Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN KEUANGAN PERBANKAN

Manajemen Modal Bank

Disusun Oleh :

Erni Nur Fiatul Hasanah 1807521097

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA
2020

Kata Pengantar

i
Puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Paper
RMK Manajemen Perbankan tentang “Manajemen Modal Bank” dengan sebaik-baiknya dan
tepat pada waktunya.
Semoga tugas saya ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya tugas
yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Denpasar, 20 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2
2.1 Manajemen Modal Bank.................................................................................2
2.2 Perubahan Kesepakatan Internasional............................................................4
2.3 Peraturan Bank Indonesia tentang Modal Bank di Indonesia.........................8
BAB III PENUTUP ....................................................................................................14
3.1 Kesimpulan...................................................................................................14
3.2 Saran ............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bank merupakan suatu perusahaan yang menjalankan fungsi intermediasi atas dana yang
diterima dari nasabah. Jika sebuah bank mengalami kegagalan, dampak yang ditimbulkan
akan meluas mempengaruhi nasabah dan lembaga-lembaga yang menyimpan dananya atau
menginvestasikan modalnya di bank, dan akan menciptakan dampak ikutan secara
domestik maupun pasar internasional. Karena pentingnya peran bank dalam melaksanakan
fungsinya maka perlu diatur secara baik dan benar. Hal ini bertujuan utnuk menjaga
kepercayaan nasabah terhadap aktivitas perbankan.
Salah satu peraturan yang perlu dibuat untuk mengatur perbankan adalah peraturan
mengenai permodalan bank yang berfungsi sebagai penyangga terhadap kemungkinan
terjadinya resiko. Besar kecilnya modal sangat berpengaruh terhadap kemampuan bank
untuk melaksanakan kegiatan operasinya. Selain itu modal juga berfungsi untuk menjaga
kepercayaan terhadap aktivitas perbankan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga
intermediasi atas dana yang diterima dari nasabah.
Di dalam memilih modal juga terdapat resiko – resiko yang harus dihadapi. Dengan
adanya resiko – resiko tersebut Bank Indonesia mengeluarkan keputusan – keputusan
mengenai Basel – Basel untuk menangani resiko tersebut.
Dalam makalah ini kami akan membahas lebih lanjut tentang modal, resiko, tipe,
kegunaan, peraturan serta keputusan Basel – Basel terkait modal yang dibuat Bank
Indonesia
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Manajemen Modal Bank
1.2.2. Kesepakatan Basel I dan Modal Bank
1.2.3. Kesepakatan Basel II dan Modal Bank
1.2.4. Kesepakatan Basel III dan Modal Bank
1.2.5. Peraturan Bank Indonesia tentang Modal Bank di Indonesia
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
1.3.1. Untuk mengetahui apa sajamodal dan resiko bank, tipe modal dan kegunaan modal
1.3.2. Untuk mengetahui apa dan bagaimana kesepakatan basel I, basel II, Basel III serta
modal bank
1.3.3. Untuk mengetahui apa saja peraturan Bank Indonesia tentang modal bank di
Indonesia

