendiri berikut
kondisi medan kerjanya (variasi-variasi pengatasan persoalan, alat-alat
produksinya, pengetahuan dan ketrampilan pekerja, dan sebagainya),
maupun di dalam sifat hasil akhir (= end product) dari semua kegiatan.

Mengingat hal-hal yang demikian itu, maka dipandang dari segi manajemen
ini, sesuatu pelaksanaan proyek pembangunan konstrukti dapat
dikembangkan melalui tiga tahap sebagai berikut:

o Penelaahan/analisa petunjuk-pctunjuk pelaksanaan.

o Perencanaan (pendahuluan/semcntara dan terpcrinci).

o Pelaksanaannya sendiri (= operations).

Tujuan dan ruang lingkup pengendalian pelaksanaan konstruksi ini ialah


untuk menjamin keseimbangan ekonomi di dalam penggunaan kelima (M)
yang menjadi perhatian manajemen (Men, Money, Machines, Materials &
Methods) dengan batas-batas yang diberikan di dalam petunjuk-petunjuk
pelaksanaan tersebut tadi.

Penahapan pengembangan pelaksanaan proyek (jadi secara konsekuen


juga kegiatan-kegiatan manajemennya) seperti yang dikemukakan di atas,
dapat dilakukan baik pada proyek di dalam keseluruhannya atau pada
bagian- bagian dari padanya.

2.7 PETUNJUK PELAKSANAAN PEKERJAAN.

Proses pengendalian pelaksanaan proyek telah dimulai sejak diterima


petunjuk petunjuk pelaksanaan ini. Petunjuk ini dapat terdiri dari
spesifikasi- spesifikasi lengkap disertai dengan gambar-gambar rencana
berikut perincian-perincian-(detail)nya demi mutu pekerjaan dan ekonomi.
Ada kalanya, petunjuk-petunjuk pelaksanaan ini hanya merupakan referensi
kepada gambar-gambar dan spisifikasi standar/norma-norma berikut
spesifikasi-spesifikasi umum dan titik-titik ketinggian berbagai tempat yang
menentukan. Bahkan kadang-kadang malahan kita diminta menyiapkan
rencana lengkap untuk kemudian dimintakan pengesahannya kepada pihak
yang memberikan perintah pelaksanaan.

Apapun bentuk petunjuk ini, selalu diperlukan analisa yang teliti sebelum
mengarahkan pemikiran kita kepada kegiatan-kegiatan perencanaan yang
nyata.

Pada umumnya, pada petunjuk pelaksanaan kita jumpai pula ketentuan-


ketentuan tentang hal-hal sebagai berikut :

 Tugas dan tujuan yang harus dicapai.

 Lokasi proyek disertai kondisi setempat yang mempengaruhi jalannya


pelaksanaan pekerjaan.

 Waktu yang disediakan untuk penyelesaian, yang biasanya berupa jadwal


kerja (time schedule) untuk masing-masing kegiatan.

 Biaya yang tersedia untuk penyelesaian pekerjaan.

Kalau kesatuan yang akan melaksanakan pekerjaan ini merupakan suatu


bagian dari organisasi/proyek yang lebih besar, maka petunjuk pelaksanaan
ini dapat pula memuat ketentuan-ketentuan mengenai :

 Alat-alat peralatan konstruksi dan personil yang dapat dimanfaatkan.

 Prioritas-prioritas yang berhubungan dengan jalannya pelaksanaan


pekerjaan pada bagian lain (petunjuk-petunjuk koordinatip).

 Sunibcr-sumbcr balian, baik bahan konstruksi maupun alat-alat dan spare


parts untuk mesin-mesin yang dipergunakan.

 Keterangan-keterangan tentang sifat bahan-bahan bangunan yang akan


dijumpai di dalam pekerjaan nanti (dari laboratorium sentral), dan Iain-
lain.
2.8 ANALISA PEKERJAAN (JOB ANALYSIS).

Penelaahan semacam ini bertujuan untuk menghasilkan rencana dan


perkiraan pendahuluan sebelum mencapai penyusunan rencana yang
terperinci sebagai tahap kedua dari construction management.

Di dalam rencana pendahuluan ini, kita mencoba untuk mendapatkan


gambaran tentang APA, DI MAN A, B1LAMANA, MENGAPA, dan BAGAIMANA
pekerjaan yang dihadapi itu akan diselesaikan.

Pertanyaan-pertanyaan mengenai apa, di mana dan bilamana, pada


hakekatnya dapat diketemukan jawabannya pada petunjuk pelaksanaan (=
directive) yang telah diterima, sehingga analisa yang dikerjakan ini
diperlukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai mengapa
dan bagaimana tadi.

Untuk ini, maka di dalam tahap rencana pendahuluan ini perlu dilakukan
kegiatan-kegiatan yang antara lain meliputi :

 Pengkajian daerah kerja (site investigations) untuk mengumpulkan data


tambahan mengenai medan (dan pencocokan terhadap apa yang telah
dibcrikan di dalam petunjuk pelaksanaan), drainagenya, kemungkinan-
kemungkinan sampai ke tempat pekerjaan (jalan-jalan yang sudah ada
dan/atau yang masih perlu dibuat), jenis dan sifat tanahnya, fasilitas-
fasilitas yang telah ada setempat, sumber-sumber bahan dan tenaga
kerja, cuaca, dan sebagainya.

 Membuat perkiraan-perkiraan sementara untuk mendapatkan gambaran


menyeluruh secara kasar tentang luas pekerjaan yang dihadapi,
khususnya di dalam jumlah bahan yang diperlukan, alat peralatan
pokok (major equipment) dan tenaga kerja; sementara itu juga
dilakukan pencatatan-pencatatan mengenai barang-barang yang langka
didapat, penilaian terhadap kemampuan pelaksanaan kesatuan kita
(personal dan alat-alat organik), penilaian terhadap waktu yang
disediakan, dan sebagainya.
Apabila faktor waktu merupakan hal yang kritis dan mendesak, maka
sementara diselesaikan rencana pendahuluan ini, sudah dapat diajukan
permintaan akan barang-barang yang langka tadi, karena biasanya
diperlukan waktu untuk mendapatkannya.

2.9 RENCANA TERPERINCI

Pada tahap pengembangan pelaksanaan proyek ini, biasanya sudah


didapatkan data yang cukup lengkap mengenai segala aspek yang
dipandang perlu, sehingga sudah dapat diambil langkah-langkah ke arah
penentuan kebijaksanaan pelaksanaan dan petfjfcjfhan rencana kerja yang
terperinci.

Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan untuk menyusun rencana terperinci


ini antara lain ialah :

1. Penelitian terhadap gambar-gambar rencana dan spesittkasinya, dengan


maksud untuk mengetahui adanya kemungkinan kesalalahan-kesalahan,
baik pada rencana pendahuluan, maupun di dalam spesifikasi yang
kurang cocok dengan keadaan dan ketentuan teknis.

2. Perhitungan-perhitungan yang lebili teliti dan terperinci, khususnya


tentang jumlah-jumlah pekerjaan (= volume pekerjaan) yang perlu
diselenggarakan, bahan-bahan bangunan, bahan bakar, alat peralatan
dan personilnya, dan sebagainya.

3. Pelengkapan terhadap pengadaan-pengadaan yang telah dilakukan


berdasarkan rencana pendahuluan. Harus diusahakan, agar jumlah yang
diadakan ini diterima pada waktu-waktu yang ditelapkan sebelumnya
sehingga tidak perlu diadakan usaha-usaha penimbunan dengan segala
konsekuensinya.

4. Penjadwalan (scheduling) pelaksanaan proyek, yang pada hakekatnya


adalah rencana terperinci mengenai pembagian waktu yang tersedia
untuk berbagai bagian pekerjaan di dalam rangka waktu yang tersedia.
5. Pengorganisasian medan kerja, yaitu menentukan lokasi dari tempat
masing-masing bagian organisasi di daerah kerjanya. Bagian-bagian
yang erat hubungannya satu sama lain ditempatkan berdekatan dan
konstruksi-konstruksi bantuan (sepertijalan-jalan danirat/kerja, instalasi-
instalasi, dan sebagainya) yang tidak termasuk di dalam konstruksi
pokoknya, hendaklah dibatasi hingga minimal karena bagaimanapun,
pekerjaan-pekerjaan ini membebani anggaran yang disediakan (=
overhead). Sedapatmungkinharus dimanfaatkan fasilitas yang sudali
adadan/atau digabungkan dengan usaha langsung untuk konstruksi
pokoknya.

Di sini perlu dikemukakan kenyataan bahwa, bagaimanapun telitinya kita


mengadakan perhitungan untuk menyusun rencana ini, namun scbagian
besar masih menggantungkan kepada perkiraan (=assumption) tcntang
hal- hal yang yang akan, dihadapi; tepat atau melesetnya ramalan-ramalan
ini kebany Jean tergantung dari pengalaman yang telali dimiliki di dalam
pelaksanaan pekerjaanyang serupa di masa-masa yang lalu.

2.10 PELAKSANAAN PEKERJAAN (= OPERASI).

Setelah rencana selesai disusun, maka kita memiliki dasar yang kuat untuk
meningkat kepada tahap pengembangan proyek yang berikut, yaitu tahap
operasi.

Untuk dapat mewujudkan ini semua, maka sebelum itu seharusnyalah


telah ditetapkan organisasi pelaksanaan sesuai dengan sesuatu konsep
pelaksanaan tertentu, berikut personil penjabat pada masing-masing fungsi;
demikian pula telah ditetapkan alokasi-alokasi mengenai anggaran biaya,
bahan-bahan serti equipment yang diotorisasikan untuk ddipergunakan, dan
sebagainya.

