Anda di halaman 1dari 29

Asuhan Keperawatan GERONTIK

REUMATOID

OLEH:
NUR HIKMAH

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PAREPARE
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Dosen Pembimbing

(Hj. I Takko P, SKM, M.Kes )

Oleh :
NUR HIKMAH
NIM PO713202181071

TINGKAT 3B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR

PRODI KEPERAWATAN PAREPARE


A. Pengertian
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat
sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara
simetris (Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165).
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses
inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia
lanjut. Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi
Darmojo, 1999).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane
sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan
Martin Tucker, 1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri
persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan (Diane C. Baughman, 2000).
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi
utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Arif Mansjour, 2001).

B. Etiologi
Penyebab utama penyakit Reumatik masih belum diketahui secara pasti.  Ada
beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab Artritis Reumatoid, yaitu:
1.      Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
2.      Endokrin
3.      Autoimmun
4.      Metabolik
5.      Faktor  genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini Artritis rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin
disebabkan oleh  karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid
yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
C. Manifestasi klinis
Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang lazim ditemukan pada
penderita Reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat
yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat
bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan
menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
b. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada
sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-
sendi  antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat
digerakan dengan bebas) dapat terserang.
c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.
d. Artritis erosif merupakan  merupakan ciri khas penyakit ini  pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi  yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang .
e. Deformitas : kerusakan dari struktur  penunjang  sendi  dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi  jari, pergeseran  sendi pada tulang telapak 
tangan   dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas
tangan yang sering dijumpai pada penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan  kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari  subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga
dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerakan ekstensi.
f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita  rematik. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini
adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan,
walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya
nodula-nodula ini biasanya merupakan  petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih
berat.
g. Manifestasi ekstra-artikular  (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang
organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis siccs yang merupakan
sindrom SjÖgren,  sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang
berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada
myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena
embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.

D. Patofisiologi

Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti


vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial
menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini
granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke
tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan
pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa
adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari
serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang
mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi
kronis yang progresif.

E. Pemeriksaan penunjang
1. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
2. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
3. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
4. .Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk
pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen (C3 dan C4).
5. Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
6. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
kental dibanding cairan sendi yang normal.
7. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikuler pada foto rontgen

  F.Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
2. Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik.
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan
mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis
3. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
4. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
5. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
6. Dukungan psikososial
7. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
8. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
9. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
10. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin
11. Diet rendah purin:
Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam urat dan
menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas
normal.
G. Komplikasi

1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi


di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan
oleh adanya darah yang membeku.
5. Terjadi splenomegali.
6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau
obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD )
yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan
antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati
akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMATOID ATRITIS

A. Pengkajian

1. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data dasar
pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
(misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau
remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

2. Riwayat Kesehatan
A. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
B. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
(1) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
(2) Catat bila ada krepitasi
(3) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
(4) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
c. Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
d. Ukur kekuatan otot
e.  Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
f.  Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

4.  Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi;
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
5. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
6. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan
pada orang lain).
7.  Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan\
Kekeringan pada membran mukosa.
8.  Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
9. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris
10.Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi).
11.Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan
menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
12.  Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
13. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi
pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi
berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya
aspek body image dan harga diri klien.

B.  Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut akibat proses inflamasi pada daerah kaki b.d kesemutan dan rasa ngilu
pada persendian
2. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas
3. Kurang pengetahuan tentang rematik berhubungan dengan keterbatasan kognitif
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

