Anda di halaman 1dari 13

A.

Latar belakang masalah

Kepribadian muslim merupakan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan islam.
Kepribadian yang diharapkan islam adalah kepribadian yang sesuai dengan norma-norma
islam. Kepribadian tidak terjadi dengan sekaligus, akan tetapi melalui proses kehidupan yang
panjang. Maka dalam hal ini pendidikan mempunyai peran yang besar dalam pembentukan
kepribadian muslim.
Kepribadian muslim diartikan sebagai identitas yang dimiliki oleh seseorang sebagai cirri
khas dari keseluruhan tingkah laku sebagai muslim baik yang ditampilkan sebagai tingkah
laku lahiriah maupun sikap batiniahnya.
Di satu sisi kepribadian itu mempunyai cirri khas yang bersifat individual yang berbeda
dengan yang lainnya dan dipihak lain individu diharapkan dapat menampilkan kepribadian
yang integral dalam kelompok masyarakat muslim sebagai ummah. Oleh sebab itu diperlukan
kajian secara komprehensif tentang kepribadian muslim tersebut.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai


pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apa pengertian kepribadian muslim?


2. Apa saja aspek-aspek kepribadian muslim?
3. Bagaimana proses pembentukan kepribadian muslim?

C. Metode pemecahan masalah

Metode pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi literature/metode kajian


pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa refrensi buku atau dari refrensi lainnya yang
merujuk pada permasalahan yang dibahas.
Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang
akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian
masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai
sumber, dan penyintesisan serta pengorganisasian permasalahn.
D. Sistematika penulisan makalah

Makalah ini ditulis ke dalam 3 bagian meliputi:


BAB I : Bagian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan
masalah , metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan masalah.
BAB II : Bagian pembasan.
BAB III : Bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepribadian Muslim

Ada tiga kata yang sering digunakan dalam penyebutan yang sama dan mempunyai
kedekatan makna seperti karakter, tempramen dan kepribadian.1
Karakter lebih menjurus kearah tabiat-tabiat yang dapat disebut benar atau salah,
sesuai atau tidak sesuai dengan norma-norma social yang diakui.
Tempramen ialah satu segi dari kepribadian yang erat hubungannya dengan
perimbangan zat-zat cair yang ada dalam tubuh. Dalam tubuh kita terdapat zat-zat cair,
diantaranya ada empat jenis yang berpengaruh sekali kepada tempramen kita. Keempat jenis
zat cair itu ialah cairan empedu kuning, darah empedu, empedu hitam dan lender. Misalnya
seorang akan bersifat pemarah kalau cairan empedu kuning lebih banyak dalam
perimbangannya dengan zat cairan lainnya.
Kepribadian adalah meliputi kualitas keseluruhan diri seseorang. Kualitas itu akan
tampak dalam cara-caranya berbuat, cara-caranya berfikir, cara-caranya mengeluarkan
pendapat, sikapnya, minatnya, filsafat hidupnya serta kepercayaannya.2
Dengan demikian kepribadian adalah sifat-sifat dan aspek-aspek tingkah laku yang
ada dalam diri individu yang bersifat psikofisik dalam interaksinya dengan lingkungan yang
menyebabkan individu itu berbuat dan bertindak seperti apa yang dia lakukan, dan
menunjukan ciri-ciri yang khas yang membedakan individu dengan individu yang lainnya.
Termasuk didalamnya sikap, kepercayaan, nilai-nilai dan cita-cita, pengetahuan dan
ketrampilan, macam-macam cara gerak tubuhnya, dan sebagainya.
Sedangkan kepribadian muslim adalah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik
tingkah laku luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidup dan kepercayaannya
menunjukan pengabdian kepada tuhan dan penyerahan diri kepadan-Nya.
Konsepsi islam tentang bagaimana wujud kepribadian muslim adalah identik dengan
aspek-aspek kepribadian manusia seutuhnya.
Ada tiga aspek pokok yang menjadi corak khusus bagi seseorang muslim menurut
ajaran islam, yaitu:

1. Adanya wahyu Tuhan yang memberikan kewajiban kepada manusia muslim untuk
melaksanakan tugasnya yang berkaitan dengan Tuhan maupun masyarakat.
2. Praktik ibadah yang harus dilakukan dengan aturan-aturan yang pasti dan teliti. Hal
ini akan mendorong setiap muslim untuk memperkuat tali persaudaraan dengan
sesamanya dan akan menjadikan sebagai kelompok yang terorganisir.
3. Konsepsi islam tentang alam yang menggambarkan penciptaan manusia secara
harmonis dan seimbang dibawah perlindungan tuhan. Ajaran ini juga akan
mengukuhkan kelompok.

