Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“PEMBATASAN KETERBUKAAN IDEOLOGI”

Disusun oleh:
Achmad Fauzi (P22030118001)
Alif Surya (P22030118005)
Bagas Ramdhani (P22030118008)
Defa Jati Pandega (P22030118010)
Egy Fajar (P22030118012)
Medyo Gusti (P22030118023)
Nafi Sofwanul (P22030118028)
Rania Indah (P22030118033)
Ratina Devi (P22030118034)
Wafa Nabilah (P22030118041)

Dosen Pengampu:
Netty Thamaria P., SH., M.H.

SARJANA TERAPAN
TEKNIK ELEKTROMEDIK 2018
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JAKARTA
2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah mengenai “Pembatasan Keterbukaan Ideologi” ini berhasil
tersusun hingga selesai. Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan pengetahuan
kepada kita semua. Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dalam memberikan materi maupun opininya.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
membuat makalah ini menjadi lebih baik.

Jakarta, 21 Maret 2019

Penulis

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. LATAR BELAKANG MASALAH..................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................... 1
C. TUJUAN .............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A. PENGERTIAN PANCASILA............................................................................. 2
B. PANCASILA SEBAGAI JIWA BANGSA......................................................... 2
C. PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP JIWA BANGSA........................... 3
BAB III PENUTUP....................................................................................................
A. KESIMPULAN.................................................................................................... 5
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 8

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perjalanan hidup suatu bangsa sangat tergantung pada efektivitas
penyelenggaraan Negara. Pancasila sebagai dasar Negara merupakan dasar dalam
mengatur penyelenggaraan Negara di segala bidang, baik bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial-budaya, maupun hankam. Era global menuntut kesiapan segenap
komponen bangsa untuk mengambil peranan sehingga dampak negative yang muncul
dapat segera diantisipasi.
Pancasila dalam kedudukannya sebagai ideologi negara, diharapkan mampu
menjadi filter untuk menyerap pengaruh perubahan zaman di era globalisasi saat ini.
Keterbukaan ideologi pancasila terurtama ditujukan dalam penerapannya yang
berbentuk pola pikir yang dinamis dan konseptual. Ideologi negara merupakan hasil
refleksi manusia atas kemampuannya mengadakan distansi (menjaga jarak) dengan
dunia kehidupannya. Antara ideologi dan kenyataan hidup masyarakat terdapat
hubungan dialektis, sehingga terjadi pengaruh timbal balik yang terwujud dalam
interaksi yang disatu pihak memacu ideologi agar makin realistis dan di lain pihak
mendorong masyarakat agar makin mendekati bentuk yang ideal. Ideologi
mencerminkan cara berpikir masyarakat dan juga membentuk masyarakat menuju
cita-cita. Dengan demikian, terlihat bahwa ideologi bukanlah sekedar pengetahuan
teoritis belaka, tetapi merupakan sesuatu yang dihayati menjadi suatu keyakinan.
Sebagai ideologi terbuka, Pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara
dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak boleh berubah, namun dalam pelaksanaannya kita
sesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang kita hadapi dalam setiap
kurun.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan yang dimaksud dari ideologi?
2. Jelaskan perbedaan antara ideologi tertutup dan ideologi terbuka?
3. Jelaskan yang dimaksud dari pancasila sebagai ideologi terbuka?
4. Jelaskan yang dimaksud dari pembatasan sifat keterbukaan pancasila?
5. Sebutkan contoh perilaku positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbuka!

