Tentang
“ KEWAJIBAN PEMBUKUAN ”
Disusun Oleh :
COVER............................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
ii
..........................................................................................................................
35
3.1 Kesimpulan
..........................................................................................................................
35
DAFTAR PUSTAKA
..........................................................................................................................
37
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
diterapkan Ikatan Akuntansi Indonesia (iai). Memperhatikan ketentuan diatas
tampak pentingnya pembukuan ini untuk kepentingan perushaan maupun pihak
lain yang membutuhkan informasi, seperti pemegang saham, direktorat jenderal
pajak, dan lain-lain.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kewajiban pembukuan dan pencatatan bagi wajib pajak
orang pribadi dan badan ?
2. Untuk mengetahui peran dari akuntansi dalam perpajakan Indonesia?
3. Untuk mengetahui penggunaan norma penghitungan penghasilan ?
4. Untuk mengetahui ketentuan pengecualian dan sanksi dari kewajiban
pembukuan ?
5. Untuk mengetahui penyelenggaraan pembukuan menggunakan bahasa asing
dan satuan mata uang selain rupiah ?
6. Untuk mengetahui kewajiban perpajakan dan kerahasiaan pembukuan ?
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kewajiban Pembukuan dan Pencatatan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan
Badan
2.1.1 Pembukuan Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dan Badan
3
tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi undang-undang.
Penggunaan rujukan tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan ini disebut
dengan Undang-Undnag No. 16 Tahun 2009 (Undang-Undang KUP).
4
atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan
pajak yang bersifat final.
5
Pengusaha Kena Pajak (PKP) berkewajiban memungut PPN, menghitung PPN
masukan, menyetor PPN yang terutang, dan melaporkannya dalam SPT Masa
PPN ke kantor Pelayanan Pajak (KPP) di tempat Wajib Pajak terdaftar, serta
mencatat semua jumlah harga perolehan dan penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak dalam pembukuanya. Secara umum, setiap Wajib Pajak
yang memilih menggunakan norma penghitungan penghasilan neto tidak
diwajibkan menyelenggarakan pembukuan, melainkan cukup mencatat nilai
peredaran bruto secara teratur yang menjadi Dasar Pengenaan Pajak (DPP).
Berbeda dengan pembukuan, pengertian pencatatan dimaksudkan sebagai
kegiatan pengumpulan data secara teratur tentang peredaran atau penerimaan
bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menhitung jumlah pajak
terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenakan
pajak yang bersifat final.
Dalam UU KUP Nomor 16 tahun 2009 ayat 1 diatur bahwa wajib pajak
orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas dan WP badan di
Indonesia wajib melakukan pembukuan. Hal ini dimaksudkan agar dengan
melakukan pembukuan maka WP dapat menghitung besarnya pajak yang
terutang. Syarat pembukuan diatur dalam pasal 28 ayat 3, 4, 5 dan 7 UU KUP
sebagai berikut:
6
5. Pembukuan yang diselenggarakan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan
harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta penjualan dan
pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak terutang
6. Buku, catatan dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan dokumen
termasukk hasil pengelolaan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau secara program aplikasi online, wajib disimpan selama 10
tahun di Indonesia yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal WP orang
pribadi atau di tempat kedudukan WP badan.
7
Sebagaimana diatur dalam Pasal 28 ayat (2) Undang – Undang KUP
menyatakan pengecualian penyelenggaraan pembukuan bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi tetapi, tetap menyelenggarakan pencatatan.
1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang sesuai dengan ketentuan perundang – undangan perpajakan
diperbolehkan menghitung penghasilannya dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto, dan
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
8
5. Wajib Pajak yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/ atau tempat
usaha pencatatan harus dapat menggambarkan secara jelas untuk masing –
masing jenis usaha dan/ atau tempat usaha yang bersangkutan.
