Anda di halaman 1dari 13

Nama : Mutiara Zahwa Venissa

NIM : 19060084
Kelas : B1 PGSD 2019

Rangkuman “Webminar Nasional Pendidikan Dasar 2020”


Dengan Tema “Revolusi Pendidikan Merdeka Belajar Pada Era New Normal”.

Materi pertama oleh Ibu Prof. Dr. Euis Eti Rohaeti dengan judul “Pengembangan Potensi
Siswa SD di Era New Normal”.Untuk mengembangkan potensi siswa SD di era New Normal
kita harus mengetahui terlebih dahulu siswa SD sudah sampai dimana tahap berfikirnya.
Menurut Tahap Berfikir Piaget:
1. Tahap Sensorimotor (umur 0-2 tahun)
2. Tahap Praoperasional (umur 2-7 tahun)
3. Tahap Operasional Konkret (umur 7-11 tahun)
4. Tahap Operasional Formal (umur 11 tahun ke atas)
Siswa SD seharusnya berada di Tahap Operasional Konkret, tapi sayangnya beberapa
penelitian yang sudah dilakukan menunjukan bahwa siswa kelas 2 SMA di Indonesia tahap
berfikirnya masih Operasional Konkret.
Tahap berfikir siswa SD – Operasional Konkret
1. Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa
memecahkan masalanya.
2. Reversibility
Mulai memahami bahwa jumlah atu benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke
keadaan awal
3. Klasifikasi
Mampu memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya,
ukuran atau karakteristik lainnya.
4. Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang atau jumlah benda-benda tidak berhubungan
dengan pengaturan atau tampilan benda tersebut.
5. Pengurutan
Kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran bentuk atau ciri lainnya.
6. Penghilangan Sifat Egosentrisme
Anak/Siswa sudah mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
Beberapa aspek yang dapat dipertimbangkan dalam mengembangkan potensi diri anak:
1. Kecakapan
Kecakapan merupakan kemapuan atau kemahiran dalam mengerjakan sesuatu.
a. Kecakapan Nyata
Kecakapan yang segera dapat didemonstrasikan pada setiap saat karena merupakan
hasil belajar yang telah dijalani.
b. Kecakapan Potensial
Kecakapan yang masih terpendam, masih bisa berpotensi untuk dikembangkan dan
diperoleh melaui bawaan seperti Intelegasi, dan Bakat.
Faktor yang dapat mempengaruhi kecakapan seseorang:
1. Faktor G (General), faktor ini biasanya umum yang bersifat bawaan.
2. Faktor S (Spesial), faktor khusus yang bersifat hasil belajar.
3. Faktor C (Kelompok/ Community), tempat kita bergaul atau dengan siapa kita berteman
juga mempengaruhi faktor kecakapan.