Dengan demikian, maka orang dapat mulai dengan persiapan-persiapan di


lapangan untuk mulai bekerja dengan nyata dan berproduksi.

Apabila penyelesaian sesuatu proyek memerlukan jangka waktu yang cukup


lama, ada kalanya operasi sudah dimulai, sebelum rencana terperinci
selesai
dibuat seluruhnya. Cukup kalau rencana selesai hanya untuk setahun
misalnya, dan untuk tahun berikutnya dibuatkan lagi rencana untuk tahun
yang bersangkutan berdasar-kan rencana pendahuluan yang sudah
menyeluruh meskipun masih kasar. Cara bekerja seperti ini disebut rencana
dan pelaksanaan bertahap (plan as you proceed) yang mempunyai
keuntungan bahwa rencana dapat disesuaikan dengan hasil yang dicapai
dari rencana yang sebelumnya.

Kegiatan-kegiatan manajerial di dalam tahap pelaksanaan ini, dapat


diuraikan pada pekerjaan-pekerjaan antara lain sebagai berikut :

1. Supervisi, yang pada hakekatnya adalah serangkaian tindakan


kepemimpinan pada masing-masing tingkatan/eselon organisasi di
dalam batas wewenang dan tanggung jawab seperti yang ditetapkan di
dalam prosedurnya. Koordinasi sebagai salah satu unsur supervisi ini
benar- benar perlu diperhatikan, karena berhasilnya operasi-operasi
pelaksanaan proyek untuk sebagian besar tergantung dari kerapihan
kerja sama antara masing-masing bagian kesaluan pelaksanaan.

2. Inspeksi dan laporan kemajuan pelaksanaan, yang terutama bertujuan


untuk menjamin agar spesifikasi mengenai mutu dan jumlah pekerjaan
seperti yang tcrcantum di dalainrencana dan gambaf-gambar detailnya,
telah dimengerti dan diselenggarakan oleh para pelaksana di inedan.
Demikian pula pemenuhan syarat di dalam hal jadwal waktu; tiap
kelambatan perlu disadari sebelum terlambat dan diadakan langkah-
langkah seperlunya untuk memberi koreksi; mungkin sekali kclambatan
penyelesaian di salah satu bagian ini dapat mengakibatkan terlambatnya
operasi di dalam keseluruhannya

3. Salah satu sistern untuk menjalankan inspeksi ini ialah dengan


menyusun suatu sistem laporan bagi masing-masing bagian organisasi
sebagai bahan untuk evaluasi bagi pimpinan. Di dalam sistem laporan
ini, kita tentunya akan menjumpai jenis laporan yang berlainan satu
dengan laintiya di dalam hal meletakkan titik berat dan ketelitian,
tergantung untuk eselon mana dari organisasi, laporan ini dibuat.
4. Perubahan-perubahan rencana dilapangan(field changes)yang
merupakan suatu gejala yang biasa dijumpai di dalam penj^ienggaraan
pelaksanaan proyek. Perubahan-perubahan ini dapat dilakukan terhadap
spesifikasi, detail dari gambar rencana/design maupun sistematika
penyelenggaraanya.

Hal ini sebenarnya tidak perlu diherankan, karena seperti yang telah
dikemukakan sebelum ini, rencana-rencana (meskipun yang sudah
terperinci) dibuat bcrdasarkan perkiraan dan ramalan yang tcntu saja lidak
luput dari kemungkinan kcsalahan.

Tidak mungkin dua keadaan akan serupa benar, sehingga bagaimanapun


besar pengalaman kita mengenai sesuatu jenis pekerjaan, kelainan-
kelainan pada pekerjaan itu sendiri dapat menyebabkan salah tafsir yang
mengakibatkan tentunya salah tanggapan.

2.11 WAWASAN DAN ANALISA HASIL PEKERJAAN.

Kegiatan ini biasanya disebut Review & Analysis, yang bertujuan mencatat
berdasarkan peninjauan dan penelitian yang cermat, segala sesuatu yang
telah dikerjakan selesai untuk kepeduan penambahan perbendaharaan
pengalaman demi keamanan pelaksanaan proyek-proyek berikutnya.

Kita menyadari baliwa tidak ada referensi untuk banyak sekali persolan di
dalam perencanaan dan pelaksanaan, kecuali hanya pengalaman kita di
masa yang lalu, sehingga pcncatatan (berikut komentar dan saran-saran
bagaimana memperbaiki cara approach masalalinya) yang dilakukan, dapat
pula dimanfaatkan olch orang lain, dan tidak hilang demikian saja.

Sekali lagi dikemukakan di sini bahwa apa yang dapat kita pelajari hanyalah
dasar-dasar pokok dan prinsip-prinsip itu diterapkan di dalam prakteknya,
tergantung dari rasa seni dari masing-masing pelaksana, yang di dalam hal
ini harus banyak sekali mengandalkan kepada pengalaman kerja, baik
olehnya sendiri maupun oleh orang lain yang telah diteliti dan dinilai.
BAB III

DOKUMEN REKAMAN PROYEK

3.1 PRINSIP DASAR

Selama pelaksanaan Penyedia Jasa Pekerjaan harus menjaga rekaman yang


akurat dari semua perubahan yang terjadi dalam Dokumen Kontrak dalam
satu set Dokumen Rekaman Proyek, dan harus memindahkan informasi
akhir tersebut ke dalam Dokumen Rekaman Akhir sebelum penyelesaian
Pekerjaan.

3.2 TAHAP PENGAJUAN DOKUMEN REKAMAN PROYEK

Pada tahap pengajuan dokumen rekaman proyek perlu dilakukan beberapa


kegiatan, yaitu:

1. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan satu set


Dokumen Rekaman Proyek dalam keadaan terpelihara pada setiap bulan
tanggal 25 untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Dokumen Rekaman Proyek yang telah disetujui Direksi Pekerjaan ini,
menjadi prasyarat untuk pengesahan Sertifikat Bulanan.

2. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Rekaman Proyek


akhir pada saat permohonan Berita Acara Penyelesaian Akhir untuk
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, disertai dengan surat
pengantar yang berisi :

 Tanggal.

 Nomor dan Nama Proyek.

 Nama dan Alamat Penyedia Jasa.

 Judul dan Nomor tiap Dokumen Rekaman.

 Berita Acara yang menyatakan bahwa setiap dokumen yang


diserahkan telah lengkap dan benar.
 Tanda tangan Penyedia Jasa, atau wakilnya yang sah.

3.3 DOKUMEN KERJA (JOB SET)

Segera setelah Pengumuman Pemenang, Penyedia Jasa dapat memperoleh


1 (satu) set lengkap semua Dokumen yang berhubungan dengan Kontrak
tanpa biaya dari Direksi Pekerjaan. Dokumen Kerja akan mencakup :

a. Syarat-syarat Kontrak.

b. Spesifikasi.

c. Gambar.

d. Addenda (bila ada).

e. Modifikasi lainnya terhadap Kontrak.

f. Catatan hasil pengujian lapangan (bila ada).

3.4 PENYIMPANAN DOKUMEN KERJA

Dokumen Kerja harus disimpan dan diarsipkan dalam rak-rak di kantor


lapangan, dan Penyedia Jasa harus menjaga dokumen kerja tersebut
terlindung dari kehilangan atau kerusakan sampai pemindahan data akhir
ke dalam Dokumentasi Proyek Akhir telah selesai dilaksanakan. Dokumen
rekaman tersebut tidak boleh digunakan untuk maksud-maksud
pelaksanaan pekerjaan dan dokumen tersebut harus selalu tersedia setiap
saat untuk diperiksa oleh Direksi Pekerjaan atau Pemilik.

3.5 BAHAN REKAMAN PROYEK

Segera setelah semua bahan, aspal, agregat, bahan bahu jalan, semen,
beton, campuran aspal panas, dan sebagainya disetujui, maka semua
contoh yang telah disetujui harus disimpan dengan baik di lapangan.
3.6 PEMELIHARAAN DOKUMEN PELAKSANAAN PROYEK

3.6.1 Penanggungjawab

Penyedia Jasa harus melimpahkan tanggung jawab pemeliharaan Dokumen


Rekaman kepada salah seorang staf yang ditunjuk sebagaimana yang telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebelumnya.

3.6.2 Pemberian Tanda

Segera setelah diterimanya Dokumen Kerja (Job Set), Penyedia Jasa harus
memberi tanda pada setiap dokumen dengan judul “Dokumen Rekaman
Proyek-Dokumen Kerja”, dengan huruf cetak setinggi 5 cm.

3.6.3 Pemeliharaan

Pada saat penyelesaian Kontrak, kemungkinan sejumlah Dokumen Kerja


harus dikeluarkan untuk mencatat masukan-masukan baru dan untuk
pemeriksaan, dan dalam kondisi-kondisi yang demikian kegiatan seperti ini
akan dilaksanakan, maka Penyedia Jasa harus mencari cara yang cocok
untuk melindungi dokumen kerja tersebut untuk disetujui Direksi Pekerjaan.

3.7 TATA CARA MEMBUAT CATATAN DALAM GAMBAR

Catatan pada Gambar harus dilakukan dengan menggunakan pensil


berwarna yang dapat dihapus (tidak boleh memakai tinta), perubahan
harus diuraikan dengan jelas dengan pencatatan dan kalau perlu dengan
garis grafis. Catat tanggal semua masukan. Berilah tanda perhatian pada
setiap catatan dengan tanda “awan” pada tempat atau tempat-tempat yang
mengalami perubahan. Bilamana terjadi perubahan yang tumpang tindih
(over laping), maka disarankan menggunakan warna yang berbeda untuk
setiap perubahan. Dokumen rekaman harus selalu diperbaharui jangan
sampai terdapat bagian yang tertanam dalam setiap pekerjaan yang
dikerjakan tidak tercatat.