1
BAB II
MANAJEMEN MODAL BANK

2.1 Manajemen Modal Bank


2.1.1 Pengertian Modal
Menurut Dahlan Siamat (2000;56) “Modal adalah dana yang ditempatkan pihak
pemegang saham, pihak pertama pada bank yang memiliki peranan sangat penting sebagai
penyerap jika timbul kerugian (risk loss). Modal juga merupakan investasi yang dilakukan
oleh pemegang saham  yang harus selalu berada dalam bank dan tidak ada kewajiban
pengembalian atas penggunaannya”.
Modal adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau pemegang saham ditambah
dengan agio saham dan hasil usaha yang berasal dari kegiatan usaha bank. Modal terdiri
dari modal inti dan modal pelengkap.
Untuk meningkatkan besarnya modal, bank dapat melakukan dengan cara penambahan
dana baru dari pemilik atau meningkatkan hasil usaha bank, sedangkan bagi bank yang
sahamnya sudah dicatatkan di bursa, saham tersbut bisa dijual ke masyarakat luas.
2.1.2 Resiko Modal Bank
Bank Indonesia sebagai berkewajiban penuh untuk menjaga dan melindungi perbankan
dalam negeri dari berbagai risiko yang timbul. Dalam hal ini ada 4 (empat) risiko yang
perbankan yang ditetapkan atau diisyaratkan oleh Bank Indonesia untuk di-manage
(dikelola) yaitu : 
a. Risiko Kredit.
Risiko kredit merupakan risiko yang disebabkan oleh ketidak-mampuan para debitur
dalam memenuhi kewajibannya sebagaimana yang perlu dipersyaratkan oleh pihak
kreditur. 
b. Risiko Pasar.
Risiko pasar merupakan risiko yang disebabkan karena adanya pergerakan pasar dari
kondisi normal ke kondisi di luar prediksi atau yang tidak normal sehingga kondisi
tersebut menyebabkan pihak perbankan mengalami kerugian. Risiko pasar secara
umum disebabkan karena dua hal : 
1. Risiko nilai tukar adalah risiko yang disebabkan karena perubahan nilai tular mata
uang asing di pasaran internasional sehingga perubahan ini mempengaruhi kepada
kondisi yang tidak pasti pada nilai perusahaan. Seperti perubahan pada nilai tukar
mata uang dollar Amerika. 

2
2. Risiko tingkat bunga adalah risiko yang disebabkan karena berubahnya tingkat
suku bunga (interest rate) yang menyebabkan suatu perusahaan menghadapi dua
tipe risiko selanjutnya yaitu 1) risiko perubahan pendapatan, dimana perubahan
itu menyebabkan berubahnya atau berkurangnya nilai dari yang diharapkan, 2)
risiko perubahan nilai pasar yaitu terjadinya penurunan nilainya atau menjadi
lebih kecil dari yang semula
c. Risiko Operasional.
Risiko operasional merupakan risiko yang timbul karena faktor internal bank sendiri
yaitu seperti kesalahan pada system computer, human error, dan lainnya sehingga
kejadian seperti itu telah menyebabkan timbulnya masalah pada bank itu sendiri.
d. Risiko Likuditas.
Risiko likuditas merupakan risiko yang dialami oleh pihak perbankan karena
ketidakmampuannya memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2.1.3 Tipe – Tipe Modal
Tipe modal dapat digolongkan ke dalam dua tipe yaitu,
a. Modal Inti
Modal inti atau core capital (Tier 1) terdiri atas modal disetor, agio saham, modal
sumbangan, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan setelah diperhitungkan
pajak, laba tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, dikurangi kerugian tahun lalu,
laba tahun berjalan setelah dikurangi pajak (diperhitungkan 50%), dikurangi rugi tahun
berjalan, dikurangi goodwil (jika ada) dan diperhitungkan kekurangan jumlah
penyisihan penghapusan aktiva produktif dari jumlah yang seharusnya dibentuk.
b. Modal Pelengkap
Modal pelengkap atau supplementary capital (Tier 2) terdiri atas cadangan revaluasi
aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva produktif, modal pinjaman, modal
subordinasi, jumlah modal pelengkap tersebut yang diperhitungkan menjadi komponen
modal maksimal sebesar 100% dari modal inti.
2.1.4 Kegunaan Modal
Modal bank pada prinsipnya memiliki tiga macam fungsi utama yaitu :
a. Fungsi operasional
b. Fungsi perlindungan
c. Fungsi pengaturan.
Dari tiga fungsi utama  tersebut, maka fungsi modal dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Untuk melindungi deposan dengan menyanggah semua kerugian atau bila terjadi
insolvensi  dan dilikuidasi, terutama bagi sumber dana yang tidak diasuransikan.

3
2. Untuk memenuhi kebutuhan gedung, inventaris guna menunjang kegiatan operasional
dan aktiva tidak produktif lainnya.
3. Memenuhi ketentuan permodalan minimum yaitu untuk menutupi kemungkinan terjadi
kerugian pada aktiva yang memiliki risiko yang tidat dapat diperkirakan sehingga
operasi bank dapat tetap berjalan tanpa mengalami gangguan yang berarti.
4. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat mengenai kemampuan bank memenuhi
kewajibannya yang telah jatuh tempo dan memberi keyakinan mengenai kelanjutan
operasi bank meskipun terjadi kerugian.