Atas dasar ajaran ini maka pribadi muslim bukanlah pribadi yang egoistis, akan tetapi
seseorang pribadi yang penuh dengan sifat-sifat pengabdian baik kepada Tuhan maupun
kepada sesamanya. Selain itu menurut Syaikh M. Jamaludin Mahfuzh ada tiga hal yang
menjadi karakteristik seseorang bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki kepribadian
muslim, yaitu:

1. Menyerahkan diri kepada Allah

Membentuk pribadi yang islami harus atas dasar kesadaran menyerahkan diri kepada
Allah.

2. Kebebasan dan kemuliaan manusia

Pribadi seorang muslim harus melepaskan diri dari pengabdian kepada selain Allah.
Sehingga is benar-benar bisa terbebas dari kegelisahan, ketakutan, dan perasaan apa saja yang
dapat memperlemah dan melecehkan kemuliaan insan.

3. Membebaskan pribadi muslim dari faktor-faktor ketakutan

Mengatasi rasa takut dengan pendekatan aspek akidah (tauhid). Ia ditanamkan akidah
atau keyakinan ke hati setiap muslim bahwa yang menguasai segenap kekuasaan hanyalah
Allah semata. 3

B. Aspek-aspek kepribadian

Pada garis besarnya aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan dalam tiga hal :
 Aspek-aspek kejasmanian

Meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar, misalnya :
cara-caranya berbuat, cara-caranya berbicara dan sebagainya.

 Aspek-aspek kejiwaan

Meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dan ketahuan dari luar,
misalnya : cara berfikir, sikap dan minat.

 Aspek-aspek kerohanian yang luhur

Meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak yaitu filsafat hidup kepercayaan,
meliputi : sistem nilai yang telah meresap dalam kepribadian dan menjadi ciri bagi kualitas
keseluruhan individu.4
Aspek-aspek kepribadian, belum cukup untuk memberi gambaran keseluruhan
mengenai kepribadian-kepribadian, lebih-lebih mengenai proses perkembangannya. Maka
kita membutuhkan bagian-bagian kepribadian yang lebih dinamis. Sifatnya, yaitu tenaga-
tenaga kepribadian.
Pada garis besarnya, tenaga-tenaga itu dapat pula dibagi atas:

a. Tenaga-tenaga kejasmanian

Meliputi seluruh tenaga-tenaga yang bersumber pada tubuh, misalnya tenaga-tenaga


yang bersumber pada bekerjanya kelenjar-kelenjar, peredaran darah, alat-alat pernapasan,
syaraf dan sebagainya.

b. Tenaga-tenaga kejiwaan

Terdiri atas karsa, rasa dan cipta. Dapat juga dibagi atas syahwat, marah dan akal-
pikiran.

 Karsa

Meliputi tenaga-tenaga yang merupakan sumber pendorong dari suatu kegiatan.


Termasuk didalamnya dorongan-dorongan nafsu, keinginan-keinginan, hasrat-hasrat hawa
nafsu dan kemauan
 Rasa

Tenaga-tenaga ini member sifat pada kegiatan-kegiatan berupa keharusan,


kesenangan-kesenangan, ketidaksenangan dan sebagainya.

 Cipta

Melputi tenaga-tenaga yang dapat menciptakan sesuatu, dapat memecahkan


persoalan-persoalan, dapat mencari jalan-jalan yang tepat untuk sesuatu kegiatan. Biasa
disebut akal pikiran.

c. Tenaga kerohanian yang luhur

Tenaga ini memungkinkan seseorang berhubungan dengan hal-hal yang gaib,


memungkinkan manusia berhubungan dengan yang maha agung.
Jadi dapat disimpulkan hubungan antara aspek-aspek kepribadian dan tenaga-tenaga
kepribadian adalah :

1. Aspek-aspek kejasmanian, dipengaruhi dan dibentuk oleh tenaga-tenaga kejasmanian.


2. Aspek-aspek kejiwaan, dipengaruhi dan dibentuk oleh tenaga-tenaga kejiwaan.
3. Aspek-aspek kerohanian yang luhur, terutama dibentuk dan dipengaruhi oleh budhi.5

