Menurut UU Kesehatan nomor 23 tahun 1992 ayat 1 ”Manusia usia lanjut (glowing old) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, sikap, perubahan akan memberikan pengaruh pada keseluruhan aspek kehidupan termasuk kesehatan ” (Munawaroh, 2017). Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas baik pria maupun wanita. Sedangkan Departeman kesehatan RI menyebutkan seseorang dikatakan berusia lanjut usia dimulai dari usia 55 tahun keatas. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) usia lanjut dimulai dari usia 60 tahun (Indriana, 2012). Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009 di kutip dalam Munawaroh, 2017). Jadi, lansia merupakan suatu proses penuaan pada kehidupan seseorang baik perempuan atau laki-laki saat berusia 60 tahun. Yang ditandai dengan menurunnya daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap serangan penyakit.
2.2 Batasan Umur Lanjut Usia
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) di kutip dalam Munawaroh (2017) batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut: a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang berbunyi “ Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas ”. b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat kriteria berikut 1) Usia pertengahan : 45-59 tahun 2) Lanjut usia : 60 – 74 tahun 3) Lanjut usia tua : 75- 90 tahun 4) Usia sangat tua : diatas 90 tahun c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu: 1) Fase inventus : 25-40 tahun 2) Fase virilities : 40-55 tahun 3) Fase presenium : 55-65 tahun 4) Fase Senium : 65 hingga tutup usia d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age) > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu : 1) Young old : 70-75 tahun 2) Old : 75-80 tahun 3) Very old : >80 tahun
2.3. Teori-Teori Proses Penuaan
Menurut Maryam, dkk (2008) di kutip dalam Munawaroh (2017) ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu : teori biologi, teori psikologi, teori sosial, dan teori spiritual. a. Teori biologis Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang. 1) Teori genetik dan mutasi. Menurut teori genetik dan mutasi, semua terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. 2) Immunology slow theory. Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. 3) Teori stres. Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai. 4) Teori radikal bebas. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkanoksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi. 5) Teori rantai silang. Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan, dan hilangnya fungsi sel. b. Teori psikologi Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya penurunan dan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespons stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada. c. Teori social Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu : 1) Teori interaksi sosial. Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Pada lansia, kekuasaan dan prestasinya berkurang sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah. 2) Teori penarikan diri. Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya. 3) Teori aktivitas. Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan. 4) Teori kesinambungan. Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia. 5) Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif ataupun negatif. Akan tetapi, teori ini tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut. 6) Teori stratifikasi usia. Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro. Setiap kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang demografi dan keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya. Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik. d. Teori spiritual Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan.
2.4 Tahapan Proses Penuaan
Proses penuaan dapat berlangsung melalui tiga tahap sebagai berikut (Pangkahila, 2007 di kutip dalam Munawaroh, 2017): 1) Tahap Subklinik (usia 25-35 tahun) Pada tahap ini, sebagian besar hormon di dalam tubuh mulai menurun, yaitu hormon testosteron, growth hormon dan hormon estrogen. Pembentukan radikal bebas dapat merusak sel dan DNA mulai mempengaruhi tubuh. Kerusakan ini biasanya tidak tampak dari luar, karena itu pada usia ini dianggap usia muda dan normal 2) Tahap Transisi (usia 35-45 tahun) Pada tahap ini kadar hormon menurun sampai 25%. Massa otot berkurang sebanyak satu kilogram tiap tahunnya. Pada tahap ini orang mulai merasa idak muda lagi dan tampak lebih tua. Kerusakan oleh radikal bebas mulai merusak ekspresi genetik yang dapat mengakibatkan penyakit seperti kanker, radang sendi, berkurangnya memori, penyakit jantung koroner dan diabetes. 3) Tahap Klinik (usia 45 tahun ke atas) Pada tahap ini penurunan kadar hormone terus berlanjut yang meliputi DHEA, melatonin, growth hormon, testosteron, estrogen dan juga hormon tiroid. Terjadi penurunan bahkan hilangnya kemampuan penyerapan bahan makanan, vitamin dan mineral. Penyakit kronis menjadi lebih nyata, sistem organ tubuh mulai mengalami kegagalan.