2.2 Perubahan kesepakatan Internasional


Industri perbankan dan kebijakan bank sentral di berbagai belahan dunia mengacu pada yang
namanya Basel Accord yang menjadi patokan kesehatan dan kehati-hatian bank.
Basel Accord merupakan sejumlah set regulasi perbankan yang dibuat oleh Basel Committee
on Bank Supervision (BCBS). Aturan yang saat ini terdiri dari Basel I, II dan III ini memberi
rekomendasi tentang peraturan perbankan terhadap risiko modal, risiko pasar dan risiko
operasional.
Tujuan perjanjian ini adalah memastikan lembaga keuangan memiliki modal yang cukup
untuk memenuhi seluruh kewajiban dan menyerap kerugian yang timbul secara tidak
terduga.

Basel Committee on Bank Supervision (BCBS)


BCBS didirikan tahun 1974 sebagai forum internasional yang bekerjasama dalam hal
pengawasan perbankan. Mandat komite ini adalah untuk memperkuat regulasi, pengawasan
dan praktik bank di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan stabilisasi keuangan.
Sekretariat BCBS berada di Bank for International Settlements (BIS) di Basel, Swiss.
Sebagai organisasi keuangan internasional tertua di dunia yang berdiri pada 17 Mei 1930,
BIS memiliki misi melayani para bank sentral yang menjadi anggota di dalamnya untuk bisa
menciptakan kestabilan finansial dan moneter. Juga, mendorong kerjasama internasional di
antara para anggota untuk mendukung misi yang ada.
Komite Basel berisi para pengawas perbankan profesional. Saat ini ketua komite Basel
diduduki Stefan Ingves, Gubernur Sveriges Riksbank dan William Coen sebagai Sekretaris
Jenderal.
Diawali dengan keanggotaan G10, anggota komite ini berkembang sampai sekarang
mencakup 28 yurisdiksi.Saat ini anggota Basel terdiri dari Argentina, Australia, Belgia,
Brazil, Kanada, China, Uni Eropa, Jerman, Prancis, Hongkong, India, Italia, Jepang. Selain

4
itu Korea, Luksemburg, Meksiko, Belanda, Rusia, Arab Saudi, Singapura, Afrika Selatan,
Spanyol, Swedia, Turki, Inggris, AS, dan negara kita, Indonesia.
2.2.1 Basel I
Basel Accord yang pertama, Basel I dikeluarkan tahun 1988. Fokus Basel I pada
kecukupan modal lembaga keuangan. Risiko kecukupan modal (risiko yang akan
ditanggung lembaga keuangan terhadap kerugian yang tak terduga) dikategorikan
pada aset yang dibagi dalam lima kategori risiko, yaitu 0%, 10%, 20%, 50% dan
100%.
Pada Basel I bank-bank yang beroperasi secara internasional wajib memenuhi
kebutuhan Rasio Modal Minimal Bank atau dikenal CAR sebesar 8%.
Kategori risiko 0% terdiri dari kas, bank sentral dan utang pemerintah, dan setiap
organisasi untuk kerjasama ekonomi dan pembangunan atau Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD).
Utang sektor publik ditempatkan di kategori 0%, 10%, 20% atau 50% kategori,
tergantung dari pada debitur.
Utang bank untuk pembangunan, OECD utang perusahaan sekuritas, utang bank
non-OECD yang jatuh tempo di bawah satu tahun, utang sektor publik non OECD
dan cash masuk dalam kategori 20%.
Kategori 50% adalah kredit perumahan, dan kategori 100% diwakili oleh utang
swasta, utang bank non-OECD (jatuh tempo lebih dari satu tahun), real estate, pabrik
dan peralatan, dan instrumen modal ditempatkan di bank lain.
Bank harus menjaga modal paling tidak sedikitnya 8% dari aktiva tertimbang
menurut risikonya. Misalnya, jika bank memiliki aset tertimbang menurut risiko
sebesar US$ 100 juta, maka diperlukan kecukupan modal minimal US$ 8 juta.
Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) diperoleh dengan
menggunakan rumus: (Modal : aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) x 100%.
Modal terdiri dari Modal Inti (Tier 1) dan Modal Pelengkap (Tier 2), di mana
besarnya Modal Pelengkap yang diperhitungkan maksimal 100% dari besarnya
Modal Inti. Jika dimasukan risiko pasar dan risiko operasional, maka kedua risiko ini
akan menambah ATMR.
Peraturan dari BCBS tidak memiliki kekuatan hukum. Anggota komite
bertanggungjawab terhadap pelaksanaannya di negara mereka masing-masing.
Peraturan rasio modal minimum terhadap aset berisiko sebesar 8% untuk
dilaksanakan pada akhir 1992. Pada September 1993, BCBS menyatakan bank di