Beri tanda yang jelas untuk mencatat setiap detil pelaksanaan, misalnya :

a. Kedalaman berbagai elemen pondasi sehubungan dengan data yang


ditunjukkan.
b. Posisi horisontal maupun vertikal untuk utilitas bawah permukaan harus
ditandai pada bagian permukaan pekerjaan yang permanen.

c. Lokasi utilitas yang tertanam dalam pekerjaan harus diberi tanda


sehingga mudah terlihat dengan tanda-tanda khusus pada struktur.

d. Perubahan dimensi dan detil pelaksanaan di lapangan.

e. Perubahan yang terjadi dengan adanya Variasi.

f. Gambar detil yang tidak terdapat dalam Gambar asli.

3.7.1 Waktu Pencatatan

Semua catatan harus dibuat dalam jangka waktu 24 jam terhitung sejak
diterimanya informasi.

3.7.2 Keakuratan

Gunakan semua sarana yang diperlukan, termasuk perlengkapan khusus


yang dipakai untuk pengukuran, untuk menentukan lokasi bagian-bagian
yang terpasang dan untuk memperoleh data masukan yang akurat.
Penyedia Jasa harus melakukan koordinasi atas semua perubahan yang
terjadi dalam Dokumen Rekaman, membuat catatan yang sesuai dan
sebagaimana mestinya pada setiap halaman Spesifikasi dan pada lembaran
Gambar dan pada Dokumen lainnya, dimana pencatatan yang demikian
diperlukan untuk menunjukkan perubahan yang sebenarnya terjadi.
Keakuratan rekaman harus sedemikian rupa sehingga setiap pencarian
bagian-bagian pekerjaan yang ditunjukkan dalam Dokumen Kontrak di
kemudian hari dapat dengan mudah diperoleh dari Dokumen Rekaman
yang telah disetujui.
BAB IV

DOKUMEN REKAMAN

AKHIR

Tujuan pembuatan Dokumen Rekaman Akhir adalah menyiapkan informasi


nyata menyangkut semua aspek Pekerjaan, baik yang tertanam maupun
yang terlihat, untuk memungkinkan modifikasi rancangan di kemudian hari
dapat dilaksanakan tanpa pengukuran ulang yang lama dan mahal, tanpa
investigasi dan pemeriksaan ulang.

4.1 PEMINDAHAN DATA KE DALAM GAMBAR

Seluruh perubahan data yang ditunjukkan dalam Dokumen Kerja dari


Gambar Rekaman harus dipindahkan dengan teliti ke dalam Gambar
Rekaman Akhir menurut masing-masing gambar aslinya, dan penjelasan
yang lengkap dari semua perubahan selama pelaksanaan dan lokasi aktual
dari semua jenis pekerjaan harus ditunjukkan dengan jelas. Berilah tanda
perhatian pada setiap catatan dengan tanda “awan” yang mengelilingi
tempat atau tempattempat yang mengalami perubahan. Buatlah semua
catatan perubahan pada dokumen yang asli dengan rapih, konsisten, dan
ditulis dengan tinta atau pinsil keras hitam.

4.2 PEMINDAHAN DATA KE DOKUMEN LAIN

Bilamana dokumen selain Gambar telah dijaga bersih selama pelaksanaan


Pekerjaan, dan bila setiap data masukan telah dicatat dengan rapih agar
dapat disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka dokumen kerja (job set) dari
Dokumen tersebut (selain Gambar) akan diterima Direksi Pekerjaan sebagai
Dokumen Rekaman Akhir untuk Dokumen tersebut. Bilamana Dokumen
yang demikian belum dapat disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia
Jasa harus menyiapkan salinan baru dari Dokumen yang diperoleh dari
Direksi Pekerjaan. Pemindahan perubahan data ke dalam salinan baru ini
harus dilakukan dengan hati-hati agar dapat disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
4.3 PENINJAUAN DAN PERSETUJUAN

Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set lengkap Dokumen Rekaman


Akhir kepada Direksi Pekerjaan pada saat mengajukan permohonan Berita
Acara Serah Terima Sementara. Bilamana diminta oleh Direksi Pekerjaaan,
maka Penyedia Jasa harus mengikuti rapat atau rapat-rapat peninjauan
(review), melaksanakan setiap perubahan yang diperlukan dan segera
menyerahkan kembali Dokumen Rekaman Akhir kepada Direksi Pekerjaan
untuk dapat diterima.

4.4 PERUBAHAN SETELAH DOKUMEN DITERIMA

Penyedia Jasa tidak bertanggungjawab untuk mencatat perubahan


Pekerjaan setelah Serah Terima Sementara Pekerjaan, kecuali perubahan
yang diakibatkan oleh penggantian, perbaikan, dan perubahan yang
dilakukan Penyedia Jasa sebagai bagian dari kewajibannya (guarantee).
BAB V

KEGIATAN PROYEK JALAN DAN JEMBATAN

Analisa Kegiatan, seperti yang dapat dimengerti dari makna kata itu sendiri,
adalah sesuatu penilaian yang dilakukan sebelum dimulainya kegiatan-
kegiatan yang menuju kepada realisasi pelaksanaan proyek itu. Analisa
dapat dilakukan dari berbagai segi, tergantung dari siapa dan dalam
kedudukan apa yang dimiliki sipenilai.

Kita misalnya mengenal analisa-analisa yang ditujukan kepada manfaat


proyek dan pengembangan di kemudian hari (feasibility syudies) yang
dapat ditinjau dari segi ekonomi, politik, strategi pertahanan, dan
sebagainya.

Akan tetapi, sebagai pimpinan pelaksanaan proyek, kita hanya


berkepentingan atas analisa yang dilakukan dari segi penyelenggaraan
pelaksanaannya sendiri, analisa lain hanyalah bernilai informatoris dan
dapat kita dapatkan dari sumber-sumber lain diluar organisasi kita.

Untuk selanjutnya, maka proyect analysis yang akan dikemukakan disini,


harus dimengerti sebagai yang diperlukan oleh seseorang pimpinan
pelaksanaan proyek konstruksi.

Kita telah mengetahui bahwa kegiatan construction management dimulai


sejak diterimanya petunjuk-petunjuk pelaksanaan dari pihak pemberi
perintah kerja, dan secara nyata dimulai dengan pembuatan analisa-analisa
yang dimaksud.

Perlu dimintakan perhatian, bahwa construction management seperti yang


akan diuraikan berikut ini adalah keperluan pelaksanaan-pelaksanaan
sendiri (on force account, ataupun kita sebagai kontraktornya) proyek yang
dihadapi; manajemen di dalam arti bertindak sebagai direksi sesuatu
pelaksanaan yang diborongkan, mempunyai ciri-ciri yang agak berlainan.
5.1 PETUNJUK PELAKSANAAN

Petunjuk pelaksanaan diberikan didalam salah satu bentuk dari


kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut ini:

a. Disertai gambar-gamba rencana (= design) lengkap dengan detailnya,


sehingga tidak mungkin terjadi salah pengertian di dalam pelaksanaan
nanti atau setidak-tidaknya mengurangi kemungkinan terjadinya salah
pengertian.

b. Hanya disertai gambar situasi dengan petunjuk-petunjuk yang bersifat


umum dan relerensi kepada norma yang berlaku, spesifikasi standard
yang telah diresmikan (misalnya peraturan beton bertulang, design
criteria, dan sebagainya.

c. Sama sekali kita diminta untuk membuat gambar-gambar rencana untuk


kemudian disyahkan oleh pihak pemberi kerja (eselon atasan/direksi);

Di dalam uraian mengenai manajemen untuk seterusnya ini, dianggap


bahwa petunjuk pelaksanaan diberikan dalam bentuk diatas, meskipun
pada hakekatnya,selisih antara masing-masing bentuk hanyalah terletak di
dalam pembuatannya.

Kita telah mengetahui bahwa pada dasarnya, analisa yang perlu dibuat itu
adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan:

1. APA yang harus dikerjakan.

2. DI MANA harus dilaksanakan.

3. BILAMANA haius diselenggarakan.

4. BAGAIMANA harus dikerjakan, OLLH SIAPA harus dikerjakan.

5. MENGAPA harus dilakukan dengan cara yang demikian itu.

6. APABILA sesuatu ternyata tidak sesuai dengan apa yang telah


direncanakan, adakah cara alternatip yang lain?
Didalam tahap analisa dan perencanaan ini selalu hendaklah kita berulang-
ulang mengajukan pertanyaan itu kepada diri sendiri; jawaban yang
diperoleh kcmudian ditinjau dan dinilai dari segi dan aspeknya.

Meskipun jawaban terhadap ketiga pertanyaan pertama dengan mudah


dapat kita ketemukan di dalam petunjuk pelaksanaan yang telah kita
terima, namun kita perlu memberikan tanggapan kita sebagai landasan bagi
mencari jawaban terhadap pertanyaan berikutnya. Di dalam tanggapan itu,
kita sudah harus dapat membayangkannya volume pekerjaan dan jumlah
waktu serta kegiatan yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang
ditentukan.

Sedikit banyak, tanggapan ini sudah memberikan jawaban atas pertanyaan


ke-empat mengenai bagaimana-nya, tinggal melengkapinya dengan
informasi mengenai urutan pelaksanaan masing-masing unsur pekerjaan,
lokasi dari bahan yang diperlukan serta usaha yang diperlukan untuk
mendapatkannya sampai di tempat di mana ia diperlukan, pelayanan
terhadap kegiatan, dan sebagainya.