2.5 Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Penuaan Seseorang
Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Perlu hati-hati dalam mengidentifikasi penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis, diharapkan mereka tua dalam keaadaan sehat. Ada faktor-faktor risiko yang mempengaruhi penuaan seseorang (Sabila, 2016) yaitu: a. Faktor endogen, yaitu faktor bawaan (keturunan) yang berbeda pada setiap individu. Faktor inilah yang mempengaruhi perbedaan efek menua pada setiap individu, dapat lebih cepat atau lebih lambat. Seperti seseorang yang mempunyai bawaan penuaan dini, penyakit tertentu, perbedaan tingkat intelegensia, warna kulit dan tipe kepribadian. Seseorang yang memahami adanya faktor keturunan yang dapat mempercepat proses penuaan harus lebih hati-hati. Ia harus berusaha menangkal efek negatif yang ditimbulkan oleh genetiknya. Misalnya, seseorang yang mempunyai keturunan terkena diabetes atau obesitas maka perilaku pola makan, aktivitas atau perilaku lainnya tidak bisa sama dengan orang yang berisiko. Faktor intelegensia sedikit banyak mempengaruhi proses penuaan. Umumnya orang berintelegensia tinggi cenderung memiliki pola pikir kedepan yang lebih baik sehingga berusaha menetapkan pola hidup sehat. Ras kulit juga akan mempengaruhi kecepatan proses penuaan. Golongan kulit putih mempunyai risiko terserang osteoporosis lebih tinggi dari pada kulit hitam. Perbedaan tipe kepribadian dapat juga memicu seseorang lebih awal memasuki masa lansia. Kepribadian yang selalu ambisius, senantiasa dikejar-kejar tugas, cepat gelisah, mudah tersinggung, cepat dewasa dan sebagainya akan mendorong seseorang cepat stres dan frustasi. Akibatnya, orang tersebut mudah mengalami berbagi penyakit. b. Faktor eksogen, yaitu faktor luar yang dapat mempengaruhi penuaan. Biasanya faktor lingkungan, sosial budaya dan gaya hidup. Misalnya, diet atau asupan gizi, merokok, polusi, obat-obatan maupun dukungan sosial. Faktor lingkungan dan gaya hidup berpengaruh kuat dalam menangkal proses penuaan. Tidak heran bila untuk menyangkal proses penuaan dilakukan dengan cara menyiasati faktor ini.
2.6 Perubahan – perubahan lanjut usia ( Dikutip Munawaroh, 2017)
a. Perubahan fisik 1) Sel a) Lebih sedikit jumlahnya. b) Lebih kecil ukurannya. c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh 2) Sistem persyarafan a) Cepatnya menurun hubungan persyarafan. b) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi khusunya dengan stres. c) Mengecilnya syaraf panca indra Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman, dan perasa lain sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap suhu dingin. 3) Sistem pendengaran a) Prebiaskusis atau gangguan pada pendengaran. b) Membran tympani menjadi atropi. c) Terjadinya pengumpulan serumen yang dapat mengeras karena meningkatnya kerotin. 4) Sistem penglihatan a) Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnyarespon terhadap sinar. b) Kornea lebih terbentuk sefris atau bola. c) Lensa lebih suram. d) Meningkatnya ambang peningkatan sinar. e) Hilangnya daya akomodasi. f) Menurunnya lapang pandang 5) Sistem kardiovaskular a) Katub jantung menebal dan menjadi kaku akibat akumulasi lipid. b) Kemampuan memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. c) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. d) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer. 6) Sistem respirasi a) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku. b) Menurunnya aktifitas silia. c) Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas berat, kapasitas pernafasan maksimal menurun. d) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang. e) O2 pada areteri menurun menjadi 75 mmHg. f) CO2 pada arteri tidak berganti. g) Kemampuan untuk batuk berkurang 7) Sistem gastrointestinal Pada lansia akan terjadi menurunya selara makan , seringnya terjadi konstipasi, menurunya produksi air liur (Saliva) dan gerak peristaltic usus juga menurun. 8) Sistem genitourinaria Pada lansia ginjal akan mengalami pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal menurun. 9) Sistem musculoskeletal Pada lansia tulang akan kehilangan cairan dan makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek, persendian kaku dan tendon mengerut. b. Perubahan mental Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental 1) Pertama-tama perubahan fisik, khusunya organ perasa. 2) Kesehatan umum. 3) Tingkat pendidikan. 4) Keturunan. 5) Lingkungan c. Perubahan psikososial 1) Pensiun. 2) Merasakan atau sadar akan kematian. 3) Perubahan cara hidup yaitu memasuki rumah bergerak lebih sempit. 4) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan. 5) Penyakit kronis dan ketidakmampuan. 6) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial sehingga timbul depresi. 7) Gangguan syaraf panca indra timbul kebutaan dan ketulian. 8) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan. 9) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman- teman dan keluarga. 10) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik. d. Perubahan spiritual 1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow dikutip Munawaroh, 2017). 2) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal initerlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zenter dikutip Munawaroh, 2017). e. Perubahan intelektual Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012) yang di kutip dalam Munawaroh (2017), akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada kemampuan otak seperti perubahan intelegenita Quantion (IQ) yaitu fungsi otak kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal, pemecehan masalah, konsentrasi dan kesulitan mengenal wajah seseorang. Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan , karena penurunan kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.
Dapusku
L. Munawaroh. 2017. Teori Dan Konsep Dasar Lanjut Usia. Di akses tanggal 4 September 2019. http://repository.unimus.ac.id
Indriana, 2012. Asuhan_Keperawatan_Pada_Lansia_Dengan_Impecunity. Di
akses tanggal 4 September 2019 Jazmi, Sabila Maola. 2016. Faktor Resiko Terjadinya Penuaan Kholifah, Siti Nur. 2016. Keperawatan Gerontik.