C. Proses pembentukan kepribadian

Pembentukan kepribadian itu berlangsung secara berangsur-angsur, bukanlah hal yang sekali
jadi, melainkan sesuatu yang berkembang. Oleh karena itu, pembentukan kepribadian
merupakan suatu proses. Akhir dari perkembangan itu jika berlangsung dengan baik maka
akan menghasilkan suatu kepribadian yang harmonis.
Kepribadian yang harmonis adalah apabila segala aspek-aspeknya seimbang pula sesuai
dengan kebutuhan. Pada segi lain kepribadian yang harmonis dapat dikenal, pada adanya
keimbangan antara peran individu dengan pengaruh lingkungan sekitarnya.6
Proses pembentukan kepribadian terdiri atas tiga taraf, yaitu:

 Pembiasaan

Adalah membentuk aspek jasmani dari kepribadian, atau memberi kecakapan berbuat atau
mengucapkan sesuatu. Demikian ini dapat dilakukan dengan cara mengontrol dan
menggunakan tenaga-tenaga kejasmanian dan membantu dengan tenaga-tenaga kejiwaan,
dengan membiasakan peserta didik melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang
diucapkannya.

 Pembentukan pengertian, minat dan sikap

Pada tahap ini diberikan pengertian atau pengetahuan tentang pekerjaan yang dilakukan dan
diucapkan dan ditanamkan pula dasar-dasar kesusilaan yang erat hubungannya dengan
kepercayaan dengan menggunakan tenaga-tenaga kejiwaan karsa, rasa dan cipta.

 Pembentukan kerohanian yang luhur

Pada tahap ini dapat dilakukan dengan pendidikan sendiri, yaitu dengan cara menanamkan
kepercayaan yang terdiri atas:

1. Iman kepada Allah.


2. Iman kepada malaikat.
3. Iman kepada kitab.
4. Iman kepada rasul.
5. Iman kepada Qadla dan Qadar.
6. Iman kepada hari akhir

Dengan penanaman kepercayaan adanya rukun iman tersebut diharapkan akan tercipta
kesadaran dan pengertian yang mendalam. Segala apa yang dipikirkan dan dipilih serta
diputuskan dan juga yang dilakukan adalah berdasarkan keinsafan diri sendiri.7
Ketiga taraf pembentukan kepribadian diatas satu sama lain saling membantu dan saling
pengaruh mempengaruhi. Taraf yang lebih rendah akan menjadi landasan taraf berikutnya
dan akan menimbulkan kesadaran dan keinsafan akan apa yang telah diperoleh dan apa
faedahnya, sehingga akan menimbulkan aktifitas yang lebih sadar dan khusu’.8
Selain itu, proses pembentukan kepribadian muslim dapat pula dilakukan dengan dua
cara, yaitu: pertama, pembentukan kepribadian muslim sebagai individu dan pembentukan
kepribadian muslim sebagai ummah.9

1. Proses pembentukan kepribadian muslim sebagai individu


Dalam pembentukan kepribadian muslim sebagai individu pembentukan diarahkan pada
peningkatan dan pengembangan faktor bawaan dan faktor pendidikan yang berpedoman pada
nilai-nilai islam. Faktor bawaan dikembangkan melalui bimbingan dan pembiasaan berfikir,
bersikap dan tingkah laku menurut norma-norma islam. Sedangkan faktor pendidikan
dilakukan dengan cara mempengaruhi individu dengan menggunakan usaha membentuk
kondisi yang mencerminkan pola kehidupan yang sejalan dengan norma-norma islam seperti
contoh, teladan dan lingkungan yang serasi.
Proses pembentukan kepribadian muslim sebagai individu dapat pula dilakukan dengan cara-
cara sebagai berikut:

a. Portal Education

Proses pendidikan jenis ini dilakukan secara tidak langsung. Proses ini dimulai disaat
pemilihan calon suami atau istri dari kalangan yang baik dan berakhlak. Kemudian
dilanjutkan dengan sikap dan prilaku orang tua yang islami, disaat bayi dalam kandungan,
ditambah lagi dengan pemberian makanan dan minuman yang halal dan baik serta dilengkapi
penerimaan yang baik dari kedua orang tua atas kehadiran bayi tersebut.
Sedang kualifikaisinya sebagai berikut.10
Calon suami yang ideal bagi seorang mukmin :

 Beragama islam.
 Mempunyai komitmen penuh sebagai penanggung jawab rumah tangga yang akan
dibangun kelak.
 Baik budi kepada istri.

