Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lanjut Usia


Menurut UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 ayat 1 ”Manusia usia
lanjut (glowing old) adalah seseorang yang karena usianya mengalami
perubahan biologis, fisik, sikap, perubahan akan memberikan pengaruh pada
keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan ” (Munawaroh, 2017).
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas baik pria maupun wanita. Sedangkan
Departeman kesehatan RI menyebutkan seseorang dikatakan berusia lanjut
usia dimulai dari usia 55 tahun keatas. Menurut Badan Kesehatan Dunia
(WHO) usia lanjut dimulai dari usia 60 tahun (Indriana, 2012).
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang
ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan
terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan
daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual
(Efendi, 2009 di kutip dalam Munawaroh, 2017).
Jadi, lansia merupakan suatu proses penuaan pada kehidupan
seseorang baik perempuan atau laki-laki saat berusia 60 tahun. Yang ditandai
dengan menurunnya daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap
serangan penyakit.

2.2 Batasan Umur Lanjut Usia


Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) di kutip dalam
Munawaroh (2017) batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur
lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1
ayat 2 yang berbunyi “ Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia
60 (enam puluh) tahun ke atas ”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut
1) Usia pertengahan : 45-59 tahun
2) Lanjut usia : 60 – 74 tahun
3) Lanjut usia tua : 75- 90 tahun
4) Usia sangat tua : diatas 90 tahun
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu:
1) Fase inventus : 25-40 tahun
2) Fase virilities : 40-55 tahun
3) Fase presenium : 55-65 tahun
4) Fase Senium : 65 hingga tutup usia
d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric
age) > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri
dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu :
1) Young old : 70-75 tahun
2) Old : 75-80 tahun
3) Very old : >80 tahun

2.3. Teori-Teori Proses Penuaan


Menurut Maryam, dkk (2008) di kutip dalam Munawaroh (2017) ada
beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu : teori biologi,
teori psikologi, teori sosial, dan teori spiritual.
a. Teori biologis
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology
slow theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang.
1) Teori genetik dan mutasi. Menurut teori genetik dan mutasi, semua
terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua
terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh
molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami
mutasi.
2) Immunology slow theory. Menurut immunology slow theory, sistem
imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus
ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
3) Teori stres. Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat
hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan
tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan
usaha, dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
4) Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas,
tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkanoksidasi
oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal
ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
5) Teori rantai silang. Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi
kimia sel-sel yang tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya
jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas
kekacauan, dan hilangnya fungsi sel.
b. Teori psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya
penurunan dan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan
kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit
untuk dipahami dan berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan
interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi sistem
sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima,
memproses, dan merespons stimulus sehingga terkadang akan muncul
aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.
c. Teori social
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan,
yaitu :
1) Teori interaksi sosial. Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia
bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang
dihargai masyarakat. Pada lansia, kekuasaan dan prestasinya
berkurang sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga
berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka
untuk mengikuti perintah.
2) Teori penarikan diri. Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang
diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan
seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di
sekitarnya.
3) Teori aktivitas. Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses
bergantung bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam
melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih
penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.
4) Teori kesinambungan. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup
seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia
menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan
harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah menjadi
lansia.
5) Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana
proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana
jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat
bernilai positif ataupun negatif. Akan tetapi, teori ini tidak
menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau yang
seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.
6) Teori stratifikasi usia. Keunggulan teori stratifikasi usia adalah
bahwa pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik dan dapat
dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok dan
bersifat makro. Setiap kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang
demografi dan keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya.
Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk
menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat
kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas dan
kelompok etnik.
d. Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada
pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu
tentang arti kehidupan.

2.4 Tahapan Proses Penuaan


Proses penuaan dapat berlangsung melalui tiga tahap sebagai
berikut (Pangkahila, 2007 di kutip dalam Munawaroh, 2017):
1) Tahap Subklinik (usia 25-35 tahun)
Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai
menurun, yaitu hormon testosteron, growth hormon dan hormon
estrogen. Pembentukan radikal bebas dapat merusak sel dan DNA
mulai mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari
luar, karena itu pada usia ini dianggap usia muda dan normal
2) Tahap Transisi (usia 35-45 tahun)
Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25%. Massa otot
berkurang sebanyak satu kilogram tiap tahunnya. Pada tahap ini orang
mulai merasa idak muda lagi dan tampak lebih tua. Kerusakan oleh
radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang dapat
mengakibatkan penyakit seperti kanker, radang sendi, berkurangnya
memori, penyakit jantung koroner dan diabetes.
3) Tahap Klinik (usia 45 tahun ke atas)
Pada tahap ini penurunan kadar hormone terus berlanjut yang
meliputi DHEA, melatonin, growth hormon, testosteron, estrogen dan
juga hormon tiroid. Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan
penyerapan bahan makanan, vitamin dan mineral. Penyakit kronis
menjadi lebih nyata, sistem organ tubuh mulai mengalami kegagalan.