Potensi Diri:
1. Potensi Fisik: Bentuk tubuh, wajah, ketahanan tubuh, warna kulit.
2. Potensi Psikis : IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), AQ (Adversity
Quotient), SQ (Spiritual Quotient).
Cara mengenali potensi diri pada anak:
1. Apa yang anak kuasai? (anak ahli dalam bidang apa?)
2. Apa yang anak sukai? (tidak disuruh atau tidak dibayar pun anak tetap melakukannya)
3. Apa yang paling suka anak bicarakan?
4. Apa yang anak punyai?
5. Apa kata orang-orang tentang anak kita?
Langkah konkretnya untuk mengenali potensi pada anak:
1. Kita dapat melakukan tes,
2. Coba berbagai kegiatan,
3. Terbuka dengan berbagai alternative pengembangan,
4. Diskusi dengan orang-orang terdekat,
5. Fokus kepada bidang yang ia sukai bukan bidang yang kita inginkan.
Potensi Psikis:
1. IQ (Intelligence Quotient), merupakan kecerdasan intelektual hanay berpengaruhnya 7%
- 20% . Jadi jangan terlalu fokus kepada hasil tes anak.
2. EQ (Emotional Quotient), merupakan kemapuan mendengarkan bisikan emosi dan
menjadikan sebagai sumber informasi yang penting untuk memahami diri sendiri dan
orang lain untuk mecapai tujuan. Orang yang kecerdasan emosional memiliki :
a. Kendali diri
b. Empati
c. Pengaturan Diri
d. Motivasi
e. Keterampilam Sosial
3. SQ (Spiritual Quotient), kecerdasan rohaniah yang menuntun diri kita yang
memungkinkan kita utuh atau kecerdasan yang memiliki peran penting dalam
meningkatkan karakter seseorang. Ciri orang yang memiliki kecerdasan spirituasl:
a. Kemampuan bersifat fleksibel
b. Derajat kesabaran diri yang tinggi
c. Kecakapan untuk menghadapi penderitaan
d. Kecakapan menghadapi rasa takut
e. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai
f. Enggan melakukan hal yang merugikan
g. Kecenderungan melihat keterkaitan berbagai hal
h. Ditandai kecenderungan bertanya ‘mengapa’, ’bagaimana jika’
i. Pemimpin yang penuh pengabdian dan bertanggung jawab
4. AQ (Adversity Quotient), merupakan kemapuan yang dimiliki seseorang dalam
mengamati kesulitan dan mengolah kesulitan terserbut dengan kecerdasan yang di miliki
sehinga menjadi sebuah tantangan untuk di selesaikan (Stolz, 2000). Ada 3 tibgkatan
kecerdasan adversity:
a. Quitters : Orang yang memilih keluar, mengindari kewajiban, mundur dan berhenti.
b. Campers : Orang yang telah berusaha sedikit kemudian merasa puas ata apa yang
dicapainya.
c. Climbers : Individu yang melakukan usaha sepanjang hidupnya.

“New Normal” dinarasikan menjadi “Adaptasi Kebiasaan Baru”. Anak di era New
Normal adalah anak bisa tetap bekerja, belajar dan beraktifitas dengan produktif di era Pandemi
Covid-19. Banyak sekali permasalahan yang dihadapi di era New Normal ini, misalnya:
1. Belajar di rumah dengan segala permasalahannya
 Suasan yang tidak kondusif tanpa pendampingan guru secara fisik
 Ketidaksiapan perangkat untuk belajar online
 Beratnya tugas dari guru dengan tengat waktu yang sempit
 Masalah jaringan internet
 Masalah kuota internet
 Konsentrasi untuk belajar onlie
 Ketidakmampuan orang tua menggantikan peran seorang guru.
2. Keterbatasan aktivitas yang disesuaikan dengan protokol kesehatan:
 Aktivitas berkumpul anak dibatasi
 Bosan, karena sifat eksplorasi dibatasi
 Stres karena di rumah dalam jangka waktu lama
 Banyak kebiasaaan baru yang harus beradaptasi dengan cepat

Pengembangan potensi anak di era New Normal:


1. Pahami gaya belajar anak.
Drummond (1998:186) mendefinisikan gaya belajar sebagai “an individual’s
preferred mode and desired conditions of learning”. Maksudnya, gaya belajar
dianggap sebagai cara belajar yang di sukai pembelajar. Ada 3 gaya belajar, visual
(belajar dengan cara melihat), Auditori (belajar dengan cara mendengar), dan
Kinestetik (belajar denan cara begerak, bekerja, dan menyentuh).
2. Indentifikasi kecerdasan anak.
 Verbal/linguistik terampil dalam membaca, menulis, berbicara,
mendengarkan, kosa kata
 Logis/matematis terampil dalam bilangan, logika, perhitungan, analisis,
sintesis
 Visual/spasial terampil dalam perancang, perencanaan, warana, rinci.
 Musikal/ritmis terampil dalam bermain drama, mengomposisi lagu,
menyanyi, bermain alat musik.
 Kinesteti/fisik terampil dalam keterampilan motorik.
 Naturalis/alamiah terampil dalam fenomena dan dunia alamiah
 Intrapersonal terampil dalam intropeksi, memahami perasaan orang lain,
Iman.
 Eksistential terampil dalam memahami eksistensi manusia terkait: emosi,
tindakan, tanggung jawab, pemikiran, makna eksistensi, dan tujuan
hidupnya.
3. Kembangkan potensi anak.
a. Maksimalkan sumber daya:
 Menentukan prioritas hidup.
 Memfokuskan diri pada prioritas yang sudah di tentukan.
 Menghindari keluh kesah.
 Menikmati hal-hal yang perlu.
 Menghindari hal yang sia-sia.
 Mecintai pekerjaan yang kita tekuni.
 Menangani tugas-tugas menantang
b. Mengacu pada teori kontruktivisme:
 Mempertajam analisis.
 Mengasah multiple intelligences.
 Memupuk tanggung jawab.
 Mengembangkan daya tahan mental.
 Memecahkan masalah.
 Mengambil keputusan.
 Berfikir kreatif.
 Berfikir kritis.
 Percaya diri yang kuat.
 Menjadi guru untuk diri anda sendiri.
c. Mengembangkan aspek diri:
 Diri fisik, meliputi anggota tubuh beserta prosesnya.
 Percaya diri, merupakan alur atau arus pikiran dan tingkah laku
konstan.
 Diri sosial, adalah bentuk fikiran dan perilaku yang diabobsi orang lain
dan masyarakat sebagai satu kesatuan utuh.
 Konsep diri, adalah gambaran mental atau keselurauhanpandangan
seseorang tentang dirinya.

Materi kedua oleh Prof. Dr. Patta Bundu dengan judul “Landasan Teori Kurikulum
Merdeka Belajar- Kampus Merdeka”. Paradigma pendidikan di Indnesia ketinggalan jauh (2000
= 30 tahun, 2017 = 60 tahun) oleh karena itu perlu di geser paradigmanya dengan Paradigam
baru pendidikan.
Pergeseran paradigma dalam pendidikan (Unesco 2012)
Old Education Indicator New Educatioan
Content Focus Process
Teacher Ownership Students
What Expectation Why/How
Expert Leadaership Facilitator
Passive Students Generator
Feared Mistakes Learning tools
Programmed Classis Flexible
Theory Emphases Doing
Bagaimana kita mengejar ketertinggalan itu? Kalo kita terus mengikuti negara yang
sudah maju, kita tidak akan pernah mendapatkan itu. Apa yang bisa kita lakukan? Kita dapat
melakukan inovasi-inovasi tertentu di bidang pendidikan negara kita.
Inovasi Merdeka Belajar – Kampus Merdeka yang dikembangkan oleh Menteri
Pendidikan Indonesia agar tidak teralalu tertinggal dengan negara-negara lain. Landasan Utama
dari Merdeka Belajar – Kampus Merdeka:
1. UU No.12 Tahun 2012: Sistem Pendidikan Tinggi
2. Permendikmud, No.3 Tahun 2020: SN-Dikti
3. Buku Panduan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka

Merdeka Belajar
“ Memberi kebebasan dan otonomi kepada lembaga pendidikan, dan merdeka dari
birokrasi, dosen dibebaskan dari birokrasi yang berbelit, serta mahasiswa diberikan kebebasan
untuk memilih bidang yang disukai” – Nadiem Anwar Makarim (Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan)
Menurut Prof. Patta, guru harus bebas mengembangkan kurikulum di sekolahnya
pengembangan kurikulum di sini bagaimana kurikulum yang ada bisa dikembangkan dan di
aplikasikan di kelas dengan sebaik mungkin ini adalah makna dari “Merdeka”.
Ada 8 Kegiatan Pembelajaran dalam Merdeka Belajar:
1. Pertukaran Pelajar
2. Magang/Praktik Kerja
3. Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan
4. Penelitian/Riset
5. Proyek Kemanusiaan
6. Kegiatan Wirausaha
7. Studi/Proyek Independen
8. Membangun Desa/ Kuliah Kerja Nyata Tematik
Implementasi, bagaimana kurikulum itu di kembangkan sebaik mungkin sehingga
mungkin dengan itu tidak ada lagi yang mengeluh tentang pergantian kurikulum. Bahawa apapun
kurikulumnya pembelajarannya adalah pembelajaran aktif, bagaimana siswa itu belajar dengan
aktif. Ini memerlukan suatu pengembangan bagi seorang guru atau dosen untuk mengelola
kurikulum yang ada supaya siswa/mahasiswanya aktif.
Landasan Pengembangan Kurikulum:
1. Filosofis : Tujuan, materi, strategi, evaluasi
2. Psikologis: Pengembangan belajar
3. Sosiologis: Masyarakat IPTEK
Model Pengembangan Kurikulum dari Zais (1976):
Philosophical Assumtion
a. Epistemology the nature of Knowledge
b. Society/culture Aims, Goals, Objectives, Content,
c. The Individual Learning, Evaluation
d. Learning Theort
Tujuan:
Sebaiknya SMART.
S – Specific
M – Measurable
A – Achieveable
R – Reasonable / Realistics
T – Timeline
 Bagaimana kurikulum dikembangkan sesuai LO?
“Starting with a clear learning outcomes of what is important for students ti be able to do...”
Bila mau tujuannya bagus sekali maka perjelas hasil belajar yang mau dicapai, apa yang penting
bagi siswa yang bisa dia lakukan...
Karena terlalu banyak kita memberikan konten materi sehingga siswa pintarnya dibidang
Knowledge dalam pengetahuan tapi tidak bisa dilakukan apa yang ia ketahui.
- Clarity & High Expectation – HOST (Syamsul Arifin, 2019)
- Ingat Taxonomi Bloom, Modifikasi oleh Kartwhol & Anderson, 2001
“If You Don’t Know Where You are Going... May End Up Anywhere”.

 Bagaimana mengembangkan materinya? Bagaimana memilih strateginya?


Bagaimana LO (Learning Outcome) dicapai melalui proses pembelajaran. Materi apa
yang seseuai dengan tujuan dan dengan cara apa materi diajarkan untuk mencapai
tujuan.Merdeka itu bagaimana guru bebas memilih materi atau metode sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai.
Bebas – pilih materi dan metode yang sangat banyak. “Merdeka”.
Assessment
 Bagaimana LO dijamin ketercapaiannya
 Penilaian Proses dan hasil
 Penilaian formatif dan sumatif
Outcome based assessment & Evaluation:
1. Outcomes
2. Indicator & Successes Criteria
3. Assessment Method
4. Assessment Results
5. Evaluation Results
6. Use of Evaluation Results for continuous improvment
(Syamsul Arifirn, 2019)
Materi ketiga oleh Ibu Feni Febryani Zaman, M. Pd. dengan judul “ Pembelajaran Jarak
Jauh yang Efektif dan Menyenangkan”. Sebelum pandemi Covid-19 kita dapat tersenyum
bahagia dapat belajar di sekolah. Intuksi pemerintah untuk menjaga jarak dan di urmah saja demi
terputusnya mata rantai penularan virus Covid-19, pasti banyak sekali yang berubah pada aspek
kehidpuan. Sekolah pun dialihkan ke rumah demi terputusnya mata rantai penyebaran virus
Covid-19. Guru tetap mengajar dari sekolah, namun siswa belajar di rumah dibimbing oleh orang
tua. Tetapi ketika belajar di rumah ternyata Mama lebih galak daripada Ibu Guru. Bagaimana
kita sebagai guru mendesain pembelajaran yang menyenangkan?
1. Bagaimana landasan perkembangan peserta didik Sekolah Dasar?
2. Bagaimana komprasi pembelajaran langsung dan pembelajaran Jarak jauh serta
implikasinyabterhadap peserta didik Sekolah Dasar?
3. Bagaimana Strategi pembelajaran bagi peserta didik Sekolah Dasar?