Setelah memberikan jawaban atas pertanyaan ke-empat tadi, sebenarnya


analisa sudah selesai; namun demikian kita masih harus menyelidiki,
apakah cara yang telah kita tentukan tadi memang sudah yang paling
effisien, agar kita tidak melanggar prinsip-prinsip ekonomi yang selalu harus
menjadi penentu dari batas daerah gerak kita.

Oleh karena itu, maka jawaban atas pertanyaan kelima mengenai alasan
yang dipcrgunakan untuk pemilihan cara pelaksanaan tadi adalah penting
pula. Kemudian masih harus ditetapkan cara-cara cadangan, agar keadaan
yang menyebabkan kegagalan cara yang telah ditentukan sebagai yang
paling efektif tadi, tidak menyebabkan pula kegagalan pencapai sasaran
operasi di dalam kcselunihannya. Faktor yang dapat menciptakan kcadaan
tak terduga itu memang banyak sekali, dan kemungkinan gagalnya sesuatu
pelaksanaan adalah cukup besar, kalau kita masih harus mencari cara-cara
altematip itu pada waktu masalahnya timbul dan menjadi berlarut-larut.
5.2 RENCANA PENDAHULUAN.

Tujuan dari pembuatari rencana pendahuluan (sebagai salah satu bagian


dari project analysis) adalah untuk mendapatkan gambaran yang
menyeluruh tentang APA dan BAGAIMANA pekerjaan akan diselenggarakan
berdasarkan penilaian kemampuan satuan-satuan kerja yang disediakan
untuk itu.

Apabila satuan ini masih harus disusun, maka satu-satunya referensi yang
dapat dipercaya dan dapat dipergunakan sebagai landasan penyusunan itu
ialah pengalaman kita pada pelaksanaan proyek-proyek serupa pada masa-
masa yang lalu. Norma-norma hanyalah baik untuk mengawali pemikiran,
sedang pengembangan selanjutnya banyak tergantung dari perkembangan
keadaan. Makin sedikit pengalaman kita, makin banyak perubahan
penyesuaian yang perlu kita adakan sepanjang berkembangnya operasi.

Sesuai dengan maksud pembuatan rencana pendahuluan ini, maka tidak


seharusnyalah kita membuatnya secara terperinci sekali; dan memang
tidaklah mungkin (biasanya) untuk di dalam tahap ini membuat rencana
lengkap, karena data yang diperlukan untuk itu masih perlu didapatkan,
antara lain dengan mengadakan site surveys untuk pelaksanaan, penilaian-
penilaian kemampuan pelaksanaan, persetujuan anggaran yang dapat
dipergunakan, dan sebagainya.

Namun demikian, tidaklah hal ini berarti bahwa rencana ini tidak penting.
Rencana pendahuluan in» merupakan landasan kegiatan pelaksanaan yang
tergolong dalam kegiatan persiapan operasi, seperti penyusunan organisasi
kerja, persiapan lapangan, pengajuan anggaran biaya, pengadaan barang
yang sukar didapat (=langka/critical items), dan sebagainya.

Oleh karena itu, maka juga untuk pembuatannya diperlukan survey-survey


dan perhitungan-perhitungan sementara, yang tentunya tidak se-intensip
seperti yang diperlukan untuk pembuatan rencana terperinci.
5.3 PERHITUNGAN PENDAHULUAN.

Landasan bagi pembuatan rencana pendahuluan ialah visualisasi dari


bagaimana kita akan menyelenggarakan pelaksanaan tugas kita nanti;
untuk ini maka penting sekali adanya perliitungan sementara mengenai
semua dimensi yang diperlukan untuk manajemen, termasuk didalamnya:
volume pekerjaan, kemampuan pelaksanaan, waktu yang tersedia dan
anggaran yang diperlukan.

Meskipun perhitungan ini sifatnya pendaliuluan, namun mengingat


peranannya di dalam urutan-urutan tindakan manajerial, kita lidak boleh
terlalu ceroboh di dalam mengerjakannya.

Apabila kita berkedudukan sebagai kontraktor misalnya, maka selisih 10%


dari yang nyata-nyata akan dikerjakan nanti mungkin akan berarti kita
kalah di dalam tender (penawaran); dan kalau kita berkedudukan sebagai
pejabat Pemerintah, selisih yang demikian itu mungkin akan berarti
permintaan anggaran tambahan yang kalau terlalu sering diajukan,
benikibat tidak mcnguntungkan bagi konduite kita dan merugikan jejang
karier.

Agar lebih mudah mengikuti segala sesuatunya yang akan dikemukakan


menngenai perhitungan pendahuluan ini, maka pengutaraan masalahnya
akan disertai contoh yang nyata dan prinsipnya sekaligus ditrapkan di
dalam contoh itu.

Misalnya :

Unit yang akan dipergunakan disini adalah sesuatu unit penggusuran tanah
yang mcmpunyai tugas untuk mempersiapkan subgrade dan sub-base
course pada suatu proyek/kegiatan pembangunan Jalan dan Jembatan
dalm hal ini Run dan Taxy Way pada suatu lapangan udara. Petunjuk
pelaksanaan tercantum dalam Dokumen Kontrak. Gambar-gambar dan
ukuran detail akan diberikan kemudian. Pekerjaan persiapan (+ 1 bulan)
baru dapat dimulai pada bulan Juli, sedang seluruh pekerjaan harus
selesai sebelum bulan April tahun berikutnya.
Setelah diadakan survey sepintas pada waktu penunjukan, maka kita
mengadakan perhitungan-perhitungan pendahuluan dengan urut-urutannya
sebagai berikut:

5.3.1 Quantity take-off.

Yang dimaksud dengan quantity take-off ini ialah hasil perhitungan


permulaan mengenai volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Perhitungan-perhitungan ini bukan merupakan sebuah taksasi atau
perkiraan, melainkan benar-benar harus dilakukan secermat mungkin
mengingat toleransi yang dapat diberikan.

Mass diagram yang telah diberikan itu, dapat dipergunakan sebagai bahan
perbandingkansaja, mengingatkemungkinan kesalahan yang dapat saja
terjadi di dalam pembuatannya.

Melihat sumiernya petunjuk-petunjuk yang diberikan itu, maka terpaksa kita


harus menggali kembali pcngetahuan dasar kita mengenai konstruksi
lapangan terbang dan pengalaman kita di masa-masa yang lalu.

Di dalam garis besamya, pekerjaan meliputi pembuatanjalan kerjadiin


persiapan konstruksi landasan terbang di bawah base coure, yanp masing-
masinp memerlukan pekerjaan-pekerjaan pokok, yaitu: Clearing, stripping,
cut&fill dan peletakkan subbase coure.
Gambar 0-1. PETA SITUASI / LOKASI PROYEK
Gambar 0-2. PROFIL MEMANJANG DAN MASS DIAGRAM

Gambar 0-3. PROFIL MELINTANG.


a. Clearing.

 Jalan kerja, panjang 6 KM dengan lebar pengerasan jalan 8 meter;


Shoulder kanan kiri jalan - 1,5 meter dengan selokan 1 meter; Lebar total
badan jalan = 13 meter; Jumlah clearing yang perlu dikerjakan = 6.000 X
13 = 78.000 m2.

 Lapangan terbang, 150 meter,lateral clearance= 50 m (kanan/kiri); dengan


lebar total = 250 m; panjang runway = 2.000 m; Total clearing = 2.000 X
250 = 500.000 m2.

b. Stripping.

 Jalan kerja, tebal rata-rata = 20 cm; Lebar jalan = 8 + 3=11 m; jumlah


stripping = 6.000 X 11 X 0,20 = 12.000 m3.

 Lapangan terbang. Stripping hanya dilakukan sampai shoulders saja; Lebar


total (runway dan taxiway) = 110 m.

 Dan setcrusnya. kita menghitung stripping untuk pekerjaan lainnya,


misalnya apron, jalan masuk, dan sebagainya.

 Cut & fill.

Dari contours kita dapat menghitung:

cut = 0,5 x 800 x 250 x 1 = 100.000 m3 (bank measure) atau

= 80.000 m3 (compacted)

Fill = 0,5 x 800 x 250 x 2 = 200.000 m3 (compacted)

Fill (balanced) = 80.000 m3.

Fill (borrow) = 120.000 m3.


Dan seterusnya kita menghitung fill lainnya yang masih dipcrlukan.

a. Subbase. course, dibuat sampai batas shoulders.

b. 1 Jalan kerja (30 cm) = 6.000 x 11 x 0,30 = 20.000 m3.

 Runway (40 cm) = 75 x 2.000 x 0,40 = 60.000 m3 (compacted).

 Taxiway (40 cm) = 35 x 2.000 x 0,40 = 28.000 m3.

 Dan seterusnya dihitung untuk bagian-bagian lainnya.

Hasil-hasil perhitungan seperti ini dimuat di dalam suatu daftar yang merupakan
ikhtisar mengcnai volume pekerjaan seluruhnya.

Jika misalnya dipcrlukan bahan lainnya, scpcrti bahan stabilisasi. tanah dan
sebagainya, maka juga untuk ini dihitung dan dimasukkan di dalam daftar ini.
Tidak dimasukkan di dalam perhitungan di dalam tahap ini, bahan yang sifatnya
bantuan belaka, misalnya air untuk pemadatan (compaction), dan sebagainya.
Bentuk daftar quantity take-off seperti yang dimaksud tadi, dapat dibuat scbagai
bcrikut ini:
Tabel 0-1. QUANTITY TAKE OFF

Sekali lagi perlu diingatkan di sini, bahwa angka-angka di dalam quantity


take off ini tidak perlu terlalu cermat, karena sesuai dengan maknanya,
perhitungan-perhitungannya hanya diperlukan untuk mulai (=take off)
dengan perencanaan pendahuluan.