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulis mengangkat permasalahan ‘‘Pembatasan Keterbukaan
Ideologi” dalam makalah ini adalah :
1. Mengetahui arti dari ideologi.
2. Mengetahui perbedaan dari ideolgi tertutup dan ideologi terbuka.
3. Mengetahui pembatasan sifat keterbukaan ideologi.
4. Mengetahui contoh perilaku positif terhadap pancasila sebagai ideologi
terbuka.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ideologi
Kata ideologi berasal dari bahasa Latin (idea; daya cipta sebagaihasil kesadaran
manusia dan logos; ilmu). Istilah in diperkenalkan oleh filsuf Perancis A. Destut lde
Tracy (1801) yang mempelajari berbagai gagasan (idea) manusia serta kadar
kebenarannya. Pengertian ini kemudian meluas sebagai keseluruhan pemikiran, cita
rasa, serta segala upaya, terutama di bidang politik . Ideologi juga diartikan sebagai
filsafah hidup dan pandangan dunia (dalam Bahasa Jerman disebut Weltanschauung).
Biasanya, ideologi selalu mengutamakan asas-asas kehidupan politik dan kenegaraan
sebagai satu kehidupan nasional yang berarti kepemimpinan, kekuasaan, dan
kelembegaan dengan tujuan kesejahteraan.
Hal yang harus dipahami adalah bahwa suatu ideologi pada umumnya
mewujudkan pandangan khas tentang pentingnya kerjasama antar manusia dalam
kerja, hubungan manusia dengan kekuasaan (politik negara), sumber kekuasaan bagi
penguasa, dan tingkat kesederajatan antar manusia. Sebagai akibat kekhasan tersebut
suatu ideologi bisa saja tidak dimengerti oleh kelompok lain yang tidak mau
menerimanya, dan tidak jarang pula suatu ideologi menjadi beku, kaku, dan tidak
berubah, serta menuntut para pengikutnya untuk patuh terhadap ajarannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapatlah di kemukakan bahwa ideologi
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Struktur kognitif, yaitu keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan
untuk memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian dalam alam
sekitarnya.
2. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta
menunujukkan tujuan dalam kehidupan manusia.
3. Norma-norma yang menjadi peodman dan pegangan bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak.
4. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
5. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
6. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati, serta
bertingkah laku sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung di
dalamnya.

B. Perbedaan Ideologi Tertutup dan Ideologi Terbuka


Ideologi terbuka adalah ideologi yang tidak dimutlakkan. Ideologi ini memiliki
ciri sebagai berikut:
1. Merupakan kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat (falsafah). Jadi bukan
keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan kesepakatan masyarakat.

2
2. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri, ia milik
seluruh rakyat, dan bisa digali serta ditemukan dalam kehidupan mereka.
3. Isinya tidak langsung operasional, sehingga setiap generasi baru dapat dan perlu
menggali kembali falsafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi
kekinian  mereka.
4. Tidak pernah membatasi kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, melainkan
menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai dengan
falsafah itu.
5. Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima masyarakat yang berasal dari
berbagai latar belakang budaya dan agama.
Ideologi tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak, ideology ini memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-
cita sebuah kelompok yang digunakan sebagai dasar untuk mengubah masyarakat.
2.  Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, ideologinya itu akan
dipaksakan kepada masyarakat. Nilai-nilai, norma-norma dan berbagai segi
masyarakat akan diubah sesuai dengan ideologi tersebut.
3. Bersifat Totaliter, artinya mencakup / mengurusi semua bidang kehidupan. Karena
itu ideologi tertutup ini cenderung cepat-cepat berusaha menguasai bidang
informasi dan pendidikan sebab kedua bidang tersebut merupakan sarana efektif
untuk memengaruhi perilaku masyarakat.
4. Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati.
5. Menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan untuk
berkorban bagi ideologi tersebut.
6. Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi juga tuntutan konkret dan
operasional yang keras,mutlak dan total.

C. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila sebagai ideologi terbuka karena nilai-nilai yang serta cita-cita yang
terkandung di dalamnya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali serta diambil
dari adat dan budaya bangsa Indonesia. Pancasila merupakan hasil kesepakaan dari
suatu rumusan adalah milik seluruh rakyat.
Pancasila sebagai ideologi terbuka berbeda dengan ideologi tertutup yang
tidak mempersoalkan hati nurani dan hak asasi manusia. Pancasila tidak seperti
ideologi tertutup yang merupakan cita-cita sekelompok orang mengharuskan
masyarakaatnya taat kepada elite yang menggambarnya.
Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki 3 dimensi, menurut Dr. Alfian
dimensi tersebut yaitu:
1. Dimensi Realita
Ideologi pancasila itu memiliki nilai-nilai yang secara riil berakar dan hidup
dalam masyarakat dan bangsanya, terutama karena nilai-nilai dasar tersebut
bersumber dari budaya dan pengalaman sejarahnya yang dapat diaplikasikan.
2. Dimensi Idealisme
Ideologi pancasila itu memiliki nilai-nilai dasar idealisme, bukan hanya suatu
harapan semu, tetapi berupa harapan nyata tentang masa depan yang lebih baik