C.Intervensi keperawatan
1.  Nyeri akut akibat proses inflamasi pada daerah kaki b.d kesemutan dan rasa ngilu
pada persendian
Tujuan :
 Nyeri hilang dan proses inflamasi dapat diatasi
 Rasa kesemutan dan ngilu berkurang/ teratasi
Kriteria Hasil:
 Klien melaporkan rasa kesemutan dan ngilu berkurang
 Klien dapat beraktifitas tanpa rasa ngilu dan kesemutan.
Intervensi Rasional
a.  1.   Kaji nyeri, catat lokasi dana. 1.Membantu dalam menentukan
intensitas (skala 0-10). Catat kebutuhan manajemen nyeri dan
faktor-faktor yangmempercepat keefektifan program.
dan tanda-tanda rasa sakit nonb.
verbal 2. Panas meningkatkan
b.  relaksasi otot dan mobilitas,
2. Anjurkan klien untuk menurunkan rasa sakit.
mandi air hangat, kompres sendi-
sendi yang sakit dengan kompres 3.Meningkatkan relaksasi/
hangat mengurangi tegangan otot serta
berikan masase yang Meningkatkan relaksasi,
lembut memberikan rasa kontrol dan
mungkin meningkatkan
3. Ajarkan teknik kemampuan koping.
relaksasi dan distraksi
4.Memudahkan untuk ikut
4.Kolaborasi pemberian obat serta dalam terapi dan mengurangi
sesuai indikasi yang diberikan tegangan otot / spasme.

c.     

2. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan


kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria Hasil :
a. Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
b. Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

Intervensi Rasional
1. Dorong pengungkapan 1. Berikan kesempatan untuk
mengenai masalah tentang mengidentifikasi rasa takut/
proses penyakit, harapan masa kesalahan konsep dan
depan menghadapinya secara langsung
b.   
2. Diskusikan arti dari kehilangan/   2.Mengidentifikasi bagaimana
perubahan pada pasien/orang penyakit mempengaruhi
terdekat. Memastikan persepsi diri dan interaksi
bagaimana pandangaqn pribadi dengan orang lain akan
pasien dalam memfungsikan menentukan kebutuhan terhadap
gaya hidup sehari-hari, termasuk intervensi/ konseling lebih
aspek-aspek seksual. lanjut.

3. Diskusikan persepsi pasiec. 3. Isyarat verbal/non verbal


nmengenai bagaimana orang orang terdekat dapat
terdekat menerima keterbatasan. mempunyai pengaruh mayor
pada bagaimana pasien
memandang dirinya sendiri
D 4.  Perhatikan perilaku menarik diri,d.
penggunaan menyangkal atau terlalue. 4.   Dapat menunjukkan
memperhatikan perubahan emosional ataupun metode
koping maladaptive,
f.  5. Susun batasan pada perilaku mal membutuhkan intervensi lebih
adaptif. Bantu pasien untuk lanjut
mengidentifikasi perilaku positiff.
yang dapat membantu koping. f.      5. Membantu pasien untuk
mempertahankan kontrol diri,
yang dapat meningkatkan
perasaan harga diri

3. Kurang pengetahuan tentang rematik berhubungan dengan keterbatasan kognitif


 Tujuan : Pengetahuan klien bertambah
 Kriteria Hasil : Klien paham mengenai penyakitnya

Intervensi Rasional
1.    Kaji tingkat pengetahuan 1. Mengetahui sejauh mana
klien klien memahami tentang
g. penyakit yang dideritanya
h. 2. Berikan pendidikan kesehatan
tentang cara mencegah dan 2. Menambah pengetahuan
mengatasi rematik pasien tentang penyakit yang
dideritanya
3. Evaluasi tingkat
pengetahuan klien 3.Memudahkan dalam
menentukan intervensi
selajutnya

4.  Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan


kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Kriteria Hasil :
a. Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
b. Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
c. Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
Intervensi Rasional
a.    1. Diskusikan tingkat fungsia.    1.Mungkin dapat melanjutkan
umum (0-4) sebelum timbul awitan/ aktivitas umum dengan
eksaserbasi penyakit dan potensial melakukan adaptasi yang
perubahan yang sekarang diperlukan pada keterbatasan saat
diantisipasi ini
b.    2. Pertahankan mobilitas, kontrolb.   2. Mendukung kemandirian
terhadap nyeri dan program latihan fisik/emosional

c.    3. Kaji hambatan terhadapc.   3.Menyiapkan untuk


partisipasi dalam perawatan diri. meningkatkan kemandirian, yang
Identifikasi /rencana untuk akan meningkatkan harga diri
modifikasi lingkungan
d.   4.Berguna untuk menentukan alat
d.  4.  Kolaborasi: Konsul dengan ahli bantu untuk memenuhi kebutuhan
terapi okupasi. individual. Mis; memasang
kancing, menggunakan alat bantu
memakai sepatu,
menggantungkan pegangan untuk
mandi pancuran