5
negara-negara anggota dengan cakupan bisnis internasional, telah memenuhi syarat
minimum tersebut.
2.2.2 Basel II
Ini merupakan pembaruan dari Basel I. BCBS mengumumkan kerangka Basel II
pada 2004. Peraturan ini berfokus pada tiga pilar, yakni pilar I persyaratan modal
minimum, pilar II pengawasan peraturan dan pilar III disiplin pasar untuk
mendorong perbankan yang sehat.
Persyaratan modal minimum menjadi hal paling penting pada peraturan ini dan bank
wajib menjaga rasio kecukupan modal minimum di angka 8% atau kurang.
Peraturan perbankan di setiap negara berbeda-beda sebelum ada Basel Accord.
Kerangka terpadu Basel I dan kemudian Basel II membantu meringankan kecemasan
negara-negara anggota terhadap perbedaan peraturan perbankan dan persyaratan
modal yang berbeda-beda di tiap negara.
Bagi negara-negara G10, Basel II diterapkan pada akhir tahun 2006. Namun, ini
tidak mengikat, mengingat masing-masing negara memiliki prioritas berbeda dalam
pengembangan pengawasannya.
Penetapan waktu penerapan juga terkait dengan persiapan yang disyaratkan, antara
lain kualitas manajemen risiko, sistem informasi dan database perbankan, kondisi
infrastruktur mencakup standar akuntansi dan eksistensi lembaga pemeringkat, juga
kesiapan otoritas pengawas khususnya dalam menetapkan berbagai keputusan.
Basel II menghitung kebutuhan modal yang sesuai dengan profil risiko bank, serta
memberikan insentif bagi peningkatan kualitas dalam praktik manajemen risiko di
perbankan.
Menggunakan berbagai alternatif pendekatan (approaches) dalam mengukur risiko
kredit (credit risk), risiko pasar (market risk) dan risiko operasional (operational
risk), maka hasilnya adalah perhitungan modal bank yang lebih sensitif terhadap
risiko (risk sensitive capital allocation).
Dalam Basel II, perhitungan modal bank ini dimuat dalam Pilar I Minimum Capital
Requirement. Dalam berbagai alternatif pendekatan di atas pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu pendekatan standar berlaku
untuk seluruh bank dan model yang dikembangkan secara internal sesuai dengan
karakteristik kegiatan usaha dan profil risiko individual bank (internal model)
sehingga lebih sophisticated.

6
Penyempurnaan kerangka risiko pasar BCBS sejatinya telah beberapa kali
dilakukan. Pada tahun 2009 BCBS menerbitkan penyempurnaan Basel II dengan
konsep Basel 2.5.
Penilaian terhadap stabilitas sektor finansial suatu negara tidak akan didasarkan pada
pelaksanaan Basel tapi lebih didasarkan pada pemenuhan negara tersebut terhadap
25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision (BCP).
Untuk hal ini, pemenuhan Indonesia terhadap BCP selalu menunjukkan arah yang
selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Dalam rangka penerapan Basel 2.5 di Indonesia, BI di tahun 2013 (kala itu
pengawasan perbankan masih di bawah BI) telah mengkaji ulang regulasi khususnya
terkait risiko pasar dan sekuritisasi dengan mempertimbangkan magnitude exposure
dan risiko yang dimiliki bank saat itu.
BI juga telah membentuk kelompok kerja (working group) bersama perbankan untuk
mendapatkan rekomendasi pengaturan yang tepat dalam pembahasan substansi Basel
II. Rekomendasi ini diformulasikan dalam bentuk consultative paper (CP).