3
yang diwujudkan berdasarkan pengalaman dalam praktek kehidupan bersama dari
berbagai dimensi.
3. Dimensi Fleksibilitas (Kelenturan)
Ideologi pancasila bersifat luwes, yang memungkinkan serta merangsang
pemikiran-pemikiran baru yang inovatif dalam isinya tanpa merubah sila-sila yang
terkandung di dalamnya.
Pancasila sebagai ideologi terbuka juga senantiasa mampu berinteraksi secara
dinamis. Nilai-nilai pancasila yang tidak boleh berubah, namun pelaksanaanya dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang kita hadapi dari waktu ke
waktu.
Ideologi pancasila adalah ideologi terbuka yang dapat dikatakan memenuhi
ketiga dimensi di atas. Dengan demikian pancasila adalah ideologi yang kuat dan
tangguh. Itulah sebabnya ideologi pancasila adalah ideologi yang paling tepat bagi
bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi terbuka mampu dijadikan landasan dalam
menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Namun
dalam pelaksanaannya perlu adanya dukungan serta partisipasi dari masyarakatnya.
Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki ciri-ciri:
1. Pancasila berakar dari kesadaran masyarakat Indonesia. Nilai pancasila yang
diambil bukan dari bangsa lain, melainkan dari budaya bangsa Indonesia sendiri.
2. Isi pancasila tidak langsung pada tujuan yang hendak dicapai melainkan hanya
perwujudan dari nilai dasar.
3. Pancasila menghargai kebebasan bukan memaksakan kebebasan.
4. Pancasila bukan ideologi yang mengurus semua kehidupan masyarakat.
5. Pancasila menghargai pluralitas yang mengayomi semua agama yang ada di
Indonesia
6. Ideologi pancasila bukan berasal dari sekelompok orang melainkan berasal dari
hasil musyawarah dan konsensus dari masyarakat atau bangsanya sendiri.

D. Pembatasan Keterbukaan Pancasila


Sifat keterbukaan Pancasila memerlukan pembatasan agar pembatasan
tersebut membuat dinamika Pancasila sebagai ideologi yang terbuka tetap
berlandaskan pada nilai dasar yang ada. Dengan kata lain, keterbukaan ideologi itu
ada batasnya yaitu :
1. Batas jenis pertama
Bahwa yang boleh disesuaikan dan diganti hanya nilai instrumental, sedangkan
nilai dasar atau intrinsiknya mutlak dilarang. Nilai instrumental dalam ideologi
Pancasila adalah penjabaran lebih lanjut secara kreatif dan dinamis dari nilai-nilai
dasar dalam bentuk UUD 1945 dan Peraturan perundang-undangan lainnya.
2. Batas jenis kedua
Terdiri dari 2 (dua) buah norma yaitu :
 Penyesuaian nilai instrumental pada tuntutan kemajuan zamanharus dijaga
agar daya kerja nilai instrumental yang disesuaiakan itutetap memadai untuk
mewujudkan nilai intrinsik yang bersangkutan.Sebab jika nilai instrumental

4
penyesuaian tersebut berdaya kerja lain,maka nilai intrinsik yang bersangkutan
tak akan pernah terwujud.
 Nilai instrumental pengganti tidak boleh bertentangan dengan linearecta nilai
instrumental yang diganti. Sebab, bila bertentangan ituberarti bertentangan
pula dengan nilai intrinsiknya yang berdayameniadakan nilai intrinsikyang
bersangkutan.