Calon istri yang ideal bagi seorang mukmin

 Beragana islam.
 Mempunyai komitmen penuh untuk taat kepada suami.
 Tunduk taat kepada hukum Allah tentang perkawinan mencakup tugas kewajibannya
sebagai ratu rumah tangga, sebagi istri, sebagi ibu yang harus mengandung,
melahirkan, mengasuh anak dan smua yang terkait padanya.11
b. Education by another

Proses pendidikan jenis ini dilakukan secara langsung oleh orang lain seperti: orang tua
dalam rumah tangga, guru disekolah dan pemimpin didalam masyarakat.12
Firman Allah :
Artinya: “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu tidaklah kamu mengetahui
apapun dan ia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati.” (Q.S. Al-Nahl : 78)
Oleh karena itu diperlukan orang lain untuk mendidik manusia supaya dia mengetahui
tentang dirinya dan lingkungannya. Dan sekaligus bantuan orang lain juga diperlukan agar ia
dapat melakukan kegiatan belajar sendiri. Proses ini dimulai semenjak anak dilahirkan
sampai anak mencapai kedewasaan baik jasmani maupun rohani.
Anak yang baru lahir diazankan bagi pria dan diqamatkan bagi wanita, dan kemudian
mendoakannya agar menjadi anak yang saleh dan beragama dan mendoakannya agar
terhindar dari gangguan syetan dan lainnya. Setelah anak berumur tujuh hari lalu
diaqeqahkan. Setelah anak dewasa sedikit lalu dikhitankan. Kemudian anak-anak disuruh
belajar dimasjid/musholla disekolah atau dilembaga pendidikan lainnya.

c. Self Education

Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain seperti membaca
buku-buku, majalah, Koran dan sebagainya, atau melalui penelitian untuk menemukan
hakikat segaala sesuatu tanpa bantuan orang lain.
Menurut Muzzayyin, self education timbul karena dorongan dari naluri kemanusiaan yang
ingin mengetahui. Ia merupakan kecenderungan anugrah Tuhan. Dalam ajaran islam yang
meyebabkan adanya dorongan tersebut adalah hidayah Allah.
Firman Allah SWT:
Artinya : “Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap makhluk
bentuk kejadiannya petunjuk.” (Q.S. Tha’ha : 50)13

2. Pembentukan kepribadian muslim sebagai ummah.

Kepribadian muslim sebagai ummah adalah merupakan komunitas muslim yang memiliki
pandangan hidup sama, walaupun masing-masing mempunyai faktor bawaan yang berbeda.
Persamaan pandangan hidup diyakini akan membantu usaha membina hubungan yang baik
serasi antar sesama anggota keluarga, masyarakat, bangsa, maupun antar sesama manusia
sebagai ummah.
Selain itu proses pembentukan kepribadian muslim secara ummah dapat puka dilakukan
dengan cara dibawah ini :

a. Pergaulan social

1. Tidak melakukan hal-hal yang keji dan tercela seperti, membunuh, menipu, riba,
merampok, memakan harta anak yatim dan sebagainnya.
2. Membina hubungan tata tertib, meliputi bersikap sopan santun dalam pergaulan,
meminta izin ketika masuk kerumah orang, berkata baik dan memberi serta membalas
salam.
3. Mempererat hubungan kerjasama dengan cara meninggalkan perbuatan-perbuatan
yang dapat merusak dasar kerjasama untuk membela kejahatan, berkhianat,
mengadakan saksi palsu dan sebagainya.
4. Menggalakkan perbuatan-perbuatan terpuji yang memberi dampak positif kepada
masyarakat antara lain berupa menepati janji, memaafkan, memperbaiki hubungan
antar sesama muslim dan sebagainya.

b. Pergaulan dalam Negara

Pergaulan dalam Negara dapat dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai ke islaman dalam
Negara berupa.

1. Kewajiban kepala Negara untuk bermusyawarah dengan rakyatnya.


2. Menerapkan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran dan kasih saying serta tanggung
jawab terhadap rakyat.
3. Tidak menyelenggarakan kepercayaan rakyat dan menyalah gunakan kekuasaan.
4. Tidak membedakan kedudukan dan status social antara orang kaya dan miskin dalam
penerapan undang-undang.