2.5 Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Penuaan Seseorang


Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Perlu hati-hati
dalam mengidentifikasi penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan
fisiologis, diharapkan mereka tua dalam keaadaan sehat. Ada faktor-faktor
risiko yang mempengaruhi penuaan seseorang (Sabila, 2016) yaitu:
a. Faktor endogen, yaitu faktor bawaan (keturunan) yang berbeda pada
setiap individu. Faktor inilah yang mempengaruhi perbedaan efek menua
pada setiap individu, dapat lebih cepat atau lebih lambat. Seperti
seseorang yang mempunyai bawaan penuaan dini, penyakit tertentu,
perbedaan tingkat intelegensia, warna kulit dan tipe kepribadian.
Seseorang yang memahami adanya faktor keturunan yang dapat
mempercepat proses penuaan harus lebih hati-hati. Ia harus berusaha
menangkal efek negatif yang ditimbulkan oleh genetiknya. Misalnya,
seseorang yang mempunyai keturunan terkena diabetes atau obesitas
maka perilaku pola makan, aktivitas atau perilaku lainnya tidak bisa sama
dengan orang yang berisiko.
Faktor intelegensia sedikit banyak mempengaruhi proses
penuaan. Umumnya orang berintelegensia tinggi cenderung memiliki
pola pikir kedepan yang lebih baik sehingga berusaha menetapkan pola
hidup sehat. Ras kulit juga akan mempengaruhi kecepatan proses
penuaan. Golongan kulit putih mempunyai risiko terserang osteoporosis
lebih tinggi dari pada kulit hitam. Perbedaan tipe kepribadian dapat juga
memicu seseorang lebih awal memasuki masa lansia. Kepribadian yang
selalu ambisius, senantiasa dikejar-kejar tugas, cepat gelisah, mudah
tersinggung, cepat dewasa dan sebagainya akan mendorong seseorang
cepat stres dan frustasi. Akibatnya, orang tersebut mudah mengalami
berbagi penyakit.
b. Faktor eksogen, yaitu faktor luar yang dapat mempengaruhi penuaan.
Biasanya faktor lingkungan, sosial budaya dan gaya hidup.
Misalnya, diet atau asupan gizi, merokok, polusi, obat-obatan maupun
dukungan sosial. Faktor lingkungan dan gaya hidup berpengaruh kuat
dalam menangkal proses penuaan. Tidak heran bila untuk menyangkal
proses penuaan dilakukan dengan cara menyiasati faktor ini.

2.6 Perubahan – perubahan lanjut usia ( Dikutip Munawaroh, 2017)


a. Perubahan fisik
1) Sel
a) Lebih sedikit jumlahnya.
b) Lebih kecil ukurannya.
c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh
2) Sistem persyarafan
a) Cepatnya menurun hubungan persyarafan.
b) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khusunya dengan
stres.
c) Mengecilnya syaraf panca indra
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya syaraf penciuman, dan perasa lain sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap suhu dingin.
3) Sistem pendengaran
a) Prebiaskusis atau gangguan pada pendengaran.
b) Membran tympani menjadi atropi.
c) Terjadinya pengumpulan serumen yang dapat mengeras karena
meningkatnya kerotin.
4) Sistem penglihatan
a) Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnyarespon terhadap sinar.
b) Kornea lebih terbentuk sefris atau bola.
c) Lensa lebih suram.
d) Meningkatnya ambang peningkatan sinar.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapang pandang
5) Sistem kardiovaskular
a) Katub jantung menebal dan menjadi kaku akibat akumulasi lipid.
b) Kemampuan memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
c) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
d) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi
dari pembuluh darah perifer.
6) Sistem respirasi
a) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b) Menurunnya aktifitas silia.
c) Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas berat, kapasitas
pernafasan maksimal menurun.
d) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e) O2 pada areteri menurun menjadi 75 mmHg.
f) CO2 pada arteri tidak berganti.
g) Kemampuan untuk batuk berkurang
7) Sistem gastrointestinal
Pada lansia akan terjadi menurunya selara makan , seringnya
terjadi konstipasi, menurunya produksi air liur (Saliva) dan gerak
peristaltic usus juga menurun.
8) Sistem genitourinaria
Pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan sehingga aliran
darah ke ginjal menurun.
9) Sistem musculoskeletal
Pada lansia tulang akan kehilangan cairan dan makin rapuh,
keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian kaku dan tendon
mengerut.
b. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental
1) Pertama-tama perubahan fisik, khusunya organ perasa.
2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Keturunan.
5) Lingkungan
c. Perubahan psikososial
1) Pensiun.
2) Merasakan atau sadar akan kematian.
3) Perubahan cara hidup yaitu memasuki rumah bergerak lebih sempit.
4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan.
5) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
6) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial sehingga timbul
depresi.
7) Gangguan syaraf panca indra timbul kebutaan dan ketulian.
8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
9) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman-
teman dan keluarga.
10) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik.
d. Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow dikutip Munawaroh, 2017).
2) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal initerlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zenter
dikutip Munawaroh, 2017).
e. Perubahan intelektual
Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012)
yang di kutip dalam Munawaroh (2017), akibat proses penuaan juga akan
terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti perubahan intelegenita
Quantion (IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami penurunan sehingga
lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal,
pemecehan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang.
Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan , karena penurunan
kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima
rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk
mengingat pada lansia juga menurun.

Dapusku

L. Munawaroh. 2017. Teori Dan Konsep Dasar Lanjut Usia. Di akses tanggal 4
September 2019. http://repository.unimus.ac.id

Indriana, 2012. Asuhan_Keperawatan_Pada_Lansia_Dengan_Impecunity. Di


akses tanggal 4 September 2019
Jazmi, Sabila Maola. 2016. Faktor Resiko Terjadinya Penuaan
Kholifah, Siti Nur. 2016. Keperawatan Gerontik.

Anda mungkin juga menyukai