2.2.3 Basel III


Keruntuhan Lehman Brothers pada tahun 2008 yang diikuti krisis finansial dunia
menjadi alarm bagi lembaga keuangan dunia. Ambruknya Lehman Brothers
menunjukkan manajemen risiko dan aturan pemerintah yang lemah, struktur
insentif yang tidak layak dan pengaruh industri perbankan yang berlebihan.
Lantaran itu BCBS memutuskan untuk memperbarui dan memperkuat peraturan
Basel Accords.
Pada Juli 2010, telah tercapai kesepakatan mengenai desain keseluruhan paket
reformasi modal dan likuiditas yang dikenal dengan Basel III.
Kerangka peraturan ini merupakan kelanjutan dari tiga pilar di Basel II dengan
persyaratan dan perlindungan tambahan, termasuk mewajibkan bank memiliki
minimum ekuitas umum dan rasio likuiditas minimum.
Basel III juga memberi persyaratan tambahan pada lembaga keuangan yang
memiliki pengaruh sistemik pada industri perbankan dunia. Namun secara umum,
peraturan kecukupan modal tetap di level 8%.
Penerapan Basel III telah dimulai secara bertahap sejak Januari 2013, dan
diharapkan akan diterapkan secara penuh pada 1 Januari 2019.
Josua Pardede, Ekonom Bank Permata, mengatakan, pada Basel III perbankan
diwajibkan meningkatkan permodalan yang memasukkan perhitungan

7
countercyclical capital buffer dan surcharge yang akan membuat kondisi
permodalan perbankan semakin kuat dan pada akhirnya berdampak positif pada
stabilitas sistem keuangan.
Melihat data terakhir, CAR industri perbankan saat ini berada di level 22,2%
menunjukkan bahwa perbankan Indonesia cukup kuat dalam mengabsorpsi
kerugian.
Di samping itu implementasi basel III nantinya diharapkan dapat mengatasi
prosiklikalitas pertumbuhan kredit serta meningkatkan ketahanan perbankan
melalui peningkatan permodalan. Yang akhirnya diharapkan dapat mengurangi
pertumbuhan kredit yang berlebihan sebagai salah satu sumber dari risiko
sistemik.
Prosiklikalitas perbankan adalah perilaku penyaluran kredit perbankan yang
berlebihan sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi lebih cepat ketika dalam
kondisi ekspansi dan mempercepat penurunan kegiatan ekonomi ketika dalam
kondisi kontraksi.
Namun, dampak lainnya adalah penerapan basel III juga dapat menekan
pertumbuhan kredit perbankan secara keseluruhan.
Kebijakan ini memang cukup tepat menjadi kebijakan makroprudensial untuk
membantu mengatasi kemungkinan timbulnya risiko sistemik yang bersumber dari
pertumbuhan kredit yang berlebihan pada saat siklus ekonomi sedang berekspansi.
Namun, di tengah kondisi ekonomi sedang mengalami perlambatan seperti
sekarang ini di Indonesia, pertumbuhan kredit yang berpotensi melambat seiring
implementasi Basel III, pada akhirnya sistem perbankan tidak akan optimal
mendorong pertumbuhan ekonomi melalui channel kredit.
Saat ini penerapan di industri perbankan Indonesia memang baru berdasarkan
Basel II, namun mengingat Indonesia merupakan bagian dari G20 dan anggota
BCBS sehingga penerapan Basel III juga akan segera diimplementasikan.
2.3 Peraturan Bank Indonesia tentang Modal Bank di Indonesia
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013 Tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Diatur Dalam Pasal – Pasal Sebagai Berikut :
a. Pasal 2, dalam pasal ini terdapat beberapa ayat – ayat yang mengatur tentang
modal bank, yaitu :
(1) Bank wajib menyediakan modal minimum sesuai profil risiko
(2) Penyediaan modal minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan
menggunakan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)