6. Wajib Pajak yang diwajibkan menyelenggarakan pencatatan (perhatikan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.03/2007) sesuai
persyaratan bahwa pencatatannya harus menggambarkan seperti uraian
pada butir 4 di atas diharuskan pula menyelenggarakan pencatatan atas
harta dan kewajiban.
2.2 Peran Akuntansi Dalam Perpajakan Indonesia
Pemungutan pajak di Indonesia dapat dibagi ke dalam dua periode, yaitu
periode sebelum tahun 1984 dan periode tahun 1984 sampai sekarang. Pembagian
tersebut berdasarkan pada reformasi perundang – undangan perpajakan yang
mengacu pada lahirnya undang – undang perpajakan setelah kemerdekaan. Dalam
kurun waktu kemerdekaan sejak 17 Agustus 1945 sampai akhir tahun 1983,
prinsip perpajakan masih menggunakan undang – undang perpajakan produk
masa kolonial/ penjajahan Belanda dengan disertai beberapa penyempurnaan.
Pada sistem ini Wajib Pajak tidak diberikan kepercayaan sama sekali
dalam perhitungan utang pajaknya. Aparat perpajakan (fiskus) memiliki
wewenang yang sangat luas, sehingga sangat merugikan Wajib Pajak dan
melemahkan peran akuntansi. Namun sebenarnya tidak demikian halnya, karena
pada masa sekarang lebih mengedepankan transparansi dan akuntabilitas agar
tercipta tata kelola yang baik (good govermance).
9
Meskipun sistem perpajakan Belanda tersebut telah disempurnakan,
perubahan – perubahannya tidak terlalu mendasar. Hukum pajak yang berlaku
masih meletakkan landasannya pada kekuasaan administrasi perpajakan. Oleh
karena pemerintah ingin meningkatkan penerimaan pajak, maka pada tahun 1967
diperkenalkan sistem pemungutan pajak yang dikenal dengan sistem Menghitung
Pajak Sendiri (MPS) dan Menghitung Pajak Orang Lain (MPO) dengan Undang –
Undang No.867 junto PP No.11 Tahun 1967. Pemungutan pajak dalam cara yang
baru itu juga mencakup self assessment system. Melalui Inpres No.6 Tahun 1979
yang dikenal dengan Paket 27 Maret 1979 dan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 108/KMK/077/79, Wajib Pajak diberikan keringanan dalam penetapan
pajak apabila yang bersangkutan menggunakan laporan pemeriksaan akuntan
publik. Peraturan baru ini sekaligus membatasi kewenangan aparat perpajakan
dalam menetapkan jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh Wajib Pajak.
Laporan keuangan yang dibuat oleh akuntan publik, tidak dikoreksi, kecuali
apabila lapora itu ternyata tidak benar. Dengan demikian, sejka tahun 1979
peranan akuntansi semakin meningkat dalam perpajakan. Kesempatan ini ternyata
belum dimanfaatkan secara optimal baik oleh Wajib Pajak maupun oleh profesi
akuntan. Hal ini ditandai dengan adanya beberapa akuntan publik yang
menyalahgunakan iktikad baik pemerintah.
10
Untuk mewujudkan asas tersebut, pemungutan pajak di Indonesia
menggunakan self assessment system. Pada sistem ini masyarakat Wajib Pajak
diberi kepercayaan penuh untuk melaksanakan kewajiban perpajakan, sehingga
peran akuntansi atau pembukuan/ pencacatan Wajib Pajak menjadi sangat besar.
11
2.3 Penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan
1. Tidak dapat dasar penghitungan yang lebih baik yaitu pembukuan yang
lengkap atau,
2. Pembukuan atau catatan peredaran bruto Wajib Pajak ternyata
diselenggarakan secara tidak benar.
12
Berdasarkan penjelasan tersebut maka penyelenggara pembukuan
menjadi suatu kewajiban bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan usaha
atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan di Indonesia, sehingga semua Wajib
Pajak Badan dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) diwajibkan menyelenggarakan
pembukuan.