e.    5.Mengidentifikasi masalah-
e.    5. Kolaborasi: Atur evaluasi masalah yang mungkin dihadapi
kesehatan di rumah sebelum karena tingkat kemampuan aktual
pemulangan dengan evaluasi
setelahnya.
D. Implementasi
Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan/ melaksanakan rencana
tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara
optimal (Nursalam, 2008).
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan
dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini
terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama
proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses,
dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut sebagai
evaluasi hasil (Hidayat, A.A.A, 2008).
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN USIA LANJUT
I. DATA DEMOGRAFI

NAMA LANSIA : Ny”M”


UMUR : 69 tahun
ALAMAT : Lero menralo
JENIS KELAMIN : Perempuan
JUMLAH KETURUNAN
 ANAK : 2 orang
 CUCU : 6 orang

NAMA SUAMI/ISTRI : Tn”M”


UMUR : 74 tahun
II. PENGKAJIAN
A. FISIK
WAWANCARA
 Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya:
Klien merasa kalau dirinya sakit tetapi sakitnya tidak terlalu berat.
Keluhannya sakit pada kedua lutut.
 Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia :
Klien masih mampu mengerjakan pekerjaan rumah seperti masak, cuci
piring BAB, dan BAK.
 Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri:
Klien mampua merawat diri seperti makan /minum, mandi, Berpakaian,
Ke WC, Transfering/pindah dan Ambulasi, Memotong kuku saat
panjang.
 Kekuatan fisik lanjut usia otot, sendi, penglihatan, dan
pendengaran:
a.       Kekuatan otot dan sendi              :
kekuatan pada masing-masing anggota ekstrimitas berbeda;
1)   Tangan kiri dan kanan kekuatannya masih cukup kuat
2)      Kaki kiri dan kanan kekuatannya berkurang, jika jalan terlalu lama
terasa sakit pada kedua lutut
b.      Penglihatan                      : kurang baik (sudah mulai kabur )
c.       Pendengaran                    : Pendengaran sudah kurang baik

 Kebiasaan makan, minum, istrirahat/tidur, buang air besar/kecil :


a.       Kebiasaan makan             : selera makan kurang
b.      Kebiasaan minum             : minum jika haus, sehari ± 7 gelas/hari
c.       Kebiasaan tidur                : Tidur siang ± 2 jam, kadang susah tidur
kalau malam
d.      Kebiasaan BAB/ BAK    : Masih lancar BAB dan BAK.

 Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lanjut usia:


Klienmengatakan tidak ada olahraga tertentu, klien mengatakan hanya
melakuakan aktifitas di kebun dan dirumah saja.
 Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna
dirasakan:
Klien mengatakan sudah tidak mampu berjalan terlalu lama karena sering
sakit pada kedua lututnya, klien merasa bahwa kekuatannya sudah
berkurang.
 Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan
dalam minum obat:
Klien mengatakan jarang memeriksakan kesehatannya, kalau sakit
biasanya beli obat tradisional seperti jamu dll.
 Masalah-masalah seksual yang dirasakan :
Klien mengatakan sudah tidak mampu melakukan kegiatan seksual.
Pemeriksaan Fisik
 Pemerikisaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
untuk mengetahui perubahan suhu tubuh
 Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik, yaitu:
 Head to toe
 Sistem tubuh
1. Temperatur: 36 0 C
Tempat pengukuran : aksila (ketiak)
2. Pulse ( denyut nadi) :
 Kecepatan : 70x/menit
 Irama : lambat
 Volume :

Tempat pengukuran :
 Apikal................. (Radial kanan) Apikal.....................