Sementara rencana pendahuluan ini dibuat (dengan tujuan untuk


mengadakan pekcrjaan (persiapan dan sebagainya), maka analisa dan
pcngumpulan data untuk pembuatan rencana terperinci yang sesungguhnya
masih terus dikerjakan.

Namun demikian, tidak satupun kegiatan boleh dilupakan di dalam


menyusun quantity take off ini, karena mungkin sekali hal itu akan
mengacaukan pelaksanaan yang akan direncanakan nanti.

5.3.2 Penilaian terhadap waktu yang tersedia.

Kegiatan perencanaan berikutnya yang perlu dilakukan setelah selesai


pembuatan daftar quantity take off tadi ialah menghitung waktu
penyelesaian masing-masing bagian pekerjaan di dalam batas-batas waktu
yang disediakan menurut petunjuk pelaksanaan. Apabila bagian yang akan
dikerjakan itu merupakan salah satu bagian dari satu proyek (seperti halnya
dengan pekerjaan penggusuran tanah kita itu),maka faktor ini perlu
diperhitungkan benar-benar, karena gagalnya kita memenuhi syarat waktu
ini, dapat berarti gagalnya pula proyek di dalam keseluruhan mencapai
sasaran di dalam waktu yang direncanakan.

Pedoman di dalam mengadakan penilaian waktu ini, dapat diketemukan di


dalam petunjuk pelaksanaan, yang antara lain menentukan:

1. Bilamana harus dimulai pekerjaan kita.

2. Di mana harus dimulai, dan

3. Bilamana seluruh pekerjaan dan/atau sebagian tertentu dari padanya


harus selesai.

Di samping itu, harus pula diperhatikan faktor-faktor yang membatasi


jumlah hari-hari yang dapat dipergunakan untuk berproduksi, demikian pula
kemampuan berproduksi dari para pelaksana kita di hari-hari tersebut.
Dari faktor yang dimaksud di atas, maka kecuali hari-hari libur dan yang
serupa, cuacalah yang merupakan yang terpenting dan sedikit banyak
dapat diperhitungkan sejak permulaan operasi.

Agar jelasnya, maka marilah kita kembali kepada contoh kita.

Data yang diterima dari Jawatan Meteorologi menunjukkan, bahwa


untuk tahun ini, hujan akan mulai turun di tempat pekerjaan pada
pertengahan bulan Nopember, sedang di bulan-bulan Januari dan Februari
tahun berikutnya, pekerjaan-pekerjaan lapangan harus dihentikan sama
sekali, efisiensi di bulan-bulan Desember dan Maret hanya dapat
diperhitungkan 50% dari normal.

Dengan data itu, maka kita dapat mulai dengan menggariskan sesuatu
jadwal coba-coba) yang nantinya perlu diperiksa berdasarkan kemampuan
pelaksana; apabila ternyata tidak cocok, maka kita perlu menggariskan
jadwal lainnya. Dengan pembatasan-pembatasa- seperti tersebut tadi, dan
juga dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang diberikan pada
petunjuk pelaksanaan, maka penjadwalan sementara ini dapat digariskan
sebagai berikut:

Semua pekerjaan clearing, stripping dan cut & fill harus sudali selesai di
dalam bulan Desemher.

Jalan kerja dari gravelpit sudah harus selesai sebelum dimulai


pengangkutan bahan-bahan CBR 30, dan 20% dari peletakan sub bate
coure ini, dapat dikerjakan pada bulan Maret khususnya untuk jalan masuk
dan platform/apron.

Jadwal sementara ini kemudian kiia cocokkan kepada perhitungan


mengenai kemampuan pelaksanaan kita.

5.3.3 Perhitungan kemampuan kita. „

Pertama-tama kita perlu mengadakan inventarisasi mengenai peralatan


pokok (major equipment) yang ada pada kita, dan dapat dipergunakan
untuk penyenggaraan operasi kita. Apabila scsudah dihitung dengan
secennat mungkin teniyata bahwa kemampuan kita masih kurang, maka
ada duaallcmatip yang dapat ditcinpuh, yaitu: mengusahakan tambahannya
atau meminta perpanjangan waktu penyelesaian berikut segala
konsekuensinya.

Alternatip lain yang dapat juga ditempuh ialah mungusulkan perubahan di


dalam design rupa, sehingga dengan tidak mengurangi mutu dari bangunan
yang akan dibuat itu, masih ada di dalam batas kemampuan pelaksanaan
kita. Untuk kembali kepada contoh kita, maka misalnya satuan pelaksana
kita ini memiliki dan dapat mengusahakan alat-alat pokok sebagai berikut:

Tabel 0-2. KEBUTUHAN ALAT BERAT

Semua alat ini secaraberangsur-angsurdapat sampai di tempot pekerjaan


pada tanggal 1 Agustus, dengan Catalan bahwa pdda 15 Juli paling sedikit
sudah dapat bekerja 5 buah bulldozer D7.

a. Clearing.

Di dalam kondisi medan seperti yang dihadapi dan efisiensi kerja dari
organisasi kita (operators, pelayanannya, keadaan alat-alatnya, dan
sebagainya), maka dapat diperhitungkan bahwa:

 D7 dapat membersihkan medan seluas 350 m /jam.

 D8 dapat membersihkan medan seluas 500 m /jam.


Kita dapat mengerahkan dua atau tiga bulldozer untuk pekerjaan
clearing ini, atau seluruh kekuatan kita dikerahkan untuk itu
(mengingat bahwa tidak ada pekerjaan yang dapat dimulai sebelum
clearing ini selesai untuk bagian yang bersangkutan), segala
sesuatunya tergantung dari bagaimana kita menjadwalkan pelaksanaan

tugas kita.

Kalau kita dapat memperhitungkan 8 jam kerja efektif tiap harinya,


maka untuk pekerjaan ini diperlukan:

640.000 m2 : (8 x 400) m2/hari = 200 hari bulldozer (D7).

b. Stripping.

Topsoil (=lapisan humus) perlu disingkirkan dulu sebelum dimulai


dengan pekerjaan penggusuran tanah (cut &fill), karena tanah ini
sangat mengganggu stabilitas dari tanah untuk konstruksi. Kecuali
kalau penimbunan cukup tinggi (di atas 2 meter), maka dapat dibiarkan
saja tertimbun tanah yang baik; juga tanah humus/toposil ini tidak
boleh tercampur dengan tanah itu yang dipergunakan juga unit fill.

Mengingat bahwa spesifikasi menentukan topsoil ini disingkirkan saja


ke tepi runway untuk nanti dipergunakan mengisi ruangan antara
taxiway dan runway tadi, maka alat yang paling baik untuk
dipergunakan stripping di sini adalali bulldozer kita.

Di dalam keadaan medan, di mana dapat digusur tanah menurun bukit,


maka sebuah D7 kita pada jarak angkut rata-rata 100 meter ini, dapat
menghasilkan 7 jam 80 — 100 m top soil. Sehingga untuk daerah
lapangan diperlukan.

44.000 m : (8 x 100) m3/hari = 55 hari bulldozer.

Catatan :

clearing dan stripping untuk jalan kerja diselenggarakan dengan 4 buah


D8, yang nanti memang ditugaskan untuk mclayani pengumpulan
bahan di tempat pengambilan tanah (borrow) dan gravelpit. Waktu
untuk ini semua dihitung = 30 hari bulldozer. Dengan demikian maka
D7 kita hanya mengerjakan lapangan saja, untuk mana memerlukan
untuk clearingnya = 120 h dozer.

c. Cut & fill.

Alat pokok yang dipergunakandisiniadalah.?cra/w.ykita. Dengan jarak


angkut rata-rata = 800 meter, maka dengan kondisi organisatoris dapat
diperhitungkan produksi sebesar 80 m3/jam (compacted) sehingga
untuk seluruh pekerjaan cut&fill diperlukan :

80.000 m3: (8 x 80 m3/hari = 125 hari scraper.

d. Fill (borrow).

Pekerjaan ini diselenggarakan dengan truck - loader units, yang


dianggap bahwa yang menentukan produksi unit adalah kemampuan
loariernyu; truck dapat disesuaikan kepada kemampuan, dan
kekurangan-kekurangan didalam jumlahnya lebih mudah diatasi
( dengan beli atau sewa).

Satu kali muat (=cycle time) oleh loader diperlukan waktu 0,75 menit
dan dengan menghitung 40 min. hari dapat diperhitungkan produksi
sebuah loader = 40 : 0.75 = 50 loads a 2 cu yd = 100 cu yds (=80 m3)
keadaan lepas.

Dengan demikian diperlukan :

120.000 m3(8 x 0,8 x 80) m3/hari = 250 hari loader.

Apabila cycletime truck untuk jarak 54 KM itu adalah 15 menit, maka


untuk sebuah loader diperlukan 18 : 3,0 = 6 buah truck.

Untuk melepaskan tanah agar dapat dimuat Ice dalam truck,


dipergunakan Dozer D8 dengan kapasitas 100 m3/jam.
e. CBR 30 material

Loading equipment yang dipergunakan untuk memuat bah an ini ke


dalam truk-truk adalah serupa dengan apa yang juga dipakai di bagian
tanah. Dengan demikian, maka jumlah bahan sebesar 1,25 X 108.000
m3 = 135 m3 itu memerlukan (135 : 120) X 250 = 270 hari loader.