13
b. Tahun buku
c. Metode penelitian persediaan
d. Metode penyusutan dan amortisasi
14
luar maupun di dalam daerah pabean, serta jumlah pajak masukan yang
dapat dikreditkan dan yang tidak dapat dikreditkan.
Pembukuan sesuai yang diamanatkan oleh undang-undang perpajakan ini
adalah pembukuan yang diselenggarakan dengan cara atau sistem yang
lazim dipakai di Indonesia, yaitu SAK, kecuali perundang-undangan
perpajakan menentukan lain. Perubahan metode tersebut memerlukan
persetujuan Direktur Jendral Pajak dan pada saat pengajuan permohonan
untuk mendapat persetujuan dimaksud perlu disampaikan alasan-alasan
yang logis dan dapat diterima serta akibat yang mungkin ditimbulkannya.
Perubahan tahun buku juga harus mendapatkan persetujuan Direktur
Jendral Pajak. Pada prinsipnya, tahun takwim atau tahun kalender sama
dengan tahun pajak (tahun fiskal), tetapi Wajib Pajak dapat pula
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim. Apabila
terjadi demikian, maka penyebutan tahun pajak yang bersangkutan
menggunakan tahun yang di dalamnya termasuk 6 (enam) bulan pertama
atau lebih.
Contoh:
a. Pembukuan 1 Juli 2011 sampai 30 Juli 2012 termasuk dalam tahun
pajak 2011 (enam bulan pertama jatuh pada tahun 2011).
b. Pembukuan 1 Oktober 2011 sampai 30 September 2012, tahun
pajaknya adalah tahun 2012, karena bulan terbanyak pada kurun waktu
tahun 2012.
6. Buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain wajib disimpan selama 10
(sepuluh) tahun. Penyimpanan ini diletakan ditempat kegiatan atau di
temmpat tingga bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, atau ditempatkan
kedudukan bagi Wajib Pajak Badan.
2.3.1 Pemenuhan Syarat Pembukuan atau Pencatatan
15
rumit? Sebenarnya pembukuan perpajakan tidak rumit, perhatikan syarat-syarat
yang ditentukan oleh Undang-undang di bawah ini. Syarat ini wajib dipenuhi WP
untuk menyakinkan pemeriksa pajak bahwa penghitungan pajak terutang dapat
dilakukan dengan siste pembukuan yang telah dibangun Wajib Pajak.
16
sederhana sepanjang dapat menghasilkan keluaran yang diminta oleh undang-
undang.
Pencatatan juga memiliki periode yaitu harus dibuat dalam suatu Tahun
Pajak, yaitu jangka waktu 1 (satu) tahun kalender mulai tanggal 1 Januari sampai
dengan 31 Desember. Pencatatan dalam satu tahun harus diselenggarakan secara
17
kronologis dan sistematis berdasarkan urutan tanggal diterimanya peredaran
dan/atau penerimaan bruto dan/atu penghasilan bruto.
Prinsip taat asas atau konsistensi maksudnya adalag yang sama yang
digunakan pada pembukuan tahun-tahun sebelumnya diterapkan juga pada taun
berjalan atau tahun pelaporan. Prinsip taat asas adalah untuk mencegah
penggeseran laba atau rugi. Prinsip taat asas ini menyerupai prinsip pada
akuntansi keuangan yang berkaitan dengan pemilihan dan penerapan suatu metode
akuntansi yang diatur dalam suatu SAK pada proses pembukuannya (akuntansi).
Undang-undang memberikan conth konsistensi misalnya dalam penerapan:
18
oleh perusahaan kecil orang pribadi atau perusahan jasa, misalnya transportasi,
hiburan, usaha eceran kecil, dan restoran yang teggang waktu antara penyerahan
jasa dan penerimaan pembayaranya tidak berlangsung lama. Berbeda dengan
perpajakan, SAK tidak menerapkan stelsel kas.