3. Respirasi ( pernapasan) :
 Kecepatan : 22 x/ menit
 Irama :
 Kedalaman :
 Bunyi : vesikular
4. Tekanan darah : 130/90 mmHg

Posisi pengukuran :
 Saat baring. 130/90 mmHg

5. Berat dan tinggi badan terakhir : 165 cm


6. Tingkat orientasi :
a. Waktu : 16:00
b. Tempat : Di Rumah
c. Orang : Ny”M”
7. Memory ( ingatan ) : Menurun

8. Tidur :
a. Kwantitas ( lama tidur ) : 6-7 jam perhari
b. Kwalitas : Tidak nyenyak
c. Pola : Tidak teratur/sering terbangun dimalam hari

9. Istirahat
a. Kwantitas ( lama tidur) : 30 menit-1 Jam
b. Kwalitas : Nyenyak
c. Pola : Tidak teratur

10. Penyesuaian psikososial :


1.      Daya ingat                   : Klien masih mampu mengingat kejadian masa lalu,
tetapi tidak mampu lagi menceritakan secara detail.
2.      Proses pikir                  : Baik
3.      Alam perasaan             : Klien merasa ingin berkumpul dengan anak-
anaknya
4.      Orientasi                      : Klien masih mampu beradaptasi dengan tempat
tinggal sekitar rumah

Sistem persarafan
1. Kesemetrisan raut wajah : Simetris kanan dan kiri
2. Tingkat kesadaran :
 Snile (pikun) : Masih pada tahap stabil
 Daya ingat : Menurun

3. Mata
 Pergerakan : Bisa menutup dan membuka
 Penglihatan : Pandangan kabur
 Penyakit penyerta : Rabun jauh (miopi), gangguan pendengaran

4. Pupil
 Kesamaan : Isokor

5. Ketajaman penglihatan : Kurang tajam


 Jangan dites didepan jendela
 Pergunakan tangan atas gambar
 Cek kondisi kacamata

6. Sensori deprivation (gangguan sensorik ) : Tidak ada

7. Ketajaman pendengaran : Kurang jelas


 Apakah menggunakan alat bantu dengar: Klien tidak menggunakan alat
bantu
pendengaran
 Tinitus : Tidak mengalami titinus
 Serumen : tidak terdapat serumen

8. Rasa sakit atau nyeri : tidak terdapat rasa nyeri

9. Sistem kardivaskuler
1. Sirkulasi periper : tidak terjadi penyempitan
 Warna : Biru keungu-unguan
 Kehangatan : Hangat

2. Denyut nadi apikal : 70 x/menit


3. Pembengkakan vena jugularis : Tidak terdapat pembengkakan vena
jugularis
4. Pusing :klienmengatakan kadang pusing
5. Nyeri dada :klien mengatakant idak nyer
ipadadaerah dada
6. Edema : Tidak terdapat edema.

Sistem Gastrointestinal
1. Status gizi : Baik
2. Pemasukan diet : Baik
3. Anoreksia : Tidak mengalami anoreksia
4. Mual : Tidak mengalami mual
5. Muntah : Tidak mengalami muntah
6. Mengunyah dan menelan : Normal
7. Keadaan gigi : Kurang bersih
8. Rahang : Normal
9. Rongga mulut : Normal
10. Bising usus : 24x/menit
11. Keadaan perut : Datar
12. Konstipasi ( sembelit) : Tidak mengalami konstipasi
13. Diare : Tidak mengalami diare
14. Inkontinesia alvi : Tidak mengalami Inkontinesia alvi

Sistem genitourinarius

1. Warna dan bau urine :kuning kecoklatan, bauh khas


(amoniak)
2. Distensi kandung kemih : Tidak mengalami distensi
3. Inkontinensia : Tidak mengalami
Inkontinensia
4. Frekuensi : 4-5x sehari
5. Tekanan/desakan : Tidak merasakan adanya
desakan
6. Pemasukan cairan : 1-2 liter/ hari
7. Pengeluaran cairan : 1200-1500 ml/hari
8. Disuria : Tidak mengalami disuria
9. Seksualitas
 Minat melaksanakan hubungan seks : Tidak
 Frekwensi :-

Sistem kulit
1. Kulit
 Temperatur : 360C
 Tingkat kelemahan : kelenturan berkurang
 Keadaan luka
 Luka terbuka/tertutup : Tidak ada luka
 Robekan : Tidak ada luka
 Turgor (kekenyalan kulit) : Jelek
 Pigmen : kecoklatan
2. Jaringan parut : Tidak ada jaringan perut
3. Keadaan kuku : kurang bersih
4. Keadaan rambut : Rontok dan beruban
5. Gangguan-gangguan umum : tidak ada gangguan umum