Sama halnya dengan bulldozer yang harus melayani loading ini.

Cycle time truck untuk jarak 12 KM ini adalah setengah jam, sehingga
diperlukan 30 : (4 X 0,75) = 10 truck ( Tiap truck dimuat 4 kali 2 cu
yds = 8 cu yds atau = 6m3).

f. Spreading & compaction.

Scrapers kita dapat meletakkan tanah fill ini dengan lapis per lapis
setebal yang dikehendaki dan tidak memerlukan alat penolong untuk
itu; lain halnya adalah truck-truck yang hanya sekaligus dapat
menumpahkan muatannya di satu tempat saja. Oleh karena itu maka
diperlukan alat bantuan berupa bulldozer untuk meratakan hasil
angkutan truck itu .

Sebuah bulldozer dibantu dengan grader diperhitungkan cukup untuk


melayani pengrataan hasil angkutan truck-truck tanah kita.

Spesifikasi misalnya menentukan bahwa compaction sampai 90%


AASHO harus dilakukan dengan tamping roller (standard); untuk ini
maka lapisan-lapisan @ 25 cm (= 30 cm lepas) harus dipadatkan
dengan 10 pass (= lintasan).

Apabila tiap pass dilakukan pada jarak 100 m dengan kecepatan 3


KM/jam maka travel time per pass = (100 : 3000) x 60 min. = 2 rnin.
Fixed time per pass = 0,5 menit, sehingga cycle time = 2,5 menit.

Efisiensi untuk pekerjaan ini dapat diperhitungkan cukup tinggi, yaitu


50 minute hour, sehingga tiap jamnya dapat dilakukan 50/2,5 = 20
passes.

Apabila tamping roller kita (double drum) = 2 meter, maka produksinya


dihitung = 2 x 100 x 8 jam x 20 pass/jam : 10 = 3.200 m27hari.
Seluruhnya fill diletakkan di dalam lapisan @ 25 cm, sehingga seluruh
luas yang perlu dipadatkan dengan cara tersebut tadi adalah
200.000 x 0,25 = 800.000 m2.

Khususnya di proyek kita ini compaction dengan syarat 90% AASIIO


hanya diperlukan pada runway (+ 10 m kanan kiri luar shoulder),
taxiways (+ 7 m kanan kiri shoulder), apron (+ 2 m sekelilingnya), dan
jalan masuk.

Karena fill hanya terjadi pada runway dan taxiway, maka perhitungan
dibatasi pada kedua bagian itu saja,fill yang lain dipadatkan dengan
alat Iain, sekedar untuk mengurangi kemungkinan setting yang terlalu
besar.

Dengan demikian, jumlah luas yang perlu dipadatkan = 0.60 x 800.000


m2 = ±500.000 m2 dan memeriukan 500.000 m2 : 3.200 m2/hari =
160 hari roller.

Spreading CBR 30 material dilakukan dengan grader dan dilindas padat


dengan compaction (pneu) kita, lapisan 40 cm material itu dapat
dipadatkan sampai 95% AASHO dalam 5 pass.

Apabila ketentuan yang sama seperti pada tamping roller, juga


dianggap berlaku bagi compactor kita, maka dengan lebar wheel base
= 3,20 meter (efektif dihitung 3.000 saja) produksi compactor kita =
10/5X(3:2)X3.200m2= lOO.OOO m2/hari.

Seluruh luas permukaan hamparan CBR 30 material @ 40 cm adalah


320.000 m2, sehingga pekerjaan compactingnya memerlukan 32 hari
compactor. Finish rolling-nya dikerjakan dengan 3 wheel rollers kita.

5.4 KETERSEDIAAN WAKTU Vs KEMAMPUAN YANG ADA

Apabila kita menghitung jumlah hari kerja efektif dari 1 Agustus sampai 31
Desember, maka berhubung pembatasan-pembatasan mengenai hari-hari
libur dan sebagainya, kita hanya dapat menghitungkan waktu rata-rata =
25 hari/bulan.
Pada bulan Desember diperhitungkan 50 % efisiensi dari normal, jadi hanya
12 hari efektif, sedang untuk bulan November sebaiknya juga diberikan
faktor koreksi 20% dan memperhitungkan 20 hari kerja efektif saja. Dengan
dernikian, niaka tersedia sampai akhir Desember sejumlah :

3 x 25 + 20 + 12 = 107 hari.

 Pekerjaan clearing dan stripping dengan mudah dapat diselesaikan


pada tanggal 7 Agustus, sementara persiapan lainnya tlipcrhitungkan
juya selesai pada hari itu. Dengan demikian maka dicoba untuk
nieinbagi pekerjaan lainnya di dalam jangka waktu 100 hari saja.

 Cut &fill dengan scraper memerlukan waktu 63 hari dengan dua buah
yang ada pada kita; bantuan sebuah dozer D7 diperlukan sebagai
pushdozer.

 Untuk fill (borrow) dialokasikan 2 buah loader dengan dibantu 1 D8 dan


2 D7 berikut 12 truk untuk angkutannya.

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaannya


adalah 250:2 = 125 hari, yang berarti melampuai 100 hari yang dapat
disediakan untuk itu sehingga perlu dicari kemungkinan untuk bantuan
produksi yang masih belum dapat dihasilkan apabila bekerja hanya 100
hari. Tambahan produksi ini berjumlah + 30.000 m3, untuk mana
dapat dimanfaatkan.vcrtf/)er.s'619 kita setelah selesai dengan tugasnya
cut & fill.

Dengan jarak angkut 4 KM itu, maka scrapers kita dapat diperhitungkan


dapat menghasilkan 2 x 40 m3jam, atau 640 m3/hari.

Waktu yang sisa untuknya adalah 36 hari (sehari untuk pindah dan
sebagainya), maka kedua 619 kita dapat menghasilkan 36X640 =
23.000 m3; 7.000 m3 kurangnya hanya merupakan % yang kecil, dan
dapat dicarikan penyelesaiannya nanti (misalnya dengan kerja lembur,
dan sebagainya).

 Untuk pengangkutan CBR 30 material dialokasikan 3 buah loader


dengan bantuan 3 D8 berikut 32 truck. Waktu yang diperlukan = 270 :
3 = 90 hari. Sisa 10 hari dapat dipergunakan untuk membantu
angkutan tanah dan atau sebagai cadangan (time float).

Catatan:

Pekerjaan penghainparan CUR 30 material ini baru dapat dikerjakan


setelah Subgrade untuk itu telah selesai dipersiapkan, paling sedikit untuk
2 hari kerja penghamparan. Oleh karena untuk daerah cut & fill tidak
dengan demikian saja menyediakannya, maka terpaksadicarikan tempat
yang dalam waktu singkat dapat menerima pekerjaan ini. Di dalam contoh
kita ini, maka satu-satunya yang dapat dilakukan ialah penghamparan
untuk jalan kerja dan daerah 400 m runway / taxiway yang tidak
memerlukan pekerjaan cut &fill Untuk bagian lapangan ini diperlukan
waktu persiapan {grading & compacting) selama 10 hari. Cut & fill
diusahakan dapat mengimbanginya.

Untuk itu, maka sebaiknya unit angkutan CBR 30 material untuk selama 10
hari pertama (sampai tanggal 17 Agustus) diperbantukan kepada unit
angkutan tanah.

Perhitungan ini menunjukkan bahwa untuk menyclesaikan tugas pada


runway dan taxiway dapat diselesaikan sebelum 31 Desember, sehingga
sebenarnya jalan kerja tidak perlu diperkeras; waktu yang diperlukan untuk
itu dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan juga bagian lainnya (apron
dan jalan masuk), sehingga seluruh tugas temyata dapat berakhir sebelum
musim hujan.

5.5 EQUIPMENT SCHEDULE

Apabila rencana pembagian waktu sudah terdapat cocok dan dapat


dilaksanakan oleh kemampuan kita, maka dibuatlah risalah/daftar alat-alat
peralatan pokok Sebagai berikut:
Tabel 0-3. EQUIPMENT SCHEDULE.
Tabel 0-4. EQUIPMENT SCHEDULE SEMENTARA
Melihat pada risalah alat peralatan tadi, maka dengan anggapan bahwa kita
berhasil dengan mendapatkan kekurangan yang tercatat didalamnya, dapat
pula dibuat equiptment schedule yang pada hakekatnya adanya koreksi
pertama terhadap jadwal waktu yang telah dibayangkan sebelumnya.
Koreksi berikutnya terhadap schedule ini dapat dilakukan pada waktu
membuat rencana terperinci dan balikan pada saat sudah mulai dengan
operasi dengan nyata.

Perbedaan antara equipment schedule dan jadwal pelaksanaan tadi ialah


bahwa pada yang tersebut kedua tadi, titik berat diletakkan kepada
kegiatannya sendiri (jenisnya), sedang pada equipment schedule titik berat
diletakkan kepada kegiatan masing-masing jenis alat utama saja. Namun
demikian, bentuknya hampir serupa, dan pada kedua-duanya dapat
dibaca unsur pembagian waktunya.

5.6 RENCANA BIAYA / ANGGARAN.

Anggaran biaya yang dibuat di dalam tahap "Analysis" ini bertujuan untuk
mendapatkan angka yang dapat dipergunakan sebagai pengajuan
permintaan penyediaan oleh pihak pemberi perintah pelaksanaan
pekerjaan. Apabila pekerjaan akan diborongkan, maka tahap ini disebut
pretender phase dan perhitungan anggaran ini dipergunakan untuk
mengajukan penawaran(bid) oleh kontraktor.