Dalam stelsel kas murni, penghasilan dari penyerahan barang atau jasa
diakui dan dibukukan pada saat pembayaran dari pelanggan diterima dan biaya-
biaya diakui dan dibukukan pada saat barang, jasa, dan operasional dibayar.
Dengan cara ini, pemakaian stelsel kas dapat mengakibatkan penghasilan dari taun
ke tahun dapat disesuaikan dengan mengatur penerimaan kas dan pengeluaran kas.
Oleh karena itu, untuk penghitungan PPh, menurut undang-udang KUP, WP
dalam memakai stelsel kas harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pada dasarnya metode pembukuan yang dianut harus taat asas, yaitu
harus sama dengan tahun tahun sebelumnya, misalnya dalam hal penggunaan
metode pengakuan penghasilan dan biaya (metode kas atau akrual), metode
penyusutan aktiva tetap, dan metode penilaian persediaan. Namun, perubahan
terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku masih dimungkinkan dnegan
syarat telah mendapat persetujuan dari direktur jenderal pajak. Perubahan metode
19
pembukuan harus diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak sebelum dimulainya
tahun buku yang bersangkutan dengan menyampaikan alasan yang logis dan dapat
diterima serta akibat yang mungkin timbul dari perubahan tersebut.
Contoh:
20
3. Penerapan secara retrospektif dianggap tidak praktis ssuai standar akuntans
yang berlaku
Contoh:
21
1. Tahun buku 1 Juli 2008 sampai dengan tahun buku 30 juni 2009 adalah
tahun pajak 2008 karena jumlah 6 bulan pertama atau lebih jatuh di tahun
2008.
2. Tahun buku 1 Oktober 2008 sampai dengan 30 September 2009 adalah
taun pajak 2009 karena 6 bulan pertama atau lebih berada di tahun 2009
22
dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1997 tanggal 24 Maret 1997 tentang
Dokumen Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
18 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3674)
23
2. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan
atau meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lainnya.
Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, DJP dapat
menerbitkan SPKB dalam hal apabila kewajiban pembukuan atau pencatatan tidak
dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang. WP yang
tidak menyelenggarakan pembukuan sesuai ketentuan atau pada saat diperiksa
tidak mampu memenuhi permintaan data dan informasi berupa dokumen
pembukuan yang memadai sehingga DJP tidak dapat menghitung jumlah pajak
yang seharusnya terutang, maka akibatnya DJP berwenang menerbitkan SKPKB
dengan penghitungan secara jabatan, yaitu penghitungan pajak didasarkan pada
data yang tidak hanya diperoleh dari WP saja. Jumlah PPh yang kurang atau tidak
dibayar dalam SKPKB ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 50% (lima puluh persen) dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam
satu Tahun Pajak. Contoh kondisi yang menyebabkan terbitnya SKPKB terkait
pembukuan atau pencatatan yang tidak memenuhi syarat:
24
sehingga dari sikap demikian jelas WP telah tidak menunjukkan iktikad
baiknya untuk membantu kelancaran jalannya pemeriksaan.
25
2.5 Penyelenggaraan Pembukuan Menggunakan Bahasa Asing dan Satuan Mata
Uang Selain Rupiah
1. Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) yang beroperasi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan PMA
2. Wajib pajak dalam rangka Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan selain pertambangan
minyak dan gas bumi
3. Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS) yang beroperasi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan pertambahan minyak
dan gas bumi
4. Bentuk Usaha Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) Undang-
Undang PPh atau sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) terkait
26
5. Wajib Pajak yang mendaftarkan sebagian maupun seluruhnya emisi sahamnya
di bursa efek luar negeri
6. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksa dana dalam
denominasi satuan mata uang dollar Amerika Serikat dan telah memperoleh
Surat Pemberitahuan Pernyataan Pendaftaran dari Badan Pengawas Pasar
Modal Lembaga Keuangan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan
pasar modal atau
7. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri,
yaitu perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau dikuasai
oleh perusahaan induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan
huruf b Undang-Undang PPh.