A. Landasan Perkembangan Peserta Didik Sekolah Dasar


Santrock(2011:6) perkembangan adalah pola pergerakan atau perubahan yang dimulai
sejak masa pembuahan dan terus berlangsug selama masa hidup manusia. Proses-proses
utama perkembangan individu (Santrock, 1995):
1. Biologis: Bertambah tinggi badan, bertamabah berat badan, fisik
2. Kogntif: Kematangan pola berpikir, intelegnsi bertambah
3. Sosio-Emosional
Secara lebih rinci, perbdaan antara pertumbuhan dan perkembangan adalah:
 Pertumbuhan (Growth): Cenderung lebih bersifat kuantitattif dan berkaitan
dengan aspek fisik.
 Perkembangan (Development): Cenderung bersifat lebih kualitatif, berkaitan
dengan fungsi kematangan fungsi organ individu.
Karakteristik perkembangan individu (Santrock, 2011: 7-10):
1. Perkembangan berlangsung seumur hidup melipupi semua aspek
2. Perkembangan manusia bersifat multidimensi
3. Perkembangan manusia bersifat multiarah
4. Perkembangan manusia bersifat plastis
5. Perkembangan manusia bersifat multidisiplin
6. Perkembangan manusia bersifat kontekstual
7. Perkembangan manusia melibatkan petumbuhan, pemeliharaan, dan regulasi
terhadap kehilangan
8. Perkembangan manusia merupakan konstruksi bersama dari faktor biologi, budaya,
dan individu
Aspek perkembangan pada anak sekolah dasar:
1. Kognitif
2. Fisik
3. Bahasa
4. Afektif
5. Moral Keagamaan

1. Kognitif
a. Teori Perkmbangan Jeam Piaget (1896-1980)
Proses kognitif anak sangat berbeda-bedavdari orang dewasa -> Anak-anak berubah
melalui empat tahap perkembangan secara otonom dan mandiri -> Guru harus
memberikan tugas yang seusai tahapan perkembangan anak dan memelihara kemandirian
berpikir dan kreativitas -> Tahap akhir dari pendidikan adalah menciptakan manusia tang
dapat membuat sesuatu yang baru.
b. Teori Belajar menurut Jerome Bruner (1915-2016)
a. Tahap enaktif, melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk memahami
lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitar anak
menggunakan pengetahuan motorik.
b. Tahap ikonik, seseorang memahami obyek-obyek atau dunianya melalui gambar
dan visualisai verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitar anya anak
belajar melalui bentuk perumpamaan (Tampil) dan perbandingan (komparasasi)
c. Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan
abstrak yang dipengaruhi oleh kekmpuannya dalam berbahasan dan berlogika.
c. Teori belajar mermakna David Ausuber (1918-2008)
a. Hirarki belajar
b. Analisis tugas
c. Subsumptive sequence
d. Kurikulum spiral
e. Teori skema
f. Webteaching
g. Teori elaborasi

2. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik anak usia SD mengikuti prinsip-perinsip yang berlaku umum
menyangkut: tipe perubagan, pola pertumbuhan fisik dan karakteristik perkembangan secara
perbedaaan individual. Perubahan dalam proporsi mencakup fisik anak tetap berlangsung. Anak
menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat, dan lebih banyak belajar dalam berabagai
keterampialan.
3. Perkembangan Sosial
Perkembangan aspek sosial diawali pada masa kana-kanak (usia 3-5 tahun). Anak
senang bermainbersama teman sebagayanya. Hubungan persebayaan ini berjalan terus adan agak
pesat pada masa sekolah (usia 11-12 tahun) dan sangat pesat pada masa remaja (usia 16-18
rahun). Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak berlangsung melalui hubungan antar teman
dalam berbagai bentuk permainan.
4. Perkembangan Bahasa
Aspek bahasa berkembang dimuali dengan peniruan bunyi dan suara, berlanjut dengan
meraban. Pada awal masa sekolah dasar bekembang kemampuan berbahasa sosial yaitu bahsa
untuk memahami perintah, ajakan serta hubugan anak dengan temna-temannya atau orang
dewasa. Pada akhir masa sekolah dasar bekembang bahasa pengetahuan.
5. Perkembangan Afektif
Perkembangan aspek afektif atau perasaan berjalan konstan, kecuali pada masa remaja
awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun). Pada masa remaja awal ditandai dengan
optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diseklingi rasa bingung mengahdapai perubahan-
perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa remaja tengah, rasa senang datang silih
berganti dan rasa duka, kegembiraan berganti kesedihan, rasa akrab bertukar dengan
kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir pada usia 18-21
tahun.
6. Perkembangan Moral Keagamaan
Aspek moral dan keagamaan juga sudah berkembang sejak anak masih kecil. Peranan
lingkungan terutama lingkungan keluarga sangat dominan bagi perkembangan aspek ini. Pada
mulanya anak melakuakn perbuatan bermoral dan keagamaan karena menirumbaru kemudian
menjadi perbuatan atas prakarsa sendiri.
Tingkatan tertinggi dalam perkembangan moral adalah melakukan sesuatu bermoral
karena panggilan hati nurani, tanpa perintah, tanpa mengharapkan sesuatu imbalan atau pujian.
Secara potensial tingkatan moral ini dapat dicapai oleh individu pada masa akhir remaja, tetapi
berpengaruh terhadap pencapaiannya.

B. Komparasi Pembelajaran Langsung dan Pembelajaran Jarak Jauh serta Impikasinya


Terhadap Siswa.
1. Pembelajaran langsung/konvesional adalah pendidikan formal yang menggunakan
sistem klasikal dalam menyampaikan materi ajar baik di sekolah, akademi,
universitas dan sejenisnya (Kemendikbud: 2011). Dalam sistem pendidikan
konvensional, metode yang digunakan adalah melalui pertertemuan tatap muka antara
pengajar dan peserta didik.
Keunggulan:
 Tingginya tingkat interkasi lansung antara pengajar dan peserta didik yang
akan mempercepat terbentuknya relasi dan nilai-nilai dalam proses belajar-
mengajar (Edy Rachmat: 2011)
 Pertemuan tatap muka antara pengajar dan peserta didik mendukung
terselenggaranya proses belajar-mengajar yang terfokus dan terkontrol
pembelajaran dapat dioptimalkan.
Kelemahan:
 Kebergantungan kepada lokasi, tempat, dan kehadiran dari para peserta proses
belajar-mengajar baik siswa maupun pengajar.
 Biaya pendidikan relatif tinggi sebagai akibat dari timbulnya berbagai biaya
untuk menunjang operasional sehari-hari pada lembaga penyelenggara
pendidikan konvensioanal.
2. Pembelajaran Jarak Jauh adalah pendidikan jarak jauh (Bahasa Inggris: Distance
Education) adalah pendidikan formal berbasis lembaga yang peserta didik dan
instruksinya berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi
interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang
diperlukan di dalamnya. (Simoson, M., Smaldino, S., Albright, M., & Zvacek, S.:
2006).
Keunggulan:
 Proses pembelajaran dapat dilakukan tantap dibatasi oleh keharusan pengajar
dan peserta didik untuk berada di ruang dan waktu yang sama.
 Penggunaan teknologi komunikasi dan informasi sebagai media pembelajaran
menimbulkan biaya yang rendah bagi penyelenggara pendidikan jarak jauh
dan bagi peserta didik.
 Materi ajar dan berbagai interaksi dalam bentuk tulisan yang dikemas secara
digital memungkinkan peserta didik untuk dapat membaca kembali berulang-
ulang informasi yang tercatat di dalamnya.
Kelemahan:
 Minimnya kotak langsung antara pengajar dan peserta didik memperlambat
proses terbangunnya relasi sosial dan nilai-nilai yang menjadi tujuan dasar
dari pendidikan.
 Rendahnya kontrol terhadap proses pembelajaran sebagai implikasi dari cara
belajar mandiri yang menjadi titik berat dari pendidikan jarak jauh.
 Keterbatasan teknologi komunikasi dan informasi yang tidak dapat
menggantikan sepenuhnya proses komunikasi dan interaksi secara langsung
yang terjadi dalam pendidikan konvensional.
Secara umum, pendidikan jarak jauh memilik prinsip yang, mencakup antara lain
sebagai berikut (Dikti: 2011):
a. Akses, yakni terkait dengan keinginan untuk memperluas akses mayarakat
terhadap pendidikan melalui penyelenggaraan pendidikan yang berbasis
teknologi informasi, bersifat massal, ekonomis, serta meminimalkan kendala
jarak dan waktu.
b. Pemerataan yang merujuk kepada asas keadilan dan persamaan hak bagi siapa
saja untuk mengeyam pendidikan tanpa di batasi oleh kendala.
c. Kulaitas, yaitu berkenaan jaminan standar pengajar, materi bahan ajar dan ujian,
dan proses pembelajaran interaktif yang berbasis teknologi komunikasi dan
informasi.
Pendidikan jarak jauh memiliki karakteristik dasar, yaitu sebagai berikut (Kemendiknud: 2011):
a. Pengajar dan peserta didik tidak berada dalam satu ruangan yang sama saat proses
belajar-mengajar berlangsung.
b. Penyampaian materi ajar dan proses pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan
media komunikasi dan informasi.
c. Menekankan kepada cara belajar mandiri namun ada lembaga yang mengaturnya.
d. Keterbatasan pada pertemuan atatp muka. Biasanya pertemuan tatap muka dilakukan
secara periodik antara peserta didik dengan pengajar dan tutor.
e. Flexibilitas dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain masing-masing peserta
didik dapat mengatur waktu sendiri sesuai dengan kesediaan waktu dan kesiapannya.
Menurut (Ni’mah, 2016) ada juga kendala dari E-learning ini, yaitu sebagai berikut:
 Listrik bisa padam ketika sedang mengakses program pembelajaran.
 Jaringan internet yang buruk.
 Komitmen dari orang tua yang tidak menentu.
 Mahasiswa/siswa yang sulit belajar dengan cara ini.
 Kesalahpahaman antara dosen/guru dengan mahasiswa/siswa.
 Ketidaktahuan IPTEK