Baik didalam hal yang Pertama mau pun yangkedua, maka perhitungan ini
narus dapat mendekati yang sesungguhnya diperlukan (actualcost), karena
banyak sekali tergantung dari hasil perhitungan ini. Telah pernah
dikemukakan bahwa meleset 100%, mungkin akan berarti kita kalah di
dalam penawaran oleh kontraktor lainnya, dan kalau pekerjaan itu akan
dilaksanakan sendiri, selisih yang terlalu besar akan menimbulkan banyak
kesulitan administratip yang akan berjalan berlarut-larut.

Lain halnya kalau petunjuk pelaksaan itu disendiri dengan detailed


engineering yang cermat dan terperinci pula, sehingga kita hanya tinggal
mempelajarinya dan menyatakan sanggup atau tidaknya kita menyelesaikan
pekerjaan itu; perubahan di kemudian hari dapat dibuat dengan menunjuk
kepada pasal-pasal di dalam detailed engineering tadi, yang tidak cocok
dengan kenyataan.

Akan tetapi, sebagai kontraktor kita tidak diberitahukan tentang cara-cara


pelaksanaan dan perincian anggaran yang telah dihitung itu, sehingga
untuk keperluan pengajuan penawaran tetap harus diadakan perhiiungan
anggaran yang tidak disertai dan diketahui oleh penelitian/wiivey yang
mendalam (sebab belum tentu kita akan mendapatkannya pekerjaan itu,
sedang survey memerlukan waktu dan hiava yang cukup tinggi).

Di dalam uraian berikut ini dianggap bahwa petunjuk pelaksanaan tidak


disertai dengan perincian yang cermat, sehingga perlu diajukan anggaran
yang tentatip (atau pengajuan penawaran) untuk keperluan penyusunan
budget pada eselon yang lebih tinggi; demikian pula waktu pembuatannya
tidak terlalu banyak, karena operasi-operasi harus sudah dimulai secepat
mungkin. Reference untuk membuat anggaran biaya ini dengan demikian
tentunya hanya terbatas kepada angka-angka standard dan pengalaman
pada pekerjaan-pekerjaan yang lalu. Perlu dikemukakan, bahwa anggaran
ini nantinya masili harus diperinci lagi untuk menetapkan masing-masing
pos di dalain otorisasi kepada satuan-satuan bawahan dan untuk keperluan
cost accounting dari pelaksanaan. Hal ini dilakukan di dalam rencana
anggaran terperinci nanti. Perhitungan biaya/anggaran pendahuluan ini
didasarkan atas angka-angka standard yang telah ditctapkan untuk masing-
masing alat sebagai berikut :
Tabel 0-5. PERHITUNGAN BIAYA
Keterangan:

Termasuk di dalam biaya overhead umum ini ialah anggaran untuk


pekerjaan yang sifatnya minor, dan yang belum dimasukkan kedalam
perhitungan tadi, dan pekerjaan pendukung (support) lainnya seperli
perbengkelan di luar routine, angkutan ke tempat pekerjaan, pemeliharaan
jalan kerja, dan sebagainya. Jumlah biaya overhead ini tidak sama bagi
masing-masing jenis pekerjaan, dan berkisar antara 25-35% dan
tergantung juga dari tingkatan ketelitian dari perhitungan anggaran
pendahuluan ini. Untuk kontraktor, maka pada jumlah yang didapat tadi
masih perlu ditambah pula dengan pajak dan keuntungan. Depresiasi alat
peralatan dan bunga investasi sudah termasuk di dalam perhitungan
anggaran pokok.

5.7 PENYELIDIKAN DAERAH KERJA LEBIH LANJUT.

Pada saat kegiatan ini dilakukan, otorisasi untuk mulai kerja sudah
diberikan, berdasarkan rencana apggaran yang telah diajukan. Atau, kalau
kita ini berkedudukan sebagai kontraktor, kita telah dinyatakan menang di
dalam tender. Sebelum kita lebih lanjut meneruskan dengan uraian
mengenai masalah ini, maka lcbih dulu marilah kita menyesuaikan lebih
dulu pengertian kita mengenai beberapa istilah sebagai berikut:

 daerah kerja = proyect site, menunjukkan sesuatu daerah dengan


mengutamakan pdmbatasan daerah kegiatan dan usaha.

 medan kerja = terrain, menunjukkan daerah itu dengan mengutamakan


sifat-sifat permukaannya, misalnya medan berbukit, rata dan becek
bersawah, drainase baflc, tanah berpasix, berbatu-batu, tumbuh-
tumbuhan/pepohonan jarangdan sebagainya.

 Lapangan = field, terutama dititik beratkan kepada usaha untuk


membedakannnya dengan di dalam ruangan/kantor.

Barangkali, pengertian-pengertian mengenai istilah-istilah ini belum dapat


di terima secara umuin, sehingga baiklah kita anggap berlaku, terbatas di
dalam buku ini saja. Tujuan dari penyclidikan ini ialah untuk keperluan
pembuatan rcncana yang terperinci pula, dan yang akan dipergunakan
sebagai dasar pcnyusunan program perasi. Hal ini akan diterangkan
kcmudian. Perlu dikcmuk;ikan di sini bahwa penyclidikan mengenai physical
properties dari tanah dan bahan-bahan lain yang akan dipergunakan, lidak
termasuk di dalam kegiatan penyelidikan olch satuan pelaksana/kontraktor,
karena biasanya sudah dikerjakan oleh laboratorium dari eselon yang lebih
tinggi atau konsultannya. Penyelidikan pencocokan oleh
pelaksana/kontraktor dapat dikerjakan nanti sambil penyelenggaraan
operasi konstruktipnya.

5.8 PEMERIKSAAN LAPANGAN

5.8.1 Prinsip Dasar

Penyedia Jasa harus menyediakan personil ahli teknik untuk memperlancar


pelaksanaan pekerjaan sehingga diperoleh mutu, kinerja dan dimensi sesuai
yang disyaratkan dalam ketentuan.

Pada awal pelaksanaan pekerjaan, personil tersebut harus disertakan dalam


pelaksanaan suatu survai lapangan yang lengkap dan menyiapkan laporan
hasil survai lapangan untuk menentukan kondisi fisik dan struktur
perkerasan lama dan fasilitas drainase yang bersangkutan. Dengan
demikian akan memungkinkan Direksi Pekerjaan melaksanakan revisi minor
dan menyelesaikan serta menerbitkan detil pelaksanaan sebelum kegiatan
pelaksanaan dimulai. Selanjutnya personil tersebut harus disertakan dalam
pematokan (staking out) dan survai seluruh proyek, investigasi dan
pengujian bahan tanah dan campuran aspal, dan rekayasa serta
penggambaran untuk menyimpan Dokumen Rekaman Proyek. Direksi
Pekerjaan harus disertakan pada Saat Survai c) Survai harus dilaksanakan
di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan, yang harus menjamin bahwa
semua kondisi yang ada telah dicatat dengan baik dan teliti. Formulir
pelaporan kondisi tersebut harus dalam formulir yang dapat diterima Direksi
Pekerjaan.
5.9 PENINJAUAN KEMBALI RANCANGAN

Selama 30 hari pertama sejak periode mobilisasi. Penyedia Jasa harus


mengerahkan personil tekniknya untuk melakukan survai lapangan dan
membuat laporan tentang kondisi fisik dan struktur dari perkerasan,
drainase selokan, gorong-gorong, jembatan dan struktur lainnya, dan
perlengkapan jalan lainnya seperti rambu jalan, patok kilometer, pagar
pengaman. Pekerjaan survai lapangan ini harus dilaksanakan pada seluruh
panjang jalan dalam lingkup Kontrak, dan harus mencakup berikut ini,
tetapi tidak terbatas pada :

5.9.1 Pengkajian terhadap Persiapan dan Gambar

Penyedia Jasa harus mempelajari Gambar asli yang terdapat dalam


Dokumen Kontrak dan berkonsultasi dengan Direksi Pekerjaan sebelum
pekerjaan survai dimulai. Gambar ini harus diantisipasi terhadap perubahan
kecil pada alinyemen, ruas dan detil yang mungkin terjadi selama
pelaksanaan.

Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud dari


Gambar dan Spesifikasi, dan tidak boleh mengambil keuntungan atas setiap
kesalahan atau kekurangan dalam Gambar atau perbedaan antara Gambar
dan Spesifikasi. Penyedia Jasa harus menandai dan memperbaiki setiap
kesalahan atau kekurangan, terutama yang berhubungan dengan lebar
perkerasan lama dan lokasi serta arah setiap pelebaran perkerasan dan
struktur untuk drainase. Direksi Pekerjaan akan melakukan perbaikan dan
interpretasi untuk melengkapi Spesifikasi dan Gambar ini. Bilamana dimensi
yang diberikan dalam Gambar dapat dihitung, pengukuran berdasarkan
skala tidak boleh digunakan kecuali bila disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Setiap penyimpangan dari Gambar sehubungan dengan kondisi lapangan
yang tidak terantisipasi akan ditentukan dan diperintahkan secara tertulis
oleh Direksi Pekerjaan. Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan harus
mencapai kesepakatan terhadap ketepatan atas setiap perubahan yang
diambil terhadap Gambar dalam Kontrak ini.
5.9.2 Kondisi Perkerasan Lama dan Geometri Jalan

Penyedia jasa harus melakukan survai inventarisasi geometrik jalan


perkotaan sesuai Pd T-16-2004-B atau menggunakan pedoman lain yang
setara untuk jalan antar kota. Dalam hal tidak ditemukannya pedoman yang
setara untuk jalan antar kota, Penyedia Jasa dapat menggunakan Pd T-16-
2004-B atas persetujuan Direksi.