8
(3) Penyediaan modal minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan paling
rendah sebagai berikut:
a. 8% (delapan persen) dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Bank
dengan profil risiko peringkat 1 (satu);
b. 9% (sembilan persen) sampai dengan kurang dari 10% (sepuluh persen) dari
ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 2 (dua);
c. 10% (sepuluh persen) sampai dengan kurang dari 11% (sebelas persen) dari
ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 3 (tiga)
d. 11% (sebelas persen) sampai dengan 14% (empat belas persen) dari ATMR untuk
Bank dengan profil risiko peringkat 4 (empat) atau peringkat 5 (lima)
(4) Bank Indonesia berwenang menetapkan modal minimum lebih besar dari modal
minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dalam hal Bank Indonesia menilai
Bank menghadapi potensi kerugian yang membutuhkan modal lebih besar
(5) Kewajiban pemenuhan modal mínimum sesuai profil risiko sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut:
a. Pemenuhan modal mínimum posisi bulan Maret sampai dengan bulan Agustus
didasarkan pada peringkat profil risiko posisi bulan Desember tahun sebelumnya
b. Pemenuhan modal mínimum posisi bulan September sampai dengan bulan
Februari tahun berikutnya didasarkan pada peringkat profil risiko posisi bulan
Juni
c. Dalam hal terjadi perubahan peringkat profil risiko di antara periode penilaian
profil risiko, maka pemenuhan modal minimum didasarkan pada peringkat profil
risiko terakhir
b. Pasal 3, dalam pasal ini terdapat beberapa ayat – ayat yang mengatur tentang
modal bank, yaitu :
(1) Selain kewajiban penyediaan modal minimum sesuai profil risiko sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, Bank wajib membentuk tambahan modal sebagai
penyangga (buffer) sesuai dengan kriteria yang diatur dalam ketentuan ini
(2) Tambahan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa :
a. Capital Conservation Buffer
b. Countercyclical Buffer
c. Capital Surcharge untuk D-SIB
(3) Besarnya tambahan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur sebagai
berikut:

9
a. Capital Conservation Buffer ditetapkan sebesar 2,5% (dua koma lima persen)
dari ATMR
b. Countercyclical Buffer ditetapkan dalam kisaran sebesar 0% (nol persen) sampai
dengan 2,5% (dua koma lima persen) dari ATMR
c. Capital Surcharge untuk D-SIB ditetapkan dalam kisaran sebesar 1% (satu
persen) sampai dengan 2,5% (dua koma lima persen) dari ATMR
(4) Penetapan besarnya persentase Countercyclical Buffer sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf b dilakukan oleh Bank Indonesia
(5) Bank Indonesia dapat menetapkan besarnya kisaran persentase Countercyclical
Buffer yang berbeda dari kisaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b sesuai
dengan perkembangan kondisi makroekonomi
(6) Penetapan besarnya persentase Capital Surcharge untuk D-SIB sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf c dilakukan oleh otoritas yang berwenang.
(7) Otoritas yang berwenang dapat menetapkan persentase Capital Surcharge untuk D-
SIB yang lebih besar dari kisaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c.
(8) Pemenuhan tambahan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipenuhi dengan
komponen modal inti utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a.
(9) Pemenuhan tambahan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (8) diperhitungkan
setelah komponen modal inti utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1)
huruf a dialokasikan untuk memenuhi kewajiban penyediaan:
a. modal inti utama minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11ayat (3);
b. modal intiminimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat(2)
c. modal minimum sesuai profil risiko sebagaimana dimaksud dalamPasal 2 ayat (3)
c. Pasal 4, dalam pasal ini terdapat beberapa ayat – ayat yang mengatur tentang
modal bank, yaitu :
(1) Kewajiban pembentukan Capital Conservation Buffer sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (3) huruf a berlaku bagi Bank yang tergolong sebagai Bank Umum
Kegiatan Usaha (BUKU) 3 dan BUKU 4
(2) Kewajiban pembentukan Countercyclical Buffer sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (3) huruf b berlaku bagi seluruh Bank
(3) Kewajiban pembentukan Capital Surcharge untuk D-SIB sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (3) huruf c berlaku bagi Bank yang ditetapkan berdampak sistemik
d. Pasal 5 menyatakan bahwa Penetapan Bank yang berdampak sistemik sebagaimana
dimaksud dalamPasal 4 ayat (3) dilakukan oleh otoritas yang berwenang sesuai
ketentuanyang berlaku