C. Strategi Pembelajaran bagi Peserta Didik Sekolah Dasar.


 Kemp (Wina Senjaya: 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
 Strategi pembelajaran adalah cara0cara tertentu yang digunakan secara sistematis
& prosedural dalam kegatan pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses
belajar dan hasil belajar.
Adapun metode yang dilaksanakan guru dalam pembelajaran jarak jauh selama masa
pandemi Covid-19 adalah Daring Method dan Luring Method.
 Metode daring adalah metode pembelajaran yang disampaikan guru kepada
peserta didik melalui jaringan/internet.
 Metode luring adalah model pembelajaran yang dilakukan di luar jaringan. Dalam
artian, pembelajaran yang satu ini dilakukan secara tatap muka dengan
memperhatikan zonasi dan protokol kesehatan yang berlaku.
7 Tips Mengajar di Masa Pandemi Covid-19 (www.kemendikbu.go.id)
Sumber: SIARAN PERS Nomor: 102/Sipres/A6/V/2020
1. Hindari stress.
2. Guru membagi kelas menjadi kelompok kecil.
3. Guru dapat mencoba Project Based Learning.
4. Mengalokasikan lebih banyak waktu bagi yang tertinggal.
5. Fokus pada yang terpenting
6. Guru saling berbagi informasi antar sesama guru.
7. Guru tetap menjalakan perannya dengan hati yang senang.

Bagaimana caranya agar belajar menyenangkan di rumah?


1. Memberikan pengertian kepada anak kondisi pandemi Covid-19.
2. Membuat kesepakatan.
3. Membuat atuaran main.
4. Bunda mendampingi sepenuhnya.
5. Dengan sentuhan kasih sayang.
6. Tidak dengan kekerasan dan terapkan pendidikan karakter di rumah.

Anda mungkin juga menyukai