Izin tertulis dapat diperoleh WP dengan mengajukan surat permohonan
kepada kepala Kantor Wilayah DJP paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun
buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai atau sejak tanggal pendirian bagi
WP baru untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak Pertama WP dalam rangka
Kontrak Kerja atau WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang sejak pendiriannya
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dollar Amerika Serikat wajib memberikan pemberitahuan secara
tertulis ke KPP tempat WP terdaftar paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal
pendirian atau sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat yang dimulai.
WP yang telah memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat, harus menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dalam jangka
waktu paling sedikit 5 (lima) tahun pajak sejak diterbitkan izin atau penyampaian
pemberitahuan.
2.5.1 Penyelenggaraan Pembukuan Dengan Satuan Mata Uang Asing
27
Penyelenggaraan pembukuan dengan satuan mata uang dolar Amerika
Serikat dibagi dalam kondisi awal tahun berjalan.
28
laba (catatan: SAK menggunakan istilah “saldo laba” yang dalam bahasa
Inggrisnya disebut “retained earning”).
2. Tahun Berjalan
Untuk kondisi tahun berjalan:
a. Transaksi yang dilakukan dengan satuan mata uang dolar Amerika
Serikat, pembukuannya dicatat sesuai dengan dokumen transaksi yang
bersangkutan
b. Transaksi, baik dalam negri maupun luar negri,, mengunakan satuan
mata uang selain dolar Amerika Serikat, dikonversikan ke satuan mata
uang dolar Amerka Serikat menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku
pada saat terjadinya transaksi, yaitu:
1) Apabila dari dokumen transaksi diketahui kurs yang berlaku, maka
kurs yang dipakai adalah kurs yang diketahui dari transaksi tersebut
2) Apabila dari dokumen transaksi tidak diketahui kurs yang berlaku,
maka kurs yang dipakai adalah kurs tengah Bank Indonesia yang
berlaku, berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan
secara taat asas.
29
a. Untuk harga perolehan harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun menggunakan
kurs yang sebenarnya berlaku pada saat perolehan harta tersebut.
b. Untuk akumulasi penyusutan dan/atau amortisasi harta sebagaimana
dimaksud pada huruf a menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku
pada saat perolehan harta tersebut.
c. Untuk harta lainnya dan kewajiban menggunakan kurs yang
sebenarnya berlaku pada akhir tahun buku sebelumnya, berdasarkan
sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat asas.
d. Apabila terjadi revaluasi asset tetap, di samping menggunakan nilai
historis, atas nilai selisih lebih dikonversi ke dalam satuan mata uang
dolar Amerika Serikat menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku
pada saat dilakukannya revaluasi
e. Untuk saldo laba atau sisa kerugian dalam satuan mata uang rupiah
dari tahun-tahun sebelumnya, dikonversi ke dalam satuan mata uang
dolar Amerika Serikat menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku
pada akhir tahun buku sebelumnya. Yakni kurs tengah Bank Indonesia,
berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan secara taat
asas.
f. Untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs yang
sebenarnya berlaku pada saat terjadinya transaksi
g. Dalam hal terdapat selisih laba/rugi sebagai akibat konversi dari satuan
mata uang rupiah ke satuan mata uang dolar Amerika Serikat
sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan
huruf e, maka selisih laba atau rugi tersebut dibebankan pada rekening
laba ditahan (saldo laba).
2. Dalam tahun berjalan
a. Untuk transaksi yang dilakukan dengan satuan mata uang dolar
Amerika Serikat, pembukuannya dicatat sesuai dokumen transaksi
yang bersangkutan.