E. Perilaku Positif Terhadap Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Sikap positif terhadap kebenaran Pancasila sebagai ideologi terbuka dengan
menunjukkan sikap/perilkau positif sebagai berikut :
1. Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Ketuhanan
Bahwa setiap warga negara Indonesia sudah seharusnya memiliki pola pikir, sikap
dan perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Sikap
dan perilaku positif nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa sehubungan dengan
Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat ditunjukkan antara lain :
 Melaksanakan kewajiban dalam keyakinannya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Membina kerja sama dan tolong menolong dengan pemeluk agama lain sesuai
dengan situasi dan kondisi di lingkungan masing-masing.
 Mengembangkan toleransi antar umat beragama menuju terwujudnya
kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang.
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain, dan lain-lain.
2. Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Kemanusiaan
Dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan sifat ideologi
Pancasila yang terbuka, maka sikap dan perilaku kita harus senantiasa
mendudukkan manusia lain sebagai mitra sesuai dengan harkat dan martabatnya.
Sikap dan perilaku positif menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sehubungan
dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat ditunjukkan antara lain :
 Memperlakukan manusia/orang lain sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
 Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, jenis kelamin, kedudukan sosial,
dan sebagainya.
 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa dan
tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, seperti menolong orang lain,
memberi bantuan kepada yang membutuhkan, menolong korban banjir, dan
lain-lain.
3. Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Persatuan Indonesia
Menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan Indonesia sesuai dengan sifat idelogi
Pancasila yang terbuka, mengharuskan setiap warga negara Indonesia agar tetap

5
mempertahankan keutuhan dan tegak-kokohnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sikap dan perilaku positif menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan
Indonesia sehubungan dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat
ditunjukkan antara lain :
 Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara jika suatu
saat diperlukan.
 Bangga dan cinta tanah air terhadap bangsa dan negara Indonesia.
 Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa, dan lain
sebagainya.
4. Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai-nilai permusyawaratan/perwakilan mengandung makna bahwa hendaknya
kita dalam bersikap dan bertingkahlaku menghormati dan mengedepankan
kedaulatan negara sebagai perwujudan kehendak seluruh rakyat. Sikap dan
perilaku positif menjunjung tinggi nilai-nilai permusyawaratan/perwakilan
sehubungan dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat ditunjukkan antara
lain :
 Mengutamakan musyawarah mufakat dalam setiap mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
 Tidak boleh memaksakan kehendak, intimidasi dan berbuat anarkhis
(merusak) kepada orang/barang milik orang lain jika kita tidak sependapat.
 Mengakui bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
 Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil rakyat yang telah terpilih untuk
melaksanakan musyawarah dan menjalakan tugasnya dengan sebaik-baiknya,
dan lain sebagainya.
5. Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Keadilan Sosial
Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh rakuat Indonesia
yang sesuai dengan sifat Pancasila sebagai ideologi terbuka, hal ini akan
mengarah pada terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin yang berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali. Sikap dan perilaku positif
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh Indonesia sehubungan
dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat ditunjukkan antara lain :
 Mengembangkan sikap gotong royong dan kekeluargaan dengan lingkungan
masyarakat sekitar.
 Tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan kepentingan
orang lain/umum, seperti mencoret-coret tembok/pagar sekolah atau orang
lain, merusak sarana sekolah/umum, dan sebagainya.
 Suka bekerja keras dalam memecahkan atau mencari jalan keluar (solusi)
masalah-masalah pribadi, masyarakat, bangsa dan negara.
 Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial melalui karya nyata, seperti : melatih tenaga produktif
untuk trampil dalam sablon, perbengkelan, teknologi tepat guna, membuat
pupuk kompos, dan sebagainya.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan
zaman dan adanya dinamika secara internal. Pancasila sebagai suatu ideologi tidak
bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa
ideologi Pancasila adalah bersifat aktual, dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu
menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Meskipun bersifat terbuka ideologi
Pancasila juga ada batasan dalam
keterbukaan tersebut. Karena terbuka disini berarti fleksibel yaitubisa mengikuti
perkembangan zaman. Tetapi dalam kefleksibelan tersebut Pancasila juga memiliki
penyaring, yang berfungsi sebagai pemilah antara hal yang layak untuk diikuti oleh
bangsa Indonesia. Sehingga tidak semua pengaruh dari luar bisa menyatu dengan
Pancasila.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://www.temukanpengertian.com/2015/08/pengertian-pancasila-sebagai-jiwa.html
https://brainly.co.id/tugas/11503040
https://guruppkn.com/12-contoh-pancasila-sebagai-jiwa-bangsa-indonesia
https://www.researchgate.net/publication/265805936_Pengaruh_Globalisasi_Terhadap_
Nilai_Nasionalisme_Pancasila

Anda mungkin juga menyukai