10
e. Pasal 6, dalam pasal ini terdapat beberapa ayat – ayat yang mengatur tentang
modal bank, yaitu :
(1) Kewajiban Bank untuk membentuk tambahan modal berupa Capital Conservation
Buffer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf a berlaku secara bertahap
mulai tanggal 1 Januari 2016.
(2) Pembentukan Capital Conservation Buffer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dipenuhi secara bertahap sebagai berikut:
a. Sebesar 0,625% (nol koma enam ratus dua puluh lima persen) dari ATMR mulai
tanggal 1 Januari 2016
b. Sebesar 1,25% (satu koma dua puluh lima persen) dari ATMR mulai tanggal 1
Januari 2017;
c. Sebesar 1,875% (satu koma delapan ratus tujuh puluh lima persen) dari ATMR
mulai tanggal 1 Januari 2018
d. Sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari ATMR mulai tanggal 1 Januari 2019.
(3) Kewajiban Bank untuk membentuk tambahan modal berupa Countercyclical Buffer
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b mulai berlaku pada tanggal 1
Januari 2016.
(4) Berdasarkan penilaian Bank Indonesia atas kondisi makroekonomi Indonesia, Bank
Indonesia dapat menetapkan pemberlakuan Countercyclical Buffer lebih cepat dari
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
(5) Kewajiban Bank untuk membentuk Capital Surcharge untuk D-SIB bagi Bank yang
ditetapkan berdampak sistemik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf c
mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2016.
(6) Metode perhitungan dan tata cara pembentukan Capital Surcharge untuk D-SIB akan
diatur lebih lanjut oleh otoritas yang berwenang.
f. Pasal 7 menyatakan bahwa Dalam hal Bank memiliki dan/atau melakukan
Pengendalian terhadapPerusahaan Anak, kewajiban penyediaan modal minimum
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2 dan kewajiban pembentukan tambahan
modalsebagai penyangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 berlaku bagi Bank baik
secara individual maupun secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak.
g. Pasal 9, dalam pasal ini terdapat beberapa ayat – ayat yang mengatur tentang
modal bank, yaitu :
(1) Modal bagi Bank yang berkantor pusat di Indonesia terdiri atas:
a. Modalinti (Tier 1) yang meliputi:
1. Modalinti utama (Common Equity Tier 1);

11
2. Modalinti tambahan (Additional Tier 1); dan
b. Modal pelengkap (Tier 2).
(2) Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memperhitungkanfaktor-faktor
yang menjadi pengurang modal sebagaimana dimaksuddalam Pasal 17 dan Pasal 22.
(3) Dalam perhitungan modal secara konsolidasi, komponen modal Perusahaan Anak
yang dapat diperhitungkan sebagai modal inti utama, modal inti tambahan, dan modal
pelengkap harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Memenuhi persyaratan yang berlaku untuk masing-masing komponen modal
sebagaimana diterapkan bagi Bank secara individual
b. Khusus untuk modal inti tambahan dan modal pelengkap, jika diterbitkan oleh
Perusahaan Anak bukan Bank selain memenuhi persyaratan pada huruf a, harus
memiliki fitur untuk dikonversi menjadi saham biasa atau mekanisme write down
apabila Bank secara konsolidasi berpotensi terganggu kelangsungan usahanya
(point of non viability) yang dinyatakan secara jelas dalam dokumentasi
penerbitan.
h. Pasal 10, dalam pasal ini terdapat beberapa ayat – ayat yang mengatur tentang
modal bank, yaitu :
(1) Modal bagi kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri terdiri atas:
a. dana usaha;
b. laba ditahan dan laba tahun lalu setelah dikeluarkan pengaruh faktor-faktor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2);
c. laba tahun berjalan setelah dikeluarkan pengaruh faktor-faktor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2);
d. cadangan umum;
e. saldo surplus revaluasi aset tetap;
f. pendapatan komprehensif lainnya berupa potensi keuntunganyang berasal dari
peningkatan nilai wajar aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok
tersedia untuk dijual;
g. cadangan tujuan; dan
h. cadangan umum penyisihan penghapusan aset (PPA) atas aset produktif dengan
perhitungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal20 ayat (1) huruf c.
(2) Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memperhitungkan faktor-faktor
yang menjadi pengurang modal sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b,
Pasal 17, dan Pasal 22.