Sistem muskuloskeletal
1. Kontraktur : Lemah
 Otot : kaku
 Tendon :kaku
 Gerakan sendi : kaku atau lemah
2. Tingkat mobilisasi
 Ambulasi : Terhambat
 Gerakan : Terhambat
 Kekuatan otot : Lemah
 Kemampuan melangkah atau berjalan : Lemah/nyeri
3. Gerakan sendi : Terganggu pada lutut
4. Paralisis : Tidak mengalami Paralisis
5. Kifosis : Tidak mengalami kifosis

B. Psikologi
 Pengenalan masalah-masalah utama : Melalui pendekatan
 Sikap terhadap proses penuaan : Sabar
 Perasaan dibutuhkan : kasih sayang dari orang terdekat
 Pandangan terhadap kehidupan : kehidupan baik-baik saja
 Koping stressor : klien mampu menghadapi stress
 Penyesuaian diri : klien selalu bergaul dengan tetangga
 Kegagalan : klien selalu bergaul dengan tetangga
 Harapan saat ini dan yang akan datang : bisa sembuh dan berkumpul lagi
bersama keluarga.
 Fungsi kognitif
 Daya ingat : menurun
 Proses pikir : menurun
 Alam perasaan : gelisah
 Orientasi : 10 poin (normal)
 Kemampuan dalam penyelesaian masalah : maslah
mengendalikan emosi

C. Sosial Ekonomi
 Sumber keuangan : Anak
 Kesibukan dalam mengisi waktu luang : Membersihkan rumah
 Tempat tinggal : bersama anak dan cucu
 Kegiatan organisasi : tidak ada
 Pandangan terhadap lingkungannya : aman dan nyaman
 Hubungan dengan orang lain diluar rumah : baik
 Yang biasa mengunjungi : keluarga dan tetangga
 Penyalurkan hobi/keinginan : : tidak ada
Sesuai fasilitas yang ada
D. Spiritual
 Kegiatan ibadah : klien rajin dalam melaksanakan ibadah
 Kegiatan keagamaan : klien terkadang mengikuti pengajian di masjid
terdekat.
 Cara lanjut usia menyelesaikan masalah : meminta dukungan dan
pendapat orang terdekat.
 Penampilan lansia : sesuai usia

E. Psikososial

 Tingkat ketergantungan : tinggi terhadap orang terdekat


 Fokus diri : klien selalu fokus pada dirinya akan kesehatannya.
 Perhatian : klien selalu mendapat perhatian dari keluarga.
 Rasa kasih sayang : klien selalu mendapat kasi sayang dari keluarga.
ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Proses menua Nyeri
Ny M
mengatakan ± sudah 3 Perubahan hormonal
tahun merasa
kesemutan dan linu Permukaan tulang dan
pada kakinya sendi tidak lagi licin
Ny M
mengatakan rasa Tulang mengalami
kesemutan dan linu gesekan
bertambah jika terkena
dingin dan berkurang Nyeri
setelah minum obat.
DO:
TD  :130/90
mmHg
Nadi : 70
x/menit
Suhu : 36 C
Respirasi : 22
x/menit
Ny M tampak
memegangi kakinya
2. DS: Proses menua Kurang
Ny M mengatakan pengetahuan
tidak mengerti tentang Penurunan daya ingat tentang rematik
penyakit rematik,
makanan pantangan Kurang terpapar
dan cara pengobatan informasi
untuk rematik
DO: Kurang pengetahuan
Ny M tampak bertanya tentang rematik
tentang rematik,
makanan pantangan
dan cara pengobatan
rematik

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut akibat proses inflamasi pada daerah kaki b.d kesemutan dan rasa ngilu
pada persendian
2. Kurang pengetahuan tentang rematik berhubungan dengan keterbatasan kognitif

RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN


N Rencana
o. Diagnosa Tujuan Kriteria Intervensi
Tgl Hasil Rasional
D Keperawatan
x
16/09 1. Nyeri akut Tujuan Setelah 1.Kaji 1. Membantu
2018 akibat proses 1. Nyeri dilakukan tingkat nyeri dalam menentukan
inflamasi pada hilang intervensi klien kebutuhan manajemen
daerah kaki dan hasil yang 2.anjur nyeri dan keefektifan
b.d kesemutan proses diharapkan kan klien untuk program.
dan rasa ngilu inflamasi : mandi air 2.Panas
pada dapat Ny M hangat, meningkatkan relaksasi
persendian diatasi melaporka kompres sendi- otot dan mobilitas,
DS: n rasa sendi yang menurunkan rasa sakit.
Ny M 2.Rasa kesemutan sakit dengan 3.Meningkatkan
mengatakan kesemuta dan ngilu kompres hangat relaksasi/ mengurangi
sudah ± dua n dan berkurang 3. tegangan otot
tahun merasa ngilu Ny M ajarkan teknik Meningkatkan
kesemutan berkuran dapat relaksasi dan relaksasi, memberikan
dan linu pada g/ beraktifitas distraksi rasa kontrol dan
kakinya teratasi. tanpa rasa 4.kolab mungkin meningkatkan
ngilu dan orasi kemampuan koping.
Ny M kesemutan. pemberian obat 4.Memudahkan
mengatakan kaji sesuai indikasi untuk ikut serta dalam
rasa keluhan yang diberikan terapi dan mengurangi
kesemutan yang tegangan otot / spasme.
dan linu dirasakan
bertambah klien, catat
jika terkena faktor
dingin dan yang
berkurang memperce
setelah minum pat dan
obat tanda-
DO: tanda rasa
TD  : sakit non
130/90 mmHg verbal.
Nadi
70x/menit
Suhu :
36 C
Respir
asi : 22
x/menit
Ny M
tampak
memegangi
kakinya
No Diagnosa Rencana
Tgl . Keperawata Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
Dx n Hasil
16/0 2. Kurang Tujuan : Setelah 1.Kaj 1.Mengetahui
9 pengetahuan Pengetahua dilakukan i tingkat sejauh mana klien
2018 tentang n Ny M intervensi pengetahuan memahami tentang
rematik b.d dapat diharapkan klien penyakit yang
keterbatasan bertambah : 2.Ber dideritanya
kognitif Ny ikan 2.Menambah
DS: M pendidikan pengetahuan pasien
Ny M mengataka kesehatan tentang penyakit yang
mengatakan n paham tentang cara dideritanya
tidak mengenai mencegah 3.
mengerti penyakitny dan Memudahkan dalam
tentang a mengatasi menentukan
penyakit rematik intervensi selajutnya
rematik, 3.Eva
makanan luasi tingkat
pantangan pengetahuan
dan cara klien
pengobatan
untuk rematik
DO:
Ny M tampak
bertanya
tentang
rematik,
makanan
pantangan
dan cara
pengobatan
tradisional
untuk rematik

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Tanggal No. Implementasi Evaluasi
16 1 1. Mengkaji tingkat nyeri S :
september klien Ny M mengatakan sudah ± tiga
2018 tahun merasa kesemutan dan linu pada
2. Menganjurkan klien kakinya
untuk mandi air hangat, Ny M mengatakan rasa kesemutan
kompres sendi- sendi yang dan linu bertambah jika terkena dingin dan
sakit dengan kompres berkurang setelah minum obat
hangat
O:
3. Mengajarkan TD  :130/90 mmHg
teknik relaksasi dan Nadi : 70 x/menit
distraksi Suhu : 36 C
Respirasi : 22 x/menit
4. Berkolaborasi Ny M tampak memegangi kakinya
pemberian obat sesuai Ny M tampak mempraktekan
indikasi yang diberikan teknik relaksasi dengan tarik nafas dalam

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi

S: Ny M mengatakan sudah mengerti


tentang penyakit rematik, makanan
1.Mengkaji pantangan dan cara pengobatan untuk
tingkat pengetahuan klien rematik

2.Memberikan O: Ny M sudah tidak tampak bertanya-


pendidikan kesehatan tanya lagi tentang penyakitnya
tentang cara mencegah
dan mengatasi rematik A: Masalah teratasi

3.Mevaluasi P: Hentikan intervensi


tingkat pengetahuan klien

Anda mungkin juga menyukai