30
b. Untuk transaksi, baik dalam negeri maupun luar negeri, yang
menggunakan satuan mata uang dolar Amerika Serikat dengan
menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat terjadinya
transaksi, yaitu:
1) Apabila dari dokumen transaksi diketahui kurs yang berlaku, maka
kurs yang dipakai adalah kurs yang diketahui dari transaksi
tersebut.
2) Apabila dari transaksi tidak diketahui kurs yang berlaku, maka kurs
yang dipakai adalah kurs tengah Bank Indonesia yang berlaku,
berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang dilakukan secara
taat asas.
31
pemberitahuan secara tertulis ke KPP tempat WP terdaftar, tetapi tetap
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dollar Amerika Serikat, terhadap WP tersebut diperlukan sebagai WP
yang tidak menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
Undang-Undang KUP. Dalam hal WP yang telah memperoleh izin yang tertulis
untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dollar Amerika Serikat atau WP dalam rangka Kontrak Kerja
atau WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama tetapi tetap menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata uang Rupiah,
terhadap WP tersebut dicabut izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat oleh
Kepala Kantor Wilayah DJP dan tidak dapat diberikan izin untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dollar Amerika Serikat.
1. Wajib ppajak harus terlebiih dahulu mendapat izin tertulis daari Menteri
Keuangan, kecuali bagi Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya atau
Wajib Pajak dengan surat permoohonan kepada kepala kantor wlayah
paling lambat 3 (tiga) bulan:
a. Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan
bahassa inggris dan satuan mata uang dolar Amerika Serikat
tersebut dimulai; atau
b. Sejak tanggal pendirian bagi Wajib Pajak baru untuk bagian tahun
pajak atau tahun pajak pertama
2. Kepala kantor wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan
keputusan atas permoohonan tersebut paling lama 1 (satu) bulan sejak
32
permohonan dari Wajib Pajak diterima secara lengap. Bila jangka waktu
tersebut lewat dan ternyata kepala kantor wilyah belum memberikan
keputusan, maka permohonan dimaksud dianggap diterima dan kepala
kantor wilayah atas nama Mentri Keuangan menerbitkan keputusan
pemberian izin untuk menyelenggarakan pembukuan menggunakan bahasa
Inggris dann satuan mata uang dolar Amerika Serikat.
3. Khusus Wajib Pajak dalam rangka kontrak Karya atau Wajib Pajak
Kontraktor KKS yang sejak pendiriannya menyelenggarakan pembukuan
dengan bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar Amerika Serikat, wajib
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak
terdaftar paling llambat 3 (bulan) seak tanggal pendirian.
Namun, Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya atauajib Pajak
Kontraktor KKS yang akan menyelenggarakan pembukuan dengan bahasa Inggris
dan satuan mata uang dolar Amerika Serikat wajib pajak menyampaikan
pembberitahuan secara tertulis ke kantor pelayanan pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan
dengan bahasa Inggris dan satuan mata uang dolar Amerikaa Serikat tersebut
dimulai.
33
2.6 Kewajiban Perpajakan dan Kerahasiaan Pembukuan
34
Inggris dan satuan mata uang dolar Amerika Serikat, dapat dilakukan
dalam satuan mata uang rupiah.
35
b. Menjelaskan mekanisme system pembukuan dan prosedur/arus dokumen
c. Memberitahukan kata sandi (password) yang digunakan
d. Memperlihatkan dan meminjamkan segala dokumen yang dipakai sebagai
masukan (input) komputer, termasuk keluaran (output) program dalam
bentuk kartu punch (punch card), floppy disket, maupun dalam bentuk
pita (tape)
36
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang sesuai dengan ketentuan perundang – undangan perpajakan
diperbolehkan menghitung penghasilannya dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto, dan
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
37
Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, diancam
dengan pidana penjara selama-lamanya 6 (enam) tahun dan denda setinggi-
tingginya 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.
38
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Wirawan B. dan Diaz Priantara. 2015. Akuntansi Perpajakan. Jakarta. Mitra
Wacana Media
39