12
(3) Perhitungan dana usaha sebagai komponen modal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dilakukan sebagai berikut:
a. Dalam hal posisi dana usaha yang sebenarnya (actual dana usaha) lebih besar dari
dana usaha yang dinyatakan (declared danausaha), maka yang diperhitungkan
adalah dana usaha yang dinyatakan.
b. Dalam hal posisi dana usaha yang sebenarnya lebih kecil dari dana usaha yang
dinyatakan, maka yang diperhitungkan adalah dana usaha yang sebenarnya.
c. Dalam hal posisi dana usaha yang sebenarnya negatif, maka jumlah tersebut
merupakan faktor pengurang komponen modal sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
i. Selain pasal – pasal diatas terdapat pula pasal – pasal lain yang mengatur tentang
modal bank, yaitu :
a. Pasal 11 tentang modal inti (ayat (1), (2), (3))
b. Pasal 12 tentang instrument modal disetor
c. Pasal 13 tentang pembelian kembali saham
d. Pasal 14 tentang cadangan tambahan modal ayat (ayat (1),(2))
e. Pasal 15 tentang instrument modal inti tambahan (ayat (1),(2))
f. Pasal 16 tentang perhitungan rasio KPMM (ayat (1),(2))
g. Pasal 17 tentang modal inti utama (ayat (1),(2))
h. Pasal 18 tentang modal pelengkap
i. Pasal 19 tentang instrument modal pelengkap (ayat (1),(2),(3),(4),(5))
j. Pasal 20 ayat (1),(2)
k. Pasal 21
l. Pasal 22 tentang factor pengurang modal (ayat (1),(2))
m. Pasal 23 tentang perhitungan KPPM

13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan kemajuan bank
sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat. Adapun fungsi dari modal yaitu antara lain :
Pertama, sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian
lainnya.Kedua, sebagai dasar bagi penetapan batas maksimum pemberian kredit. Ketiga,
modal juga menjadi dasar  perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi
tingkat kemampuan bank secara relatif dalam menghasilkan keuntungan.
Dalam peningkatan kualitas penerapan manajemen resiko di Bank. Bank Indonesia
mengeluarkan implementasi Basel – Basel yang terdiri dari Basel 1, Basel 2, dan Basel 3.
Dengan adanya basel – basel ini diharapkan perbankan di Indonesia bisa meningkatkan
kualitas penerapan manajemen resikonya.
Selain itu BI juga mengeluarkan peraturan umum terkait dengan modal yang digunakan
di bank umum, yaitu meliputi beberapa pasal dari pasal 1-23.
3.2. Saran
Sebaiknya seluruh bank melakukan penyesuaian kecukupan perhitungan permodalan
agar perbankan di Indonesia bisa meningkatkan kualitas penerapan manajemen resikonya

14
Daftar Pustaka
Dahlan Siamat. 2000. “Manajemen Perbankan”. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
Budisantoso, Totok dan Nuritomo. 2014. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Jilid 3”.Jakarta :
Salemba Empat
Peraturan Bank Indonesia. “Peraturan Bank Indonesia No 15/12/PBI/2013 Tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum Bank Umum”.
http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Documents/pbi_151213rev.pdf
Bank Indonesia. “Implementasi Basel”. http://www.bi.go.id/id/perbankan/implementasi-
basel/dokumentasi/Documents/8efa3ee8828a461091bba81c621b7413PenerapanBaselII
webversion1.pdf .

15

Anda mungkin juga menyukai