Sebaliknya sebagai rakyat, kaum muslimin diminta pula untuk menjalankan kewajiban dalam
bentuk aktifitas yang memiliki nilai-nilai islam itu berupa:
1. Kewajiban mengikuti disiplin dengan taat dan bersyarat, yaitu selama kepala Negara
masih dapat menjunjung tinggi perintah Allah.
2. Menyiapkan diri dalam membela Negara.
3. Menjauhi hal-hal yang dapat merugikan Negara seperti bekerja sama dengan musuh,
menjauhi kerusankan dan membuat maker.

c. Pergaulan antar Negara

1. Melaksanakan perdamaian antar bangsa.


2. Menghargai perjanjian.
3. Tidak serang menyerang.
4. Membina kerukunan antar Negara dan bantu membantu sesama.14

Pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat, maupun ummah


pada hakikatnya seiring dan menuju ketujuan yang sama. Tujuan utamanya adalah guna
merealisasikan diri, baik secara pribadi maupun secara komunitas untuk menjadi pengabdi
Allah yang setia, tunduk dan patuh pada aturan Allah.15

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepribadian muslim yaitu kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya baik tingkah laku
luarnya, kegiatan jiwanya maupun falsafah hidupnya dan menunjukkan pengabdian kepada
tuhan dan penyerahan diri kepadanNya dengan disertai beberapa sifat yang mencerminkan
ciri khas sebagai seorang muslim.
Kepribadian muslim merupakan suatu hasil dari proses sepanjang hidup. Kepribadian
muslim tidak terjadi sekaligus, akan tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang.
Oleh sebab itu banyak factor yang membentuk kepribadian muslim tersebut.
Pada dasarnya pembentukan kepribadian muslim sebagai individu, keluarga, masyarakat,
maupun ummah pada hakikatnya seiring dan menuju ketujuan yang sama. Tujuan utamanya
adalah guna merealisasikan diri, baik secara pribadi maupun secara komunitas untuk menjadi
pengabdi Allah yang setia, tunduk dan patuh pada aturan Allah.16

B. Saran-saran

Dengan memahami konsep kepribadian muslim dalam perspektif filsafat pendidikan


islam dapat diharapkan nantinya seorang pendidik dapat berfikir, berkata dan bertindak
dengan bernafaskan islami. Karena dalam tujuan pendidikan islam itu sendiri menurut Al-
Mawardi adalah diharapkan dari seorang pendidik menjadi figure yang dapat dicontoh
peserta didik dan masyarakat, oleh karena itu segala tingkah laku pendidik harus sesuai dan
sejalan dengan norma dan nilai ajaran agama yang berasal dari wahyu sehingga peserta didik
akan mencontohnya.17 Hal ini senada dengan yang dikatakan Zakiyah Drajat bahwa faktor
terpenting bagi seorang pendidik adalah pribadinnya. Kepribadian itulah yang akan
menentukan apakah ia akan menjadi pendidik dan Pembina yang baik bagi peserta didiknya,
ataukah menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan peserta didiknya.18
Sedangkan bagi seorang peserta didik denan memahami konsep kepribadian muslim
dalam perspektif filsafat pendidikan islam diharapkan peserta didik nantinya dapat berbudi
pekerti (berkepribadian) yang baik sehingga dapat mudah menyerap ilmu yang diajarkan oleh
pendidiknya serta nantinya diharapkan seorang peserta didik mendapatkan kebahagiaan
didunia dan diakherat. Dan menjadi seorang yang paripurna (insane kamil) hal ini seperti
yang dikatakan oleh Hamka bahwa tujuan dari pendidikan adalah terapannya manusia yang
sempurna atau insane kamil.19 Sedang menurut Zakiyah Drajat konsep Insan Kamil diartikan
sebagai manusia utuh Rohani dan Jasmaninya dapat hidup berkembang secara wajar dan
normal karena taqwa kepada Allah SWT.20

DAFTAR PUSTAKA
Khobir, Abdul. 2009. Filsafat Pendidikan Ialam. Pekalongan : Gama Media Offset.
Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakata : Kalam Mulia.
Muchlas, Imam. 2006. Al-Qur’an Berbicara Tentang Hukum Perkawinan. Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang.
Marimba, D Ahmad. 1962. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : PT Alma’arif.
Al-Banjani, Ramadhana Rachmat. 2008. Membaca Kepribadian Muslim Seperti Membaca Al-
Qur’an. Jogjakarta : Diva Press.
Zuhairini, dkk. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara.
Hamka. 1987. Tasawuf Modern. Jakarta : Panji Mas

Anda mungkin juga menyukai