Survai kondisi rinci jalan beraspal di perkotaan merujuk pada Pd T-21-2004-


B atau penggantinya. Survai kekuatan perkerasan dari perkerasan
berpenutup aspal pada jalan antar kota dilakukan dengan pengujian
lendutan dengan alat Benkelman Beam atau alat lain yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.

Survai kekuatan perkerasan tidak berpenutup aspal atau perkerasan


berpenutup aspal yang sudah rusak dengan pengujian Skala Dynamic Cone
Penetrometer (DCP) yang harus dikalibrasi terlebih dahulu menurut jenis
tanahnya atau metode lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Survai kekasaran permukaan perkerasan diwajibkan menggunakan alat


pengukur kekasaran secara otomatis (NAASRA Roughometer), atau
peralatan sejenis lainnya. Catatan dari nomor registrasi dan faktor kalibrasi
dari kendaraan uji yang digunakan maupun semua bacaan roughometer
aktual harus dimasukkan ke dalam laporan Penyedia Jasa yang akan
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan, bersama dengan nilai rata-rata
kekasaran untuk tiap kilometer dan hasil perhitungan International
Roughness Index (IRI) untuk tiap kilometer.

Bilamana diminta oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa harus


melakukan pengujian pada jalan dengan “proof rooling” (pembebanan
dengan kendaraan berjalan untuk mengetahui lendutan secara visual).
5.9.3 Sistem Drainase Yang Ada

Jenis, bentuk, ukuran, dan profil memanjang dari semua selokan samping
di sepanjang kedua sisi jalan.

Jenis, bentuk, ukuran, lokasi, panjang, dan kondisi gorong-gorong,


termasuk detil dari setiap struktur tembok kepala dan lantai apron.

Penyedia Jasa harus melakukan survai ketinggian (level) dan survai


memanjang pada kedua sisi jalan dan harus menyiapkan gambar potongan
memanjang yang akurat dan menggambarkan profil permukaan tanah asli
dan profil lantai dasar (invert profile) selokan dan detil penampang
melintang dari semua selokan yang ada. Gambar penampang memanjang
harus diambil sepanjang lantai dasar (invert) dari semua selokan dan
saluran air, dan juga harus ditentukan hulu dan hilir lantai dasar (invert),
dan dimensi dalam dari semua saluran gorong-gorong atau sungai dalam
batas pekerjaan dalam Kontrak ini. Jarak antara pada pembacaan
ketinggian sepanjang profil penampang memanjang maksimum 25 meter.

Gambar penampang memanjang sepanjang kedua sisi jalan yang telah


disiapkan harus dalam bentuk standar yang dapat diterima Direksi
Pekerjaan dan harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan dengan jumlah
satu asli dan tiga salinan sebagai bagian dari laporan survai Penyedia Jasa.

5.9.4 Pekerjaan Perlindungan Talud

Untuk daerah berbukit atau bergunung, Penyedia Jasa harus melakukan


survai detil terhadap talud alam atau buatan yang diperkirakan tidak stabil
dan membutuhkan pekerjaan perlindungan talud.

5.9.5 Jembatan Lama

Jenis, dimensi, dan lokasi jembatan di sepanjang lingkup Kontrak. Detil


kondisi struktur setiap jembatan dan setiap elemen dalam struktur yang
sangat membutuhkan pekerjaan pengembalian kondisi.
5.10 PERLENGKAPAN JALAN LAMA

Lokasi dan fungsi detil dari semua marka jalan lama, paku jalan (road
studs), dan mata kucing (reflectorised studs). Lokasi dan detil semua patok
kilometer, patok pengarah, kerb, trotoar, median. Lokasi, jenis, dan dimensi
detil dari semua rel pengaman.

5.11 PEKERJAAN SURVEI PELAKSANAAN RUTIN

Setelah Direksi Pekerjaan menyelesaikan revisi minor dan menerbitkan


gambar kerja, Penyedia Jasa harus yakin bahwa juru ukur (surveyor) yang
telah dilengkapi dengan semua gambar yang berisi informasi yang paling
mutakir tentang lebar perkerasan yang diperlukan dan potongan melintang
standar. Semua pengukuran survai lapangan harus dicatat dalam buku
catatan standar untuk survai lapangan. Lembar halaman yang terlepas tidak
boleh digunakan.

Periksalah Stasiun (Sta) pada setiap patok kilometer lama siapkan sebuah
denah yang menunjukkan dengan pasti posisi setiap patok kilometer yang
berhubungan dengan Chainage Sta proyek. Dalam keadaan bagaimanapun,
patok kilometer lama tidak boleh dipindah atau digeser selama Periode
Kontrak, kecuali kalau mutlak dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan
yang sebagaimana mestinya.

Pada lokasi di mana pekerjaan yang akan diadakan perbaikan tepi


perkerasan atau pelebaran, penampang melintang asli dari jalan lama harus
diukur dan dicatat untuk perhitungan kuantitas.

Untuk pengukuran semua lapis perata, dan bilamana diperlukan


penyesuaian punggung jalan, harus diadakan pengukuran profil memanjang
sepanjang sumbu jalan bersama dengan dan profil penampanag melintang.
5.12 PENETAPAN TITIK PENGUKURAN

Pada umumnya, alinyemen jalan lama, permukaan jalur lalu lintas


(carriageway surface), dan patok kilometer lama harus menjadi patokan
untuk memulai pekerjaan pemeliharaan rutin, kecuali bila diperlukan
perubahan kecil pada alinyemen jalan, maka dalam hal ini diperlukan titik
kontrol sementara yang akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan dan data-
data detilnya akan diserahkan kepada Penyedia Jasa bersama dengan
semua data yang bersangkutan untuk menentukan titik pengukuran pada
alinyemen yang akan diubah.

Jika dipandang perlu menurut pendapat Direksi Pekerjaan maka Penyedia


Jasa harus melakukan survai dengan akurat dan memasang “Bench Mark”
(BM) pada lokasi tertentu di sepanjang proyek untuk memungkinkan revisi
minor terhadap Gambar, pengukuran ketinggian permukaan perkerasan
atau penetapan titik pengukuran (setting out) yang akan dilakukan. BM
permanen harus dibuat di atas tanah yang tidak akan mudah bergeser.

Penyedia Jasa harus memasang titik patok pelaksanaan yang menunjukkan


garis dan ketinggian untuk pekerjaan perbaikan tepi perkerasan, lebar
bahu, dan drainase saluran samping sesuai dengan penampang melintang
standar yang diberikan dalam Gambar dan harus mendapatkan persetujuan
Direksi Pekerjaan sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Jika menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, diperlukan perubahan setiap garis dan
ketinggian, baik sebelum maupun sesudah penempatan patok, maka Direksi
Pekerjaan akan mengeluarkan perintah yang terinci kepada Penyedia Jasa
untuk melaksanakan perubahan tersebut dan Penyedia Jasa harus
mengubah penempatan patok sambil menunggu persetujuan lebih lanjut.

Bilamana diperlukan untuk tujuan pengukuran kuantitas, maka Penyedia


Jasa harus melakukan pengukuran penampang melintang pada permukaan
tanah asli dalam interval 25 m, atau jika diperintahkan lain oleh Direksi
Pekerjaan.

Profil yang diterbitkan harus digambar di atas kertas kalkir dengan skala,
ukuran dan tata letak (layout) sebagaimana yang ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan. Gambar penampang melintang harus menunjukkan elevasi
permukaan akhir yang diusulkan, yang diperoleh dari gambar detil
rancangan.

Gambar profil asli bersama dengan tiga salinannya harus diserahkan kepada
Direksi Pekerjaan. Direksi Pekerjaan akan menandatangani satu salinan
untuk disetujui atau untuk direvisi, dan selanjutnya dikembalikan kepada
Penyedia Jasa.

Bilamana Direksi Pekerjaan memandang perlu, maka Penyedia Jasa harus


menyediakan semua instrumen, personil, pekerja dan bahan yang mungkin
diperlukan untuk memeriksa penetapan titik pengukuran atau untuk setiap
pekerjaan relevan lainnya yang harus dilakukan.

5.13 TENAGA AHLI

a) Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga ahli dalam bidang konstruksi


yang berpengalaman, untuk mengarahkan dan mengatur kegiatan
pekerjaan perbaikan tepi perkerasan, pelaksanaan lapis ulang, termasuk
lapis perata, dan pelaksanaan bahu jalan, saluran samping dan struktur
untuk drainase.

b) Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga ahli dalam bidang tanah/aspal


yang bertanggungjawab atas produksi aspal beton, termasuk pengadaan
bahan, pembuatan rumus perbandingan campuran, penyetelan bukaan
penampung dingin dan panas dan semua kebutuhan lainnya untuk
menjamin agar persyaratan campuran aspal panas dapat dipenuhi.

5.14 PENGENDALIAN MUTU BAHAN

Personil bidang tanah/aspal yang disediakan Penyedia Jasa harus


melakukan investigasi sumber bahan, membuat rancangan campuran
percobaan untuk campuran aspal panas, dan secara rutin melakukan
pengujian laboratorium untuk pengendalian mutu bahan aspal, pondasi dan
bahu jalan. Catatan harian dan arsip hasil pengujian harus disimpan dan
setiap saat dapat ditunjukkan kepada Direksi Pekerjaan jika ada
pemeriksaan.
Seluruh pengujian laboratorium harus dilakukan oleh Penyedia Jasa di
bawah pengawasan Direksi Pekerjaan seperti diuraikan dalam Pasal 1.2.6
dari Spesifikasi.

Anda mungkin juga menyukai